• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Usaha"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Rr. Lulus Prapti, 2015 dalam penelitiannya yang berjudul ” Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Kota Semarang”. Penelitian ini menggunakan alat uji Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa infrastruktur jalan berpengaruh positif signifikan terhadap manfaat ekonomi (Prapti, Suryawardana, & Triyani, 2015)

Menurut Arindini, 2018 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Jalan, Listrik dan PMA Terhadap PDRB di DIY Tahun 2004-2016”. Penelitian ini menggunakan Regresi Panel, menunjukkan bahwa semakin bertambahnya jalan dengan kondisi jalan yang rusak disebabkan oleh tingginya frekuensi bencana alam serta beban muatan sumbu terberat dan pembangunan jalan memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel infrastruktur listrik juga berpengaruh signifikan terhadap PDRB. (Arindini, 2018)

Menurut Novi Maryaningsih, 2014 dalam peneltiannya yang berjudul

“Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis konvergensi dan menunjukkan hasil infrasruktur jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

(Maryaningsih, Hermansyah, & Savitri, 2014)

(2)

B. Landasan Teori

1. Pengertian Infrastruktur

Infrastruktur menurut kamus ekonomi adalah sebagai akumulasi dari investasi yang dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sebelumnya yang meliputi barang yang dapat dilihat dan diraba, misalnya jalan raya, jembatan, persediaan air dan lain-lain, serta barang barang yang tidak dapat diraba seperti tenaga kerja yang terlatih/terdidik yang diciptakan oleh investasi model sumber daya manusia. Infrastruktur menopang berjalannya kegiatan masyarakat sehingga dapat menekan inefisiensi dari aktivitas masyarakat dan menningkatkan pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur dibuat sesuai se-efisiens mungkin yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat luas. Infrastruktur mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,air, bangunan, dan fasilitas publik lain.

Infrastruktur pada dasarnya merupakan aset pemerintah yang dibangun dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat. Prinsipnya ada dua jenis infrastruktur, yakni infrastruktur pusat dan daerah. Infrastruktur pusat adalah infrastruktur yang dibangun pemerintah pusat untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam skala nasional, seperti jalan raya antar provinsi, pelabuhan laut dan udara, jaringan listrik, dll. Infrastruktur daerah adalah infrastruktur yang dibangun pemerintah daerah, seperti penyediaan air bersih.

Ditinjau dari fungsinya, infrastruktur dibedakan menjadi dua, yaitu infrastruktur yang menghasilkan pendapatan dan yang tidak menghasilkan pendapatan. Jenis infrastruktur pertama umumnya dimanfaatkan sekelompok

(3)

masyarakat tertentu dimana dengan fasilitas yang disediakan, masyarakat penggunanya dikenakan biaya. Seperti air bersih, listrik, telepon, taman wisata, dan lain-lain. Jenis infrastruktur kedua, penyediannya untuk dinikmati masyarakat umum, seperti jalan raya, jembatan, saluran irigasi, dan lain-lain, sehingga penggunanya tidak dikenakan biaya.

2. Pengertian Jalan Raya

Menurut Clarkson H. Oglesby (1999), Jalan raya adalah jalur-jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran, dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan, dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainya dengan mudah dan cepat.

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah untuk menghasilkan infrastruktur yang aman, efesiensi, pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan rasio tingkat penggunaan biaya. Biasanya jalan raya ini memiliki bermacam-macam tampilan yang dapat digunakan untuk para pengguna itu sendiri, yaitu: Digunakan untuk kendaraan bermotor, digunakan untuk publik, pembuatan jalan raya itu sendiri dibiayai oleh badan publik Secara umum sistem jalan raya untuk sebuah negara diklasifikasikan sebagai berikut:

(4)

 Jalan

 Jalan raya nasional

 Jalan raya negeri

 Jalan kota

 Jalan-jalan lain termasuk jalan kampung dan jalan estet

 Jalan tol

3. Fungsi Jalan

Adapun peranan jalan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan yaitu: Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah republik Indonesia.

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, yaitu:

a. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.

(5)

b. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton.

c. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

d. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

e. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan adalah 5 ton.

4. Klasifikasi Jaringan Jalan

Klasifikasi jaringan jalan dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Jalan Raya Utama (Primer)

Jalan Raya Utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor.

(6)

b. Jalan Sekunder

Jalan Raya Sekunder adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yangcukup tinggi antara kota-kota penting dan kota-kota yang lebih kecil, serta melayani daerah-daerah disekitarnya.

c. Jalan Penghubung

Jalan Penghubung adalah jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau yang berlainan.

5. Listrik

Listrik merupakan kebutuhan hidup manusia untuk menunjang perekonomian masyarakat. Naik turunnya kebutuhan listrik dapat menggambarkan percepatan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya penggunaan listrik yang terpenuhi demi berjalannya perekonomian akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Infrastruktur listrik yang di konsumsi masyarakat menunjukkan seberapa besar penggunaan energi listrik yang dapat membantu dalam menggerakkan perekonomian daerah untuk peningkatan produktifitas ekonomi. Penggunaan listrik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam peningkatan Produk Domestik Regional Pruto (PDRB) yang juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, karena listrik sangat dibutuhkan sebagai faktor utama dalam menunjang kegiatan.

(7)

6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut badan pusat statistik (BPS) perhitungan PDRB secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.

a. Pendekatan Produksi; Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah tertentu (biasanya satu tahun). Unit- unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam sembilan lapangan usaha (sektor), yaitu:

1.) Pertanian, peternakan, kehutanan,dan perikanan 2.) Pertambangan dan penggalian

3.) Industri Pengolahan 4.) Listrik, gas, dan air bersih 5.) Konstruksi

6.) Perdagangan, hotel, dan restoran 7.) Pengangkutan dan komunikasi

8.) Keuangan, real estate, dan jasa perusahaan 9.) Jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah

b. Pendekatan Pengeluaran; Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari:

1.) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba 2.) Konsumsi pemerintah

3.) Pembentukan modal tetap domestik bruto

(8)

4.) Perubahan inventori

5.) Ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).

c. Pendekatan Pendapatan; Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang erat dan saling ketergantungan satu sama lain.

Perbaikan dan peningkatan infrastruktur pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, terciptanya penurunan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi. Saat ini masalah infrastruktur menjadi agenda penting untuk diperbaiki oleh pemerintah daerah karena infrastruktur merupakan keberlangsungan kegiatan pembangunan.

Dalam jangka pendek pembangunan infrastruktur akan menciptakan lapangan kerja sektor kontruksi dalam jangka menengah dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktifitas sektor-sektor ekonomi terkait.hubungan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi adalah secara langsung infrastruktur memberikan manfaat kepada rumah tangga dan

(9)

banyak dinikmati juga oleh perusahaan yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya memberikan kesejahteraan.

Secara lebih rinci penyediaan infrastruktur terhadap pembangunan ekonomi adalah :

1. Mempercepat dan menyediakan barang barang yang dibutuhkan.

2. Tersedianya infrastruktur akan memungkinkan tersedianya barang-barang kebutuhan masyarakat dengan harga yang lebih murah.

3. Infrastruktur yang baik dapat memperlancar transportasi yang pada gilirannya merangsang adanya stabilisasi dan mengurangi disparitas harga antar daerah.

7. Teori Simon Kuznets

Dalam ilmu ekonomi, teori Kuznets menjelaskan bahwa ketika perekonomian berkembang, kekuatan pasar pertama-tama meningkat dan kemudian menurunkan ketimpangan ekonomi. Hipotesis ini pertama kali diajukan oleh ekonom Simon Kuznets pada 1950-an dan 1960-an.

Salah satu penjelasan dari kemajuan tersebut menunjukkan bahwa pada awal pembangunan , peluang investasi bagi mereka yang memiliki uang berlipat ganda, sementara masuknya tenaga kerja pedesaan yang murah ke kota menekan upah. Sedangkan di negara maju, akrual modal manusia (perkiraan biaya yang telah dikeluarkan tetapi belum dibayar) menggantikan akrual modal fisik sebagai sumber utama pertumbuhan, dan ketimpangan memperlambat pertumbuhan dengan menurunkan tingkat pendidikan karena

(10)

orang-orang yang lebih miskin dan kurang beruntung kekurangan dana untuk pendidikan mereka di pasar kredit yang tidak sempurna.

Menurut Simon Kuznets menyiratkan bahwa ketika suatu negara mengalami industrialisasi dan terutama mekanisasi pertanian hingga pusat perekonomian negara akan bergeser ke kota, karena migrasi internal oleh petani yang mencari pekerjaan dengan gaji lebih baik di pusat kota menyebabkan kesenjangan ketimpangan desa dan kota yang signifikan (pemilik perusahaan akan mendapat untung, sementara pekerja dari industri tersebut akan melihat pendapatan mereka naik pada tingkat yang jauh lebih lambat dan pekerja pertanian akan mungkin melihat pendapatan mereka menurun), populasi pedesaan menurun seiring dengan peningkatan populasi perkotaan. Ketimpangan kemudian diperkirakan akan menurun ketika tingkat pendapatan rata-rata tertentu tercapai proses industrialisasi dan kebangkitan kesejahteraan negara memungkinkan manfaat dari pertumbuhan yang cepat, dan meningkatkan pendapatan per kapita (Uajy,2017).

8. Teori W. W. Rostow

Teori pembangunan W. W. Rostow (1993) mengulas mengenai lima tahap pembangunan. Rostow berpendapat bahwa proses pembangunan dalam masyarakat tumbuh bergerak lurus yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat yang lebih maju. Proses pertumbuhan ini mengalami fase yang cukup lama (Unud,2017). Tahapan pembangunan Rostow yakni sebagai berikut:

(11)

1. Masyarakat Tradisional

Tahapan masyarakat tradisional, dimana pada tahapan ini masyarakat masih dipengaruhi oleh sitem kepercayaan tentang kekuatan diluar manusia, masyarakat pada tahap ini mengalami perkembangan yang cukup lamban. Prakondisi lepas landas, kondisi masyarakat tradisional yang terus bergerak pada suatu titik untuk menuju kondisi prakondisi lepas landas. Kondisi ini terjadi akibat dari faktor luar bukan dari faktor internal. Campur tangan dari luar ini memulai perkembangan untuk memunculkan gagasan-gagasan dalam perkembangan.

2. Tahap Prasyarat Tinggal Landas

Pada tahap ini kondisi masyarakat mulai menghilangkan tanda-tanda dan hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Dalam tahapan ini masyarakat mulai mengenal investasi, tabungan dari pendapatan nasional Munculnya usaha komersial untuk mencari keuntungan buakan lagi sekedar untuk memenuhi konsumsi.

Peningkatan pertanian dianggap penting dalam proses lepas landas, karena proses modernisasi yang terjadi membutuhkan hasil pertanian sesuai kebutuhan.

3. Tahap Tinggal Landas

Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-

(12)

inovasi dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, tingkat pendapatan per kapita semakin besar. Rostow mengemukakan 3 ciri utama dan negara-negara yang sudah mencapai masa tinggal landas, yaitu:

a. Terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang menjadi 10 persen dari Produk Nasional Bersih (Net National Product= NNP).

b. Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi (leading sectors).

c. Terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi 4. Tahap Menuju Kedewasaan

Tahapan ini setelah masyarakat mengalami fase lepas landas muncul perkembangan industrialisasi yang besar. Perkembangan industri ini bukan hanya barang konsumsi tetapi juga barang modal. Jaman konsumsi massal yang tinggi, zaman perkembangan ini masyarakat mengalami kenaikan pendapatan. Sehingga, yang terjadi konsumsi untuk kebutuhan bukan hanya berpusat pada kebutuhan pokok namun pada konsumsi kebutuhan yang tahan lama. Pada tahapan ini, pembangunan yang terjadi mengalami kesinambungan secara terus

(13)

menerus. Teori ini berdasarkan pada dikotomi masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Kondisi pada teori rostow ini berbicara mengenai aspek ekonomi yang saling berkaitan.

5. Tahap Konsumsi Tinggi

Tahap konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan ekonomi Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada masalah produksi. Pada tahap konsumsi tinggi ini ada tiga macam tujuan dari masyarakat (Negara), yaitu :

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir pada penjajahan terhadap bangsa lain.

b. Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif.

c. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan) menjadi meliputi barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang mewah

(14)

C. Pengaruh Antar Variabel

1. Pengaruh Kondisi Jalan (X1) Terhadap PDRB (Y)

Menurut Rr. Lulus Prapti, 2015 dalam penelitiannya ini menggunakan alat uji Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa infrastruktur jalan berpengaruh positif signifikan terhadap manfaat ekonomi.

Menurut Novi Maryaningsih, 2014 dalam peneltiannya ini menggunakan teknik analisis konvergensi dan menunjukkan hasil infrasruktur jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Pengaruh Listrik (X2) Terhadap PDRB (Y)

Menurut Arindini, 2018 dalam penelitiannya yang menggunakan Regresi Panel, peneliti menunjukkan bahwa pembangunan listrik memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

(15)

D. Kerangka Berfikir

Kondisi Jalan dan Listrik merupakan alat untuk menunjang peningkatan PDRB

(Arindini, 2018) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa semakin bertambahnya pembangunan jalan memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel infrastruktur listrik juga berpengaruh signifikan terhadap PDRB

Rumusan Masalah::

1. Bagaimana perkembangan

pembangunan infrastruktur jalan raya dan listrik di Kota Mojokerto?

2. Bagaimana pengaruh kondisi jalan dan listrik terhadap PDRB di Kota Mojokerto?

Tujuan:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan pembangunan infrastruktur jalan raya dan listrik di Kota Mojokerto

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kondisi jalan dan listrik terhadap PDRB di Kota Mojokerto

Analisis Data Uji Asumsi Klasik

Uji Hipotesis

Kondisi Jalan Berpengaruh positif signifikan terhadap PDRB

Listrik berpengaruh positif signifikan terhadap PDRB

Teori Simon Kuznets menyiratkan bahwa ketika suatu negara mengalami industrialisasi dan terutama mekanisasi pertanian hingga pusat perekonomian negara akan bergeser ke kota. Karena migrasi internal oleh petani yang mencari pekerjaan dengan gaji lebih baik di pusat kota menyebabkan kesenjangan ketimpangan desa

Teori pembangunan W. W. Rostow (1993) mengulas mengenai lima tahap pembangunan. Rostow berpendapat bahwa proses pembangunan dalam masyarakat tumbuh bergerak lurus yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat yang lebih maju

(16)

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

E. Hipotesis

1. Diduga variabel kondisi jalan berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2. Diduga variabel listrik berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Duodenal string capsule culture compared with bone marrow, blood, and rectal swab cultures for diagnosing typhoid and paratyphoid fever. Bone marrow aspirate culture superior

Seperti pada bagian mendata pasien baru dan pasien berobat yang daftar pada klinik masih dilakukan dengan ditulis pada kertas, penyimpanan data rekam medis pasien yang ditulis

ini berarti apabila tidak ada tambahan dari variable strategi pemasaran (X1), variable kualitas pelayanan (X2) maka nilai variable.. Dapat disimpulkan bahwa variable

yaitu (1) blok produksi yang diwakili oleh areal produksi dan produktivitas, (2) blok input yang diwakili oleh penggunaan pupuk dan tenaga kerja, (3) blok pendapatan yang diwakili

Askes (KCU Semarang) per 31 Desember 2011 menunjukkan jumlah peserta Askes di Kota Semarang yang memilih Puskesmas sebesar 69.578 jiwa, dan yang memilih dokter keluarga

bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri, misalnya dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan untuk di lakukan. Melalui pembinaan rohani siswa,

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji unjuk kerja gasifikasi ampas tebu menggunakan gasifier unggun tetap tipe downdraft dilihat dari aspek suhu proses,

mengikuti pelatihan bagi peserta pelatihan yang dinyatakan belum kompeten untuk semua unit kompetensi dalam program pelatihan melalui asesmen di tempat kerja kompetensi