• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI POTENSI LOKAL DI DESA MORELLA KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI POTENSI LOKAL DI DESA MORELLA KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 57

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI POTENSI LOKAL DI DESA MORELLA KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN

MALUKU TENGAH

Thomas. Leiwakabessy

Pamong Belajar BPPAUD Dikmas Maluku

Abstract

Farmers and fishermen’s who lives in coastal area in Central Maluku Regency still untouched by the community empowerment program. They are helpless in the midst of their job and the lack of ability to develop their own business. This research aims to understand the community empowerment program through the use of local potential di Morella Village, Leihitu District, Central Maluku Regency. The research uses qualitative method with case study design. The subjects of this research are Morella Village’s King, two tourists, and four local people of Morella Village. The data is collected by observation and interview method. Data analysis in the research done by qualitative method. Qualitative analysis data is done by several steps which are data reduction, data presentation, and conclusion. The result of the research shows that Morella Village’s people empowered by the nature tourism management that become its local potential, with the presence of the several tourism spot in the village, it can increase people’s economy.

Keywords: Community Empowerment, Local Potential

PENDAHULUAN

Permasalahan kemiskinan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Indonesia, terkhususnya bagi masyarakat Provinsi Maluku. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan. Upaya-upaya pengentasan kemiskinan dapat digalakkan oleh berbagai kalangan mulai dari pemerintahan dengan program-program unggulannya hingga oleh masyarakat sendiri melalui usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut adalah dengan jalan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat ini muncul karena adanya kegagalan sekaligus harapan.

Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya

pembangunan ekonomi dalam menyelesaikan masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan harapan, muncul karena adanya alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat sehingga mampu secara mandiri meningkatkan taraf hidupnya.

Pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai program seperti memberdayakan potensi lokal. Pengembangan potensi lokal sebagai tempat wisata bertujuan untuk memberikan daya dan upaya dalam

(2)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 58 penanggulangan kemiskinan di suatu daerah

dengan mengolah potensi lokal yang ada di daerah tersebut. Sehingga dengan melalui potensi lokal yang ada masyarakat diuntungkan melalui banyaknya wisatawan yang berkunjung. Adanya pemanfaatan potensi lokal akan memberikan manfaat-manfaat yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Hal tersebut seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 yaitu pengembangan wisata berbasis pedesaan (desa wisata) akan menggerakkan aktifitas ekonomi pariwisata di pedesaan yang akan mencegah urbanisasi masyarakat desa ke kota.

Pengembangan potensi lokal sebagai wahana wisata akan mendorong pelestarian alam yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan masyarakat.

Kontribusi positif diantaranya dari segi lingkungan, dimana dengan adanya wahana wisata tersebut masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan karena mengedepankan aspek keasrian lingkungan sebagai sebuah aksi wisata yang ditawarkan. Selain itu keuntungan dari segi ekonomi yaitu adanya sumber pendapatan yang baru yang dapat merubah perekonomian masyarakat. Hasil observasi awal yang dilakukan di Desa Morella ditemukan bahwa masyarakat Morella merupakan masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagian besar adalah petani dan nelayan, selain itu juga ada yang berprofesi sebagai pedagang, pegawai swasta, negeri dan buruh kasar, karena sebagian besar masyarakatnya adalah petani dan nelayan dengan kondisi dan jarak tempuh yang sulit dan jauh untuk dijangkau dengan sarana prasarana yang terbatas, sehingga hal ini yang

menyebabkan masyarakat tidak bisa meningkatkan perekonomian mereka melalui pekerjaan yang mereka miliki.

Berdasarkan hal tersebut dengan adanya potensi lokal yang dijadikan wahana wisata di Desa Morella akan memberikan manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas tentang potensi lokal sebagai salah satu perwujudan pemberdayaan masyarakat di Desa Morella Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal di Desa Morella Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah KAJIAN TEORITIS

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi perubahan sosial secara terencana yang ditujukan untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk memandirikan masyarakat sehingga dapat menghadapi berbagai tantangan di kehidupannya. Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Payne (Nasdian, 2014) menyatakan bahwa pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses yang ditujukan untuk membantu masyarakat memperoleh daya (kuasa) untuk

(3)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 59 mengambil keputusan dan menentukan

tindakan yang akan ia lakukan, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu atau masyarakat lemah sehingga dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri. Ife & Tesoriero (2008) menjelaskan bahwa “pemberdayaan bertujuan meningkat- kan keberdayaan dari mereka yang dirugikan (the disadvantaged)”.

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat melaluli kegiatan-kegiatan suadaya.

Manajemen masyarakat tercipta: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan; (2) pelembagaan sistem perencanaan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal;(4) peningkatan kualitas prasarana/sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (Mendakri, 2008). Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, berswadaya, maupun mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan.

Pemberdayaan masyarakat sekurang- kurangnya meliputi aspek fisik, intelektual, ekonomi, politik, dan kultur. Artinya, pemberdayaan itu mencakup pengembangan kemanusiaan secara total. Peluang pendidikan nonformal menyentuh aspek-aspek pemberdayaan jauh lebih besar, karena pendekatan pembelajaran dalam pendidik nonformal lebih bersifat individual dan berpusat pada peserta didik. Sejalan dengan pendidikan nonformal mengemban berbagai fungsi yaitu (1) untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi mereka yang mempunyai pekerjaan; (2) untuk mempersiapkan angkatan kerja terutama bagi generasi muda yang akan memasuki lapangan kerja; (3) untuk memperluas dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap tentang dunia kerja.

Dalam hal ini proses kegiatan pendidikan nonformal tidak tergantung pada terorganisir tidaknya sesuatu pekerjaan, namun menurut Axin (1976) tergantung pada kesadaran kesenjangan dalam proses pembelajaran.

Pendidikan nonformal sebagai program kegiatan mengandung arti bahwa program- program pendidikan nonformal tidak hanya terbatas pada aspek tertentu, namun bisa terkait dengan beberapa program, yaitu program development, yang memiliki tujuan pokok untuk: solve individual, group, or community problems, terkait dengan program institusional, yang bertujuan untuk growth and improvement of individual’s basic abilities, skills, knowledge and competencies; dan terkait dengan program informational, yang bertujuan untuk exchange information (Boyle, 1981).

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat,

(4)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 60 dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat

adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1, ayat (8) ).

Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas- tugas kehidupannya. Pemberdayaan juga membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.

Beberapa prinsip utama dalam mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat menurut Drijver dan Sajise (dalam Sutrisno, 2005) ada lima macam, yaitu:

1. Pendekatan dari bawah (bottom up approach): pada kondisi ini pengelolaan dan para stakeholder setuju pada tujuan yang ingin dicapai untuk kemudian mengembangkan gagasan dan beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Partisipasi (participation): dimana setiap aktor yang terlibat memiliki kekuasaan dalam setiap fase perencanaan dan pengelolaan.

3. Konsep keberlanjutan: merupakan pengembangan kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga program pembangunan berkelanjutan dapat diterima secara sosial dan ekonomi.

4. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal, regional dan nasional.

5. Keuntungan sosial dan ekonomi:

merupakan bagian dari program pengelolaan

Potensi Lokal

Potensi lokal adalah kekayaan alam, budaya, dan SDM pada suatu daerah. Potensi alam di suatu daerah bergantung pada kondisi geografis, iklim, dan bentang alam daerah tersebut. Potensi lokal mempunyai makna sebagai sumber/kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing daerah untuk dapat dimanfaatkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Potensi lokal tidak terlepas dari konsep masukan lingkungan sebagai pendukung untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan potensi yang ada dimasyarakat, diharapkan masyarakat tidak merasa asing, sehingga motivasi untuk mengembangkan berbagai program pembelajaran terus meningkat.

Potensi lokal pada intinya merupakan sumber daya yang ada dalam suatu wilayah tertentu. Potensi lokal berkembang dari tradisi kearifan yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang bersahaja sebagai bagian dari kebudayaannya. Mengacu kepada pendapat Victorino (2004), ciri umum dari potensi lokal

(5)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 61 adalah: a) ada pada lingkungan suatu

masyarakat, b) masyarakat merasa memiliki, c) bersatu dengan alam, d) memiliki sifat universal, e) bersifat praktis, f) mudah difahami dengan menggunakan comon sense, g) merupakan warisan turun temurun.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Emzir, 2011). Selain daripada itu Yin (1994) menjelaskan bahwa studi kasus dapat digunakan dalam mejawab pertanyaan penelitian seperti bagaimana (how) dan mengapa (why).

Penelitian yang menggunakan studi kasus biasanya karena adanya masalah atau hambatan, tetapi tidak menutup kemungkinan karena keberhasilan atau keunggulannya.

Penelitian ini melibatkan Raja Desa Morella, 2 orang wisatawan dan 4 orang masyarakat Desa Morella, Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Miles dan Huberman (1992) mengemukakan bahwa teknik analisis data dilakukan melalui tiga cara yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) penarikan kesimpulan. Mereduksi data artinya merangkum dan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting sehingga dari reduksi data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas agar dapat mempermudah peneliti untuk dapat melakukan tahap berikutnya. Setelah

mereduksi data kemudian menyajikan data.

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Setelah penyajian data selanjutnya menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan temuan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 12 Juli 2018 dengan 2 orang wisatawan dan 4 orang masyarakat diperoleh informasi bahwa Desa Morella memiliki potensi lokal yang dapat menjadi kekuatan dari masyarakat setempat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh seorang masyarakat bahwa:

“Desa Morela memiliki potensi lokal yang sangat berguna bagi masyarakat. Kita punya potensi alam yang sangat indah, seperti pantai Lubang buaya, pantai tilepuwai atau pantai letang, pantai halasi Morella dan ada beberapa pantai lain”

Potensi lokal di Desa ini selain berupa budaya yang menjadi kearifan lokal masyarakat, terdapat juga potensi alam yang dapat menjadi kekuatan masyarakat Desa. Di Desa Morella terdapat beberapa wisata alam yang paling terkenal di masyarakat antara lain:

1.Pantai Lubang Buaya

Pantai Lubang Buaya yang juga disebut pantai Namanalu. Pantai ini dikenal memiliki spot- spot diving yang bagus dengan tebing-tebing terumbu karang dengan pantai-pantai di jazirah Leitimur maupun kawasan Baguala. Hal ini seperti yang diungkapkan seorang wisatawan bahwa:

“pantai lubang buaya ini sangat bagus untuk diving, karena dalam dan di dalam

(6)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 62 air itu sangat indah. Selain itu kita bisa

menggunakan perahu atau speed boat untuk menikmati keindahan alam sekitar pantai”

Pantai Lubang Buaya ini cukup dalam namun secara ukuran tergolong kecil. Ketika penetrasi cahaya matahari menembus perairan airnya sekilas berwarna biru toska sehingga banyak wisatawan tertarik untuk diving. Di pantai ini wisatawan dapat menikmati keindahan alam dengan menggunakan perahu atau speed boat.

2. Pantai Tilepuwai atau Pantai Letang

Pantai Tilepuwai merupakan pantai indah yang terletak di Desa Morella dibawah kaki bukit Kapaha, tidak jauh dari Tanjung Setan. Pantai ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun manca negara pada saat hari libur.

Selain panorama pantai yang indah, pantai Tilepuwai juga memiliki potensi keindahan dasar laut. Beberapa penyelam dan fotografer mengaku terumbu karang dan ikan hias yang ada di lautnya berfariasi.

3. Pantai Halasi Morella

Pantai yang terletak di ujung timur Desa Morella ini berbatasan dengan Negeri Liang Kabupaten Maluku Tengah, kini dimanfaatkan oleh pemilik lahan sebagai tempat wisata baru.

Pantai Halasi yang baru diresmikan pada awal januari 2018 sudah banyak yang berkunjung di lokasih itu. Memiliki air laut yang sangat jernih, sempurna untuk berenang, berjemur, bahkan untuk snorkeling. Selain pantai yang indah, disediakan pelabuhan mini untuk speed Boat bersandar, pelabuhan mini itu juga sering difungsikan pengunjung untuk mengambil gambar. Selain itu juga terdapat fasilitas berenang bagi anak-anak maupun dewasa. Saat ini pantai Halasi baru memiliki 4 kamar nginap

dengan luas per 6×6 meter persegi. lengkap dengan fasilitas didalamnya.

Selain ketiga pantai diatas masih ada beberapa pantai lagi yang di jadikan tempat wisata. Para wisatawan yang ingin mengunjungi tempat wisata di Desa Morella dengan menggunakan angkot dapat mengeluargan budget sebesar Rp. 15.000,- , harga masuk tempat wisata perorang sebesar Rp. 5000,-, jika ingin menggunakan toilet umum wisatawan dapat membayar Rp. 2000,-.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh seorang masyarakat bahwa:

“Kalau naik angkot itu bisa Rp. 15.000,-, uang masuk perorang Rp. 5000,-, dan kalau mau masuk WC bisa bayar Rp. 2000,-”

Tempat-tempat wisata ini banyak melibatkan masyarakat dalam Desa Morella itu sendiri, seperti untuk membersihkan lingkungan tempat wisata, untuk menjaga keamanan tempat wisata, tukang parkir kendaraan, dan terdapat warung-warung kecil di sekitar tempat wisata sehingga pengunjung yang datang dapat mengisi perut dengan menikmati makanan yang tersedia seperti mie instan (sarmento) dan berbagai snack yang merupakan hasil panen masyarakat setempat yang diolah kemudian dijual.

Manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Morella yaitu terjadi peningkatan perekonomian karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan, lingkungan menjadi bersih, rapi dan asri karena terus dibersihkan dan selalu diperindah dengan dekorasi-dekorasi yang dapat menambah keindahan tempat wisata. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh seorang masyarakat Desa Morela bahwa:

(7)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 63

“masyarakat dilibatkan untuk membersihkan lingkungan tempat wisata, untuk menjaga keamanan tempat wisata, tukang parkir kendaraan, ada pondok- pondok supaya pengunjung yang datang bisa makan sarmento dan gorengan”

Setiap pembangunan suatau desa pasti memiliki kendala-kendala, tak terkecuali Desa Morella. Kendala-kendala yang ditemui adalah sebagai berikut; 1) kondisi jalan menuju ke Morella yang melalui perpukitan dan tikungan tajam mengakibatkan perjalanan kurang nyaman, 2) waktu trayek angkot Morela yang terbatas mengakibatkan wisatawan kesulitan karena transportasi yang terbatas dan, 3) infrastruktur yang belum lengkap seperti toilet yang belum tersedia di semua tempat wisata alam dan penginapan yang layak jika wisatawan ingin menginap.

PEMBAHASAN

Upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang (enabling). Perlu adanya kesadaran bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan dimaksud untuk berupaya membangun daya itu, dengan mendorong, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkannya. Dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Morella ini dilihat dari potensi alam yang ada di desa ini yang indah dan ini menjadi daya atau kekuatan yang perlu untuk dikenalkan kepada masyarakat luar.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Setelah

menyadari adanya daya atau kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat perlu untuk di- perkuat peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan serta dukungan sarana prasarana yang menunjang proses pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat pada desa morela diperkuat dengan adanya sarana prasarana yang memadai seperti tersedianya lahan parkiran, toilet, kamar ganti, dan juga penginapan. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi dapat dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Pemberdayaan masyarakat desa dapat dipahami dalam konteks posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek yang melakukan pembangunan secara mandiri.

(8)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 64 Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari

tanggungjawab negara.

Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) Negara.

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1, ayat (8) ). Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

World Tourism Organization (WTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula dinikmati oleh segelintir orang yang relative kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak asasi manusia, sebagaimana dinyatakan oleh John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa

“we here once travel was considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human right”. Hal ini terjadi tidak hanya di Negara maju tetapi mulai dirasakan pula di Negara berkembang termasuk pula Indonesia.

Manfaat terbesar dari kemajuan pariwisata di Indonesia sangat dirasakan oleh investor-investor yang memiliki modal besar untuk membangun segala fasilitas yang menunjang di area wisata. Oleh karena itu, saat ini mulai bermunculan desa-desa wisata yang

menerapkan konsep community based tourism, dimana masyarakat secara bersama-sama membangun dan mengelola pariwisata dengan menggali potensi yang mereka miliki dan juga potensi yang dimiliki desa atau wilayahnya.

Keberadaan desa wisata di Indonesia saat ini sudah semakin berkembang pesat. Hanya dalam kurun waktu tiga tahun, jumlah kunjungan ke desa wisata bertambah lima kali lipat. Mengacu data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, saat ini di Indonesia terdapat 987 desa wisata. Jumlahnya semakin meningkat sejak pertama diselenggarakannya desa wisata pada tahun 2009.

Pengembangan desa wisata dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat desa itu sendiri, diantaranya adalah akan adanya lahan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga dapat menurunkan angka pengangguran di desa tersebut, selain itu desa wisata yang mengusung konsep ekowisata akan membuat suatu desa dapat mempertahankan kelestarian alam dan budaya desanya. Hal lainnya adalah, desa wisata dapat membuat suatu desa menjadi desa yang mandiri karena dapat menyediakan alternatif pekerjaan yang dapat dijalani oleh masyarakat setempat. Desa wisata saat ini memiliki kecenderungan menggunakan konsep ekowisata, dimana pariwisata yang ditawarkan adalah segala potensi yang dimiliki oleh masyarakat pedesaan.

Pariwisata pedesaan menjadikan masyarakat lebih menjaga keaslian budaya dan alam di desanya untuk dapat mempertahankan minat wisatawan untuk berwisata di desa wisata.

Pariwisata desa ini sangat erat kaitannya dengan pemberdayaan, dimana masyarakat

(9)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 65 diberdayakan terlebih dahulu agar mampu

mengembangkan potensinya sendiri, dengan pemberdayaan masyarakat dilatih untuk bisa menolong dirinya sendiri (self help), sehingga pada pembangunan desa wisata, masyarakat dikembangkan dan diberdayakan untuk mampu mengelolah desa wisatanya sendiri.

Pengembangan wisata alam, merupakan bagian dari pengembangan ekowisata. Secara konseptual ekowisata dapat dikatakan suatu konsep pengembangan pariwisata secara berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya pelestarian alam dan meningkatkan partisipasi masyarakat agar memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan wisata yang dilakukan di tempat alami dan secara ekonomi berkelanjutan untuk mendukung upaya pelestarian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Masyarakat Desa Morella secara mandiri memberdayakan diri melalui pariwisata untuk dapat meningkatkan taraf hidup. Wisata alam di Desa Morella ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dari berbagai kalangan, baik orang tua maupun anak-anak yang ingin memperoleh pendapatan, wisata di desa ini juga mengedepankan kebudayaan masyarakat Maluku pada umumnya untuk saling membantu satu dengan yang lain, jadi masyarakat saling membantu untuk mendapatkan memperoleh pekerjaan, dengan adanya tempat wisata di Desa ini, masyarakat lebih menjaga kebersihan lingkungan desa dan tempat wisata agar tetap terlihat bersih dan indah. Hal ini sesuai dengan tiga prinsip yang di kemukakan oleh Asker et

al (2010) bahwa tiga prinsip pariwisata berbasis masyarakat yaitu pemberdayaan masyarakat, mengedepan-kan budaya dan mengedepankan lingkungan.

Menurut Widjjayanti (2011) peningkatan keberdayaan masyarakat dapat dicapai melalui proses pemberdayaan karena adanya peran modal manusia dan modal fisik. Suatu proses pemberdayaan tidak akan berjalan jika kedua modal ini tidak tersedia. Pengembangan modal fisik akan menstimulasi pengembangan modal manusia yang akan mendukung proses pemberdayaan yang pada akhirnya akan meningkatkan keberdayaan masyarakat. Guna meningkatkan keberdayaannya, masyarakat tidak hanya cukup melakukan pengembangan modal fisik saja, tetapi juga harus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar dapat mengelola modal fisik dengan baik.

Di era globalisas saat ini, masyarakat harus mampu juga berani dalam mengambil keputusan untuk melakukan usaha baru untuk dapat menjamin masa depan. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui potensi lokal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Morella. Hal ini dapat membantu mengurangi kemiskinan di Maluku.

Pemberdayaan masyarakat tidak hanya terbatas pada program wirausaha semata tetapi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai potensi lokal yang dimiliki oleh suatu masyarakat.

PENUTUP

Pertama, Masyarakat Desa Morella sebagian besar bekerja sebagai petani dan nelayan, dengan kondisi dan jarak tempuh yang sulit dan jauh untuk dijangkau dengan sarana

(10)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 66 prasarana yang terbatas, sehingga hal ini yang

menyebabkan masyarakat tidak bisa meningkatkan perekonomian mereka. Oleh karena itu masyarakat secara mandiri memberdayakan diri melalui potensi lokal dalam hal ini wisata alam yang ada untuk dapat meningkatkan taraf hidup.

Kedua, Melalui potensi alam yang dalam hal ini adalah wisata pantai seperti pantai lubang buaya, pantai tilepuwai atau pantai letang dan pantai halasi dan masih ada pantai yang lainnya. Wisata pantai ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan adanya tarif masuk pantai wisata, persewahan perlengkapan diving, persewahan perahu atau speed boat, tarif toilet serta penjualan snack dan makanan.

Dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui potensi lokal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Morella.

Ketiga, Dalam pengelolaan pariwisata di Desa Morela perlu adanya keterlibatan dari berbagai pihak (pemerintah, swasta, masyarakat) agar dapat dikelola secara maksimal baik dalam proses perencanaan, pengembangan dan pengawasan.

Keempat, Perlu perhatian pemerintah untuk melengkapi infrastruktur yang belum lengkap seperti toilet yang belum tersedia di semua tempat wisata alam dan penginapan yang layak jika wisatawan ingin menginap

Kelima, Dari segi pemasaran atau promosi sangat perlu untuk dievaluali kembali, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan lokal dari Maluku maupun dari luar daerah.

Keenam, Perlu dibentuk sebuah lembaga swadaya masyarakat khususnya di bidang

pariwisata di tiga kawasan obyek wisata ini (Pantai Lubang Buaya, Pantai Tilepuai dan Pantai Halasi Morela) agar masyarakat lebih terorganisir dengan baik.

Ketujuh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maluku Tengah harus lebih tingkatkan komunikasi dengan masyarakat dan terus melakukan penyuluhan maupun kampanye sadar wisata kepada masyarakat disekitar kawasan obyek ekowisata agar pemahaman masyarakat menyangkut dengan pariwisata semakin baik lagi

DAFTAR PUSTAKA

Axinn, Nancy W. 1976. Non-Formal Education and Rural Development.

Monograph. Michigan: Michigan State University

Boyle, Patrik. G. 1981. Planning Better Programs. New York: McGraw-Hill Book Company

Emzir. 2011. Metode Penelitian Kualitatif:

Analisis Data. Jakarta: Rajawali Per

Ife, J. & Tesoriero, F. 2008. Community development: alternatif pengembangan masyarakat di era globalisasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Miles and Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru (Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI- PRESS

Nasdian, F.T. 2014. Pengembangan masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

(11)

Jurnal Ilmiah PATITA –BPPAUD dan Dikmas Vol.6 Ed.2, 2019 | 67 Sulistiyani, A.T. 2004. Kemitraan dan

ModelModel Pemberdayaan.

Yogyakarta: Gaya Media

Sutrisno, D. 2005. Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Peningkatannya dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi Mendut Kabupaten Semarang.” Tugas Akhir tidak diterbitkan, Prorgam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang

Victorino, D. 2004. Global Responsibility and Local Knowledge System. Conference held in Egypt

Widjajanti K. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011, hlm.15-27

Yin, Robert K. 1994. Case Study Research:

Design and Methods.

Thousand Oaks: S ge Publications

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1peran guru madrasah diniyah dalam implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan hadrah al-banjari di Madrasah Diniyah Darul Hijrah

Kesimpulan Pada pengujian otomasi sistem dapat mengatur sensor Water flow sesuai dengan setpoint yang telah ditentukan hasil yang di peroleh mendekati nilai dan dapat

Hasil Analisa suhu menunjukan adanya zonasi sebaran suhu permukaan antara laut Sulawesi dan utara Laut Maluku, adapun sebaran salinitas menunjukan adanya

Pada subjek A yang diasuh orangtua tunggal akibat ayahnya meninggal ditemukan bahwa perubahan pola komunikasi yang terjadi adalah dari intentionalist model, menuju

Dalam Movescount, Anda dapat membuat mode olahraga pilihan, mengedit mode olahraga yang telah ditetapkan sebelumnya, menghapus mode olahraga, atau hanya menyembunyikannya agar

Skripsi adalah studi akhir yang merupakan salah satu tugas akhir yang diwajibkan pada mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma

5. Mampu menjelaskan indikasi operasi dan melakukan pembedahan pada pasien dengan henia inguinalis lateralis, medialis, femoralis, umbilicalis dan hernia cicotricolis.. 6.

Salah satu noda hitam dalam perjalanan Kennedy adalah kebijakan dalam menginvasi Kuba yang akhirnya menjadi sebuah blunder memalukan tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi