• Tidak ada hasil yang ditemukan

Board Game Sebagai Sarana Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Board Game Sebagai Sarana Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

BOARD GAME AS A TEACHING AID IN TEACHING CITIZENSHIP EDUCATION IN THE ELEMENTARY SCHOOL

Submitted by Clarissa Fareta

NRP 0964158

One of the aims of Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) is to produce citizens with good characters. That is why it is better to be taught since a child’s early age. In practice, however, there are many hindrances which prevent the aim to be achieved.

The core problem is that there is no teaching method which can help the pupils apply the values taught in the subject. The other problem is the children’s way of thinking which is different from that of adults. For them, it is hard to grasp abstract concepts. It is hard for them to grasp the abstract concepts which are only explained verbally with no aids.

According to the data, the problem is the pupils’ lack of interest in the Citizenship Education subject, particularly the 1-3 grade students of 7-9 years of age. The teachers have not found an interesting and appropriate way to teach this subject. This is a shame because this subject will help shape the pupils’ morality and gain their sense of nationalism.

The theoretical framework is Citizenship Education, children’s psychology in education, teaching methodology and boardgames. That is why one of the solutions is using boardgames.

Using a boardgame is one of the ways which is applicable to awaken children’s interest in learning. Boardgames are very good to use in education. By playing boardgames, pupils are able to learn. There are many advantages of boardgames. They enable players to move around, work as a team and develop their social skills. The design concept of this boardgame is giving cheerful and active teaching methods, so that children will be interested to learn Citizenship Education. In this game, a pupil is taught to work actively as a group. The system of giving reward and punishment will make pupils understand which is good which is bad, and will encourage them to learn more. It is expected that the atmosphere created by playing the boardgame is a cheerful one to develop pupil’s sense of friendship among themselves and with their teacher.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

BOARD GAME SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK SEKOLAH DASAR

Oleh Clarissa Fareta

NRP 0964158

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu konsep pendidikan yang berfungsi untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang mempunyai karakter yang oleh sebab itu sangat baik untuk diajarkan pada anak usia dini. Dalam prakteknya Pendidikan Kewarganegaraan menghadapi kendala yang mengakibatkan jauhnya tujuan pembelajaran, masalah yang utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah belum dapat menerapkan penggunaan metode atau model pembelajaran yang memenuhi muatan tatanan nilai, yang dapat diterapkan pada diri siswa berupa pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari. Masalah selanjutnya yaitu, anak pada usia sekolah dasar berbeda pemikirannya dengan pikiran orang dewasa, mereka masih sulit untuk berpikir secara konkret, anak pada usia tersebut masih berpikir secara nyata apa adanya, maka dari itu mereka sulit memahami apa yang mereka pelajari jika diungkapkan secara lisan tanpa alat bantu.

Berdasarkan data, masalah yang terjadi adalah kurangnya minat belajar siswa sekolah dasar kelas 1-3 berumur 7-9 tahun dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, padahal pelajaran tersebut berguna untuk membentuk moral sejak dini dan membentuk rasa nasionalisme yang tinggi, hal ini disebabkan karena guru yang mengajar kurang menarik dan belum mengetahui sebuah cara yang tepat untuk mengajar. Landasan teori yang digunakan dalam hal ini adalah Pendidikan Kewarganegaraan, Psikologi Belajar Anak, Media Pembelajaran, dan Permainan Board Game.

Board game merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan agar anak senang belajar, board game juga sangat baik untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Dari board game, mereka dapat belajar dari gambar dan bermain, kelebihan board game juga banyak, mereka dapat aktif bergerak, bekerjasama dan membentuk rasa sosial yang tinggi. Konsep desain board game ini adalah menampilkan cara pengajaran yang ceria dan aktif, sehingga dapat mengundang anak- anak untuk menyukai Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada game ini anak anak diajak aktif dan bekerja sama dengan kelompok mereka serta membangkitkan semangat belajar dan mau membaca buku. Adanya hadiah dan hukuman membuat anak mengerti mana hal yang salah dan benar dan juga memacu mereka untuk belajar lebih giat lagi. Suasana yang diharapkan dalam game ini adalah anak aktif belajar dengan ceria, menumbuhkan rasa kebersamaan yang tinggi antara sesama teman dan guru.

(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

LEMBAR PENGESAHAN………... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN……….. . iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN………... iv

KATA PENGANTAR……… v

ABSTRACT………. vii

ABSTRAK……….. viii

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR GAMBAR……….. xii

DAFTAR TABEL……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiii

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ………...… 1

1.2 PERMASALAHAN DAN RUANG LINGKUP ……….. 4

1.3 TUJUAN PERANCANGAN ……….… 4

1.4 SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA ………. 4

1.5 SKEMA PERANCANGAN ……….. 5

BAB 2 : LANDASAN TEORI 2.1 TEORI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ……… 6

2.2 TEORI PSIKOLOGI BELAJAR ANAK ……… 7

2.3 TEORI MEDIA PEMBELAJARAN ……….….. 9

2.4 TEORI PERMAINAN BOARD GAME ……….. 10

(4)

Universitas Kristen Maranatha

3.1.1 DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG……….. 13

3.1.2 DATA GEJALA/FENOMENA………. 13

3.1.3 DATA HASIL WAWANCARA………. 18

3.1.4 MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SD……….. 20

3.1.5 TINJAUAN TERHADAP PROYEK/PERSOALAN SEJENIS………….. 23

(5)

Universitas Kristen Maranatha

BAB 5: PENUTUP

5.1 KESIMPULAN……… 43

5.2 SARAN……… 43

DAFTAR PUSTAKA………. 44

DAFTAR ISTILAH……… 46

LAMPIRAN……… 47

DATA PENULIS……… 60

(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Perancangan………. 5

Gambar 3.1 Diagram Hasil Kuesioner……… 14

Gambar 3.2 Diagram Hasil Kuesioner……… 14

Gambar 3.3 Diagram Hasil Kuesioner……… 15

Gambar 3.4 Diagram Hasil Kuesioner……… 15

Gambar 3.5 Diagram Hasil Kuesioner……… 16

Gambar 3.6 Diagram Hasil Kuesioner……… 16

Gambar 3.7 Diagram Hasil Kuesioner……… 17

Gambar 3.8 Diagram Hasil Kuesioner……… 17

Gambar 3.9 Game Semakin Berdetak……… 23

Gambar 4.1 Tipografi……….. 30

Gambar 4.2 Warna……….. 31

Gambar 4.3 Kartu dan Game Packaging……… 36

Gambar 4.4 Board……… 37

Gambar 4.5 Kartu Aktifitas………. 37

Gambar 4.6 Kartu Pertanyaan………. 38

Gambar 4.7 Kartu point……….. 38

Gambar 4.8 Buku Petunjuk………. 39

Gambar 4.9 Dadu………. 39

Gambar 4.10 logo……… 40

Gambar 4.11 Karakter………. 40

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Biaya Produksi 1 unit………. 41

(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner

………..

47

Lampiran B Wawancara

………

49

B.1 Wawancara dengan Ibu Arlita

………..

50

B.2 Wawancara dengan Bpk. Ambrosius

………...

50

B.3 Wawancara dengan Bpk. Vincentius

………

51

(8)

Universitas Kristen Maranatha

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan pada awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat pada

tahun 1790 dengan nama “Civics”. Henry Randall Waite yang pada saat itu

merumuskan pengertian Civics dengan “The science of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collection, the individual in his relation to

the state”. Pengertian tersebut menyatakan bahwa ilmu Kewarganegaraan membicarakan hubungan antara manusia dengan manusia dalam perkumpulan perkumpulan yang terorganisasi (organisasi social ekonomi, politik) dengan individu-individu dan dengan negara. Sedangkan di Indonesia, istilah civics dan

civics education telah muncul pada tahun 1957, dengan istilah Kewarganegaraan,

Civics pada tahun 1961 dan pendidikan kewargaan negara pada tahun 1968.

(Bunyamin dan Sapriya dalam Civicus, 2005:320). Pendidikan Kewarganegaraan sudah diajarkan pada tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas sejak tahun 1969 dengan sebutan kewargaan negara. Kemudian pada tahun 1975 sampai 1984 mengalami perubahan dengan nama PPKN, hingga pada tahun 2003, semua tingkat pendidikan menggunakan nama dan kurikulum yang baru dengan sebutan Pendidikan Kewarganegaraan hingga sampai saat ini.

(UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS).

(9)

Universitas Kristen Maranatha

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu konsep pendidikan yang berfungsi untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang mempunyai karakter yang oleh sebab itu sangat baik untuk diajarkan pada anak usia dini, (Samsuri 2011: 20) karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik, maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah diwujudkan. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya sekedar membekali siswa ke jenjang selanjutnya tetapi penanaman moral yang diharapkan dapat membentuk warga negara yang baik. karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik, maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah diwujudkan. (Rumiyati, 2008: 1)

Dalam praktiknya Pendidikan Kewarganegaraan menghadapi kendala yang mengakibatkan jauhnya tujuan pembelajaran. Pernyataan dari kelemahan Pendidikan Kewarganegraan diungkapkan oleh (Winataputra 2009:37) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dan penilaian lebih menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada penguasaan materi/pada dimensi kognitif, apa yang diperoleh peserta didik bukan bersifat afektif, dan psikomotorik namun masih dalam lingkup kognitif yang menyebabkan anak cenderung tidak begitu tertarik dengan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sistem pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa di sekolah dasar biasa dilakukan dengan cara guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah yang mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH), yang menyebabkan siswa pasif dalam belajar.

(10)

Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan masalah di atas, Desain Komunikasi Visual dapat berperan serta dengan cara membuat sebuah permainan, karena permainan adalah suatu cara belajar yang digunakan dalam menganalisa interaksi antara sejumlah pemain maupun perorangan yang menunjukkan strategi-strategi yang rasional (blogspot.com/2009/05/) salah satunya dengan board game, selain lebih murah, board game memiliki kerjasama dan sosial yang tinggi dibandingkan dengan permainan lainnya. Menurut Prof.Dr. Primadi Tabrani, bagi anak, belajar itu adalah melalui bermain. Bermain memadukan kesadaran, ambang sadar dan ketidaksadaran. Seakan santai, seakan tidak serius. Proses belajar bagi anak, adalah pula proses kreasi, eksperimen, bermain. Hal ini memungkinkan terciptanya memori yang bermutu. Selain itu menurut Athif Abdul’id seperti yang dikutip Lukman Arifin dalam bukunya yang berjudul Bermain Lebih Baik Daripada Nonton TV (2009) ada beberapa aspek kelebihan bermain game; pada aspek jasmani dapat mengembangkan otot dan memperkuat daya tahan tubuh, aspek intelektual dapat mengembangkan daya imajinasi, memfokuskan konsentrasi, dan pengambilan keputusan, aspek sosial dapat mengenal tentang sistem peraturan, menjalin hubungan baik dengan orang lain dan melepaskan diri dari sentralisasi pada diri sendiri, aspek etika dan moral belajar bersikap jujur, adil, menahan diri, dan sabar, selain itu juga kelebihan yang terdapat dalam board game adalah tidak merusak mata dan tidak menggunakan listrik, karena itu lebih dapat diterapkan untuk seluruh anak-anak di Indonesia sampai perkampungan terpencil sekalipun.

(11)

Universitas Kristen Maranatha 1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Bagaimana cara merancang board game bagi siswa sekolah dasar untuk Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas ?

2. Ruang Lingkup

1. Perancangan pembuatan media belajar dalam papan permainan agar siswa dapat lebih mengerti dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Permainan yang menekankan moral dan cinta tanah air

3. Segmentasi difokuskan kepada siswa-siswi sekolah dasar kelas 1-3 4. Area mencakupi wilayah kota Bandung.

1.3Tujuan Perancangan

Merancang board game bagi siswa sekolah dasar untuk Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.di kelas

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan data

1. Sumber data dan profil dinas pendidikan diambil dari disdikkota.bandung.go.id dan studi pustaka

2. Teori-teori didapat dari studi pustaka dan browsing 3. Pengumpulan data:

1) Melakukan wawancara kepada kepala sekolah, pengajar Pendidikan Kewarganegaraan dan psikologi, studi pustaka.

(12)

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Skema Perancangan

(13)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menurut teori Prof. Primadi, cara belajar yang paling tepat adalah bermain, maka dari itu, perancangan board game sebagai sarana pembelajaran merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan agar anak senang belajar, board game juga sangat baik untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Dari board game, mereka dapat belajar dari gambar dan bermain, kelebihan board game juga banyak, mereka dapat aktif bergerak, bekerjasama dan membentuk rasa sosial yang tinggi.

Konsep yang dibuat dalam desain board game ini adalah menampilkan cara pengajaran yang ceria dan aktif, sehingga dapat mengundang anak- anak untuk menyukai Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui game ini anak anak diajak aktif dan bekerja sama dengan kelompok mereka serta membangkitkan semangat belajar dan mau membaca buku pelajaran.. Suasana yang diharapkan dalam game ini adalah anak aktif belajar dengan ceria, menumbuhkan rasa kebersamaan yang tinggi antara sesama teman dan guru.

5.2 Saran

(14)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Lukman. 2009. Bermain Lebih Baik Daripada Nonton TV. Solo: Ziyad

Visi Media

Effendi, Ridwan dkk. 2008. Pendidikan kewarganegaraan untuk Kelas 1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Gunarsa, Prof. Dr. Singgih. 1997. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Glotz, Gustave. 1929. The Greek City and its Institutions. London: Routledge & Kegan Paul Ltd.

Handayani, Dewi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD dan MI kelas 3. Jakarta: Dian Rakyat.

Munadi, Yudhi. 2008 Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press

Neumann and Morgenstern,.1995. Theory of Games and Economic Behavior. London: Geoferry Cumberlege Oxford University Press

Pakasi, Soepraptinah. 1981. Anak dan Perkembangannya. Jakarta: Gramedia

Sjarkawi. 2006. Membentuk Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara

(15)

Universitas Kristen Maranatha

Rumiyati. 2008. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar .Jakarta: Depdiknas.

Samsuri. 2011. Pendidikan Karakter Warga Negara. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia

Scorviano, Mike. 18 Maret 2010 Sejarah Board Game dan Psikologi Permainan Board Game. List, ( Online), (http://www.tnol.co.id, diakses 5 September 2014)

Tabrani, Primadi. 2012. Bahasa Rupa. Bandung: Kelir

Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka

Treher, N. Elizabeth. 2011 Learning with Board Games. America: The Learning Key,Inc

Winataputra, Udin. S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka

Wisana, Nelson Gustav. 24 Agustus 2011. Manfaat Board Game di Tengah Era Digital.

List, (Online), (http://indonesiabermain.com, diakses 8 September 2014)

Gambar

Gambar 1.1 Skema Perancangan

Referensi

Dokumen terkait

Aktor yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan dengan sistem satu pintu di RSUD dr. Saiful Anwar Malang berasal dari pihak pemerintah, swasta, dan

Anak-anak adalah bibit unggul masa depan, masa kanak-kanak adalah masa yang tepat untuk memberikan pelajaran etika dan sikap yang baik. Jika sikap anti

Menurut Hasibuan (2012) “Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan harus

Sel-sel penyusun jaringan ikat terdiri atas fibroblas, makrofag, sel tiang, sel lemak, sel plasma, sel pigmen, sel darah putih, dan sel mesenkim. a) Fibroblas merupakan

Klasifikasi adalah salah satu tugas yang penting dalam data mining, dalam klasifikasi sebuah pengklasifikasi dibuat dari sekumpulan data latih dengan kelas yang telah di

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Kondisi dilokasi penelitian ditemukan bahwa kurang efisiennya penggunaan pupuk pada usahatani cabai merah disebabkan petani tidak mengikuti petunjuk tekhnis pemupukan

Model perancangan artificial Intelligence dengan menggunakan aplikasi system fuzzy pada penelitian ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi dosen yang ada