• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Diferensial Father Involvement pada Ayah dengan Anak Middle Childhood dan Ayah dengan Anak Remaja di Jakarta (Suatu Penelitian Menggunakan Metode Riset Diferensial).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Diferensial Father Involvement pada Ayah dengan Anak Middle Childhood dan Ayah dengan Anak Remaja di Jakarta (Suatu Penelitian Menggunakan Metode Riset Diferensial)."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan teori father involvement dari Pleck (2010) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan father involvement antara ayah yang memiliki anak pada tahap perkembangan middle childhood dan ayah yang memiliki remaja di Jakarta. Terdapat 59 biological residential father yang memiliki remaja dan 51 biological residential father yang memiliki anak pada tahap perkembangan middle childhood yang berpartisipasi dalam penelitian ini yang dipilih berdasarkan teknik snowball sampling. Setiap partisipan melengkapi kuesioner father involvement yang terdiri dari 44 item yang merupakan kuesioner father involvement yang dikonstruksi sendiri oleh peneliti berdasarakan teori father involvement dari Pleck. Skor father involvement dari kedua kelompok dibandingkan menggunakan analisis independent t-test di dalam program SPSS versi 19. Skor father involvement juga dikorelasi dengan data-data sosiodemografis. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, terdapat perbedaan yang signifikan antara ayah yang memiliki anak pada tahap perkembangan middle childhood dan ayah yang memiliki remaja, menghasilkan 0,041 ; (p<0,05 analisis two tailed). Mean kelompok remaja adalah 141,03 dan mean kelompok

middle childhood sebesar 146,08. Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara ayah yang memiliki anak pada tahap perkembangan middle childhood dan ayah yang memiliki remaja dan father involvement pada kelompok remaja lebih rendah dibandingkan father involvement pada kelompok middle childhood

(2)

Universitas Kristen Maranatha vi

ABSTRACT

This research used the theory of father involvement from Pleck (2010) to determine

whether there was a significant difference of father involvement between father that has

middle childhood child and father whot has adolescent child in Jakarta. There were 59

biological residential fathers who has adolescent child and 51 biological residential fathers

who has middle childhood child that participated in this research and was chosen with

snowball sampling technic. Each participant completed the father involvement questionnaire

with the theory from Pleck, consisted of 44 items that was constructed by the researcher.

Father involvement score from both groups were compared using independent t-test analysis

in SPSS 19 version. Father involvement score was also correlated with the sociodemographic

data. Based on statistical data processed, there are significant differences between fathers

that has middle childhood child and fathers who has adolescent child, result 0.041; (P <0.05

analysis of two-tailed). Mean score of the adolescent group is 141.03 and mean score of the

middle childhood group is 146.08.The conclusion is that there are significant differences

between fathers who has middle childhood child and fathers who has adolescent child and

father involvement in adolescent group has lower father involvement than father involvement

in middle childhood group.

(3)

ix

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

2.1.1. Definisi Father Involvement ... 13

2.1.2. Komponen Father Involvement ... 13

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

2.2. Tahap Perkembangan Remaja ... 15

2.2.1. Definisi Tahap Perkembangan Remaja ... 15

2.2.2. Perkembangan Fisik Masa Remaja... 16

2.2.3. Perkembangan Kognitif Masa Remaja ... 17

2.2.5 Perkembangan Sosial Masa Remaja ... 17

2.3. Tahap Perkembangan Middle Childhood ... 19

2.3.1. Definisi tahap perkembangan Middle Childhood ... 19

2.3.2. Perkembangan Kognitif Masa Middle Childhood ... 19

2.3.5. Perkembangan Sosial Masa Middle Childhood ... 20

BAB III ... 22

METODOLOGI PENELITIAN... 22

3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 22

3.2. Bagan Prosedur Penelitian ... 22

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23

3.3.1. Variabel Penelitian ... 23

3.3.2. Definisi Operasional ... 23

3.4. Alat Ukur ... 23

3.4.1. Alat Ukur Father Involvement ... 23

3.4.2. Data Sosiodemografis ... 25

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 25

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 27

3.5.1. Populasi Sasaran ... 27

3.5.2. Karakteristik Sampel ... 27

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 27

3.6. Teknik Analisis Data ... 28

3.7. Hipotesis Statistik ... 28

BAB IV ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN... 29

4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 29

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Ayah ... 29

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendapatan Ayah ... 30

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah ... 30

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

4.1.5 Gambaran Responden berdasarkan hari libur ayah dalam seminggu ... 31

4.1.6 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin Anak ... 32

4.1.7 Gambaran Responden berdasarkan urutan kelahiran anak ... 32

4.2 Hasil Penelitian ... 33

4.2.1 Uji Hipotesis Penelitian ... 33

4.2.2Perhitungan Korelasi antara Father Involvement dan usia ... 34

4.2.3 Pendapatan ayah dan Father Involvement ... 34

4.2.4 Pekerjaan ayah dan Father Involvement ... 35

4.2.5 Pendidikan terakhir ayah dan Father Involvement ... 35

4.2.6 Hari libur ayah dalam seminggu dan Father Involvement ... 35

4.2.7 Jenis kelamin anak dan Father Involvement ... 36

4.2.8. Urutan kelahiran anak dan Father Involvement ... 36

4.3 Pembahasan ... 36

BAB V ... 41

SIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Simpulan... 41

5.2 Saran ... 41

5.2.1 Saran Teoritis ... 41

5.2.2 Saran Praktis ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Gambaran Alat Ukur Tabel 3.2 Tabel Skor Pilihan Jawaban Tabel 4.1 Tabel Gambaran Usia Ayah Tabel 4.2 Tabel Gambaran Pendapatan Ayah Tabel 4.3 Tabel Gambaran Pekerjaan Ayah

Tabel 4.4 Tabel Gambaran Pendidikan Terakhir Ayah

Tabel 4.5 Tabel Gambaran Hari Libur dalam Seminggu Ayah Tabel 4.6 Tabel Gambaran Jenis Kelamin Anak

Tabel 4.7 Tabel Gambaran Urutan Kelahiran Anak Tabel 4.8 Tabel Hasil Uji Beda T-test

Tabel 4.9 Tabel Hasi Uji Beda T-test per komponen Tabel 4.10 Tabel Mean Father Involvement

Tabel 4.11 Tabel Mean Komponen Warmth & Responsiveness & Control

Tabel 4.12 Tabel Korelasi Father Involvement dan Usia

Tabel 4.13 Tabel Hasil Pengolahan Hubungan Pendapatan Ayah dan Father Involvement Tabel 4.14 Tabel Hasil Pengolahan Hubungan Pekerjaan Ayah dan Father Involvement Tabel 4.15 Tabel Hasil Pengolahan Hubungan Pendidikan Terakhir Ayah dan Father

Involvement

Tabel 4.16 Tabel Hasil Pengolahan Hubungan Hari Libur dan Father Involvement

Tabel 4.17 Tabel Hasil Pengolahan Hubungan Jenis Kelamin Anak dan Father Involvement

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(8)

xiiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-Kisi Alat Ukur

Lampiran 2 : Lembar Pengantar dan Kesediaan Pengisian Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Father Involvement dan Data Sosiodemografis Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur FatherInvolvement

Lampiran 5 : Hasil Perhitungan Father Involvement

(9)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil yang pertama kali mulai mempersiapkan dan mendidik anak sebelum mereka mulai berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya. Dalam keluarga, orangtua tidak hanya berperan melahirkan individu namun juga berperan mendidik, melindungi serta memenuhi kebutuhan anak agar anak dapat melewati setiap tahap perkembangannya dengan baik. Di Indoensia, pentingnya ayah pertama kali disadari oleh Ibu dari kelompok PPIP (Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi) yang merupakan sebuah kelompok lintas agama, menyadari pentingnya peran ayah bagi pembentukan karakter keluarga. Kesadaran itu membuat mereka memutuskan menggelar deklarasi Hari Ayah pada 12 November 2006 di Pendapi Gede Balaikota Solo, Jawa Tengah. Hal ini memprakarsai hari ayah yang kemudian dirayakan setiap tanggal 12 November di Indonesia. (Isnaeni, 2014).

Sayangnya meskipun sudah ada hari ayah di Indonesia namun demikian baru segelintir orang yang menyadari pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak. Hal Ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Elly Rusman,dkk selama tiga tahun di 33

provinsi di Indonesia antara tahun 2008 sampai 2010, menobatkan Indonesia sebagai salah

satu negara yang paling “yatim” di dunia. Bukan karena banyaknya anak yatim namun karena

ketidaktahuan pria tentang cara membesarkan anak-anak. Setelah mewawancarai beberapa

pasangan hasilnya menunjukkan para ayah tertinggal di dalam pengasuhan karena masih

percaya bahwa tugas ayah adalah bekerja dan menghasilkan uang sementara ibu yang

bertugas mengasuh anak. (Krismantari, 2012).

(10)

2

Universitas Kristen Maranatha perkotaan seperti di Jakarta. Keadaan ini membuat ayah sebagai tulang punggung keluarga lebih banyak menggunakan waktunya di luar rumah untuk bekerja. Jam kerja yang panjang dan keadaan lalu lintas yang macet juga membuat ayah sibuk dengan pekerjaannya dan hanya memiliki sedikit waktu luang. (Sidi & Setiadi, 2013). Kesibukan ayah di luar rumah dari pagi sampai malam seringkali membuat ayah tidak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan anak dan mengambil bagian dalam pengasuhan anak. Situasi ini membuat anak merasakan ketiadaan sosok ayah, sekalipun secara biologis anak memiliki seorang ayah. Oleh karena itu ketiadaan sosok ayah bisa dirasakan tidak hanya oleh anak yatim piatu namun juga oleh anak yang memiliki ayah namun ayah terlalu sibuk untuk berinteraksi dengan anaknya.

Ketiadaan sosok ayah seringkali kurang disadari dan terjadi perlahan-lahan. Awalnya efek ketiadaan ayah tidak terasa karena adanya ibu maupun keberadaan anggota keluarga lain di sekitarnya namun lama-kelamaan sekalipun anak mulai terbiasa dengan ketiadaan ayah namun anak akan merasakan kekosongan sosok ayah tersebut yang akan menjadi hambatan bagi perkembangannya (Sundari & Herdajani, 2013). Hal ini dapat terjadi dikarenakan ayah memiliki peran-peran penting lainnya seperti menemani anak bermain, pekerjaan rumah dan pengasuhan anak, menjadi panutan bagi perilaku maskulin yang tepat, sebagai figur otoritas, sebagai panutan dalam berprestasi dan menjamin keselamatan dan perlindungan anak di masyarakat. (Cabrera & Tamis-LeMonda, 2002).

Father involvement adalah keterlibatan positif yang dilakukan ayah bersama dengan anaknya (Pleck, 1997 dalam Hodgins, 2007). Menurut Pleck (2010), father involvement

dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu positive engagement, warmth and responsiveness,

dan control. Komponen pertama, positive engagement merupakan interaksi yang intensif antara ayah dan anak dalam bentuk kegiatan yang mendorong perkembangan anak, seperti bermain bersama anak, membaca buku bersama atau berolahraga bersama. Komponen kedua,

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha dengan hangat. Komponen ketiga, control yaitu bentuk keterlibatan ayah dalam memantau dan mengetahui tentang anak dan keberadaan anak, dan membuat keputusan yang terkait dengan pemantauan (dalam Sweet, 2012).

Adanya father involvement memberikan banyak pengaruh positif bagi perkembangan anak dan ketiadaan father involvement membawa pengaruh negatif. Pengaruh positif adanya

father involvement baik secara kognitif, emosi maupun sosial yaitu anak menunjukkan prestasi akademik yang lebih baik di sekolah (William, 1997 dalam Allen & Daly, 2007). Anak yang memiliki involved fathers lebih jarang mengalami distress secara emosional dan dalam hal sosial, interaksi tatap muka antara anak dan ayah mungkin memberikan kesempatan pada anak untuk belajar keterampilan sosial yang penting dalam membina hubungan dengan teman sebaya. (Parke & O’Neil, 1997 dalam Cabrera & Tamis-LeMonda, 2002). Sebaliknya efek negatif dari ketiadaan father involvement yaitu menjadi terlalu dependen dan memiliki kesulitan berkonsentrasi (Mott, 1994 dalam Cabrera & Tamis-LeMonda, 2002).

Namun demikian, father involvement merupakan keterlibatan yang berjangka panjang sehingga butuh kesadaran serta keinginan dari ayah sendiri untuk involve dalam hidup anaknya. Saat ayah tidak menyadari dan hanya terlibat dengan terpaksa karena diminta oleh ibu maka efek involvement yang didapat akan kurang signifikan dibandingkan dengan ayah yang yang terlibat karena keinginan dan kesadaran sendiri. (Johnson & Abramovitch, 1985 dalam Lamb, 2010 hlm 8). Menurut Parke (2000) beragam tahap perkembangan yang harus dilewati ayah maupun anak mengakibatkan father involvement berbeda dari waktu ke waktu (dalam Allen & Daly, 2007).

Ayah tidak hanya berperan pada masa kanak-kanak tetapi juga pada masa remaja

karena baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa remaja mayoritas anak masih tinggal

(12)

4

Universitas Kristen Maranatha harus dilewati ayah maupun anak mengakibatkan father involvement berubah dari waktu ke

waktu. Tahap perkembangan remaja merupakan tahap perkembangan yang penting karena

selain merupakan masa transisi, anak mengalami banyak perubahan dari segi fisik, sosial

maupun kognitif pada tahap perkembangan ini. Pada masa remaja,, keinginan anak diberikan

kebebasan untuk dapat melakukan hal yang dia inginkan semakin meningkat, demikian pula

keinginan anak untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman sebaya juga semakin

meningkat (Hosley & Montemayor, 1997 dalam King, 2008).

Menurut Crandell et al (2011) saat remaja secara kognitif anak sudah memiliki kemampuan dalam berpikir abstrak, yang akan lebih memudahkan anak dalam memecahkan masalah. Namun demikian karena pengalaman remaja masih sedikit, akan banyak hal yang belum remaja pahami. Hal ini dapat menjadi masalah tersendiri untuk anak. Di samping perubahan dalam hal kognitif, pada tahap perkembangan ini juga, anak berada pada proses pembentukan identitas diri. Father involvement juga memainkan peranan penting dalam membentuk self esteem remaja. Ayah yang berbicara tentang hal-hal positif yang telah dicapai anak dan memuji hal-hal positif yang telah dilakukan anak akan banyak membantu perkembangan self esteem anak (dalam Crandell et al 2011). Ayah dapat membantu mendorong remaja dalam pemecahan masalah melalui komunikasi dengan remaja (Hauser et al., 1987 dalam Brotherson et al, 2003 hlm 194). Saat remaja, interaksi ayah dengan remaja lebih banyak dilakukan dalam bentuk komunikasi/ diskusi. Hal ini akan membantu remaja mengembangkan keterampilan problem solving (McWayne, Campos & Owsianik, 2007 dalam Susanto, 2013 hlm 109-110).

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga baik dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa lainnya seperti guru. Pada tahap perkembangan ini meskipun anak baru mulai belajar tentang dirinya dan lingkungan namun pola dan kebiasaan interaksi sosial pada tahap ini akan mempengaruhi tahap perkembangan lainnya, tidak hanya akan mempengaruhi tahap perkembangan saat remaja namun juga akan menetap sampai tahap perkembangan dewasa (dalam Crandell et al, 2011). Sejalan dengan perubahan ini, anak juga mulai memiliki kemampuan, memiliki ketertarikan untuk belajar dan mencoba sendiri melakukan berbagai keterampilan hidup (dalam Crandell et al, 2011).

Father involvement dapat membantu anak melewati tahap perkembangan ini seperti dengan mendorong anak untuk mendapatkan prestasi akademik yang lebih baik (National Center for Education Statistics, 1997; Nord & West, 2001 dalam Allen & Daly, 2007). Ayah juga memengaruhi pemahaman anak middle childhood tentang gambaran hubungan dengan teman sebaya, yang nantinya mempengaruhi penerimaan teman sebaya mereka (Rah & Parke, 2008 dalam Lamb, 2010). Komunikasi antara ayah dan anak middle childhood yang lebih fungsional berhubungan dengan self-efficacy dan penyesuaian diri anak yang lebih tinggi. (Oh, 2004 dalam Lamb, 2010).

Berdasarkan perbedaan tugas perkembangan pada anak middle childhood maupun pada anak remaja, serta dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Diferensial mengenai father involvement

pada ayah dengan anak middle childhood dan ayah dengan anak remaja pada di Jakarta. “

1.2. Identifikasi Masalah

(14)

6

Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud :

Untuk memperoleh data dan gambaran mengenai father involvement pada ayah yang memiliki anak middle childhood maupun ayah yang memiliki anak remaja di kota Jakarta Tujuan :

Untuk memperoleh gambaran mengenai father involvement pada ayah yang memiliki anak middle childhood dengan father involvement pada ayah yang memiliki anak remaja.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis

 Memberikan masukan dalam bidang Psikologi Keluarga dan Psikologi Perkembangan

khususnya yang berkaitan dengan perbedaan father involvement pada ayah dengan anak usia middle childhood dan pada ayah dengan anak usia remaja.

 Mendorong peneliti lain untuk mengembangkan dan meneliti lebih lanjut mengenai

father involvement.

1.4.2. Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi tentang pentingnya peran ayah pada keluarga melalui father

involvement yang tidak kalah pentingnya dengan peran ibu karena keduanya sama-sama memiliki peran dan perlu berperan.

1.5 Kerangka Pikir

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha anak tidak sebesar peran ibu. Waktu, ketersediaan, keterlibatan dalam kegiatan bersama dan kehangatan ayah kritis untuk perkembangan anak (dalam Crandell, et al, 2011). Pada tiap tahap perkembangan anak ayah memiliki peran demikian pula saat anak pada tahap perkembangan remaja.

Pada tahap perkembangan remaja, ayah sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada diri remaja terutama yang berkaitan dengan meningkatkannya kemandirian remaja, an emerging sense of identity or self , berubahnya berbagai pandangan remaja. Remaja mulai memikirkan tentang prestasi karena remaja mulai memandang penting masa depan sehingga remaja mulai memilikirkan tujuan apa yang ingin mereka capai dan apa saja yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perubahan kemampuan kognitif remaja juga membuat remaja mengalami transformasi dalam pandangan pribadi maupun sosial (Hill, 1980 dalam Shulman & Krenke, 1997). Dalam berperilaku ayah tidak hanya berperan sebagai orangtua tetapi ayah juga berperan sebagai teman sebaya sehingga hal ini memungkinkan ayah lebih fleksibel dalam membimbing dan merawat remaja. Hal ini juga dapat mengurangi terjadinya situasi konflik ayah dan remaja. Ayah juga menyadari dan mendukung perubahan yang remaja coba untuk atasi dan hal ini membuat ayah dapat menjadi model yang mudah untuk diidentifikasi. Meskipun ayah fleksibel dalam membimbing anak namun dalam interaksinya dengan remaja, bila dibandingkan dengan ibu ayah lebih cenderung menghukum remaja sambil mendorong kemandirian mereka. Menurut Madsen (1973), hal ini ayah lakukan untuk mentransmisi nilai-nilai sosial dan untuk mengubah remaja menjadi anggota masyarakat yang dewasa (dalam Shulman & Krenke, 1997) .

(16)

8

Universitas Kristen Maranatha untuk mendapatkan rangking. Menurut Erickson pada tahap perkembangan ini anak harus

mengembangkan “sense of industry” dan belajar untuk bekerja sama dengan teman sebaya

maupun orang dewasa. Pada masa ini, ayah yang involve akan mengambil keputusan yang terkait dengan anak seperti sekolah maupun tempat kursus yang sesuai untuk anak, mengingatkan dan memberi semangat kepada anak untuk belajar karena anak masih sulit untuk memahami manfaat dari pendidikan untuk masa depannya (dalam Crandell et al, 2011). Semakin dewasa usia anak, semakin anak ikut terlibat dalam pengambilan keputusan (Ozretich & Bowman, 2001 dalam Crandell et al, 2011). Ayah yang involve akan memberi kesempatan pada anak untuk mencoba dan memuji anak saat anak melakukannya. Hal ini akan membuat anak memperoleh harga diri yang sehat (dalam Crandell et al, 2011).

Father involvement adalah keterlibatan positif yang dilakukan ayah bersama dengan anaknya (Pleck, 1997 dalam Hodgins, 2007) yang terdiri atas tiga komponen yaitu positive engagement, warmth & responsiveness dan control. Father involvement ayah dengan anak remaja maupun ayah dengan anak middle childhood juga dapat ditelaah melalui ketiga komponen tersebut. Bila ayah menampilkan positive engagement pada remaja, ayah berkomunikasi dengan remaja seputar masa depannya maupun berdiskusi tentang berbagai isu dengan remaja seperti mendiskusikan dengan remaja tentang bahaya penyalahgunaan narkoba maupun berhubungan seksual di luar nikah. Ayah melakukan kegiatan yang diminati remaja bersama-sama serta ayah mendukung pendidikan remaja seperti ayah mendorong remaja untuk melanjutkan studi ke tingkatan yang lebih tinggi maupun ayah mendukung anak untuk meneruskan studi pada jurusan yang ia minati.

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha melalui perkataan maupun tingkah laku seperti menyatakan bahwa ia menyayangi remaja, menyempatkan diri bertemu dengan anak sebelum / sepulang kerja. Ayah juga memberikan respon yang sesuai dengan kebutuhan emosional anak seperti memuji penampilan fisik remaja, memberikan dukungan saat remaja menghadapi kegagalan. Bila ayah menampilkan

control pada remaja, ayah mengetahui keberadaan anak karena ayah memperhatikan keberadaan remaja serta mengetahui kegiatan sehari-hari remaja. Ayah mengetahui saat remaja melakukan pelanggaran karena ayah memperhatikan perilaku remaja seperti ayah mengetahui saat remaja pulang melebihi aturan jam pulang yang telah disepakati serta ayah juga berani mengambil keputusan untuk menghukum remaja saat anak melakukan pelanggaran aturan yang telah disepakati bersama baik itu dalam bentuk teguran maupun hukuman.

(18)

10

Universitas Kristen Maranatha kasar pada orang lain namun anak masih melanggar, ayah tidak segan-segan menegur anak atau memberi hukuman pada anak seperti mengurangi uang jajan anak. Dalam penelitian,

father involvement dari kedua kelompok akan dibandingkan.

Pada penelitian ini akan dijaring juga data sosiodemografis responden berupa pendidikan terakhir ayah, pendapatan ayah, pekerjaan ayah, usia ayah yang akan menggambarkan latar belakang sosial ekonomi responden secara lebih komprehensif. Studi tingkat nasional telah secara konsisten menemukan hubungan kuat antara status sosial ekonomi dan keterlibatan ayah. Beberapa peneliti menyatakan bahwa pendidikan ayah yang rendah merupakan hambatan yang cukup besar dalam keterlibatan ayah dan anak (Saleh et al dalam Wu, 2005 dalam Dwitya, 2012). Partisipasi rutin ayah dalam perawatan anak lebih tinggi pada ayah yang pekerjaannya white collar jobs dan pekerjaan profesional yang memiliki kedudukan yang lebih rendah. Sebaliknya partisipasi ayah dalam perawatan anak lebih rendah di antara ayah yang bekerja sebagai wiraswasta, ayah dalam pekerjaan blue collar jobs. (childtrends.org diunduh 15 Oktober 2015). Ayah pada keluarga yang miskin dan kurang sejahtera kurang terlibat dalam pengasuhan anaknya, semakin lama keluarga mengalami kemiskinan maka father involvement akan semakin berkurang (Harris & Marmer, 1996)

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha

father involvement akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia anak. Temuan ini menunjukkan bahwa ayah cenderung lebih terlibat dengan anak lelaki mereka dan memiliki kontak yang kurang dengan anak perempuan mereka (Hosley & Montemayor, 1997). Terakhir adalah ada tidaknya hari libur dalam seminggu untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai tersedianya waktu ayah untuk anak. Ayah yang menurunkan jam kerja mingguan mereka sering meningkatkan jumlah waktu yang mereka habiskan dengan anak-anak mereka (Allen & Daly, 2007).

(20)

12

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

1. Tahap perkembangan anak bagi ayah memberikan dampak tertentu bagi father involvement ayah.

2. Father involvement ayah dengan anak middle childhood dan ayah dengan anak remaja

akan ditentukan oleh penghayatan ayah atas positive engagement, warmth &

responsiveness control dalam berhubungan dengan anak.

1.7. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan father involvement antara ayah yang memiliki anak

remaja dengan ayah yang memiliki anak middle childhood

H1 : Terdapat perbedaan father involvement antara ayah yang memiliki anak remaja

(21)

41

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik gambaran umum mengenai

father involvement antara kelompok ayah yang memiliki anak middle childhood dan kelompok ayah yang memiliki anak remaja , yaitu sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan signifikan father involvement 2 kelompok ayah tersebut. Dengan kata lain tahap perkembangan anak memiliki ‘peran ’terhadap father involvement remaja.

Begitu juga dengan derajat father involvement-nya

2. Kelompok ayah yang memiliki anak remaja memerlihatkan derajat father involvement

yang lebih rendah dibandingkan kelompok ayah yang memiliki anak middle childhood. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan ayah dengan father involvement

dengan anak remaja

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

 Bagi peneliti lain yang ingin meneliti kembali mengenai father involvement pada

perkembangan anak disarankan untuk melakukan wawancara juga terhadap anak serta melakukan observasi disamping menjaring data ayah melalui kuesioner untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif.

5.2.2 Saran Praktis

(22)

FATHER INVOLVEMENT PADA AYAH DENGAN ANAK

MIDDLE CHILDHOOD DAN AYAH DENGAN ANAK REMAJA

DI JAKARTA

(SUATU PENELITIAN MENGGUNAKAN METODE RISET DIFERENSIAL)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun oleh : SHARLEEN NRP : 1130035

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

(23)
(24)
(25)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbinganNya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini, Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Adapun penelitian ini berjudul “Studi Diferensial mengenai father involvement pada ayah dengan anak middle childhood

dan ayah dengan anak remaja di Jakarta.”

Peneliti menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan waktu dan pemahaman peneliti. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. Kendala yang peneliti hadapi dapat dilalui berkat dukungan dari berbagai pihak, karena itulah pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Dra. O. Irene Prameswari Edwina, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Ria Wardani, M.Si.,psik dan Windu Wulan Sari, S. Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing peneliti yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk selalu memberikan arahan dan semangat pada penulis dalam menyelesaikan tugas ini

(26)

4. Efnie Indrianie, M.Psi.,psikolog selaku dosen wali yang selama ini telah membimbing peneliti.

5. Seluruh responden penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah membantu mengisi kuesioner dan memberikan informasi kepada peneliti 6. Keluarga yang senantiasa mendoakan, membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Silvia Claudia, S.Psi, Dea Hansel, S.Psi, Shiendy Suwandi, S.Psi, Anugrahita Nirmala, S.Psi, Venesya Archania, S.Psi, Kezia Sarah, S.Psi, Elizabeth Irma, S.Psi dan teman-teman lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang selalu siap mendengarkan, menjadi teman diskusi dan memberikan masukan pada peneliti dalam menyelesaikan tugas ini.

8. Teman-teman lain yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah berkontribusi dalam membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini

Akhir kata peneliti berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Bandung, Juni 2016

(27)

42

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Allen, Sarah & Kerry, Daly (2007). The Effects of Father Involvement: An Updated Research Summary of the Evidence Inventory. Guelph: Father Involvement Research Alliance Brotherson, S.E., Alan C, Acock & Takeshi, Yamamoto. (2003). Connection and

Communication in Father-Child Relationships and Adolescent Child Well-Being.

Fathering. Vol 1 No 3, hlm 191-124 Diunduh dari http://www.mensstudies.info /OJS/index.php/FATHERING/article/viewFile/200/pdf_16

Cabrera, N., C.S.Tamis-Lemonda., Robert H Bradley., Sandra., Hofferth & Michael E Lamb (2000). Fatherhood in the Twenty-First Century. Child Development. Volume 71, Number 1. 127-136

Cabrera, N., & C.S Tamis-Lemonda (Eds.) (2002). Handbook of father involvement: Multidisciplinary perspectives. New Jersey : Taylor and Francis.

Crandell, Thomas., Crandell, Corinne.,Zanden, J.V.(2011). Human Development 10th Edition. U.S: McGraw Hill.

Day, Randal D & Lamb, Michael E. (2004). Conceptualizing and Measuring Father

Involvement. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Dwitya, Juwita . Ardiana. 2012. Hubungan antara Keterlibatan Ayah dan Perilaku Prososial pada Anak Sulung Usia Prasekolah terhadap Adik Bayi. (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia : Jakarta.

Friedenberg, Lisa. (1995). Psyhological Testing Design, Analysis and Use. USA: Allyn & Bacon

Graziano. (2003). Research Method. New York: SAGE Publication. Ltd

Harris, Kathleen Mullan., Jeremy K Marmer. 1996. Poverty, Paternal Involvement, and Adolescent Well Being. Journal of Family Issues. Vol 17. No 5. 614-640. doi: 10.1177/019251396017005003

Hawkins, A.J.,Bradford, K.P.,Palkovitz, R., Christiansen, S.L., Day, R.D., Call. V.R.A. (2002). The Inventory of Father Involvement: A Pilot Study of a New Measure of Father Involvement. The Journal of Men’s Studies ,10,183-196

Hodgins, Denise. (2007). Father involvement in Parenting Young Children: A Content Analysis of Parent Education Programs in BC. (Tesis). University of Victoria: Canada.

King, Valerie. (2008). The Antecedents and Consequences of Adolescents' Relationships With Stepfathers and Nonresident Fathers. Journal of Marriage and Family . 68(4): 910–928. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ articles/PMC2239256/)

(28)

43

Universitas Kristen Maranatha John Wiley & Sons, Inc.

Lewis, Charlie., Lamb, Michael E. (2003). Fathers influences on children’s development: The evidence from two parent families. European Journal of Psychology of Education ,18, 211-228

Palkovitz, Rob .(2012). Involved Fathering and Men’s Adult Development : Provisional

Balances. New Jersey : Taylor & Francis

Pleck, J. H. (2010). Paternal involvement: Revised conceptualization and theoretical linkages with child outcomes. In M. E. Lamb (Ed.), The role of the father in childdevelopment

(5th ed., pp. 67–107). New York, NY: Wiley.

Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology : A Step By Step Guide for Beginners. Australia : SAGE Publications.

Shulman, Shmuel., Inge Seiffge Krenke. (1997). Fathers and Adolescents Developmental and Clinical Perspectives. Great Britanian : Routledge

Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif . Jakarta : Kencana Sugiyono, (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Susanto, Moh Dedy. (2013). Keterlibatan ayah dalam pengasuhan, kemampuan coping dan resiliensi remaja. Jurnal Magister Sains dan Praktik Psikologi UMM. (tesis). I (2), 101-113

Sweet, Holly Barlow. (2012). Gender in the therapy hour : Voices of Women Clinicians Working with Men. USA.Taylor & Francis Group. p. 203-204.

(29)

44

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Childtrends.org. (2013). Research Brief : How Do Social, Economic, and Cultural Factors

Influence Fathers’ Involvement with Their Children?. Washington:

(http://www.childtrends.org/wp-content/uploads/2013/04/dadinfluence.pdf diakses 15 Oktober 2015)

Civitas.org. How Do Fathers Fit In?. London : The Institute for The Study of Civil Society (http://www.civitas.org.uk/hwu/fathers.php diakses 4 Agustus 2015)

Isnaeni, Nadya. 12 Nov 2014. Sejarah Lahirnya Hari Ayah Nasional. Jakarta : news.liputan6.com (http://news.liputan6.com/read/2132816/sejarah-lahirnya-hari ayah-nasional diakses 5 Mei 2016)

Krismantari , Ika (2012). Calling Fathers Back to the Family. The Jakarta Post (http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/22/calling-fathers-back-family.html diakses pada 3 Maret 2014)

Lewis, Joe. 1991. The Physiological and Psychological Development of the Adolescent. Yale-New Haven Teachers Institute (http://www.yale.edu/ynhti/curriculum/ units/1991/5/ 91.05.07.x.html diakses 24 April 2016)

Sidi, Ieda Poernomo Sigit & Bernadette N. Setiadi .4 Desember 2013. Manusia Indonesia Abad 21 yang berkualitas tinggi ditinjau dari sudut pandang psikologi. Jakarta: Hipmsi.or.id.(http://himpsi.or.id/publikasi/makalah-artikel/25-manusia-indonesia-abad -21-yang-berkualitas-tinggi-ditinjau-dari-sudut-pandang-psikologi, diakses 5 Mei 2016)

Referensi

Dokumen terkait

Semoga dengan skripsi ini beliau bertiga menginspirasi wanita usia madya lain yang masih berjuang dalam menjalani hidup pasca kematian suami.. Tanpa beliau

Hasil yang dicapai dalam penciptaan karya berupa batik modern dalam bentuk burung dengan gaya, karakter dan prilaku lovebird ini didominasi oleh perpaduan

dicapai ; (5) Dari hasil wawancara dan angket yang dirangkum, seluruh responden menyukai model pembelajaran seperti ini dan sebagian besar responden berpendapat bahwa

Pada tulisan ini disajikan hasil penelitian kami yang berjudul Asosiasi Laju Filtrasi Glomerulus dengan Kadar Intak Hormon Paratiroid Pasien Penyakit Ginjal Kronis Non

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGARUH

Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) pengguna layanan Jasa SAR di Kantor Pencarian dan Pertolongan Semarang, berdasarkan peringkat ruang lingkupnya, diperoleh

Maka dalam penelitian ini, pengamatan digunakan untuk menyaksikan dengan seksama atau cermat yang kemudian peneliti mencatat atau merekam informasi yang disampaikan

“Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai logicomathematicallearning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan carayang menyenangkan dan