• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Ibu Pasca Melahirkan Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Ibu Pasca Melahirkan Tahun 2014."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM

KEGAGALAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

PADA IBU PASCA MELAHIRKAN TAHUN 2014

Ragita Anandhita Putri, 2014

Pembimbing 1 : dr.Stella Tinia Hasiana,M.Kes,IBCLC

Pembimbing 2 : dr.July Ivone,MKK.MPd Ked

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah untuk mengurangi angka kematian bayi. IMD sangat bermanfaat bagi

bayi karena dapat menstabilkan suhu tubuh dan pernapasan serta membuat bayi

segera mendapat kolostrum yang sangat penting untuk daya tahan tubuh.

Walaupun demikian, Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa cakupan IMD di

Indonesia hanya 34,5%.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan rancangan penelitian

cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan

kepada ibu pascamelahirkan. Dari 150 kuesioner yang diambil, hanya 73 sampel

yang memenuhi kriteria subjek penelitian yaitu ibu yang mengalami kegagalan

inisiasi menyusu dini pascamelahirkan.

Dari hasil penelitian ini didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi

kegagalan IMD adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui (74,0%),

kurangnya dukungan suami/keluarga (63,0%), persalinan caesar (56,1%),

kurangnya pelayanan petugas/tenaga kesehatan (53,4%), Ibu primipara (45,2%),

promosi susu formula (43,8%) dan bayi prematur (19,1%). Dengan demikian,

edukasi masyarakat mengenai menyusui menjadi intervensi yang paling efektif

untuk meningkatkan keberhasilan menyusui dan pelaksanaan IMD serta hal-hal di

atas perlu menjadi perhatian calon orang tua sehingga kesehatan ibu dan anak di

Indonesia dapat ditingkatkan.

(2)

ABSTRACT

DESCRIPTIVE FACTORS THAT AFFECTED THE FAILURE

OF EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING IN

POSTPARTUM MOTHER IN 2014

Ragita Anandhita Putri, 2014

Tutor I : dr.Stella Tinia Hasiana,M.Kes,IBCLC

Tutor II : dr.July Ivone,MKK.MPd Ked

Early initiation of breastfeeding is one effort that was attempted by the

government to reduce infant mortality. Early initiation of breastfeeding could

stabilized body temperature and

respiratory of babies and baby could get

colostrum which is very important for their immune system. Despite this,

Riskesdas

in 2013 showed that the scope of early initiation of breastfeeding in

Indonesia was only 34,5%

This research was done

to obeserve factors that affected the failure of early

initiation of breastfeeding for postpartum mother. The methods used in this

research was descriptive with a cross sectional design and questionnaire was

used as the instrument. From 150 questionnaire, only 73 samples that matched

the criteria which is mother who had fail to do the early initiation of

breastfeeding.

Based on the research, factors affected the failure of early initiation of

breastfeeding was lacked of knowledge mother about breastfeeding

(74.0%), the

husband and family was less supported

(63.0%), caesar labor

(56.1%),

the

service from employee in the hospital was less satisfied (53.4%), primipara

women

(45.2%),

promotion of infant formula

(43.8%),

and the premature baby

(19.1%). Therefore, community education about breastfeeding became the most

effective intervention to increase the success of breastfeeding and the

implementation of early initiation of breastfeeding. Also, the success of point

above had to be the main attention for all propective parents, so that the health of

mother and children in Indonesia could be improved.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

i

LEMBAR PERSETUJUAN

ii

SURAT PERNYATAAN

iii

ABSTRAK

iv

ABSTRACT

v

KATA PENGANTAR

vi

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1

1.1

Latar Belakang

1

1.2

Identifikasi Masalah

2

1.3

Tujuan

2

1.4

Manfaat Karya Tulis Ilmiah

3

1.4.1

Manfaat Akademis

3

1.4.2

Manfaat Praktis

3

1.5

Landasan teoritis

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4

2.1 Anatomi Payudara

4

2.1.1

Struktur

4

2.1.2

Pembuluh Darah

6

2.1.3

Aliran getah Bening

6

2.1.4

Persarafan

7

2.2 Fisiologi Payudara

7

(4)

2.3 Air Susu Ibu (ASI)

10

2.3.1

Definisi ASI

10

2.3.2

Macam ASI

10

2.3.3

Komposisi ASI

11

2.3.4

Manfaat ASI

12

2.4 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

14

2.4.1

Definisi IMD

14

2.4.2

Beberapa Penelitian Tentang IMD

15

2.4.3

Persiapan Melakukan IMD

16

2.4.4

Tata Laksana IMD

17

2.4.5 Perilaku Sebelum Bayi Berhasil Menyusu

(Pre-feeding behavior)

19

2.4.6 Manfaat IMD

20

2.4.7

Hal-Hal Penyebab Kegagalan IMD

21

2.4.8 10 langkah menuju keberhasilan menyusui

25

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

26

3.1

Desain Penelitian

26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

26

3.3 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

26

3.4 Besar Sampel

26

3.5

Kriteria Sujek Penelitian

27

3.6

Definisi Operasional

27

3.7 Rencana Pengolahan Data

30

3.8 Aspek Etik Penelitian

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

31

4.1 Karakteristik Responden

31

(5)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

38

5.1

Simpulan

38

5.2

Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN

44

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

31

Tabel 4.2 Distribusi Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan

Pelaksanaan IMD pada Ibu Pascamelahirkan

32

Tabel 4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

5

Gambar 2.2 Aliran getah bening payudara

6

Gambar 2.3 Proses pengeluaran ASI

7

Gambar 2.4 Refleks Prolaktin

8

Gambar 2.5 Refleks Oksitosin

9

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta

Dalam Penelitian

44

Lampiran II Kuesioner

45

Lampiran III Hasil Penelitian

50

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah proses bayi mulai

menyusu sendiri segera setelah dilahirkan. Pada proses ini, bayi dibiarkan mencari

puting susu ibunya sendiri setidaknya selama satu jam di dada atau perut ibu

dengan kontak kulit antara ibu dan bayi. Cara bayi melakukan IMD dinamakan

the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2012). UNICEF,

WHO dan WABA telah merekomendasikan pelaksanaan IMD pada bayi baru

lahir yang akan mencegah 22% kematian bayi di bawah satu bulan di

negara-negara berkembang (UNICEF, 2007).

IMD berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Devolepment Goals

(MDGs) yaitu membantu mengurangi angka kemiskinan, kelaparan, serta

kematian anak dan balita. Memperhatikan pentingnya IMD maka sudah

selayaknya program ini perlu lebih diperhatikan (Roesli, 2012). Selain itu

UNICEF menyatakan bahwa IMD merupakan salah satu dari 10 langkah menuju

keberhasilan menyusui yang akan memberi dampak positif bagi kesehatan ibu dan

bayi. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini delapan kali lebih berhasil dalam

menyusu eksklusif dan lama menyusu hingga usia 2 tahun (Roesli, 2012).

(10)

lain minimnya informasi dan pengetahuan yang harus dilakukan tentang teknik

menyusui yang benar, adanya hambatan yang berhubungan dengan pelayanan di

tempat persalinan serta kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota

keluarga (Indramukti, 2013).

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi

salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Mengutip data hasil Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 didapatkan kematian bayi mencapai 32

per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2012). Pemberian ASI secara dini adalah

salah satu intervensi yang dapat secara signifikan mengurangi angka kematian

bayi. The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta

bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama

kelahiran (Raharjo, 2014). Selain itu periode persalinan memberikan dampak

besar terhadap Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Kemenkes (2014) AKI

di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Adanya perdarahan

merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan salah satu upaya untuk

mencegahnya yaitu dilakukannya pelaksanaan IMD (Kemenkes, 2014). Melalui

penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui lebih lanjut mengenai

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kegagalan

pelaksanaan

IMD

pada

ibu

pascamelahirkan sehingga dapat dilakukan intervensi serta upaya untuk

meningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia.

1.2

Identifikasi Masalah

Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada

ibu pascamelahirkan.

1.3

Tujuan Penelitian

(11)

1.4

Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan dan informasi mengenai IMD khususnya terhadap

hal-hal yang dapat memyebabkan kegagalan IMD.

1.4.2 Manfaat Praktis

Masyarakat dapat mengetahui informasi mengenai IMD dan hal-hal yang

menyebabkan kegagalan IMD sehingga dapat menerapkan program IMD

pascamelahirkan

1.5

Landasan Teoritis

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses bayi menyusu dalam 1 jam

pertama setelah lahir. Pada proses ini, bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya

sendiri. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara ibu dan bayi (Maryunani,

2012). Sentuhan dan isapan bayi pada puting ibu selama proses IMD akan

merangsang refleks neurohormonal yang akan memproduksi dua hormon yaitu

hormon prolaktin yang akan mengatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi

ASI dan hormon oksitosin yang membuat sel sel otot di sekitar alveoli

berkontraksi sehingga ASI dapat keluar melalui puting susu ibu (Prasetyono,

2012). Pelaksanaan IMD akan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang dan nutrisi

bayi karena ASI memiliki kualitas dan kuantitas optimal yang meningkatkan

kecerdasan, mencegah hipotermia dan memberikan kesehatan bayi dengan

kekebalan pasif melalui kolostrum, sedangkan manfaat bagi ibu akan merangsang

produksi hormon oksitosin dan prolaktin yang akan meningkatkan keberhasilan

produksi ASI dan mengurangi perdarahan pascamelahirkan

(Indramukti, 2013).

Manfaat yang didapatkan oleh bayi dan ibu pascamelahirkan berperan penting

(12)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Faktor utama penyebab kegagalan pelaksanaan IMD adalah kurangnya

pengetahuan ibu tentang menyusui diikuti dengan kurangnya dukungan

suami/keluarga, persalinan caesar, kurangnya pelayanan petugas/tenaga

kesehatan, ibu primipara, promosi susu formula dan bayi prematur.

5.2 Saran

1.

Pemberian informasi mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan

IMD kepada ibu hamil.

2.

Perlu diadakan sosialisasi terus-menerus kepada petugas kesehatan mengenai

IMD sehingga pelaksanaan IMD dapat berjalan dengan baik dan

meningkatkan keberhasilan ASI esklusif.

(13)

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI PADA IBU PASCAMELAHIRKAN

TAHUN 2014

DESCRIPTIVE FACTORS THAT AFFECTED THE FAILURE OF EARLY

INITIATION OF BREASTFEEDING IN POSTPARTUM MOTHER IN 2014

Stella Tinia Hasiana

1

, July Ivone

2

, Ragita Anandhita Putri

3

1

Bagian Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

2

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

3

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM KEGAGALAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI PADA IBU PASCA MELAHIRKAN TAHUN 2014

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi angka kematian bayi. IMD sangat bermanfaat bagi bayi karena dapat menstabilkan suhu tubuh dan pernapasan serta membuat bayi segera mendapat kolostrum yang sangat penting untuk daya tahan tubuh. Walaupun demikian, Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa cakupan IMD di Indonesia hanya 34,5%.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada ibu pascamelahirkan. Dari 150 kuesioner yang diambil, hanya 73 sampel yang memenuhi kriteria subjek penelitian yaitu ibu yang mengalami kegagalan inisiasi menyusu dini pascamelahirkan.

Dari hasil penelitian ini didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan IMD adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui (74,0%), kurangnya dukungan suami/keluarga

(63,0%), persalinan caesar (56,1%), kurangnya pelayanan petugas/tenaga kesehatan (53,4%), Ibu

primipara (45,2%), promosi susu formula (43,8%) dan bayi prematur (19,1%). Dengan demikian, edukasi masyarakat mengenai menyusui menjadi intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan keberhasilan menyusui dan pelaksanaan IMD serta hal-hal di atas perlu menjadi perhatian calon orang tua sehingga kesehatan ibu dan anak di Indonesia dapat ditingkatkan.

Kata kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Angka Kematian Bayi

ABSTRACT

(14)

respiratory of babies and baby could get colostrum which is very important for their immune system. Despite this, Riskesdasin 2013 showed that the scope of early initiation of breastfeeding in Indonesia was only 34,5%

This research was done to obeserve factors that affected the failure of early initiation of breastfeeding for postpartum mother. The methods used in this research was descriptive with a cross sectional design and questionnaire was used as the instrument. From 150 questionnaire, only 73 samples that matched the criteria which is mother who had fail to do the early initiation of breastfeeding.

Based on the research, factors affected the failure of early initiation of breastfeeding was lacked of knowledge mother about breastfeeding (74.0%), the husband and family was less supported

(63.0%), caesar labor (56.1%), the service from employee in the hospital was less satisfied (53.4%),

primipara women (45.2%), promotion of infant formula (43.8%), and the premature baby (19.1%).

Therefore, community education about breastfeeding became the most effective intervention to increase the success of breastfeeding and the implementation of early initiation of breastfeeding. Also, the success of point above had to be the main attention for all propective parents, so that the health of mother and children in Indonesia could be improved.

Keyword : Early Initiation of breastfeeding, Infant Mortality Rate

PENDAHULUAN

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah proses bayi mulai menyusu sendiri segera setelah dilahirkan. Pada proses ini, bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri setidaknya selama satu jam di dada atau perut ibu dengan kontak kulit antara ibu dan bayi. Cara bayi melakukan

IMD dinamakan the breast crawl atau

merangkak mencari payudara1. UNICEF,

WHO dan WABA telah merekomendasikan pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir yang akan mencegah 22% kematian bayi di bawah

satu bulan di negara-negara berkembang2

IMD berperan dalam pencapaian tujuan

MilleniumDevolepment Goals (MDGs) yaitu membantu mengurangi angka kemiskinan, kelaparan, serta kematian anak dan balita. Memperhatikan pentingnya IMD maka sudah selayaknya program ini perlu lebih

diperhatikan1. Selain itu UNICEF

menyatakan bahwa IMD merupakan salah satu dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang akan memberi dampak positif bagi kesehatan ibu dan bayi. Bayi

yang diberi kesempatan menyusu dini delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif dan lama menyusu hingga usia 2 tahun1.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mengumpulkan data bahwa di Indonesia persentase ibu mulai menyusui kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 % dan terendah di Papua Barat 21,7%, sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada

kisaran waktu 1-6 jam setelah lahir3.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghana terhadap 10947 bayi lahir antara Juni 2003

sampai Juni 2004 disebutkan bahwa

kematian bayi cenderung meningkat setiap hari apabila tidak terlaksananya permulaan

menyusui4. Dalam penelitian Indramukti

(2013) menyatakan rendahnya penerapan IMD pada ibu pascamelahirkan disebabkan karena adanya beberapa hal antara lain minimnya informasi dan pengetahuan yang harus dilakukan tentang teknik menyusui

yang benar, adanya hambatan yang

(15)

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Mengutip data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 didapatkan kematian bayi mencapai 32 per

1000 kelahiran hidup6. Pemberian ASI secara

dini adalah salah satu intervensi yang dapat

secara signifikan mengurangi angka

kematian bayi. The World Alliance for

Breastfeeding Action (WABA)

memperkirakan 1 juta bayi dapat

diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan

ASI pada 1 jam pertama kelahiran4. Selain itu

periode persalinan memberikan dampak besar terhadap Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Kemenkes (2014) AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000

kelahiran hidup. Adanya perdarahan

merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan salah satu upaya untuk

mencegahnya yaitu dilakukannya

pelaksanaan IMD7. Melalui penelitian ini

penulis berharap dapat mengetahui lebih

lanjut mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan sehingga dapat dilakukan intervensi serta upaya untuk meningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia.

BAHAN DAN CARA

Sampel dipilih menggunakan metode

whole sampling yang dikumpulkan di Poli Anak RS Immanuel selama dua bulan sejak tanggal 23 Juni sampai 23 Agustus pada

pukul 8.00-12.00. Instrumen yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.

ANALISIS DATA

Data yang diperoleh diolah secara manual dan disusun dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 150 sampel yang diambil, 73 sampel memenuhi kriteria subjek penelitian. Berikut karakteristik responden :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)

Usia

< 20 tahun 2 2,7

20-35 tahun 64 87,7

> 35 tahun 7 9,6

Pekerjaan

Ibu rumah tangga 44 60,2

Wiraswasta 8 10,1

Pegawai swasta 18 24,6

Pegawai negeri 3 4,1

Pendidikan

SMP 8 10,1

SMA/Sederajat 42 57,5

Sarjana 23 31,5

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa 87,7% responden adalah wanita pada

usia reproduktif, 60,2% responden

(16)

berpendidikan SMA/Sederajat .

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kegagalan IMD. Berikut ini tabel persentase

dari masing-masing faktor yang

mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan:

Tabel 4.2 Distribusi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan IMD Pada Ibu Pascamelahirkan

Faktor- Faktor Jumlah Persentase (%)

Pengetahuan ibu tentang menyusui

Baik 19 26

Kurang 54 74,0

Dukungan suami/keluarga

Mendapat dukungan 27 36,9

Tidak mendapat dukungan 46 63,0

Persalinan caesar

Ya 41 56,1

Tidak 32 43,8

Pelayanan petugas/tenaga kesehatan

Mendapat pelayanan 34 46,5

Tidak mendapat pelayanan 39 53,4

Ibu primipara

Ya 33 45,2

Tidak 40 54,7

Promosi susu formula

Mendapat promosi 32 43,8

Tidak mendapat promosi 41 56,2

Bayi prematur

Ya 32 19,1

Tidak 41 56,1

Tabel 4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Pelaksanaan IMD Pada Ibu Pascamelahirkan

Faktor-Faktor Jumlah Persentase (%)

Kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui 54 74,0

Kurangnya dukungan suami/keluarga 46 63,0

Persalinan caesar 41 56,1

Kurangnya pelayanan petugas/tenaga kesehatan 39 53,4

Ibu primipara 33 45,2

Promosi susu formula 32 43,8

(17)

Berdasarkan tabel faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan, didapatkan faktor

kurangnya pengetahuan ibu tentang

menyusui berjumlah 54 responden (74%),

kurangnya dukungan suami/ keluarga

berjumlah 46 responden (63%), persalinan

Caesar berjumlah 41 responden (56,1%),

kurangnya pelayanan petugas/tenaga

kesehatan berjumlah 39 responden (53,4%), ibu primipara berjumlah 33 responden (45,2%), promosi susu formula berjumlah 32 responden (43,8%) dan bayi prematur berjumlah 14 responden (19,1%).

Dari hasil penelitian didapatkan faktor

kurangnya pengetahuan ibu tentang

menyusui menjadi faktor utama penyebab kegagalan IMD. Pada hasil penelitian persentase terbesar didapatkan sebesar 74% berpengaruh ibu tidak melaksanakan IMD.

Dalam penelitian Wirawati, et al. (2014) Ibu

yang kurang pengetahuan tentang menyusui akan mudah terpengaruh untuk memberikan makanan/minuman selain ASI pada bayi baru lahir sehingga ibu dengan pengetahuan kurang memiliki peluang lebih kecil untuk

memberikan ASI pertama pada bayi8.

Katherine, et al. (2005) dalam penelitiannya menyatakan sebagian besar ibu masih kurang memiliki pengetahuan mengenai menyusui

dan mencerna informasi mengenai

pemberian makanan pada bayi9. Selain itu

pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sangat memiliki peran penting dalam pelaksanaan IMD. Dalam penelitian Horri, et al. (2011) ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif lebih besar kemungkinannya untuk

melaksanakan IMD10.

Pada studi kualitatif Fikawati dan Syafiq

(2010) menyatakan bahwa faktor

predisposisi kegagalan ASI eksklusif yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang tentang menyusui dan faktor yang paling mungkin menyebabkan kegagalannya

adalah tidak terlaksananya IMD11. Oleh

karena itu sejak masa kehamilan, sangat penting bagi ibu untuk dibekali pengetahuan tentang manfaat dan keunggulan menyusui, fisiologi laktasi serta bagaimana cara memposisikan dan melekatkan bayi pada

payudara. Sebuah review dari US Preventive

Services Task Force pada bulan Juli 2003 pendidikan menyusui menjadi intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan

pelaksanaan IMD dan keberhasilan

menyusui9.

Kurangnya dukungan suami/keluarga

menjadi penyebab kedua terbanyak ibu tidak melaksanakan IMD dengan persentase 63%.

Dukungan atau support dari orang terdekat

sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui, semakin besar dukungan yang didapatkan maka semakin besar kemampuan

ibu untuk menyusui12. Pada ibu

pascamelahirkan kondisi emosi yang stabil menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu, kestabilan emosi tersebut dapat diraih apabila suami atau anggota keluarga turut mendukung selama proses

kehamilan dan menyusui1.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Al-Akour, et al. (2010) ibu yang mendapat

dukungan suami/anggota keluarga selama

kehamilan dan pascamelahirkan

memberikan dampak positif terhadap

keberhasilan IMD dengan persentase sebesar

77,9%13. Meskipun demikian masih banyak

pasangan/suami yang merasa tidak terlibat dan tidak perlu ikut campur dalam proses sosial ini serta cenderung menyerahkan segala urusan pemberian ASI pada ibunya, sedangkan keterlibatan seorang suami dalam pelaksanaan IMD akan memberi motivasi

ibu untuk menyusui14. Abdullah (2014)

menyatakan dalam penelitiannya terdapat 39% pasangan/suami memberikan sikap

negatif terhadap ibu untuk menyusui15.

Adanya dukungan suami/pasangan

(18)

pelaksanaan IMD dan lama menyusui16. Oleh

karena itu dukungan atau support akan

sangat membantu membangkitkan

kepercayaan diri ibu dalam keberhasilan menyusui terutama ASI ekslusif 6 bulan. Persalinan caesar berpengaruh sebanyak 56,1% terhadap kegagalan IMD. Menurut Rios, et al. (2008) ada beberapa hal yang menyebabkan terhambatnya IMD pada ibu

dengan pascapersalinan caesar yaitu tidak

dilakukannya rooming in (rawat gabung),

stres pada ibu, rasa nyeri pascaoperasi, dan kondisi sayatan pada perut ibu yang menyebabkan ibu memilih untuk istirahat dan memulihkan kondisi-nya yang lemas akibat pengaruh anestesi17.

Dalam penelitian Isnaini (2009) memperoleh data pada kelompok responden yang

menjalani persalinan caesar dengan jumlah

24 responden, hanya terdapat 1 responden (4,2%) yang berhasil melakukan IMD pada satu jam pertama persalinan dan 23 responden (4,2%) lainnya belum berhasil melakukan IMD. Bagi ibu, dalam kondisi nyeri tidak bisa dipaksakan untuk segera melakukan IMD. Oleh karena itu pada pasien dengan persalinan caesar baru dapat berhasil memberikan ASI pertama pada bayi setelah lebih dari 1 jam pascamelahirkan18. Pada faktor kurangnya pelayanan

petugas/tenaga kesehatan mendapatkan

persentase sebesar 53,4% terhadap kegagalan IMD. Keberhasilan program IMD sangat dipengaruhi oleh sikap dan motivasi petugas/tenaga kesehatan. Pada penelitian yang dilakukan Nuryanti, et al. (2013) dari 31 orang yang tidak melakukan IMD, 21 orang diantaranya (68,0%) diakibatkan oleh petugas kesehatan yang tidak menerapkan tata cara pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan. Tampak dari tindakan sesaat setelah persalinan bayi langsung dibersihkan, ditimbang, diberi suntikan, dan setelah itu diletakkan di dada ibu untuk disusui. Seharusnya, penimbangan dan

pemberian suntikan pada bayi dapat ditunda

setelah IMD selesai19. Mengingat peran

fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan

yang memiliki peran penting dalam

pelaksanaan IMD, maka upaya sosialisasi dan pelatihan manajemen laktasi bagi para tenaga kesehatan merupakan suatu hal yang

perlu dilakukan. Pelatihan ini dapat

dilakukan bagi para tenaga di institusi tersebut maupun memasukannya dalam kurikulum pendidikan tenaga kesehatan.

Selanjutnya pada ibu primipara

mendapatkan persentase dengan jumlah 45,2% berpengaruh terhadap kegagalan

IMD. Ibu dengan riwayat primipara

memiliki jumlah reseptor prolaktin yang jumlahnya lebih sedikit daripada ibu yang pernah menyusui sebelumnya karena makin banyak jumlah reseptor prolaktin yang

terbentuk, produksi ASI semakin

meningkat20. Pada penelitian Beermann

(2011) menyatakan pada ibu dengan riwayat

primipara hanya 48,5% melakukan IMD21.

Selain itu Najem & Al-Deen (2011) menyatakan beberapa hal penyebab ibu primipara tidak melakukan IMD yaitu kurangnya pengalaman, tidak percaya diri saat menyusui, masalah pada ukuran puting serta tidak keluarnya ASI pascamelahirkan sehingga ibu merasa bayi nya tidak cukup mendapatkan ASI dan melakukan pemakaian susu formula yang akan menghambat pelaksanaan skin to skin contact antara ibu dan bayi22.

Adanya promosi susu formula

mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD

sebesar 43,8%. Banyak perilaku dari oknum

individu masyarakat, institusi atau produsen

susu membawa kemunduran dalam

pelaksanaan IMD. Dapat dilihat dari

pemberian sampel susu/merchandise yang

(19)

penelitian yang dilakukan oleh Ainun (2011) sebagian ibu menyatakan sumber promosi susu formula adalah pelayanan kesehatan sebesar 76%, 21% ibu melihat iklan susu formula di rumah sakit, 19,5% dipraktik

klinik swasta, 19,5% di puskesmas,

disamping itu lebih dari 60% ibu

menyatakan bahwa menerima susu formula baik dari rumah sakit atau rumah bersalin dan sekitar 40% ibu menerima hadiah dari

perusahaan susu formula23. Selain itu

Beermann (2011) menyatakan dalam

penelitiannya dari total ibu yang tidak melakukan IMD 66,3% disebabkan oleh

penggunaan susu formula21. Adanya

peraturan mengenai penggunaan dan

promosi susu formula yang dibuat oleh

WHO dalam International code for

breastmilk substitute marketing sangat perlu diperhatikan sehingga ibu tidak terpengaruh oleh promosi susu formula dan lebih mengupayakan untuk memberikan ASI eksklusif.

Keadaan bayi prematur memberi

pengaruh terkecil yaitu sebesar 19,1% terhadap kegagalan IMD. Bayi prematur sangat rentan terkena infeksi, hiponatremia,

hipoglikemia, hiperbilirubinemia dan

respiratory distress syndrome sehingga bayi perlu tindakan segera yang akan menunda terlaksananya IMD. Dalam penelitian Sema,

et al. (2012) menyatakan bahwa pada bayi prematur pematangan berbagai sistem tubuh belum sempurna seperti sistem pernapasan, sistem pencernaan, dan sistem imunitas. Kemampuan bayi dari berbagai sistem tubuh tersebut sangat diperlukan untuk melakukan koordinasi saat melakukan IMD seperti

penghisapan dan penelanan air susu24. Tetapi

tidak semua ibu yang memiliki bayi

prematur mengalami kegagalan IMD,

berdasarkan data yang di dapatkan di Amerika Serikat bayi prematur yang berada dalam NICUs dapat melakukan kontak kulit

ibu dan bayi selama 120-400 menit25.

SIMPULAN

Faktor utama penyebab kegagalan

pelaksanaan IMD adalah kurangnya

pengetahuan ibu tentang menyusui diikuti

dengan kurangnya dukungan

suami/keluarga, persalinan caesar,

kurangnya pelayanan petugas/tenaga

kesehatan, ibu primipara, promosi susu formula dan bayi prematur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi

Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif.

Jakarta: Pustaka Bunda.

2. UNICEF. (2007). Initiation of

Breastfeeding by Breast Crawl. UNICEF

Maharashtra .

3. RISKESDAS. (2010). Riset Kesehatan

Dasar.

4. Raharjo, B. B. (2014). Profil dan Peran Bidan Dalam Praktik Inisiasi Menyusu

Dini dan ASI ekslusif. Jurnal

Kesehatan Masyarakat, 1, 53-63.

5. Indramukti, F. (2013). Faktor Yang

Berhubungan Dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Pasca

Ibu Bersalin Normal. Unnes Of Public

Health .

6. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. (2012). Profil Kesehatan

indonesia 2012. Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/dow nload/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf.

7. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. (2014). Jadilah Krtini

Indonesia Yang Tidak Mati Muda

(Pencanangan Kampanye Peduli

Kesehatan Ibu 2014). Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal

(20)

8. Amin, W., Agung, I. W., & Sri, E. (2014). Pengaruh Faktor Sosisal Ibu

Terhadap Keberhasilan Menyusui

Pada Dua Bulan Pertama. Journal

Kedokteran Brawijaya, 28. 9. Shealy, K. R., Li, R., Davis, S. B., &

Grummer-strawn, L. (2005). The CDC

Guide to Breatfeeding

Interventions. National Center for

Chronic Disease Prevention and

Health Promotion .

10. Horii, N., Guyon, A. B., & Quinn, V. J.

(2011). Determinants of De;ayed

Initiaton of Breastfeeding in Rural Ethiopia: Programmatic Implications.

Food and Nutrition Bulletin , 32, 94-102.

11. Fikawati, S., & Syafiq, A. (2014). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini di

Indonesia. Makara Kesehatan , 14,

17-24.

12. Wiji, R. N. (2013). ASI dan Panduan

Ibu Menyusui. Yogyakarta.

13. Al-Akour, N. A., Khassawneh, M. Y.,

Ababneh, A. A., & Haddad, A. H.

(2010). Factors Affecting Intention

to Breastfeed Among Syrian an Jordanian mothers: a

comparative-sectional study. International

Breastfeeding Journal .

14. Mannion, C. A., Hobbs, A. J.,

Mcdonald, S. W., & Tough, S. C. (2013).

Maternal Perceptions of Partner

Support During Brestfeeding.

International Breastfeeding Journal .

15. Abdullah, M. T. (2014). T he

implementation of early initiation of

brestfeeding at the mamboro

public health center, in North

Palu Central Sulawesi Province.

International Journal of Research ih Health Siences, 2 (4), 1094.

16. Dennis, C. L. (2002). Breastfeeding

Initiation and Duration. Journal of

Obstetric Gynecology & Neonatal Nursing, 31 (1), 12-32.

17. Rios, N. P., Valencia, G. R., & Ortiz, A. P. (2008, June 6). Cesarean Delivery as a Barrier for Breastfeeding Initiation:

The puerto Rican Experience. J Hum

Lact .

18. Arifah, I. N. (2009, Desember).

Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi

Menyusu Dini Antara Persalinan

Normal dengan Caesar di Ruang An-nissa RSI Sultan Agung Semarang. 19. Nuryanti, Hadju, V., & Jafar, N. (2013).

Praktek Inisiasi Menyusu Dini di RSIA

Sitti Khadijah Meuhammadiyah

Cabang Makasar. Media Gizi

Masyarakat Indonesia, 2.

20. International Lactation Consultant

Association. (2012). Core Curriculum

For Lactation Consultant Practice (3 ed.). Jones & Bartlett Learning.

21. Beerman, K. (2011). The effectiviness of

Prenatal Education on Breastfeeding Initiation and Condition Rates. 22. Najem, B., & Al-Deen, D. L. (2011,

July). Breast Feeding Problem in Primipara Mother in Early Postnatal Period.

23. Musrifah, A. (2010). Gambaran

Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada

Bayi Baru Lahir Diruang Bersalin

RSUD Ratu Zalecha Matapura Tahun 2010.

24. Koguoglu, S., Yildiz, H., Tanir, K. M., & Demirbag, C. B. (2012). Breastfeeding

After a Cesarian Delivery.

25. Mastrup, R. (2014). Breastfeeding of

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. T. (2014). T he implementation of early initiation of brestfeeding at

the mamboro public health center, in North Palu Central Sulawesi

Province. International Journal of Research ih Health Siences , 2 (4),

1094.

Afifah. (2009). Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Al-Akour, N. A., Khassawneh, M. Y., Ababneh, A. A., & Haddad, A. H. (2010).

Factors Affecting Intention to Breastfeed Among Syrian an Jordanian

mothers: a comparative-sectional study. International Breastfeeding

Journal .

Amin, W., Agung, I. W., & Sri, E. (2014). Pengaruh Faktor Sosisal Ibu Terhadap

Keberhasilan Menyusui Pada Dua Bulan Pertama. Journal Kedokteran

Brawijaya , 28.

Arifah, I. N. (2009, Desember). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu

Dini Antara Persalinan Normal dengan Caesar di Ruang An-nissa RSI

Sultan Agung Semarang.

Astutik, R. Y. (2013). Payudara dan Laktasi. Salemba Medika.

Australian Breastfeeding Association. (2012, December).

Badan Penelitian dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat. (2010, December 1).

diunduh Januari 27, 2014,

dari

www.litbang.depkes.go.id/...riskesdas2010/Laporan_Riskesdas_2010.pdf

Beerman, K. (2011). The effectiviness of Prenatal Education on Breastfeeding

Initiation and Condition Rates.

Breast Crawl. (2014). Initiation of Brestfeeding.

Caltabiano, M. L., Safarino, E. L., Byrne, E. L., & Byrne, D. (2008). Health

Psychology, Biopsychosocial Interations. John Willey & Sons.

Dashner, R. A. (2012). Clinical Anatomy of The Breast.

Dennis, C. L. (2002). Breastfeeding Initiation and Duration. Journal of Obstetric

Gynecology & Neonatal Nursing , 31 (1), 12-32.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Paket Modul Kegiatan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI esklusif 6 bulan.

Dewi, Y., & Fauzi, D. A. (2007). Operasi Caesar Pengantar dari A sampai Z.

Jakarta: EDSA Mahkota.

(22)

Dorland, N. W. A. (2010). Kamus Kedokteran Dorland (31th ed.). (A. A.

Mahode, Ed., & R. N. Elseria, Trans.) Jakarta, Indonesia: EGC.

ENN, et al., 2014Module 2, for Health and Nutrition Workers in Emergency

Situations. (2014, August).

Fikawati, S., & Syafiq, A. (2014). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu

Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. Makara Kesehatan , 14,

17-24.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Human Physiology (3rd ed.). New York,

Canada: Elsevier.

Horii, N., Guyon, A. B., & Quinn, V. J. (2011). Determinants of De;ayed Initiaton

of Breastfeeding in Rural Ethiopia: Programmatic Implications. Food

and Nutrition Bulletin , 32, 94-102.

Indonesian Pediatric Society. (2012). Rawat Gabung.

Indramukti, F. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) Pada Pasca Ibu Bersalin Normal. Unnes Of Public

Health .

International Lactation Consultant Association. (2012). Core Curriculum For

Lactation Consultant Practice (3 ed.). Jones & Bartlett Learning.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Jadilah Krtini Indonesia

Yang Tidak Mati Muda (Pencanangan Kampanye Peduli Kesehatan

Ibu 2014). Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Kesehatan indonesia

2012.

Diunduh

dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf.

Koguoglu, S., Yildiz, H., Tanir, K. M., & Demirbag, C. B. (2012). Breastfeeding

After a Cesarian Delivery.

Kurinij, N., & Shiono, P. H. (1991). Early Formula of The American Academy of

Pediatrics. The American Academy of Pediatrics .

Lumulla, S. N., Abdullah, T., & Sirahuddin, S. (2014). Determinan Pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini (MD) di Wilayah Kerja Puskesmas Tilamuta

Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo.

Mannion, C. A., Hobbs, A. J., Mcdonald, S. W., & Tough, S. C. (2013). Maternal

Perceptions of Partner Support During Brestfeeding. International

Breastfeeding Journal .

(23)

Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen

Lakasi. Jakarta: Transinfomedia.

Matrup, R. (2014). Breastfeeding of Preterm Infants. Lund University .

Mayo Clinic. (2014). Female Breast Anatomy. Mayo Foudation for Medical

Education and Research .

Murphy, P. K. (2014). How Do My Breast Make Milk. AMEDA.

Musrifah, A. (2010). Gambaran Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada Bayi Baru

Lahir Diruang Bersalin RSUD Ratu Zalecha Matapura Tahun 2010.

Najem, B., & Al-Deen, D. L. (2011, July). Breast Feeding Problem in Primipara

Mother in Early Postnatal Period.

Newman, J., & Kernerman, E. (2009). Breastfeeding in Premature Baby.

International Breastfeeding Center .

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nuryanti, Hadju, V., & Jafar, N. (2013). Praktek Inisiasi Menyusu Dini di RSIA

Sitti Khadijah Meuhammadiyah Cabang Makasar. Media Gizi Masyarakat

Indonesia , 2.

Paramita, P. R. (2010). Peran Suami dalam Menyusui.

Raharjo, B. B. (2014). Profil dan Peran Bidan Dalam Praktik Inisiasi Menyusu

Dini dan ASI ekslusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 1, 53-63.

Rios, N. P., Valencia, G. R., & Ortiz, A. P. (2008, June 6). Cesarean Delivery as a

Barrier for Breastfeeding Initiation: The puerto Rican Experience. J Hum

Lact .

Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:

Pustaka Bunda.

RISKESDAS. (2010). Riset Kesehatan Dasar.

Sari, C. M., & Wirawanni, Y. (2012). Perbedaan Pola Pemberian ASI Antara Ibu

Yang Melakukan dan Tidak Melakukan Inisiasi Menyusu Dini. 1-10.

Sekartini, R., & Medise, B. E. (2011). Buku Pintar Bayi. Puspa Swara.

Shealy, K. R., Li, R., Davis, S. B., & Grummer-strawn, L. (2005). The CDC

Guide to Breatfeeding Interventions. National Center for Chronic

Disease Prevention and Health Promotion .

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. (2012).

(24)

Togatorop, S. M. (2007). Tinjauan Promosi dan Perilaku penggunaan PASI Pada

Ibu Menyusui di Desa Bukit Jengkol Kecamatan Pangkalan Susu Tahun

2007.

UNICEF. (2007). Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl. UNICEF

Maharashtra .

UNICEF. (2012, May 26). Diunduh dari International Code of Marketing of

Breast-milk Substitutes:http://www.unicef.org/nutrition/index_24805.html

Walker, M. Breastfeeding the Late Preterm Infant. JOGNN , 37 (6), 692-701.

Wibowo, S. D., & Paryana, W. (2007). Anatomi Tubuh Manusia. Bandung:

Elsevier.

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Pelaksanaan IMD  Pada Ibu Pascamelahirkan

Referensi

Dokumen terkait

King Demba asked him: “My dear jali , would you interpret that?” He said to him: “I saw Kelefaa fi ght.. “But I have not yet seen you

Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak terlepas dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan pembaharuan Islam ini timbul

9 Agar lebih dapat memahami materi di buku, saya bertanya pada guru tentang materi tersebut 10 Saya tidak perlu menyimpan soal-soal

Bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk aktif dan rutin melakukan olahraga secara teratur dan mengikuti tahapan, frekuensi dan durasi yang di anjurkan serta

telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Sari dan Sudjarini (2015) yang menyatakan bahwa profitabiitas tidak memiliki berpengaruh terhadap

Teknik blokade aksilar dapat dijadikan sebagai pilihan dibandingkan dengan anestesia umum pada kasus operatif di daerah lengan bawah yang disertai gangguan fungsi organ, seperti

Hal yang perlu digarisbawahi dalam sejarah berdirinya PITI DIY ini adalah bahwa inisiator pembentukan organisasi ini bukanlah warga keturunan Tionghoa melainkan para tokoh- tokoh