ABSTRAK
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM
KEGAGALAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI
PADA IBU PASCA MELAHIRKAN TAHUN 2014
Ragita Anandhita Putri, 2014
Pembimbing 1 : dr.Stella Tinia Hasiana,M.Kes,IBCLC
Pembimbing 2 : dr.July Ivone,MKK.MPd Ked
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mengurangi angka kematian bayi. IMD sangat bermanfaat bagi
bayi karena dapat menstabilkan suhu tubuh dan pernapasan serta membuat bayi
segera mendapat kolostrum yang sangat penting untuk daya tahan tubuh.
Walaupun demikian, Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa cakupan IMD di
Indonesia hanya 34,5%.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan rancangan penelitian
cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan
kepada ibu pascamelahirkan. Dari 150 kuesioner yang diambil, hanya 73 sampel
yang memenuhi kriteria subjek penelitian yaitu ibu yang mengalami kegagalan
inisiasi menyusu dini pascamelahirkan.
Dari hasil penelitian ini didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kegagalan IMD adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui (74,0%),
kurangnya dukungan suami/keluarga (63,0%), persalinan caesar (56,1%),
kurangnya pelayanan petugas/tenaga kesehatan (53,4%), Ibu primipara (45,2%),
promosi susu formula (43,8%) dan bayi prematur (19,1%). Dengan demikian,
edukasi masyarakat mengenai menyusui menjadi intervensi yang paling efektif
untuk meningkatkan keberhasilan menyusui dan pelaksanaan IMD serta hal-hal di
atas perlu menjadi perhatian calon orang tua sehingga kesehatan ibu dan anak di
Indonesia dapat ditingkatkan.
ABSTRACT
DESCRIPTIVE FACTORS THAT AFFECTED THE FAILURE
OF EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING IN
POSTPARTUM MOTHER IN 2014
Ragita Anandhita Putri, 2014
Tutor I : dr.Stella Tinia Hasiana,M.Kes,IBCLC
Tutor II : dr.July Ivone,MKK.MPd Ked
Early initiation of breastfeeding is one effort that was attempted by the
government to reduce infant mortality. Early initiation of breastfeeding could
stabilized body temperature and
respiratory of babies and baby could get
colostrum which is very important for their immune system. Despite this,
Riskesdas
in 2013 showed that the scope of early initiation of breastfeeding in
Indonesia was only 34,5%
This research was done
to obeserve factors that affected the failure of early
initiation of breastfeeding for postpartum mother. The methods used in this
research was descriptive with a cross sectional design and questionnaire was
used as the instrument. From 150 questionnaire, only 73 samples that matched
the criteria which is mother who had fail to do the early initiation of
breastfeeding.
Based on the research, factors affected the failure of early initiation of
breastfeeding was lacked of knowledge mother about breastfeeding
(74.0%), the
husband and family was less supported
(63.0%), caesar labor
(56.1%),
the
service from employee in the hospital was less satisfied (53.4%), primipara
women
(45.2%),
promotion of infant formula
(43.8%),
and the premature baby
(19.1%). Therefore, community education about breastfeeding became the most
effective intervention to increase the success of breastfeeding and the
implementation of early initiation of breastfeeding. Also, the success of point
above had to be the main attention for all propective parents, so that the health of
mother and children in Indonesia could be improved.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Identifikasi Masalah
2
1.3
Tujuan
2
1.4
Manfaat Karya Tulis Ilmiah
3
1.4.1
Manfaat Akademis
3
1.4.2
Manfaat Praktis
3
1.5
Landasan teoritis
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Anatomi Payudara
4
2.1.1
Struktur
4
2.1.2
Pembuluh Darah
6
2.1.3
Aliran getah Bening
6
2.1.4
Persarafan
7
2.2 Fisiologi Payudara
7
2.3 Air Susu Ibu (ASI)
10
2.3.1
Definisi ASI
10
2.3.2
Macam ASI
10
2.3.3
Komposisi ASI
11
2.3.4
Manfaat ASI
12
2.4 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
14
2.4.1
Definisi IMD
14
2.4.2
Beberapa Penelitian Tentang IMD
15
2.4.3
Persiapan Melakukan IMD
16
2.4.4
Tata Laksana IMD
17
2.4.5 Perilaku Sebelum Bayi Berhasil Menyusu
(Pre-feeding behavior)
19
2.4.6 Manfaat IMD
20
2.4.7
Hal-Hal Penyebab Kegagalan IMD
21
2.4.8 10 langkah menuju keberhasilan menyusui
25
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
26
3.1
Desain Penelitian
26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
26
3.3 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
26
3.4 Besar Sampel
26
3.5
Kriteria Sujek Penelitian
27
3.6
Definisi Operasional
27
3.7 Rencana Pengolahan Data
30
3.8 Aspek Etik Penelitian
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
31
4.1 Karakteristik Responden
31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
38
5.1
Simpulan
38
5.2
Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
44
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
31
Tabel 4.2 Distribusi Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan
Pelaksanaan IMD pada Ibu Pascamelahirkan
32
Tabel 4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Payudara
5
Gambar 2.2 Aliran getah bening payudara
6
Gambar 2.3 Proses pengeluaran ASI
7
Gambar 2.4 Refleks Prolaktin
8
Gambar 2.5 Refleks Oksitosin
9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta
Dalam Penelitian
44
Lampiran II Kuesioner
45
Lampiran III Hasil Penelitian
50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah proses bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah dilahirkan. Pada proses ini, bayi dibiarkan mencari
puting susu ibunya sendiri setidaknya selama satu jam di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit antara ibu dan bayi. Cara bayi melakukan IMD dinamakan
the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2012). UNICEF,
WHO dan WABA telah merekomendasikan pelaksanaan IMD pada bayi baru
lahir yang akan mencegah 22% kematian bayi di bawah satu bulan di
negara-negara berkembang (UNICEF, 2007).
IMD berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Devolepment Goals
(MDGs) yaitu membantu mengurangi angka kemiskinan, kelaparan, serta
kematian anak dan balita. Memperhatikan pentingnya IMD maka sudah
selayaknya program ini perlu lebih diperhatikan (Roesli, 2012). Selain itu
UNICEF menyatakan bahwa IMD merupakan salah satu dari 10 langkah menuju
keberhasilan menyusui yang akan memberi dampak positif bagi kesehatan ibu dan
bayi. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini delapan kali lebih berhasil dalam
menyusu eksklusif dan lama menyusu hingga usia 2 tahun (Roesli, 2012).
lain minimnya informasi dan pengetahuan yang harus dilakukan tentang teknik
menyusui yang benar, adanya hambatan yang berhubungan dengan pelayanan di
tempat persalinan serta kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota
keluarga (Indramukti, 2013).
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi
salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Mengutip data hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 didapatkan kematian bayi mencapai 32
per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2012). Pemberian ASI secara dini adalah
salah satu intervensi yang dapat secara signifikan mengurangi angka kematian
bayi. The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta
bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama
kelahiran (Raharjo, 2014). Selain itu periode persalinan memberikan dampak
besar terhadap Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Kemenkes (2014) AKI
di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Adanya perdarahan
merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan salah satu upaya untuk
mencegahnya yaitu dilakukannya pelaksanaan IMD (Kemenkes, 2014). Melalui
penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui lebih lanjut mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kegagalan
pelaksanaan
IMD
pada
ibu
pascamelahirkan sehingga dapat dilakukan intervensi serta upaya untuk
meningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia.
1.2
Identifikasi Masalah
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada
ibu pascamelahirkan.
1.3
Tujuan Penelitian
1.4
Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah pengetahuan dan informasi mengenai IMD khususnya terhadap
hal-hal yang dapat memyebabkan kegagalan IMD.
1.4.2 Manfaat Praktis
Masyarakat dapat mengetahui informasi mengenai IMD dan hal-hal yang
menyebabkan kegagalan IMD sehingga dapat menerapkan program IMD
pascamelahirkan
1.5
Landasan Teoritis
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses bayi menyusu dalam 1 jam
pertama setelah lahir. Pada proses ini, bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya
sendiri. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara ibu dan bayi (Maryunani,
2012). Sentuhan dan isapan bayi pada puting ibu selama proses IMD akan
merangsang refleks neurohormonal yang akan memproduksi dua hormon yaitu
hormon prolaktin yang akan mengatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi
ASI dan hormon oksitosin yang membuat sel sel otot di sekitar alveoli
berkontraksi sehingga ASI dapat keluar melalui puting susu ibu (Prasetyono,
2012). Pelaksanaan IMD akan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang dan nutrisi
bayi karena ASI memiliki kualitas dan kuantitas optimal yang meningkatkan
kecerdasan, mencegah hipotermia dan memberikan kesehatan bayi dengan
kekebalan pasif melalui kolostrum, sedangkan manfaat bagi ibu akan merangsang
produksi hormon oksitosin dan prolaktin yang akan meningkatkan keberhasilan
produksi ASI dan mengurangi perdarahan pascamelahirkan
(Indramukti, 2013).
Manfaat yang didapatkan oleh bayi dan ibu pascamelahirkan berperan penting
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Faktor utama penyebab kegagalan pelaksanaan IMD adalah kurangnya
pengetahuan ibu tentang menyusui diikuti dengan kurangnya dukungan
suami/keluarga, persalinan caesar, kurangnya pelayanan petugas/tenaga
kesehatan, ibu primipara, promosi susu formula dan bayi prematur.
5.2 Saran
1.
Pemberian informasi mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan
IMD kepada ibu hamil.
2.
Perlu diadakan sosialisasi terus-menerus kepada petugas kesehatan mengenai
IMD sehingga pelaksanaan IMD dapat berjalan dengan baik dan
meningkatkan keberhasilan ASI esklusif.
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN
PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI PADA IBU PASCAMELAHIRKAN
TAHUN 2014
DESCRIPTIVE FACTORS THAT AFFECTED THE FAILURE OF EARLY
INITIATION OF BREASTFEEDING IN POSTPARTUM MOTHER IN 2014
Stella Tinia Hasiana
1, July Ivone
2, Ragita Anandhita Putri
31
Bagian Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,
2
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,
3
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM KEGAGALAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI PADA IBU PASCA MELAHIRKAN TAHUN 2014
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi angka kematian bayi. IMD sangat bermanfaat bagi bayi karena dapat menstabilkan suhu tubuh dan pernapasan serta membuat bayi segera mendapat kolostrum yang sangat penting untuk daya tahan tubuh. Walaupun demikian, Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa cakupan IMD di Indonesia hanya 34,5%.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada ibu pascamelahirkan. Dari 150 kuesioner yang diambil, hanya 73 sampel yang memenuhi kriteria subjek penelitian yaitu ibu yang mengalami kegagalan inisiasi menyusu dini pascamelahirkan.
Dari hasil penelitian ini didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan IMD adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui (74,0%), kurangnya dukungan suami/keluarga
(63,0%), persalinan caesar (56,1%), kurangnya pelayanan petugas/tenaga kesehatan (53,4%), Ibu
primipara (45,2%), promosi susu formula (43,8%) dan bayi prematur (19,1%). Dengan demikian, edukasi masyarakat mengenai menyusui menjadi intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan keberhasilan menyusui dan pelaksanaan IMD serta hal-hal di atas perlu menjadi perhatian calon orang tua sehingga kesehatan ibu dan anak di Indonesia dapat ditingkatkan.
Kata kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Angka Kematian Bayi
ABSTRACT
respiratory of babies and baby could get colostrum which is very important for their immune system. Despite this, Riskesdasin 2013 showed that the scope of early initiation of breastfeeding in Indonesia was only 34,5%
This research was done to obeserve factors that affected the failure of early initiation of breastfeeding for postpartum mother. The methods used in this research was descriptive with a cross sectional design and questionnaire was used as the instrument. From 150 questionnaire, only 73 samples that matched the criteria which is mother who had fail to do the early initiation of breastfeeding.
Based on the research, factors affected the failure of early initiation of breastfeeding was lacked of knowledge mother about breastfeeding (74.0%), the husband and family was less supported
(63.0%), caesar labor (56.1%), the service from employee in the hospital was less satisfied (53.4%),
primipara women (45.2%), promotion of infant formula (43.8%), and the premature baby (19.1%).
Therefore, community education about breastfeeding became the most effective intervention to increase the success of breastfeeding and the implementation of early initiation of breastfeeding. Also, the success of point above had to be the main attention for all propective parents, so that the health of mother and children in Indonesia could be improved.
Keyword : Early Initiation of breastfeeding, Infant Mortality Rate
PENDAHULUAN
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah proses bayi mulai menyusu sendiri segera setelah dilahirkan. Pada proses ini, bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri setidaknya selama satu jam di dada atau perut ibu dengan kontak kulit antara ibu dan bayi. Cara bayi melakukan
IMD dinamakan the breast crawl atau
merangkak mencari payudara1. UNICEF,
WHO dan WABA telah merekomendasikan pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir yang akan mencegah 22% kematian bayi di bawah
satu bulan di negara-negara berkembang2
IMD berperan dalam pencapaian tujuan
MilleniumDevolepment Goals (MDGs) yaitu membantu mengurangi angka kemiskinan, kelaparan, serta kematian anak dan balita. Memperhatikan pentingnya IMD maka sudah selayaknya program ini perlu lebih
diperhatikan1. Selain itu UNICEF
menyatakan bahwa IMD merupakan salah satu dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang akan memberi dampak positif bagi kesehatan ibu dan bayi. Bayi
yang diberi kesempatan menyusu dini delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif dan lama menyusu hingga usia 2 tahun1.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mengumpulkan data bahwa di Indonesia persentase ibu mulai menyusui kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 % dan terendah di Papua Barat 21,7%, sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada
kisaran waktu 1-6 jam setelah lahir3.
Penelitian yang dilakukan oleh Ghana terhadap 10947 bayi lahir antara Juni 2003
sampai Juni 2004 disebutkan bahwa
kematian bayi cenderung meningkat setiap hari apabila tidak terlaksananya permulaan
menyusui4. Dalam penelitian Indramukti
(2013) menyatakan rendahnya penerapan IMD pada ibu pascamelahirkan disebabkan karena adanya beberapa hal antara lain minimnya informasi dan pengetahuan yang harus dilakukan tentang teknik menyusui
yang benar, adanya hambatan yang
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Mengutip data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 didapatkan kematian bayi mencapai 32 per
1000 kelahiran hidup6. Pemberian ASI secara
dini adalah salah satu intervensi yang dapat
secara signifikan mengurangi angka
kematian bayi. The World Alliance for
Breastfeeding Action (WABA)
memperkirakan 1 juta bayi dapat
diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan
ASI pada 1 jam pertama kelahiran4. Selain itu
periode persalinan memberikan dampak besar terhadap Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Kemenkes (2014) AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup. Adanya perdarahan
merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan salah satu upaya untuk
mencegahnya yaitu dilakukannya
pelaksanaan IMD7. Melalui penelitian ini
penulis berharap dapat mengetahui lebih
lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan sehingga dapat dilakukan intervensi serta upaya untuk meningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia.
BAHAN DAN CARA
Sampel dipilih menggunakan metode
whole sampling yang dikumpulkan di Poli Anak RS Immanuel selama dua bulan sejak tanggal 23 Juni sampai 23 Agustus pada
pukul 8.00-12.00. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.
ANALISIS DATA
Data yang diperoleh diolah secara manual dan disusun dalam bentuk tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 150 sampel yang diambil, 73 sampel memenuhi kriteria subjek penelitian. Berikut karakteristik responden :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)
Usia
< 20 tahun 2 2,7
20-35 tahun 64 87,7
> 35 tahun 7 9,6
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 44 60,2
Wiraswasta 8 10,1
Pegawai swasta 18 24,6
Pegawai negeri 3 4,1
Pendidikan
SMP 8 10,1
SMA/Sederajat 42 57,5
Sarjana 23 31,5
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa 87,7% responden adalah wanita pada
usia reproduktif, 60,2% responden
berpendidikan SMA/Sederajat .
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kegagalan IMD. Berikut ini tabel persentase
dari masing-masing faktor yang
mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan:
Tabel 4.2 Distribusi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan IMD Pada Ibu Pascamelahirkan
Faktor- Faktor Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan ibu tentang menyusui
Baik 19 26
Kurang 54 74,0
Dukungan suami/keluarga
Mendapat dukungan 27 36,9
Tidak mendapat dukungan 46 63,0
Persalinan caesar
Ya 41 56,1
Tidak 32 43,8
Pelayanan petugas/tenaga kesehatan
Mendapat pelayanan 34 46,5
Tidak mendapat pelayanan 39 53,4
Ibu primipara
Ya 33 45,2
Tidak 40 54,7
Promosi susu formula
Mendapat promosi 32 43,8
Tidak mendapat promosi 41 56,2
Bayi prematur
Ya 32 19,1
Tidak 41 56,1
Tabel 4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Pelaksanaan IMD Pada Ibu Pascamelahirkan
Faktor-Faktor Jumlah Persentase (%)
Kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui 54 74,0
Kurangnya dukungan suami/keluarga 46 63,0
Persalinan caesar 41 56,1
Kurangnya pelayanan petugas/tenaga kesehatan 39 53,4
Ibu primipara 33 45,2
Promosi susu formula 32 43,8
Berdasarkan tabel faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan, didapatkan faktor
kurangnya pengetahuan ibu tentang
menyusui berjumlah 54 responden (74%),
kurangnya dukungan suami/ keluarga
berjumlah 46 responden (63%), persalinan
Caesar berjumlah 41 responden (56,1%),
kurangnya pelayanan petugas/tenaga
kesehatan berjumlah 39 responden (53,4%), ibu primipara berjumlah 33 responden (45,2%), promosi susu formula berjumlah 32 responden (43,8%) dan bayi prematur berjumlah 14 responden (19,1%).
Dari hasil penelitian didapatkan faktor
kurangnya pengetahuan ibu tentang
menyusui menjadi faktor utama penyebab kegagalan IMD. Pada hasil penelitian persentase terbesar didapatkan sebesar 74% berpengaruh ibu tidak melaksanakan IMD.
Dalam penelitian Wirawati, et al. (2014) Ibu
yang kurang pengetahuan tentang menyusui akan mudah terpengaruh untuk memberikan makanan/minuman selain ASI pada bayi baru lahir sehingga ibu dengan pengetahuan kurang memiliki peluang lebih kecil untuk
memberikan ASI pertama pada bayi8.
Katherine, et al. (2005) dalam penelitiannya menyatakan sebagian besar ibu masih kurang memiliki pengetahuan mengenai menyusui
dan mencerna informasi mengenai
pemberian makanan pada bayi9. Selain itu
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sangat memiliki peran penting dalam pelaksanaan IMD. Dalam penelitian Horri, et al. (2011) ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif lebih besar kemungkinannya untuk
melaksanakan IMD10.
Pada studi kualitatif Fikawati dan Syafiq
(2010) menyatakan bahwa faktor
predisposisi kegagalan ASI eksklusif yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang tentang menyusui dan faktor yang paling mungkin menyebabkan kegagalannya
adalah tidak terlaksananya IMD11. Oleh
karena itu sejak masa kehamilan, sangat penting bagi ibu untuk dibekali pengetahuan tentang manfaat dan keunggulan menyusui, fisiologi laktasi serta bagaimana cara memposisikan dan melekatkan bayi pada
payudara. Sebuah review dari US Preventive
Services Task Force pada bulan Juli 2003 pendidikan menyusui menjadi intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan
pelaksanaan IMD dan keberhasilan
menyusui9.
Kurangnya dukungan suami/keluarga
menjadi penyebab kedua terbanyak ibu tidak melaksanakan IMD dengan persentase 63%.
Dukungan atau support dari orang terdekat
sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui, semakin besar dukungan yang didapatkan maka semakin besar kemampuan
ibu untuk menyusui12. Pada ibu
pascamelahirkan kondisi emosi yang stabil menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu, kestabilan emosi tersebut dapat diraih apabila suami atau anggota keluarga turut mendukung selama proses
kehamilan dan menyusui1.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Al-Akour, et al. (2010) ibu yang mendapat
dukungan suami/anggota keluarga selama
kehamilan dan pascamelahirkan
memberikan dampak positif terhadap
keberhasilan IMD dengan persentase sebesar
77,9%13. Meskipun demikian masih banyak
pasangan/suami yang merasa tidak terlibat dan tidak perlu ikut campur dalam proses sosial ini serta cenderung menyerahkan segala urusan pemberian ASI pada ibunya, sedangkan keterlibatan seorang suami dalam pelaksanaan IMD akan memberi motivasi
ibu untuk menyusui14. Abdullah (2014)
menyatakan dalam penelitiannya terdapat 39% pasangan/suami memberikan sikap
negatif terhadap ibu untuk menyusui15.
Adanya dukungan suami/pasangan
pelaksanaan IMD dan lama menyusui16. Oleh
karena itu dukungan atau support akan
sangat membantu membangkitkan
kepercayaan diri ibu dalam keberhasilan menyusui terutama ASI ekslusif 6 bulan. Persalinan caesar berpengaruh sebanyak 56,1% terhadap kegagalan IMD. Menurut Rios, et al. (2008) ada beberapa hal yang menyebabkan terhambatnya IMD pada ibu
dengan pascapersalinan caesar yaitu tidak
dilakukannya rooming in (rawat gabung),
stres pada ibu, rasa nyeri pascaoperasi, dan kondisi sayatan pada perut ibu yang menyebabkan ibu memilih untuk istirahat dan memulihkan kondisi-nya yang lemas akibat pengaruh anestesi17.
Dalam penelitian Isnaini (2009) memperoleh data pada kelompok responden yang
menjalani persalinan caesar dengan jumlah
24 responden, hanya terdapat 1 responden (4,2%) yang berhasil melakukan IMD pada satu jam pertama persalinan dan 23 responden (4,2%) lainnya belum berhasil melakukan IMD. Bagi ibu, dalam kondisi nyeri tidak bisa dipaksakan untuk segera melakukan IMD. Oleh karena itu pada pasien dengan persalinan caesar baru dapat berhasil memberikan ASI pertama pada bayi setelah lebih dari 1 jam pascamelahirkan18. Pada faktor kurangnya pelayanan
petugas/tenaga kesehatan mendapatkan
persentase sebesar 53,4% terhadap kegagalan IMD. Keberhasilan program IMD sangat dipengaruhi oleh sikap dan motivasi petugas/tenaga kesehatan. Pada penelitian yang dilakukan Nuryanti, et al. (2013) dari 31 orang yang tidak melakukan IMD, 21 orang diantaranya (68,0%) diakibatkan oleh petugas kesehatan yang tidak menerapkan tata cara pelaksanaan IMD pada ibu pascamelahirkan. Tampak dari tindakan sesaat setelah persalinan bayi langsung dibersihkan, ditimbang, diberi suntikan, dan setelah itu diletakkan di dada ibu untuk disusui. Seharusnya, penimbangan dan
pemberian suntikan pada bayi dapat ditunda
setelah IMD selesai19. Mengingat peran
fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan
yang memiliki peran penting dalam
pelaksanaan IMD, maka upaya sosialisasi dan pelatihan manajemen laktasi bagi para tenaga kesehatan merupakan suatu hal yang
perlu dilakukan. Pelatihan ini dapat
dilakukan bagi para tenaga di institusi tersebut maupun memasukannya dalam kurikulum pendidikan tenaga kesehatan.
Selanjutnya pada ibu primipara
mendapatkan persentase dengan jumlah 45,2% berpengaruh terhadap kegagalan
IMD. Ibu dengan riwayat primipara
memiliki jumlah reseptor prolaktin yang jumlahnya lebih sedikit daripada ibu yang pernah menyusui sebelumnya karena makin banyak jumlah reseptor prolaktin yang
terbentuk, produksi ASI semakin
meningkat20. Pada penelitian Beermann
(2011) menyatakan pada ibu dengan riwayat
primipara hanya 48,5% melakukan IMD21.
Selain itu Najem & Al-Deen (2011) menyatakan beberapa hal penyebab ibu primipara tidak melakukan IMD yaitu kurangnya pengalaman, tidak percaya diri saat menyusui, masalah pada ukuran puting serta tidak keluarnya ASI pascamelahirkan sehingga ibu merasa bayi nya tidak cukup mendapatkan ASI dan melakukan pemakaian susu formula yang akan menghambat pelaksanaan skin to skin contact antara ibu dan bayi22.
Adanya promosi susu formula
mempengaruhi kegagalan pelaksanaan IMD
sebesar 43,8%. Banyak perilaku dari oknum
individu masyarakat, institusi atau produsen
susu membawa kemunduran dalam
pelaksanaan IMD. Dapat dilihat dari
pemberian sampel susu/merchandise yang
penelitian yang dilakukan oleh Ainun (2011) sebagian ibu menyatakan sumber promosi susu formula adalah pelayanan kesehatan sebesar 76%, 21% ibu melihat iklan susu formula di rumah sakit, 19,5% dipraktik
klinik swasta, 19,5% di puskesmas,
disamping itu lebih dari 60% ibu
menyatakan bahwa menerima susu formula baik dari rumah sakit atau rumah bersalin dan sekitar 40% ibu menerima hadiah dari
perusahaan susu formula23. Selain itu
Beermann (2011) menyatakan dalam
penelitiannya dari total ibu yang tidak melakukan IMD 66,3% disebabkan oleh
penggunaan susu formula21. Adanya
peraturan mengenai penggunaan dan
promosi susu formula yang dibuat oleh
WHO dalam International code for
breastmilk substitute marketing sangat perlu diperhatikan sehingga ibu tidak terpengaruh oleh promosi susu formula dan lebih mengupayakan untuk memberikan ASI eksklusif.
Keadaan bayi prematur memberi
pengaruh terkecil yaitu sebesar 19,1% terhadap kegagalan IMD. Bayi prematur sangat rentan terkena infeksi, hiponatremia,
hipoglikemia, hiperbilirubinemia dan
respiratory distress syndrome sehingga bayi perlu tindakan segera yang akan menunda terlaksananya IMD. Dalam penelitian Sema,
et al. (2012) menyatakan bahwa pada bayi prematur pematangan berbagai sistem tubuh belum sempurna seperti sistem pernapasan, sistem pencernaan, dan sistem imunitas. Kemampuan bayi dari berbagai sistem tubuh tersebut sangat diperlukan untuk melakukan koordinasi saat melakukan IMD seperti
penghisapan dan penelanan air susu24. Tetapi
tidak semua ibu yang memiliki bayi
prematur mengalami kegagalan IMD,
berdasarkan data yang di dapatkan di Amerika Serikat bayi prematur yang berada dalam NICUs dapat melakukan kontak kulit
ibu dan bayi selama 120-400 menit25.
SIMPULAN
Faktor utama penyebab kegagalan
pelaksanaan IMD adalah kurangnya
pengetahuan ibu tentang menyusui diikuti
dengan kurangnya dukungan
suami/keluarga, persalinan caesar,
kurangnya pelayanan petugas/tenaga
kesehatan, ibu primipara, promosi susu formula dan bayi prematur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi
Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif.
Jakarta: Pustaka Bunda.
2. UNICEF. (2007). Initiation of
Breastfeeding by Breast Crawl. UNICEF
Maharashtra .
3. RISKESDAS. (2010). Riset Kesehatan
Dasar.
4. Raharjo, B. B. (2014). Profil dan Peran Bidan Dalam Praktik Inisiasi Menyusu
Dini dan ASI ekslusif. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 1, 53-63.
5. Indramukti, F. (2013). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Pasca
Ibu Bersalin Normal. Unnes Of Public
Health .
6. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2012). Profil Kesehatan
indonesia 2012. Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/dow nload/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf.
7. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2014). Jadilah Krtini
Indonesia Yang Tidak Mati Muda
(Pencanangan Kampanye Peduli
Kesehatan Ibu 2014). Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal
8. Amin, W., Agung, I. W., & Sri, E. (2014). Pengaruh Faktor Sosisal Ibu
Terhadap Keberhasilan Menyusui
Pada Dua Bulan Pertama. Journal
Kedokteran Brawijaya, 28. 9. Shealy, K. R., Li, R., Davis, S. B., &
Grummer-strawn, L. (2005). The CDC
Guide to Breatfeeding
Interventions. National Center for
Chronic Disease Prevention and
Health Promotion .
10. Horii, N., Guyon, A. B., & Quinn, V. J.
(2011). Determinants of De;ayed
Initiaton of Breastfeeding in Rural Ethiopia: Programmatic Implications.
Food and Nutrition Bulletin , 32, 94-102.
11. Fikawati, S., & Syafiq, A. (2014). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini di
Indonesia. Makara Kesehatan , 14,
17-24.
12. Wiji, R. N. (2013). ASI dan Panduan
Ibu Menyusui. Yogyakarta.
13. Al-Akour, N. A., Khassawneh, M. Y.,
Ababneh, A. A., & Haddad, A. H.
(2010). Factors Affecting Intention
to Breastfeed Among Syrian an Jordanian mothers: a
comparative-sectional study. International
Breastfeeding Journal .
14. Mannion, C. A., Hobbs, A. J.,
Mcdonald, S. W., & Tough, S. C. (2013).
Maternal Perceptions of Partner
Support During Brestfeeding.
International Breastfeeding Journal .
15. Abdullah, M. T. (2014). T he
implementation of early initiation of
brestfeeding at the mamboro
public health center, in North
Palu Central Sulawesi Province.
International Journal of Research ih Health Siences, 2 (4), 1094.
16. Dennis, C. L. (2002). Breastfeeding
Initiation and Duration. Journal of
Obstetric Gynecology & Neonatal Nursing, 31 (1), 12-32.
17. Rios, N. P., Valencia, G. R., & Ortiz, A. P. (2008, June 6). Cesarean Delivery as a Barrier for Breastfeeding Initiation:
The puerto Rican Experience. J Hum
Lact .
18. Arifah, I. N. (2009, Desember).
Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi
Menyusu Dini Antara Persalinan
Normal dengan Caesar di Ruang An-nissa RSI Sultan Agung Semarang. 19. Nuryanti, Hadju, V., & Jafar, N. (2013).
Praktek Inisiasi Menyusu Dini di RSIA
Sitti Khadijah Meuhammadiyah
Cabang Makasar. Media Gizi
Masyarakat Indonesia, 2.
20. International Lactation Consultant
Association. (2012). Core Curriculum
For Lactation Consultant Practice (3 ed.). Jones & Bartlett Learning.
21. Beerman, K. (2011). The effectiviness of
Prenatal Education on Breastfeeding Initiation and Condition Rates. 22. Najem, B., & Al-Deen, D. L. (2011,
July). Breast Feeding Problem in Primipara Mother in Early Postnatal Period.
23. Musrifah, A. (2010). Gambaran
Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada
Bayi Baru Lahir Diruang Bersalin
RSUD Ratu Zalecha Matapura Tahun 2010.
24. Koguoglu, S., Yildiz, H., Tanir, K. M., & Demirbag, C. B. (2012). Breastfeeding
After a Cesarian Delivery.
25. Mastrup, R. (2014). Breastfeeding of
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. T. (2014). T he implementation of early initiation of brestfeeding at
the mamboro public health center, in North Palu Central Sulawesi
Province. International Journal of Research ih Health Siences , 2 (4),
1094.
Afifah. (2009). Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Al-Akour, N. A., Khassawneh, M. Y., Ababneh, A. A., & Haddad, A. H. (2010).
Factors Affecting Intention to Breastfeed Among Syrian an Jordanian
mothers: a comparative-sectional study. International Breastfeeding
Journal .
Amin, W., Agung, I. W., & Sri, E. (2014). Pengaruh Faktor Sosisal Ibu Terhadap
Keberhasilan Menyusui Pada Dua Bulan Pertama. Journal Kedokteran
Brawijaya , 28.
Arifah, I. N. (2009, Desember). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu
Dini Antara Persalinan Normal dengan Caesar di Ruang An-nissa RSI
Sultan Agung Semarang.
Astutik, R. Y. (2013). Payudara dan Laktasi. Salemba Medika.
Australian Breastfeeding Association. (2012, December).
Badan Penelitian dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat. (2010, December 1).
diunduh Januari 27, 2014,
dari
www.litbang.depkes.go.id/...riskesdas2010/Laporan_Riskesdas_2010.pdf
Beerman, K. (2011). The effectiviness of Prenatal Education on Breastfeeding
Initiation and Condition Rates.
Breast Crawl. (2014). Initiation of Brestfeeding.
Caltabiano, M. L., Safarino, E. L., Byrne, E. L., & Byrne, D. (2008). Health
Psychology, Biopsychosocial Interations. John Willey & Sons.
Dashner, R. A. (2012). Clinical Anatomy of The Breast.
Dennis, C. L. (2002). Breastfeeding Initiation and Duration. Journal of Obstetric
Gynecology & Neonatal Nursing , 31 (1), 12-32.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Paket Modul Kegiatan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI esklusif 6 bulan.
Dewi, Y., & Fauzi, D. A. (2007). Operasi Caesar Pengantar dari A sampai Z.
Jakarta: EDSA Mahkota.
Dorland, N. W. A. (2010). Kamus Kedokteran Dorland (31th ed.). (A. A.
Mahode, Ed., & R. N. Elseria, Trans.) Jakarta, Indonesia: EGC.
ENN, et al., 2014Module 2, for Health and Nutrition Workers in Emergency
Situations. (2014, August).
Fikawati, S., & Syafiq, A. (2014). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu
Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. Makara Kesehatan , 14,
17-24.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Human Physiology (3rd ed.). New York,
Canada: Elsevier.
Horii, N., Guyon, A. B., & Quinn, V. J. (2011). Determinants of De;ayed Initiaton
of Breastfeeding in Rural Ethiopia: Programmatic Implications. Food
and Nutrition Bulletin , 32, 94-102.
Indonesian Pediatric Society. (2012). Rawat Gabung.
Indramukti, F. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) Pada Pasca Ibu Bersalin Normal. Unnes Of Public
Health .
International Lactation Consultant Association. (2012). Core Curriculum For
Lactation Consultant Practice (3 ed.). Jones & Bartlett Learning.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Jadilah Krtini Indonesia
Yang Tidak Mati Muda (Pencanangan Kampanye Peduli Kesehatan
Ibu 2014). Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Kesehatan indonesia
2012.
Diunduh
dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf.
Koguoglu, S., Yildiz, H., Tanir, K. M., & Demirbag, C. B. (2012). Breastfeeding
After a Cesarian Delivery.
Kurinij, N., & Shiono, P. H. (1991). Early Formula of The American Academy of
Pediatrics. The American Academy of Pediatrics .
Lumulla, S. N., Abdullah, T., & Sirahuddin, S. (2014). Determinan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini (MD) di Wilayah Kerja Puskesmas Tilamuta
Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo.
Mannion, C. A., Hobbs, A. J., Mcdonald, S. W., & Tough, S. C. (2013). Maternal
Perceptions of Partner Support During Brestfeeding. International
Breastfeeding Journal .
Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen
Lakasi. Jakarta: Transinfomedia.
Matrup, R. (2014). Breastfeeding of Preterm Infants. Lund University .
Mayo Clinic. (2014). Female Breast Anatomy. Mayo Foudation for Medical
Education and Research .
Murphy, P. K. (2014). How Do My Breast Make Milk. AMEDA.
Musrifah, A. (2010). Gambaran Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada Bayi Baru
Lahir Diruang Bersalin RSUD Ratu Zalecha Matapura Tahun 2010.
Najem, B., & Al-Deen, D. L. (2011, July). Breast Feeding Problem in Primipara
Mother in Early Postnatal Period.
Newman, J., & Kernerman, E. (2009). Breastfeeding in Premature Baby.
International Breastfeeding Center .
Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nuryanti, Hadju, V., & Jafar, N. (2013). Praktek Inisiasi Menyusu Dini di RSIA
Sitti Khadijah Meuhammadiyah Cabang Makasar. Media Gizi Masyarakat
Indonesia , 2.
Paramita, P. R. (2010). Peran Suami dalam Menyusui.
Raharjo, B. B. (2014). Profil dan Peran Bidan Dalam Praktik Inisiasi Menyusu
Dini dan ASI ekslusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 1, 53-63.
Rios, N. P., Valencia, G. R., & Ortiz, A. P. (2008, June 6). Cesarean Delivery as a
Barrier for Breastfeeding Initiation: The puerto Rican Experience. J Hum
Lact .
Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
Pustaka Bunda.
RISKESDAS. (2010). Riset Kesehatan Dasar.
Sari, C. M., & Wirawanni, Y. (2012). Perbedaan Pola Pemberian ASI Antara Ibu
Yang Melakukan dan Tidak Melakukan Inisiasi Menyusu Dini. 1-10.
Sekartini, R., & Medise, B. E. (2011). Buku Pintar Bayi. Puspa Swara.
Shealy, K. R., Li, R., Davis, S. B., & Grummer-strawn, L. (2005). The CDC
Guide to Breatfeeding Interventions. National Center for Chronic
Disease Prevention and Health Promotion .
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. (2012).
Togatorop, S. M. (2007). Tinjauan Promosi dan Perilaku penggunaan PASI Pada
Ibu Menyusui di Desa Bukit Jengkol Kecamatan Pangkalan Susu Tahun
2007.
UNICEF. (2007). Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl. UNICEF
Maharashtra .
UNICEF. (2012, May 26). Diunduh dari International Code of Marketing of
Breast-milk Substitutes:http://www.unicef.org/nutrition/index_24805.html
Walker, M. Breastfeeding the Late Preterm Infant. JOGNN , 37 (6), 692-701.
Wibowo, S. D., & Paryana, W. (2007). Anatomi Tubuh Manusia. Bandung:
Elsevier.