• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LATAR BELAKANG GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM (1)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LATAR BELAKANG GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM di INDONESIA

Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat bahwa

penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India.

Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat

Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di

Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam

lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan

mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai

organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.

Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di Jawa

oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat sangat

dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang

datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh

Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya agama itu

di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama kenal akan

ajaran-ajaran Hindu itu.

Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan Mistik.

Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang meluaskan

pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi

toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum

(2)

Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha. Setelah

kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu mereka

masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat

kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad,

sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau

peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan “Tradisi

Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke

1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali,

(3)

AWAL KELAHIRAN GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM di INDONESIA

Melihat keadaan di lapangan bahwa pengamalan agama Islam di Indonesia yang masih banyak

bercampur dengan tradisi Hindu-Budha tersebut dan jelas sekali merusak kemurnian ajarannya,

maka tampillah beberapa ulama mengadakan pemurnian dan pembaharuan faham keagamaan

dalam Islam. Pada mulanya lahir Gerakan Padri di daerah Minangkabau yang dipelopori oleh

Malim Basa, pendiri perguruan di Bonjol, yang kemudian dikenal dengan sebutan Imam Bonjol.

Sejak kembali dari Mekah, Imam Bonjol melancarkan pemurnian aqidah Islam seperti yang telah

dilakukan oleh gerakan Wahabi di Mekah. Karena kaum tua yang masih sangat kuat berpegang

teguh pada adat menentang dengan keras terhadap gerakan Imam Bonjol maka timbulah perang

Padri yang berlangsung antara tahun 1821-1837.

Pemerintahan Kolonial Belanda, sesuai dengan politik induknya “Devide et empera” akhirnya

membantu kaum adat untuk bersama-sama menumpas kaum pembaharu. Sungguh pun kaum

militer Padri dapat dikalahkan, tetapi semangat pemurnian Islam dan kader-kader pembaharu

telah ditabur yang kemudian pada kenmudian hari banyak meneruskan usaha dan perjuangan

mereka. Diantaranya, Syekh Tohir Jalaludin, setelah kembali dari Mekah dan Mesir

bersama-sama dengan Al Khalili mengembangkan semangat pemurnian Agama Islam dengan

menerbitkan majalah Al Imam di Singapura.

Pada saat itu juga, di Jakarta berdiri Jami’atul Khair pada tahun 1905, yang pada umumnya

(4)

dalam kenyataanya dialah yang memulai dalam bentuk organisasi dengan bentuk modern dalam

masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat berkala) dan

mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern. Di bawah

pimpinan Syekh Ahmad Soorkati, Jami’atul Khair banyak mengadakan pembaharuan dalam

bidang pengajaran bahasa Arab, pendidikan Agama Islam, penyiaran agama, dan banyak

berusaha mewujudkan Ukhuwah Islam.

Sementara itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan pemurnian Agama Islam di

beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain mempunyai penonjolan perjuangan dan sifat

yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka mempunyai cita-cita yang sama dan

tunggal yaitu “

Izzul Islam wal Muslimin”

atau kejayaan Agama Islam dan Kaum Muslimin. Di

antara gerakan-gerakan tersebut adalah: Partai Sarekat Islam Indonesia, Muhammadiyah,

Persatuan Islam, dan Al Irsyad.

Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu Gerakan Modernis dan

Gerakan Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis ialah gerakan yang menggunakan

organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi semua Gerakan Islam tersebut dapat digolongkan

sebagai gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan Reformis, berarti di samping gerakan ini

menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha memurnikan Islam dan

membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru, sehingga Islam dapat mengarahkan dan

membimbing umat manusia dalam kehidupan mereka. Misalnya: Muhammadiyah, Persatuan

(5)

GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

A. GERAKAN POLITIK ISLAM

1. PARTAI SAREKAT ISLAM INDONESIA

Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal organisasi dagang yang bernama Sarekat

Dagang Islam. Didirikan pada 1911 oleh seorang pengusaha batik terkenal di Sala, yaitu Haji

Samanhudi. Anggota-anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik, sebagai

usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan monopoli

bahan-bahan batik oleh para pedagang Cina. Kemudian akibat pelarangan terhadap Sarekat Dagang

Islam oleh Residen Surakarta, maka pada 1912 kedudukannya dipindah ke Surabaya dan

namanya pun berganti menjadi Sarekat Islam.

Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah kepemimpinannya

Sarekat Islam berkembang mewnjadi sebagai organisasi besar dasn berpengaruh,

anggota-anggotanya semakin Banyak dan meliputi seluruh lapisan masyarakat dan cabang-cabangnya

berdiri dimana-mana. Tujuannya diperluas, tidak saja urusan dagang dan perekonomiannya,

(6)

dengan menggunakan dasar perjuangan islam. Dengan tujuan tersebut akhirnya Sarekat Islam

memasuki bidang politik dan menginginkan suatu pemerintahan yang bebas dari penjajahan

Belanda.

Karena Sarekat Islam diselundupi oleh orang-orang komunis yang tergabung dalam organisasi

Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) pimpinan Sneevliet, seorang kader komunis

yg berasal dari negeri Belanda, akhirnya tak dapat mengelakkan diri dari perpecacahan, dan

menjadilah SI Putih SI Merah yang beraliran komunis . Sarekat Islam Putih kemudian

meningkatkan diri menjadi satu organisasi politik Partai Sarekat Islam Indonesia yang

diresmikan pada tahun 1929.

2. PARTAI ISLAM MASJUMI

Partai Islam Masjumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 sebagai hasil keputusan Muktamar

Umat Islam Indonesia I yang berlangsung di Yogyakarta (Gedung Madrasah Mualimin

Muhammadiyah) pada tanggal 7-8 November 1945. Kongres ini dihadiri oleh hampir semua

tokoh dari berbagai organisasi Islam dari masa sebelum perang serta pada masa pendudukan

Jepang, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam, al-Wasliyah, Persis, al-Irsyad,

serta tokoh intelektual muslim yang pada zaman Belanda aktif dalam Jong Islamiten Bond dan

Islam Study Club dan sebagainya. Dalam kongres tersebut disepakati dan diputuskan untuk

mendirikan Majlis Syura Pusat bagi umat Islam Indonesia.

Sesungguhnya Partai Masjumi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan politik organisasi Islam

pada akhir zaman penjajah Belanda yang dikenal dengan nama MIAI (Majlis Islam A’la

Indonesia). MIAI adalah suatu wadah federasi dari semua organisasi Islam, baik yang bergerak

(7)

didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya atas inisiatif KH Mas Masyur

(Muhammadiyah), KH Wahab Hasbullah (NU), dan Wondo Amiseno (Sarekat Islam). Kemudian

pada masa pendudukan Jepang gabungan gerakan Islam yang juga bersifat federasi semacam

MIAI ini dinamakan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masjumi).

Partai Masjumi yang mencanangkan tujuannya dengan rumusan “

Terlaksananya syari’at Islam

dalam kehidupan orang-seorang, masyarakat, dan Negara Republik Indonesia”

dalam kiprah

politiknya sepanjang masa hidupnya, baik dalam bentuk program maupun kebijakan-kebijakan

partai menampakan sikap yang tegar, istiqomah, konsisten terhadap prinsip-prinsip Islam yang

bersumber pada Al-Qur’an maupun Al-Hadits.

Politik yang dianut oleh Partai Masjumi adalah politik yang menggunakan parameter Islam,

artinya bahwa semua program atau kebijakan partai harus terukur secara pasti dengan nilai-nilai

Islam. Ungkapan bahwa politik itu kotor, menurut keyakinan Partai Masjumi tidak mungki

terjadi manakala sikap, langkah, dan pola perjuangannya selalu berada di atas prinsip-prinsip

ajaran Islam. Masjumi mengakui terhadap realitas yang terjadi di tengah-tengah arena politik

bahwa politik itu memang kotor, kalau politik itu didasarkan pada “

politik bebas nilai

” atau

politik yang diajarkan oleh Nicollo Machiavelli bahwa “

tujuan menghalalkan semua cara

”.

Politik Islam sebagaimana yang dianut oleh Partai masjumi adalah politik yang mengharamkan

tujuan yang ditempuh dengan semua cara. Islam mengajarkan bahwa “

Tujuan yang baik harus

dicapai dengan cara-cara yang baik pula

”.

Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan Pemilu, Partai Masjumi mendapatka 57 kursi di

pemerintahan. Akan tetapi karena Bung Karno termakan oleh bujukan dari Komunis sehingga

pada tanggal 17 Agustus 1960 mengeluarka Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 200 tahun

(8)

NKRI. Pada tanggal 13 September 1960 DPP Masjumi membubarkan Masjumi dari pusat

sampai ke ranting-rantingnya.

B. GERAKAN SOSIAL KEMASYARAKATAN ISLAM

Merupakan gerakan dakwah Islam

amar makruf nahi munkar

yang dalam ajarannya konsisten

berpegang pada :

1.

Kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah secara murni.

2.

Membuka pintu ijtihad selebar-lebarnya kepada siapa pun yang telah berhak

melakukannya.

3.

Mengamalkan ajaran Islam secara konsisten, bersih dari segala kemusyrikan,

khurafat, bid’ah, dan taqlid

Contoh: Gerakan Al Islah wal Irsyad, Persatuan Islam dan Muhammadiyah

1. MUHAMMADIYAH

Sejak tahun 1905, Kyai Haji Ahmad Dahlan telah banyak melakukan dakhwah dan

pengajian-pengajian yang berisi faham baru dalam islam dan menitik beratkan pada segi alamiyah.

Baginya, Islama adalah agama amal, suatau agama yang mendorong umatnya untuk banyak

melakukan kerja dan berbuat sesuatu yang bermanfaat. Dengan bekal pendalaman beliau

terhadap Al- Qura’an dan sunannah Nabi, sampai pada pendirian dan tindakana yang banyak

bersifat pengalaman Islam dalam kehidupan nyata.

Dari kajian – kajian Kyai Haji Ahmad Dahlan ,akhirnya timbul pertanyaan kenapa banyak

(9)

orang yang bergerak dan berjuang tetapi tidak berilmu luas serta sebaliknya banyak orang yang

berilmu akan tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.

Atas dasar keyakinannya itulah, Kyai Haji Ahmad Dahlan ,pada tahun 1991 mendirikan “sekolah

Muhammadiyah” yang menempati sebuah ruangan dengan meja dan papan tulis. Dalam sekolah

tersebut, di masukkan pula beberapa pelajaran yang lazim di ajarkan di sekolah-sekolah model

Barat, seperti Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat dan sebagainya. Begitu pul;a di perkenalkan

cara-cara baru dalam pengajaran ilmu-ilmu keagamaan sehingga lebih menarik dan lebih

menyerap. Dengan murid yang tidak begitu banyak,jadilah sekolah Muhammadiyah tersebut

sebagai tempat persemaian bibit-bibit pembaruan dalam Islam Indonesia.

Dan sebagai puncaknya berdirilah gerakan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 yang

bertepatana dengan tanggal 18 November 1992, yang di dalam Anggaran Dasarnya yang pertama

kali bertujuan: “ Menyebarkan Pengajarn Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk

bumi putera,di dalam residensi yogyakarta” serta “ Memajukan hal agama Islam kepada

sekutu-sekutunya.

2. AL-IRSYAD

Dalam jami’at khair, timbul suatu perbedaan pendapat yang cukup tajam, terutama persoalan

“kafa’ah”, yaitu sah tdaknya golongan Arab keturunan Sayid (keluarga Nabi) kawin dengan

golongan lainnya. Dalam hal ini Syeh Sukarti berpendapat boleh,dan tetap kufu atau seimbang.

Ia mengemukakan alasan dengan ayat Al-Qur’an bahwa: “yang paling mulia diantara kamu

sekalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa” (Al Hujarat 13). Selain itu terdapat banyak bukti

bahwa para sahabat kawin satu sama lain tanpa memandang keturunan Sayyid atau tidaknya.

(10)

Syaidina Ali, keluarga Nabi, dan berakhir dengan perpecahan. Kemudian Syekh Ahmad Sukati

pada tahun 1914 mendirikan perkumpulan Al Ishlah Wal Irsyad. Maksudnya ialah memajukan

pelajaran agama Islam yang murni di kalangan bangsa Arab di Indonesia. Dan sebagai

amaliyahnya berdirilah beberapa perguruan Al-Irsyad di mana-mana, di antaranya pada tahun

1915 di jakarta. Selain itu banyak bergerak dalam bidang sosial dan dakwah Islam dengan dasar

Al-Qur’an dan sunnah Rosul secara murni dan konsekuen.

3. PERSATUAN ISLAM

Persatuan Islam (Persis) didirikan di Bandung pada 17 September 1923 oleh K.H. Zamzam,

seorang ulama berasal dari Palembang. Persis beeertujuan mengembalikan kaum muslimin

kepada pimpinan AL-Qur’an dan sunnah Nabi dengan jalan mendirikan madrasah-madrasah,

pesantren dan tabliqh pidato ataupun tulisan. Selain itu, menerbitkan pula majalah yang cukup

menonjol pada zamannya, yaitu “Pembela Islam” dan majalah Al Muslimin.

Persis sangat menonjol dalam usahanya memberantas segala macam bid’ah dan khufarat ,

dengan cara-cara radikal dan tidak tanggung- tanggung. Lebih-lebih setelah Persis berda dalam

kepemimpinan ustadz A. Hasan, yang terkenal tajam pena dan lidahnya menegakkan kemurnian

agama, maka Persis semakin hari semakin bertambah luas dan berkembang. Diantara alumni

pendidikan Persis yang terkemuka adalah M.Natsir, seorang tokoh cendikiawan dan pemimpin

Islam Indonesia yang juga pernah menjadi Perdana Menteri RI dan menduduki jabatan-jabatan

(11)

Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia

A.

Bentuk-Bentuk Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia

Islam telah mengalami sejumlah pergerakan kebangkitan kembali yang

cukup besar dalam dua abad terakhir, dimulai dengan gerakan wahabiah yang

dipimpin oleh Ibn’Abd-al-Wahhab pada abad ke-18 di Arab. Sementara suatu

dorongan moral dan spiritual umum seperti yang ada di balik Wahabisme masih

tetap berpengaruh selama abad ke-19 di Afrika dan anak benua India, ketika itu

pula pergerakan intelektual yang kuat lahir selama pertengahan terakhir abad

ke-19 (Azra, ke-1985, p. 20). Hal ini pula yang membawa pengaruh besar dalam

pergerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang ada di negara-negara muslim

khususnya Indonesia yang mengalami gerakan moderenisme dalam Islam.

Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia menurut tidaklah dimulai pada

tahun 1911 dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam atau juga tahun 1912 dengan

berdirinya Muhammadiyah bukan juga tahun 1906 dengan terbitnya majalah

Al-Iman dan ada juga lembaga pendidikan yang didirikan tahun 1905 di jakarta

dengan nama Jami’at Khair (Noer, 1980, hal. xi). Hal ini memang benar karena

tahun-tahun yang tercantum diatas merupakan tahun resmi berdirinya organisasi,

berdirinya sekolah maupun terbitnya majalah Islam. Namun, untuk awal gerakan

entah berupa ajakan maupun anjuran dalam pembaharuan Islam telah jauh terjadi

sebelum itu.

Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak

terlepas dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan

pembaharuan Islam ini timbul akibat pemikiran Jamaludin al-Afgani mengenai

Pan-Islamisme atau pembaharuan dalam Islam untuk menjadikan satu dalam kekuatan.

Perkembangan Pan-Islamisme itu sendiri mencuat ke permukaan sekitar awal

abad ke-20 akibat kemunduran dunia Islambsmentara dunia barat mengalami

kemajuan yang sangat pesat.

Tentu saja perkembangan pergerakan yang terjadi di dunia Islam ini

mendorong Indonesia juga untuk ikut bagian dalam gerakan pebaharuan ini. Selain

di Indonesia pengaru dari pemikiran pembaharuan Islam ini juga sampai ke

negara-negara Islam lainnya sperti Mesir, Libya, Irak, Iran dan Pakistan.

(12)

bertransformasi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul

Ulama danPersatuan Islam (UMY, 2012).

Ada banyak bentuk pembaharuan dalam dunia Islam yang terjadi setelah

perkembangan Islam yang mantap pula di Indonesia, hal ini di dorong oleh sudah

banyaknya golongan intelektual di kalangan rakyat Indonesia akibat diterapkannya

politik etis oleh pemerintah kolonial. Pembaharuan Islam yang ada di Indonesia

cukup menarik karena Ada yang bergerak dalam bidang politik dan ada juga yang

bergerak dalam sosial kemasyarakatan.

Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu

Gerakan Modernis dan Gerakan Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis

ialah gerakan yang menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi

Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal organisasi dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam. Didirikan pada 1911 oleh seorang pengusaha batik terkenal di Sala, yaitu Haji Samanhudi. Anggota-anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik, sebagai usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan monopoli bahan-bahan batik oleh para pedagang Cina. Kemudian akibat pelarangan terhadap Sarekat Dagang Islam oleh Residen Surakarta, maka pada 1912 kedudukannya dipindah ke Surabaya dan namanya pun berganti menjadi Sarekat Islam.

Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah kepemimpinannya Sarekat Islam berkembang mewnjadi sebagai organisasi besar dasn berpengaruh, anggota-anggotanya semakin Banyak dan meliputi seluruh lapisan masyarakat dan cabang-cabangnya berdiri dimana-mana. Tujuannya diperluas, tidak saja urusan dagang dan perekonomiannya, melainkan lebih luas dan besar yaitu: menentang politik kolonial Belandadalam segala seginya dengan menggunakan dasar perjuangan islam. Dengan tujuan tersebut akhirnya Sarekat Islam memasuki bidang politik dan menginginkan suatu pemerintahan yang bebas dari penjajahan Belanda.

Karena Sarekat Islam diselundupi oleh orang-orang komunis yang tergabung dalam organisasi Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) pimpinan Sneevliet, seorang kader komunis yg berasal dari negeri Belanda, akhirnya tak dapat mengelakkan diri dari perpecacahan, dan menjadilah SI Putih SI Merah yang beraliran komunis . Sarekat Islam Putih kemudian meningkatkan diri menjadi satu organisasi politik Partai Sarekat Islam Indonesia yang diresmikan pada tahun 1929.

2. Partai Islam Masjumi

Partai Islam Masjumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 sebagai hasil keputusan Muktamar Umat Islam Indonesia I yang berlangsung di Yogyakarta (Gedung Madrasah Mualimin Muhammadiyah) pada tanggal 7-8 November 1945. Kongres ini dihadiri oleh hampir semua tokoh dari berbagai organisasi Islam dari masa sebelum perang serta pada masa pendudukan Jepang, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam, al-Wasliyah, Persis, al-Irsyad, serta tokoh intelektual muslim yang pada zaman Belanda aktif dalam Jong Islamiten Bond dan Islam Study Club dan sebagainya. Dalam kongres tersebut disepakati dan diputuskan untuk mendirikan Majlis Syura Pusat bagi umat Islam Indonesia.

Sesungguhnya Partai Masjumi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan politik organisasi Islam pada akhir zaman penjajah Belanda yang dikenal dengan nama MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia). MIAI adalah suatu wadah federasi dari semua organisasi Islam, baik yang bergerak dalam bidang politik praktis maupun yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan yang didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya atas inisiatif KH Mas Masyur (Muhammadiyah), KH Wahab Hasbullah (NU), dan Wondo Amiseno (Sarekat Islam). Kemudian pada masa pendudukan Jepang gabungan gerakan Islam yang juga bersifat federasi semacam MIAI ini dinamakan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masjumi).

(13)

Politik yang dianut oleh Partai Masjumi adalah politik yang menggunakan parameter Islam, artinya bahwa semua program atau kebijakan partai harus terukur secara pasti dengan nilai-nilai Islam. Ungkapan bahwa politik itu kotor, menurut keyakinan Partai Masjumi tidak mungki terjadi manakala sikap, langkah, dan pola perjuangannya selalu berada di atas prinsip-prinsip ajaran Islam. Masjumi mengakui terhadap realitas yang terjadi di tengah-tengah arena politik bahwa politik itu memang kotor, kalau politik itu didasarkan pada “politik bebas nilai” atau politik yang diajarkan oleh Nicollo Machiavelli bahwa “tujuan menghalalkan semua cara”. Politik Islam sebagaimana yang dianut oleh Partai masjumi adalah politik yang mengharamkan tujuan yang ditempuh dengan semua cara. Islam mengajarkan bahwa “Tujuan yang baik harus dicapai dengan cara-cara yang baik pula”.

Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan Pemilu, Partai Masjumi mendapatka 57 kursi di pemerintahan. Akan tetapi karena Bung Karno termakan oleh bujukan dari Komunis sehingga pada tanggal 17 Agustus 1960 mengeluarka Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 200 tahun 1960 untuk membubarkan Partai Islam Masjumi dari pusat sampai ranting di seluruh wilayah NKRI. Pada tanggal 13 September 1960 DPP Masjumi membubarkan Masjumi dari pusat sampai ke ranting-rantingnya.

B. GERAKAN SOSIAL KEMASYARAKATAN ISLAM

1. Muhammadiyah

Sejak tahun 1905, Kyai Haji Ahmad Dahlan telah banyak melakukan dakhwah dan pengajian-pengajian yang berisi faham baru dalam islam dan menitik beratkan pada segi alamiyah. Baginya, Islama adalah agama amal, suatau agama yang mendorong umatnya untuk banyak melakukan kerja dan berbuat sesuatu yang bermanfaat. Dengan bekal pendalaman beliau terhadap Al- Qura’an dan sunannah Nabi, sampai pada pendirian dan tindakana yang banyak bersifat pengalaman Islam dalam kehidupan nyata.

Dari kajian – kajian Kyai Haji Ahmad Dahlan ,akhirnya timbul pertanyaan kenapa banyak gerakan-gerakan islamyang tidak berhasil dalam usahanya? Hal ini tidak lain di sebabkan banyak orang yang bergerak dan berjuang tetapi tidak berilmu luas serta sebaliknya banyak orang yang berilmu akan tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.

Atas dasar keyakinannya itulah, Kyai Haji Ahmad Dahlan ,pada tahun 1991 mendirikan “sekolah Muhammadiyah” yang menempati sebuah ruangan dengan meja dan papan tulis. Dalam sekolah tersebut, di masukkan pula beberapa pelajaran yang lazim di ajarkan di sekolah-sekolah model Barat, seperti Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat dan sebagainya. Begitu pul;a di perkenalkan cara-cara baru dalam pengajaran ilmu-ilmu keagamaan sehingga lebih menarik dan lebih menyerap. Dengan murid yang tidak begitu banyak,jadilah sekolah Muhammadiyah tersebut sebagai tempat persemaian bibit-bibit pembaruan dalam Islam Indonesia.

Dan sebagai puncaknya berdirilah gerakan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 yang bertepatana dengan tanggal 18 November 1992, yang di dalam Anggaran Dasarnya yang pertama kali bertujuan: “ Menyebarkan Pengajarn Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera,di dalam residensi yogyakarta” serta “ Memajukan hal agama Islam kepada sekutu-sekutunya.

2. Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama merupakan salah satuorganisasiIslam besar lainnya di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari1926 dan bergerak di bidangpendidikan, sosial, dan ekonomi. Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsaIndonesia, akibat penjajahan maupun akibat tradisi yang sudah menjadi adat kehidupan masyarakat Islam yang ada di Indonesia di Jawa khususnya telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanyaNahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Dalam menjalankan organisasinya Nahdlatul Ulama dalam Wikipedia memiliki tujuan utama yakni, menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Persatuan Islam

(14)

karena itu, lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam yang hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).

Persis sangat menonjol dalam usahanya memberantas segala macam bid’ah dan khufarat , dengan cara-cara radikal dan tidak tanggung-tanggung. Lebih-lebih setelah Persis berda dalam kepemimpinan ustadz A. Hasan, yang terkenal tajam pena dan lidahnya menegakkan kemurnian agama, maka Persis semakin hari semakin bertambah luas dan berkembang. Diantara alumni pendidikan Persis yang terkemuka adalah M.Natsir, seorang tokoh cendikiawan dan pemimpin Islam Indonesia yang juga pernah menjadi Perdana Menteri RI dan menduduki jabatan-jabatan penting dalam Lembaga Islam International.

Daftar Pustaka

Azra, H. N. (1985). Perkembangan Modern Dalam Islam . In F. Rahman,

Gerakan

Pembaharuan Dalam Islam Dewasa Ini

(pp. 19-44). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Noer, D. (1980).

Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942.

Jakarta: LP3ES.

UMY, I. F. (2011). Retrieved

from

[online]http://immfkikumy.wordpress.com/2011/11/10/gerakan-pembaharuan-islam-di-indonesia/html. diakses tanggal 10 Mei 2012.

Wikipedia. (n.d.).Nahdlatul Ulama. [online] Retrieved from

(15)

BAB I Pendahuluan

1. Kata Pengantar

Segala pujian dan permohonan hanya ditujukan kepada Allah SWT yang ditangan-Nya lah islam dapat berjaya hingga berabad-abad lamanya dan karena meninggalkan-Nya lah islam mengalami kemunduran. Shalawat serta salam kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAWW, keluarganya yang suci dan sahabtnya yang terpilih, karena merekalah pembaharu pertama dalam Islam dan membekas hingga kini.

Kami ingin berterima kasih kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, Bapak Dani Nurfajar yang telah memberikan kami kesempatan untuk belajar dan menemukan hal-hal baru dalam ilmu dan pengetahuan. Kami juga berterima kasih kepada seluruh komponen yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Semoga dapat berguna sekarang maupun di masa mendatang. Amien.

2. Latar belakang

Setelah islam mengalami kekalahan dalam perang salib, banyak yang terjadi kemunduran pada umat islam. Perubahan besar pun terjadi pada Barat dari segala aspek, mulai dari ilmu pengetahuan hingga sistem kemiliteran. Barat dan islam menjadi dua sisi yang berlawanan karena masing-masing memiliki dua perbedaan mencolok. Barat mengambil komponen-komponen penting dalam islam, tanpa meninggalkan sisa sedikitpun. Terbukti dengan pembakaran perpustakaan-perpustakaan islam dan perampasan buku-buku ilmu pengetahuan, hingga akhirnya islam memasuki era kegelapan. Umat muslim sedikit demi sedikit tersingkirkan dari pergerakan zaman, sampai pada akhirnya umat muslim;sebagian dari mereka namun tidak semua, merasa bahwa hal yang terjadi pada islam ini berupa kemunduran dan masa kegelapan haruslah diakhiri.

Umat islam pun melakukan semacam ‘Renaisance’. Tapi bagi umat islam, tidak hanya ilmu yang dikedepankan, namun juga dari segi keagamaan yang tentunya orang Barat tidak punya. Perlahan-lahan umat islam mulai meneliti faktor-faktor kemunduran dan komponen apa saja yang harus diperbaiki untuk kembali pada masa yang cerah. Satu persatu muncul tokoh-tokoh berpendidikan dari umat islam, mulai dari Jamaluddin Al-Afghani, Hasan Al-Banna, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, sampai pada Sayyid ‘Amir Ali. Masing-masing dari mereka melakukan remedi atau perbaikan pada hampir seluruh komponen yang dapat membantu kembalinya kejayaan umat islam. Seperti membentuk organisasi yang berlandaskan keislaman untuk memperjelas tujuan umat muslim dalam berjuang melawan Barat dan racun-racunnya.

Hingga pada masa kini dampak dari pergerakan mereka masih tercermin dalam organisasi-organisasi islam yang bergerak untuk membela islam dan membangun generasi islam. Namun pembahasan pada makalah ini lebih pada ide-ide dan pembaharuan yang dilakukan pada pembaharu tersebut, juga apa sumbangan nyata yang mereka berikan dan dapat kami manfaatkan hingga sekarang.

BAB II Isi

1. A. Latar Belakang Terjadinya Pembaharuan Islam

Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat islam , pada abad inilah daerah-daerah islam meluas di Barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol, di Timur melalui Persia sampai ke India.

Daerah-daerah ini tunduk karena kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian Damskus dan terakhir di Bagdad. Dari situlah banyak lahir pemikir-pemikir hebat. Dari lahirnya pemikir dan para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan berkambang pesat sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, non agama dan bidang kebudayaan lainya.

(16)

Pada abad selanjutnya pemikiran islam memasuki benua Eropa melalui Spayol dan Sisilia dan inilah yang menjadi dasar ilmu yang menguasai alam pikiran Barat.

Dipandang dari sisi sejarah dan kebudayaan maka tugas meme-lihara dan menyebarkan ilmu pengetahuan tidaklah kecil nilainya dibanding mencipta ilmu pengetahuan. Jika tugas-tugas penelitian diadakan oleh Aristoteles, Galinus dan para ilmua lainnya tidak ditampung maka dunia akan miskin dengan ilmu. Puncak kemegahan dunia islam itu akhirnya menurun, islam mulai mengalami kemunduran pada abad ke-10 dan tenggelam berabad-abad lamanya.

Faktor penyebab kemunduran umat islam:

 Isu pintu ijtihad tertutup telah meluas dikalangan umat islam. Berpaling pikiran untuk menggali secara langsung pada sumber pertama dan utama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Apabila mereka menemukan persoalan baru, pikiran mereka hanya terpusat pada kepentingan mazhab. Praktek bermazhab dan ta’assuk terhadap mazhab tertentu sangat marak dilakukan. Karena itulah ilmu pengetahuan mulai berkurang, kehidupan berkelompok dengan pengaruh negatifnya tersebar hampir disemua tempat di dunia islam.

 Keutuhan umat islam dalam bidang politik mulai terpecah, kekuasaan khalifah menurun, masyarakat islam yang berbentuk persatuan dan

kesatuan dalam seiman telah pindah. Tidak ada satu ikatan di dalamnya kecuali nama dan tatanan. Umat Islam terpecah belah dan saling bermusuhan, masyarakat islam berubah dan kerajaan islam telah mewariskan kota-kota dan kerajaan yang telah bertikai selama berabad-abad, dalam sekejap mata sejarah kemanusiaan telah dirobek-robek oleh kelemahan strategi politik.

 Adanya perang salib dibawah arahan gereja katolik Roma dan serbuan tentara barbar. Karena itu khalifah sebagai lambang kesatuan

politik umat islam hilang. Tentara salib ingin menguasai baitul maqdis untuk menyebarkan pengaruhnya dan mengajak bersatu dalam keyakinan.

Masa kemunduran ini berlangsung berabad-abad lamanya hingga muncul gerakan yang dikumandangkan oleh pelopor-pelopor pembaharuan seperti Ibnu Taimiyah dengan muridnya Ibnu Al-Qoyyim, Muhammad Ibnu ‘Abdul Wahab, Muhammad Ibnu Ali Sanusi Al-Kabir, dan lain-lain.

Diantara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan islam adalah:

v Paham tauhid yang dianut kaum muslimim yang bercampur dengan kebiasaan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, pemujaan terhadap orang-orang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.

v Sifat jumud membuat umat islam berhenti berpikir dan berusaha. Umat islam maju dikarenakan pada saat itu mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu selama umat islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk berijtihad maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan. Untuk itu perlu diadakan pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.

v Umat islam selalu berpecah belah, mereka tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak adanya persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ajaran islam. Karena itulah, bangkit suatu gerakan pembaharuan.

v Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia islam dan barat. Dengan adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan barat. Terutama sekali saat terjadinya peperangan antara kerajaan ustmani dengan kerajaan eropa, yang biasanya tentara kerajaan utsmani selalu menang dalam peperangan dan pada akhirnya mengalami kekalahan ditangan barat. Hal ini membuat pembesar-pembesar utsmani menyelidiki rahasia kekuatan militer eropa yang baru muncul. Ternyata rahasianya adalah kekuatan militer modern yang dimiliki eropa sehingga pembaharuan juga dipusatkan pada bidang militer.

Pembahuran dalam islam berbeda dengan renainsans Barat. Kalau renainsans Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan islam sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran agama islam. Islam bukan hanya mengajak maju ke depan untuk melawan segala kebodohan dan kemajuan islam itu sendiri.

1. B. Tokoh-tokoh pembaharuan Islam

Berawal dari kemunduran yang di alami oleh umat islam dan Barat semakin menunjukan Eksistensinya sebagai pusat peradaban. Akhirnya munculah banyak pemikir-pemikir islam yang tersadar bahwa keadaan umat islam saat itu sangat terbelakang. Maka mereka melakukan suatu gerakan yang menghasilkan gagasan untuk membangkitkan umat islam dari ketepurukan itu. Dan sangat banyak tokoh-tokoh yang memberikan jasa nya. Di makalah ini kita hanya memaparkan beberapa tokoh yang paling berpengaruh bagi islam.

1. a. Hasan Al-banna Perintis Negara Islam Modern

Dunia islam mengenal Hasan Al-banna sebagai pejuang dan pembangkit umat islam. Para pengamat mengaitkan Al-banna dengan pembaru juga yang juga berasal dari Mesir yaitu Muhammad Abduh, mereka bagai satu badan dan ruh. Abduh yang senior dari Al-bannah sebagai kepalanya sementara Al-banna sebagai ekornya. Abduh sebagai revolusinya sedangkan Al-banna sebagai penggerak revolusi kebangkitan perjuangan umat islam internasional . Keduanya memang tidak bertemu secara fisik tapi pemikiran dan visi mempersatukan keduanya dalam tujuan yang sama. Hasan Al-banna dilahirkan didesa Mahmudiyah kawasanBuhairah, Mesir tahun 1906 M, sejak kecil Al-banna sudah menunjukan kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun dia telah menghafal separuh isi al-Quran. Ayahnya, Syaikh ahmad Al-bannna yang ulama fiqih dan hadits, terus menerus melengkapi hafalanya. Sejak itu dia mendisiplinkan waktunya menjadi 4 tahap; siang hari dipergunakan untuk belajar disekolah , kemudian belajar dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore, sore hari digunakan untuk mengulang pelajaran sekolah hingga malam, dan shubuh untuk menghafal al-Quran. Pada usia 14 tahun dia telah menghafal al-Quran.

Hasan Al-banna lulus sekolah dengan predikat terbaik di sekolahnya dan lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun dia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi di Kairo. Selain prestasinya dibidang akademik, Al-banna memiliki bakat sebagai leadership yang sangat cemerlang. Dia selalu terpilih menjadi ketua dalam organisasi siswa di sekolahnya. Pada usia 21 tahun Al-banna telah menamatkan studinya di Dar Al-Ulum dan di tunjuk menjadi guru Ismai’liyah.

(17)

Kenyataan itu yang membuat benar-benar Al-banna bergerak, khususnya dalam bidang dakwah. Dakwa Al-banna dimulai dari menggalang dari sekolompak orang. Dia berdakwah dikedai-kedai kopi , hal ini dilakukan teratur 2minggu sekali. Dan usaha Al-banna ini mendapat banyak sambutan dikalanga umat islam di Mesir. Tercatat kaum muslim dari kalangan buruh/petani, usahawan, ilmuan, ulama, dokter mendukung dakwahnya.

Saat berdakwah dia lebih suka menyebutkan “wahai manusia” yang mengacu pada seluruh umat tanpa memandang ras, kebanggaan, bahkan agama dari pada menyerukan dengan kata-kata “wahai bangsa arab” atau “wahai kaum muslimin”. Bersandar pada nilai-nilai universal, masalah jarak bukanlah kendala. Kecintaan yang universal pada nila-nilai kemanusiaan dan komitmennya pada uhkuwah islamiyah mendorong Hasan Al-banna untuk mendirikan Komite Solidaritas bagi kemerdekaan Indonesia dan dia sendiri yang menjadi ketuanya.

Al-banna dan Ikhwan Al-Muslim

sepak terjang Hasan Al-banna dimulai sejak dia menjadi bocah tanggung. Saat kecilnya dia bergabung dengan masyarakat untuk tingkah laku moral ini menunjukan bahwa Al-banna saat kecil sudah tertarik pada masalah keagamaan. Pada tahun 1928, Al-banna mendirikan IM. Pada 1932, dia pindah ke Kairo. Bersama itu pula gerakannya berpindah dari isma’liyah ke Kairo. Untuk menyebarkan pemikiran dan gerakan dakwah IM ke masyarakat pada 1352 H/ 1933 M Al-banna menerbitkan sebuah majalah mingguan ikhwan yang di pimpin oleh Muhibudin Khatib dan kemudian banyak majalah-majalah lanjutan yang diterbitkan.

Pada awal berdirnya, IM hanya beranggotakan 100 orang yang dipilih langsung oleh Al-banna. Hingga akhirnya terus berkembang, baik keanggotaanya maupun amal usahanya. Bahkan IM berkembang pesat di luar Mesir, seperti di Jordania dan Syiria, serta Sudan. Di bidang amal usaha, gerakan ini banyak kesamaan dengan ormas Islam Muhammadiyah, dari mengelola amal sosial, seperti panti asuhan, rumah sakit, lembaga pendidikan, perdagangan, hingga para kardernya kini banyak menguasai organisasi profesi seperti persatuan wartawan Mesir, organisasi kedokteran dan organisasi pengacara, serta perdagangan. Di kancah politik, pada 1948 turut serta dalam perang palestina. Mereka masuk dalam angkatan perang khusus.

Berkaitan dengan pemikiran dan visi IM sendiri tidak lepas dari cara pandang pendirinya. Pemahamannya bersifat universal tidak menganal pemisahan dari satu aspek ke aspek yang lain. Kaitan dengan dakwah, Al-banna mengatakan “gerakan ikhwan adalah dakwah salafiah , thariqah sunniyah,haqiqqah sufiyah, lembaga politik, klub olahraga, lembaga ilmiyah dan kebudayaan, peserikatan ekonomi dan pemikiran sosial”

Al-banna mengatakan bahwa ciri gerakan IM adalah: jauh dari sumber pertentangan, jauh dari riya dan kesombongan, jauh dari partai politik dan lembaga-lembaga politik, memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah, lebih mengutamakan aspek-aspek amaliah produktif dari pada propaganda reklame, memberi perhatian khusus kepada para pemuda, dan cepat tersebar di kampung-kampung dan si kota-kota.

Sebagaimana dakwah yang berkarakter rabbaniyah yang menyeru manusia menjauhi, menentang, melawan tirani materialisme, dan kembali beriman kepada allah, dan selalu berada pada pengawasan nya selain itu juga mengandung dakwah yang berkarakter insaniyah yang mengajak kepada persaudaraan di antar manusiadan berusaha membahgiakan mereka, karena dakwah ini bersifat islamiah dan islam di peruntunkan untuk setiap manusia.

Sementara masalah ideologi IM banyak mengadopsi dakwah salafiah menjadi gerakan dakwahnya. Dia menekankan kepada pentingnya penelitian dan pembahasan terhadap dalil serta kembali kepada al-Quran dan al-Sunnah dan membersihkan diri dari segala bentuk kemusyrikan untuk mencapai kesempurnaan tauhid. Dakwah nya banyak di pengaruhi oleh Syaikh Abdul Wahab, Sanusiyyah dan Rasyid Ridha. Pada umumnya dakwa tersebut lanjutan dari madrasah Ibnu Taimiyah, yang juga kelanjutan madrasah imam Ahmad Hambal. I M merupakan tasawuf sebagai sarana pendidikan dan peningkatan jiwa seperti pernah dilakukan para ahli tasawuf terdahulu yang akidahnyabenar dan jauh dari segala bentuk bidah, khurafat, meghina diri dan sifat negatif.

Namun, jalan yang di tempuhnya tak semulus yang dibayangkan. Serbuan fitnah seakan mengikuti langkah kaki Hasan Al-banna. Pada suatu ketika, dia dituduh sebagai penganut komunis yang menentang negara dan Raja Fahd. K esempatan lainya, sebuah petisi seorang warga menyebutkan dia diskriminatif dengan membeda-bedakan perlakukan terhadap murid-murid beradama islam dan kristen. Uniknya, pembelaan justru datang dari umat kristen sendiri. Sekempulan tokoh agama Kristen pun datang dipimpin pastor Gereja Orthodoks Isma’iliyah yang menolak petisi tersebut. Salah satu yang melakukan pembelaan ini adalah ketua Asosiasi Gereja, Jirjis Sorial Afandi.

Pada sekitar 1930 an Hasan Al-banna kenudian mengajar ke Kairo, dan IM merambah ke kegiata politik. Mereka berupaya menciptakan islam yang bersih dan menolak sekularisasi dan westernisasi. Ketika perang dunia II, IM berkembang pesat dan menjadi elemen pentin di Mesir, dengan itu IM banyak menarik perhatian mahasiswa, pegawai, pekerja kota dan berbagai kalangan lain nya.

Banyak anggota IM menganggap pemerintah Mesir telah berkhianat pada kepentingan nasinalisme Mesir sendiri. Demi perbaikan, Hasan Al-banna menjalin kerja sam taktis dengan pemerintahan, sayang nya dia dan para pengikutnya terlanjur menjadi ancaman bagi pemerintahan pusat. Para anggota IM mulai mendapatkan serangan fitnah, termasuk pada Hasan Al-bannah.

Tokoh-tokoh mereka pun di tangkapi, hingga pada akhirnya pada 1949, Al-banna di tembak oleh penembak misterius yang di yakinin penembak titipan pemerintah. Dua karya monumentalnya yang diwariskanya adalah Muzdakariyat Al-Dakwah wa Da’iyyah dan Majmu’ah Rasail.

1. b. Jamaluddin al-afghani Jiwa Rainesans Umat

Jamaluddin al-afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik islam. Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga keseluruh dunia. Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan dunia islam, menjadikan dirinya orang yang paling dicari oleh pemerintah kolonial ketika itu, pemerintah inggris. Tapi, komitmen dan konsistensinya yang sangat tinggi terhadap nasib umat islam, membuatnya tak pernah kenal lelah apalagi menyerah.

Sastrawan dan pemikir besar muslim abad ke-20 sir muhammad iqbal mengatakan : “….jiwa yang tak mau diam itu selalu mengembara dari negara islam satu ke negara islam lain… memang, jamaludin al-afghani tak pernah menuntut sebutan sebagai pembaharu, akan tetapi tidak ada seorangpun di zaman ini yang lebih mampu mengungkapkan getaran jiwa agama islam melebihi dirinya. Semangat dan pengaruhnya masih tetep besar bagi dunia islam, dan tak ada seorangpun tahu kapan berakhirnya…”

(18)

lawan-lawan politiknya, menyebutkan bahwa jamaluddin dilahirkan di asabadad dekat hamadan, Iran. Menurut versi ini, jamaluddin mengaku lahir di afghanistan dengan maksud menyelamatkan dirinya dari kesewenangan penguasa persia (Iran) yang tidak menyukainya.

Al-afghani menghabiskan masa kecil dan remajanya di Afghanistan, namun banyak berjuang di Mesir, India bahkan sampai ke Prancis. Pada usia 18 tahun di kabul, jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami ilmu falsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, atronomi, dan astrologi. Dia seorang yang sangat cerdas jauh melampaui remaja-remaja seusianya. Etelah menguasai beberapa disiplin ilmu, jamaluddin ke India. Dia berkelana ke negri ini. Kemampuanya berbicara dan pengetahuanya yang dalam, muda usia 18 tahun ini memukau banyak orang. Dia orator yang tangguh. Dia mendorong rakyat india untuk bangkit melawan kekuasaan inggris. Hasilnya, pada 1857 muncul kesadaran baru dikalangan pribumi India melawan penjajah. Perang kemerdekaan pertama di India pun meletus.

Dari India jamaluddi melanjutkan perjalananya ke Mekkah. Di Kabul, sepulang menunaikan ibadah haji, Jamaluddin diminta penguasa Afghanistan Pangeran Dost Muhammad Khan, untuk membantunya. Tahun 1864, Jamaluddin yang progresif, menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi perdana mentri Muhammad A’zham Khan. Namun karna campur tangan Inggris dan kekalahanya terhadap golongan yang disokong Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris yang menilai Jamaluddin sebagai tokoh yang berbahaya karna ide-ide pambaharunya, terus mengawasinya. Dia tidak diperkenankan melalui jalur darat, juga tidak diperkenankan bertemu dengan pemimpin-pemimpin India. Melalui jalur laut, Jamaluddin kemudia pergi ke Kairo dan menetap disana.

Pada awalnya, Jamaluddin mencoba menjauhi diri dari politik dengan memusatkan diri mempelajari ilmu pengetehuan dan sastra Arab. Rumahnya dijadikan tempat pertemuan para pengikutnya. Di sinilah dia memberikan kuliah dan berdiskusi dengan berbagai kalangan, termasuk intelektual muda, mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir. Melihat campur tangan Inggris di Mesir, Jamaluddin akhirnya kembali ke politik. Dia melihat Inggris tidak ingin melihat islam bersatu dan kuat. Jamaluddin memasuki perkumpulan freemason, satu organisasi yang beranggotakan tokoh-tokoh politik Mesir. Dari sini, 1879, terbentuk partai politik Hizb Al-Wathani (partai kebangsaan). Partai ini menanamkan kesadaran berbangsa, memperjuangkan pendidikan Universal, dan kemerdekaan pers. Aktivitas politik Jamaluddin memberikan pengaruh besar bagi umat islam. Dia mendorong bangkitnya gerakan berfikir sehingga mesir mencapai kemajuan. Seperti juga di Kabul dan di India, Inggris memperlihatkan ketidaksenanganya terhadap Jamaluddin. Inggris menghasut kaum teolog ortodoks melawan Jamaluddin. Ini menjadi alasan Inggris mengusir Jamaluddin dari Mesir, 1879. Jamaluddin akhirnya pergi ke Hyderabad Deccau (India). Di sana, dia menulis risalah yang sangat terkenal, Pembuktian Kesalahan Kaum Materialis. Risalah ini menimbulkan gejolak besar kalangan kaum materialis.

Pada 1882, Jamaluddin ke Paris. Dia mendirikan perkumpulan Al-Urwat Al-Wuthqa. Organisasi ini kemudian menerbitkan jurnal –dengan nama yang sama- yang mengecam keras barat. Penguasa barat melarang jurnal ini beredar di negara-negara muslim karna khawatir akan dapat menimbulkan semangat persatuan Islam. Karna dilarang diedarkan, usia jurnal ini hanya delapan bulan. Aktivitas Jamaluddin tidak hanya di Paris dia juga bergerak di berbagai negara Eropa. Dia berdiskusi tentang Islam di London, diantaranya dengan Lord Salisbury, yang berkuasa ketika itu. Dia pergi ke Rusia, membangun pengaruh dikalangan cendekiawan Rusia dan menjadi orang kepercayaan Tsar. Karna pengaruhnya itu Rusia memperkenankan orang Islam mencetak Al-Qur’an dan buku-buku islam yang sebelumnya dilarang.

Pengaruh Jamaluddin menyebar ke Persia. Shah Nasiruddin Qochar, penguasa Persia, menawarkan posisi perdana menteri. Awalnya, Jamaluddin ragu-ragu, namun akhirnya dia menerima posisi itu. Ide-ide pembaharuan Islam, membuat Jamaluddin semakin populer di Persia. Ini menghawatirkan Nasiruddin, apalagi Jamaluddin terang-terangan mengkritik praktik-praktik kekuasaan penguasa Persia itu. Jamaluddin, Revolusioner dan anti-tirani itu kemudian ditangkap dan diusir, namun kesadaran rakyat untuk menumbangkan Nasiruddin.

Pada 1892, Jamaluddin ke Istanbul, Turki, atas permintaan Sultan Abdul Hamid. Sultan pada saat itu ingin memanfaatkan pengaruh Jamaluddin atas negara-negara Islam untuk menentang Eropa, yang ketika itu mendesak kedudukan Kerajaan Utsmani (otonomi) di Timur Tengah. Namun upaya Sultan itu gagal. Pada satu sisi, Jamaluddin berjuang untuk terbentuknya pemerintahan demokratis, sedangkan Nasiruddin mempertahankan kekuasaan otokrasi lama. Jamaluddin wafat di Istanbul, 9 Maret 1897 dalam usia 59 tahun. Sepanjang hayatnya, Jamaluddin Al-Afghani telah menulis puluhan karya tulis dan buku, antara lain : pembahasan tentang sesuatu yang melemahkan orang-orang Islam, tipu muslihat Orientalis, Risalah untuk menjawab golongan Kristen, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat Tanah Air.

Jamaluddin adalah tokoh pembaharu. Dia melihat kemunduran umat Islam bukan karena Islam tidak sesuai dengan perubahan zaman, melainkan disebabkan umat islam telah dipengaruhi oleh sifat statis, fatalis, meninggalkan akhlak yang tinggi, dan melupakan ilmu pengetahuan. Ini, menurutnya, umat Islam telah meninggalkan ajaran sebenarnya. Islam menghendaki umatnya dinamis, mencintai ilmu pengetahuan, dan tidak fatalis. Sifat statis membuat umat Islam tidak berkembang dan hanya mengikuti apa yang telah menjadi ijtihad ulama sebelum mereka. Mereka hanya pasrah pada nasib.

Faktor lain, menurut Jamaluddin, salah faham terhadap qodha (ketentuan Tuhan yang belum terjadi) dan qodar (ketentuan Tuhan yang sudah terjadi). Paham itu membuat ummat Islam tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaluddin menyebutkan, qhada dan qadar mengandung pengertian bahwa segla sesuatu terjadi menurut sebab musabbab (kausalitas). Lemahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan ummat tentang dasar-dasar ajaran agama, lemahnya persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikuti pemerintah yang absolut, mempercayakan kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan kurangnya pemerintahan militer, merupakan faktor-faktor yang membawa kemunduran umat Islam. Faktor-faktor ini menjadikan umat Islam statis, fatalis, dan mundur.

Jamaluddin menyebutkan, Islam mencakup segala aspek kehidupan, baik ibadah, hukum, dan sosial. Corak pemerintahan otokrasi harus diubah menjadi demokrasi. Persatuan umat Islam harus diwujudkan kembali. Menurutnya, kekuatan umat Islam bergantung pada keberhasilan membina persatuan dan kerja sama. Jamaludiin juga menyorot soal peran wanita. Dian menilai kaum pria dan wanita, sama dalam beberapa hal. Keduanya mempunyai akal untuk berfikir. Tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja ketika situasi menuntut untuk itu. Jamaluddin menginginkan pria dan wanita meraih kemajuan dan bekerja sama mewujudkan Islam yang maju dan dinamis.

(19)

memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan negara Islam yang kuat dan stabil. Berbagai kalangan, seperti ditulis pakar sejarah Azyumardi Azra dalam Historiografi Islam Kontemporer, menilai ide Jamaluddin itu sebenarnya sebagai entitas politik Islam Universal. Mau tak mau, dia pun bersentuhan langsung dengan para penjajah itu.

Dengan gagasan ini, Jamaluddin mengubah Islam menjadi ideologi anti-kolonialis yang menyerukan aksi politik menentang barat. Baginya, Islam adalah faktor yang paling esensial untuk perjuangan kaum muslimin melawan eropa, dan barat pada umumnya. Namun demikian, pada saat yang sama Al-Afghani juga mendukung ide semacam nasionalisme, lebih tepatnya “nasionalitas” (jinsiyyah) dan “cinta tanah air” (wathaniyyah). Sepintas, dua gagasan ini boleh jadi kontradiktif dengan gagasanya tentang Pan-Islamisme. Namun, tampaknya Jamaluddin tak ambil pusing. Baginya, bial dua ‘entitas’ itu dapat disatukan menjadi sebuah kekuatan besar yang dapat merubah nasib dunia Islam, mengapa tidak dicoba ? terlepas dari kekurangan, kelebihan dan sekaligus kontroversi ki kiprah dan pemikiranya, Jamaluddin pantas dicatat orang besar yang bersaham signifikan bagi kesadaran dan renaisans umat dan dunia Islam.

1. c. Muhammad Abduh Sang Modernis yang Tradisional

Akhir abad ke-18 dunia islam terbantai oleh penjajah. Mesir, Pakistan, Sudan dan Bangladesh, Malaysia dan Brunei Darussalam diduduki Inggris. Aljazair, Tunisai dan Maroko dijajah perancis. Italia mendapatkan Libya. Indonesia oleh Belanda. Pada saat itu juga kekhalifaan yang menjadi kebesaran islam yang ada di Turki yaitu kahlifah Utsmani dalam keadaan sakit. Dan Muatfa Kamal Attaturk mengganti sistem pemerintahan kesultanan menjadi republik sekuler untuk menyelamatkan Turki. Sejak inilah dunia islam mengalami kemunduran.

Sebenarnya kemunduran islam sudah terjadi 6 abad sebelumnya. Yaitu pada pemerintahan Andalusia dan kekhalifaan Bani Abbasiyah oleh tentara Mongol, selama itulah pemikiran islam berhenti. Dan pada abad ke 19 kondisi mencair denagn muculnya pelopor yang mengelaborasikan antara agama yang di sesuaikan pemahaman masyarakat. Nama-nama seperti Jamaludin Al-afghani, Muhammad Bin Abdul Wahab, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, dan Syaikh Muhammad Abduh menjadi pelopor cairnya kebekuan pemikiran islam.

Sejarah mencatat, peranan Muhammad Abduh tidak hanya membangkitakan gerakan revolusioner melalui pemikiranya akan tetapi sebagai pencetus muncul paham “islam kiri” dan “islam kanan” melalui murid-muridnya. Gerakan revolusionernya membuat takut pemerintahan kolonial. Munculnya gerakan perlawanan umat islam terhadap Eropa juga salah satu pemikiran Abduh.

Abduh, nama lengkapnya Muhammad Abduh bin Hassan Khair Ullah, lahir di desa Mahalat Nashr, provinsi Gharbiyah, Mesir pada 1265 H. Dia menganal agama dari orang tuanya. Dia sudah dapat menghafal seluryh isi al-Quran dari kecil. Dan dia melanjutkan pendidikan formalnya di Thanta, dis ebuah lembaga pendidikan Masjid Al-Ahmad, milik Al-Azhar.

Gurunya, Syaikh Darwisi membimbingnya dan mengantarkannya dalam kehidupan sufi. Tahun 1871 Abduh bertemu dengan Jmaludin Al-Afghani. Pada jamaludi Al-Afghani dia belajar filsafat, ilmu kalam, ilmu pasti, ilmu pengetahuan lain yang juga didapatkan di al-Azhar metode diskusi yang diterapakan Jamaludin menarik minat Abduh.

Dalam karirnya ia pernah menjadi dosen di Al-Azhar, Dar Al-Ulum dan perguruan bahasa Khedevi. Ia pernah menjadi mufti Mesir dan menjabat sebagai Hakim agung. Di jurnalistik ia adalah penulis produktif dari sebuahkoran dan dia menjadi pimpinan redaksi, yaitu koran Waqai Al-Misriyah yang membahas persoalan politik, sosial, agama dan negara. Dia meninggal pada tahun 1905.

Gagasan Pembaharuan

Kontribusi pembaharuan pemikiran abduh paling menonjol dan menjadi fokus gerakanya meliputi dua bidang yaitu teologi dan hukum, dua aspek ini yang dianggapnya vital yang telah di lupakan oleh umat islam sehingga benih kemunduran di setiap kehidupan tidak dapat dihindari.

Pemikiran teologi Abduh didasari oleh tiga hal yaitu; kebebasn manusia dalam memilih perbuatan, kepercayaan yang kuat terhadapsunnah allah dan fungsi akal yang sangat dominan dalam menggunakan kebebasan. Pandangan Abduh tentang perbuatan manusia bertolak dari satu deduksi, bahwa manusia adalah mahluk yang bebas dalam memilih perbuatanya, akan tetapi kebebasan tersebut bukanlah kebebasan tanpa batas.

Abduh memandang akal berperan penting dalam mencapai pengetahuan yang hakiki tentang iman, bahkan menurut Abduh akal memilik kekuatan yang sangat tinggi. Berkat akal, orang dapat mengetahui adanya tuhan dan sifat-sifat nya, adanya hidup di akhirat , kewajjiban terhadap tuhan, kebaikan dan kejahatan, serta mengetahui kewajiban membuat hukum-hukum. Tapi bukan berarti manusia tidak membutuhkan wahyu. Wahyu tetap dibutuhkan, sebab wahyu sesungguhnya memiliki dua fungsi utama, yakni menolong akal untuk mengetahui secara rinci kehidupan akhirat dan menguatkan akal dalam mendidik manusia untuk hidup damai dalam lingkungan sosialdengan itu maka para mukmin baru dapat mengenali tuhan dengan baik yang tercermin oleh tindakan baik manusia.

Dalam aspek hukum, pemikiran Abduh tercermin dalam 3prinsip, yaitu: al-Quran sebagai sumber syariat , memerangi taklid dan berpegang kuat pada akal dalam memahami ayat Al-Quran.dia membagi syariat menjadi 2: yang pasti (qath’i) dan yang tidak pasti (zhani). Hukum syariat yang pertama wajib mengetahui dan mengamalkan tanpa interpertasi karena dia jelas dalam al-Quran dan al-Hadits. Yang kedua dengan tunjukan nash dan ijma’ yang tidak pasti.

Jenis hukum kedua hukum inilah yang mejadi lapangan ijtihad dan mujtahid. Dalam komteks ini, ijtihad Abduh tampak begitu jelas. Bebeda pendapat, menurutnya wajar dan merupakan tabiat manusia. Keseragaman berpikir dalam semua hal adalah sesuatu yang tidak mungkin di wujudkan. Akan membawa perpecahan jika semua perbedaan pendapat di jadikan sebagai hukum. Maka dari itu kita harus kembali pada sumber aslinya, yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Bagi yang berilmu pengetahuan wajib berijtihad, sedangkan bagi awam wajib bertanya pada orang yang ahli dalam agama. Dia menyarankan agar para ahli fiqih membentuk tim yang bekerja untuk mengadakan penelitian tentang pendapat yang terkuat di antara di antara pendapat-pendapat yang ada. Kemudian keputusan itu yang di jadika pegangan umat islam. Tim ahli fiqih itu juga bertugas mengadaka reinterpretasi terhadap hasil ijtihad ulam amupun mazhab masa lalu, jadi, menurutnya, bermazhab mencontoh metode ber-instinbath hukum.

(20)

Di Indonesia, pemikiran Abduh banyak mempengaruhi pelajaran dan patron ormas lainnya. Di antara warisan nya adalah Risalah Al-Tauhid sedangkan Tafsir Al-Manar merupakan kumpulan pidato-pidatonya, pikiran-pikiran, dan ceramah-ceramhanya yan di tulis oleh muridnya, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha.

Kiri dan kanan Islam

Tidak berlebihan jika Abduh dikatakan sebagai seorang figur yang modernis yang menggerakan kebangkitan umat islam. Karena modernis , Abduh tetap di terima di kalangan Al-Azhar , terbukti ia tetap menjadi mufti agung Mesir. Dalam hal ini, Abduh sangat pandai bagaimana bersikap sebagai orang alim dan sekaligus menjadi intelektual modernis. Selama menjadi mufti, ia mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan persoalan-persoalan modernis. Tiga fatwa nya yang terkenal dan masih kontroversial yaitu bunga bank, pakaian tradisional dan tentang daging hasil sembelih non-muslim. Karena sikapnya yang “dua wajah” itu ia diterima oleh kalangan tradsional dan modernis, dengan sama kuatnya. Dalam satu sisi, ia selalu dilihat sebagai seorang tokoh alim, mujtahid dan penganjur doktrin orisinalitas Islam. Pada sisi lain, Abduh juga dianggap sebagai reformis yang toleran, liberal dan kaya akan gagasan-gagasan modern. Tidak heran kalau murid-murid Abduh kemudian terpecah menjadi dua kelompok besar yang oleh Hasan Hanafi, pemikir Mesir kontemporer, dianalogikan seperti murid-muridnya Hegel dalam tradisi filsafat Barat.

Sama seperti yang Hegel lahirkan yaitu dikotomi “kanan” dan “kiri”, menurut Hasan Hanafi, murid-murid Abduh juga dapat dikategorikan seperti kelompok kanan yang cenderung mengembangkan pemikiran-pemikiran keagamaan, dan kelompok kiri Abduh yang lebih cenderung mengembangkan gagasan modernnya. Di antara murid-murid Abduh yang memiliki kecenderungan “kanan” adalah Muhammad Rasyid Ridha (w.) (1935) dan Shakib Arselan (w.)(1946), Sayyid Qutb dan Hasal al-Banna. Sementara Qasim Amin (w.)(1908), Thaha Husein, Ali Abduraziq, Hasan Hanafi di anggap sebagai murid-murid Abduh beraliran “kiri”. Kecenderungan “kanan” dan “kiri” dalam aliran mazhab Abduh ini dalam perkembangsn selanjutnya mengalami radikalisasi yang cukup signifikan. Baik yang “kiri” dan “kanan” sama-sama menganggap dirinya sebagai penerus Abduh yang paling benar.

1. d. Muhammad Iqbal Filosof Agung dari Timur

Iqbal, atau lengkapnya Sir Allama Muhammad Iqbal, adalah fenomena legendaris intelektualitas dunia Islam abad ke-20 bisa dikatakan, tak ada tokoh sebesar dia di abad ke-20 yang menggabungkan sekaligus potensi kepakaran mistisisme, budaya, dan pemikiran dalam dirinya. Bahkan, tokoh sufi dan islamologi jerman ternama, Prof. Annemarie Schimmel, hanya menyebut dua sufi dan pemikir besar muslim yang pemikiran dan karyanya sampai kini berpengaruh besar di dunia keilmuan barat, yakni Jalaluddin Rumi dan Muhammad Iqbal.

Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab, Pakistan tidak ada informasi pasti tanggal dan tahun berapa dia dilahirkan. Tiga pendapat menyatakan, Iqbal dilahirkan pada 22 Februari 1873, antara lain dikemukakan oleh Miss-Luce Claude Maitre, Osman Ralibly, dan Bachrum Rangkuti. Yang kedua mengatakan Iqbal lahir pada tahun 1876, tanpa menyebut tanggal, misalkan dikatakan Wilfred Cantwell Smith. Pendapat terakhir Iqbal dilahirkan pada 9 november 1887 (2 Dzulqodah 1294). Tetapi, seperti diungkapkan Syafi’i Ma’arif, dari penelitian terakhir terungkap, pendapat terakhirlah yang benar, dan bukan 22 februari 1873, sebagaimana yang sering disebut orang. Karna itu, bila orang ingin memperingati hari kelahiran Iqbal, haruslah disesuaikan dengan hasil penelitian yang baru itu.

Terlahir dari keturunan Brahmin yang hidup di lembah Khasmir, keluarga Iqbal telah memeluk agama Islam sejak awal. Iqbal melalui masa kecilnya dalam suasana keilmuan yang kental. Kakeknya, Muhammad Rafiq, adalah seorang sufi terkenal. Sementara ayahnya, Muhammad Nur, selain orang yang saleh juga seorang sufi yang telah mendorong Iqbal menghafal dan mengkaji Al-Qur’an sejak usia dini. Kecenderungan sepiritual yang tinggi dalam keluarganya, terutama kedua orangtuanya inilah, yang kelak berpengaruh berpengaruh besar dalam hidup Iqbal. Tidak seperti para pemikir klasik, Iqbal dapat menikmati kehidupan bahagianya bersama kedua orang tuanya hingga tua. Maklum saja, ayahnya meninggal pada tahun 1930 dalam usia yang amat senja, 100 tahun. Sementara ibunya meninggal lebih dulu, 16 tahun sebelumnya. Itu artinya hingga usia ke-57, Iqbal masih merasakan keberadaan kedua orangtua di sisinya.

Sebelum menempuh pendidikan formal, ayah Iqbal memasukkan Iqbal kecil ke maktab (surau) untuk belajar Al-Qur’an. Di sini, Iqbal banyak menghafal hampir keseluruhan ayat Kitab Suci Islam ini, yang kelak di kemudian hari dia jadikan rujukan gagasan dan pemikiranya. Dari sini Iqbal kemudian dimasukan pendidikan formal sekolah dasar di Scottish Mission School Sialkot. Stamat dari sini, Iqbal melanjutkan study di Murray College Sialkot. Sementara pendidikan menengah dia tempuh di Government College di Lahore, salah satu kota pusat pengetahuan, seni dan kebudayaan di India. Di lembaga studi ternama inilah, dia berguru pada Sir Thomas Arnold, seorang orientalis asal Inggris yang juga guru besar di Aligarh University. Melihat potensi yang besar pada anak didiknya inilah, Arnold menyarankan agar Iqbal meneruskan studinya di Eropa.

Ketika belajar di Lahore ini pula, Iqbal berkenalan dengan Musya’arah para sastrawan, yaitu pertemuan-pertemuan para sastrawan yang membacakan sajak-sajaknya. Pada tahun 1897 Iqbal menyelesaikan program BA dan dilanjutkan ke program Mater dalam bidang filsafat. Atas saran Arnold tadi, Iqbal lalu melanjutkan studi ke Inggris. Pada tahun 1905, berangkatlah Iqbal ke Cambridge University untuk mendalami filsafat. Di sana dia dibimbing oleh R.A Nicholson, seorang sepesialis sufisme dan Jhon M.E. Taggart, seorang neo-hegelian. Dua tahun kemudian, Iqbal pindah ke Munich ,Jerman dan disanalah Iqbal menyabet gelar Ph.D. dalam studi tasawwuf dengan mengajukan desertasi berjudul The Development of Metaphysics in Persia Setelah mendapat gelar tersebut, Iqbal pergi ke London dan mulai belajar keadvokatan sambil mengejar bahasa dan sastra Arab di universitas London. Di sisi lain, dia menggantikan Thomas Arnold yang telah lanjut usia. Di luar aktivitas akademis, Iqbal, sebagaimana ditulis Muhammad Iqbal dalam skripsinya Rekonstruksi Pemikiran Islam (1994), juga mendalami hukum islam dan keadvokatan. Bahkan, setelah mendapat ijazah sebagai advokat, Iqbal kemudian ditarik oleh Lincoln Inn sebagai pengacara di lembaga hukum yang dipimpinya.

Kembali ke Lahore

(21)

dengan negara yang lain, dipandang Iqbal dengan perasaan benci. Atas fakta-fakta inilah Iqbal melihat kehidupan Eropa tidak bisa dijdikan model yang sempurna.

Pada tahun 1908, Iqbal kembali ke Lahore dan mengajar di Goverment College untuk mata kuliah filsafat dan sastra Inggris sambil menggeluti profesi sebagai pengacar. Iqbal kemudian terjun ke dunia politik bahkan menjadi tulang punggung Partai Liga Muslim India. Dia terpilih sebagai anggota legislatif Punjab dan pada tahun 1930 terpilih sebagai Presiden Liga Muslim. Karir Iqbal semakin bersinar dan namanya pun semakin harum ketika dirinya diberi gelar Sir oleh pemerintah Inggris yang aktif melihat sepak terjang Iqbal dibidang intelektual dan politik. Pada hakikatnya, pemberian gelar ini menunjukkan pengakuan dari pemerintah kerajaan Inggris akan kemumpunian intelektualitasnya dan memperkuat bargaining position politik bagi perjuangan umat Islam didunia saat itu.

Iqbal yang juga turut mengilhami berdirinya negara Pakistan melalui gagasan dan karyanya itu, mengabdikan dan mendedikasikan dirinya pada dunia ilmu, setelah sekian tahun menerjunkan diri pada dunia ilmu di kampus, Iqbal menghabiskan sisa usia dengan memilih dunia kepenyairan sebagai pilihanya. Dititik inilah, dia menunjukkan dirinya sebagai penyair sejati.

Iqbal, penyair dan filsuf Timur, yang meninggal dunia pada 21 april 1938, telah mengukir hidupnya sedemikian rupa hingga akan dikenang umat manusia ratusan tahun yang akan datang, sebab seluruh karyanya dalam bentuk puisi dan prosa dalam bahasa urdu, parsi, dan inggristelah terdokumen dengan baik. Intelektualisme Iqbal dapat ditinjau dari berbagai jurusan : Puisi, filsafat, hukum, pemikiran islam, dan kebudayaan. Dalam semua wilayah itu, Iqbal telah mengerahkan hampir seluruh energinya dengan tujuan tunggal: reorientasi nilai-nilai kemanusiaan, Timur dan Barat, dengan landasan tauhid yang teramat kokoh. Peradaban Barat, sekalipun dalam beberapa segi dikaguminya, dalam prespektif moral transendental sudah sangat jauh meluncur ke jurang berbahaya. Sementara Timur yang terpasung dalam spiritualisme, telah lama pula dalam keadaan steril tanpa dinamika. Lalu untuk membangun sebuah peradaban baruyang anggun dan segar diusulkanya agar Barat dan Timur dipertautkan dengan mengawinkan penalaran (ziraki) dan cinta (‘isyq).

Iqbal, Rekonstruksi, dan Barat

“Iqbal adalah suara dari Timur yang menemukan denominator yang sama dengan Barat dan telah membantu terciptanya sebuah komunitas universal yang berlapang dada terhadap semua perbedaan ras, agama, dan bahasa. Sekalipun Iqbal putra Pakistan, Kami bangsa Amerika juga mengakuinya.” Ungkapan William O. Douglas, mantan hakim agung di mahkamah Agung Amerika Serikat, sesungguhnya mencerminkan intelektualitas Iqbal jauh melebihi dirinya sebagai orang Timur. Sampai pada batas tertentu di dunia Barat, apresiasi terhadap gagasan dan pemikiran Iqbal telah menggugah spirit intelektualitas di dunia Barat dan Timur. Pemikiranya yang cukup beragam, hampir merangkum semua disiplin keislaman, menjadikan dirinya rujukan banyak kalangan.

Soal dunia Barat dan Timur misalnya, betapa terlihat obsesi besar Iqbal bagi terciptanya perdamaian antara dua entitas yang selama ini dikenal tidak “akur” itu. Dia memimpikan kehidupan indah itu melalui peradaban cinta. Dalam sajaknya tentang kerinduan cinta sebagai ornamen penting terciptanya perdamaian peradaban berikut ini, tampak jelas betapa rindunya Iqbal untuk melihat Barat dan Timur tidak lagi berada dalam dua kubu dikotomis, tetapi dalam posisis yang saling mengisi.

Bagi Barat penalaran (akal) merupakan instrument kehidupan; bagi Timur rahasia alam semesta terletak pada cinta (‘isyq). Dengan bantuan cinta akal akan berkenalan dengan realitas; sedangkan untuk penguatan pondasinya, cinta menerima kekuatan dari akal. Bila cinta dan akal saling berpelukan, akan terciptalah sebuah dunia baru; (oleh sebab itu), “Bangkitlah dan bangunlah sebuah dunia baru itu, dengan mengawinkan cinta dan penalaran”. Obsesi Iqbal adalah cepat terwujudnya saling pengetian spiritual antara Barat dan Timur. Bertolak dari doktrin Al-quran tentang persauaraan universal umat manusia, penyair ini pada masa hidupya amat gelisah menyaksikan komplik berkepnjangan antara Barat dan Timur. Boleh jadi, bila dia menyaksikan pemandangan saat ini yang dipenuhi oleh nafsu-nafsu ego dan kekuasaan yang mengantarkn komplik Barat-Timur semakin menganga, Iqbal akan merasa betapa prinsip-prinsip kemanusiaan menjadi “bualan “ para pengambil kebijakan bik di Barat maupun Timur.

Berkait dengan kondisi bangsa-bangsa Asia, Iqbal begitu prihatin atas kemunduran yang dialami bangsa-bangsa ini. Kondisi seperti ini, menurut Iqbal, tak boleh dibiakan. Harus ada upaya serius membangkitkan bangsa-bangsa Asia dari ketertinggalan dan kemunduran. Keprihatinan itu misalnya, terlihat jelas dalam gagasannya tentang khud (pribadi, diri) dan ishq (cinta Ilahi). Seluruh gagasan dan pemikiran Iqbal tentang kebangunan Islam dan Asia memancar dari gagasannya tentang pentingnya “diri “ dan “cinta” tersebut.

Menurut Iqbal, kebangunan Islam merupakan prasyarat bagi renaisans Asia. Bagi Iqbal, keduanya (kebanguna Islam dalam rainesans Asia) ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tak terpisahkan. Dengan kata lain, Asia dan Islam tidak boleh dipisahkan, satu pandangan yang jauh berbeda dari tokoh Asia lain yang sering meletakkan Islam dan khazanah intelektualnya di luar arus kebangunan global Asia.

Itu sebabnya, tak berlebihan bila mantan deputi PM Malaysia, Anwar Ibrahim, cukup tepat jika menyebut Iqbal, bersama tokoh Asia lainnya seperti Rabindranath Tagore dan Sun Yan Set, sebagai tokoh awal “Renainsans Asia” dan pelopor tradisi humanistik Asia yang sesungguhnya. Mereka, menurut Anwar Ibrahim, tidak hanya memperjuangkan cita-cita kemanusiaan akan tetapi juga menumbuhkan dalam diri mereka gairah hidup. Pemikiran, keseniana dan imajinasi. Mereka melmpaui kekhasan budaya mereka dan hidup dalam dunia gagasan universal. Mereka menegaskan kembali semangat Asia yang luluh lantak akibat kolonialisme.

Iqbal memang dikenal sebagai salah seorang pemikir kontemporer yang sangat gigih melawan kolonialisme dan rasialisme yang telah membelah dan menghancurkan persaudaraan universal antar umat. Dalam suratnya tertanggal 24 januari 1921 kepada Dr. Nicholson, Iqbal mengeritik Emest Renan, tentang pemikiran nya yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah Musuh islam tebesar. Renan sama sekali salah, kata Iqbal, musuh islam terbesar adalah gagasan tentang ras, yang sebenarnya juga merupakan musuh terbesar kemanusiaan. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban seluruh pencinta kemanusiaan untuk berontak untuk hasil temuan setan yang mengerikan ini.

Demi penyatuan umat manusia di muka bumi ini kata Iqbal, al-Quran mengabaikan perbedaan-perbedaan kecil antar sesama. Untuk tujuan ini dia mengutip surat Ali Imran ayat 64, “marilah kita bersatu atas platform yang sama antara kita.” Bagi Iqbal, gagasan tentang persaudaraan universal umat manusia ini tidak menjadi kenyataan, bila kekuatan-kekuatan sejarah masih mendominasi oleh budaya sekularistik-ateistik, sebagaimana yang tercermin dengan sangat tajam dalam pemikiran Freidrich Nietzsche yang menafikan keabadian ruh manusia.

Agar Umat Tidak Terlindas zaman

Referensi

Dokumen terkait

Menjamurnya gerakan pembaharuan pemikiran Islam seperti yang berkembang di dunia Islam di atas juga berkembang di Indonesia yang muncul pada awal abad ke-20, yang salah satunya

Gerakan yang diusung oleh tiga tokoh pembaharu, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha, dikenal dengan gerakan Salafiyah yaitu suatu aliran keagamaan

Islam di Pakistam dapat berkembang dengan pesat sehingga Pakistan merupakan negara dengan penduduk Islam terbesar kedua di dunia.. 'ukum

Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al- Qur’an dan al-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif

Partai Masjumi yang mencanangkan tujuannya dengan rumusan “ Terlaksananya syari’at Islam dalam kehidupan orang-seorang, masyarakat, dan Negara Republik Indonesia” dalam

Dalam dunia intelektual Islam, khususnya dalam gerakan modernisme, sosok Fazlur Rahman adalah tokoh yang tidak asing lagi, baik di kalangan Muslim maupun non

Pengaruh Instagram dalam Menginspirasi Pemuda Melakukan Gerakan Hijrah Gerakan dakwah Islam berkembang pesat melalui media sosial, dengan para aktivis menggunakan Instagram sebagai

Sebagai upaya untuk melihat proses terjalinnya pemikiran dan gerakan Wahabi di Makkah, yang berikutnya ditransformasikan dalam gerakan pembaharuan dan pemurnian Islam di Minangkabau,