• Tidak ada hasil yang ditemukan

dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Tindak pidana sumpah palsu dan keterangan palsu (Bab IX) 2. Tindak pidana Pemalsuan uang (Bab X)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Tindak pidana sumpah palsu dan keterangan palsu (Bab IX) 2. Tindak pidana Pemalsuan uang (Bab X)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tindak Pidana Pemalsuan Uang

Tindak pidana pemalsuan dimuat dalam Buku II KUHP dan dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Tindak pidana sumpah palsu dan keterangan palsu (Bab IX) 2. Tindak pidana Pemalsuan uang (Bab X)

3. Tindak pidana pemalsuan meterai dan merek (Bab XI) 4. Tindak pidana pemalsuan surat (Bab XII).

Penggolongan tersebut didasarkan atas obyek dari pemalsuan, yang jika dirinci lebih lanjut ada 6 obyek, yaitu (1) keterangan di atas sumpah, (2) mata uang, (3) uang kertas, (4) meterai, (5) merek, dan (6) surat.

Tindak pidana pemalsuan mata uang dan uang kertas diatur dalam Pasal 244 KUHP s/d Pasal 252 KUHP, ditambah Pasal 250 bis. Pasal 248 telah dihapus melalui Stb tahun 1938 nomor 593. Di antara Pasal-Pasal itu ada 7 Pasal yang merumuskan tentang tindak pidana, yakni: 244, 245, 246, 247, 249, 250, 251.

1. Perbuatan meniru atau memalsu (Pasal 244 KUHP)

Perbuatan meniru atau memalsu uang diatur dalam Pasal 244 KUHP yaitu Barangsiapa meniru atau memalsukan uang atau uang kertas negara atau uang kertas Bank dengan maksud akan mengedarkan mata uang kertas atau uang kertas bank itu serupa yang asli dan yang tiada dipalsukan, dihukum penjara selama-lamanya 15 (lima belas) tahun. Apabila dirinci rumusan tersebut terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

(2)

a. Perbuatan Meniru

Perbuatan meniru (namaken) adalah membuat sesuatu yang menyerupai atau seperti yang asli dari sesuatu itu. Dalam tindak pidana ini sesuatu yang ditiru itu adalah mata uang dan uang kertas, maka meniru diartikan sebagai membuat mata uang (uang logam) atau uang kertas yang menyerupai atau mirip dengan mata uang atau uang kertas yang asli. Untuk adanya perbuatan ini disyaratkan harus terbukti ada yang asli atau yang ditiru.

Oleh sebab itu juga termasuk pengertian meniru dalam hal seperti: (1) Seorang mencuri peralatan pembuat uang dan bahan- bahan pembuat uang. Membuat uang dengan cara demikian adalah termasuk perbuatan meniru. (2) Orang/badan yang menurut peraturan berhak membuat atau mencetak uang, namun ia membuat uang melebihi dari jumlah yang diperintahkan/menurut ketentuan.

Tindak pidana Pasal 244 KUHP dirumuskan secara formil, maksudnya ialah tindak pidana ini melarang melakukan perbuatan tertentu, dan tidak secara tegas melarang menimbulkan akibat tertentu. Sebagai tindak pidana formil, untuk terwujudnya atau selesainya tindak pidana ini bergantung pada selesainya perbuatan meniru atau memalsu. Untuk selesai atau terwujudnya perbuatan meniru atau memalsu itu diperlukan suatu syarat yakni hasil atau akibat dari perbuatan, yakni dari perbuatan meniru menghasilkan mata uang atau uang kertas yang palsu atau tidak asli, sedang dari

(3)

perbuatan memalsu menghasilkan mata uang atau uang kertas yang dipalsu.

b. Mata Uang dan Uang Kertas

Uang adalah suatu benda yang wujudnya sedemikian rupa yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dan berlaku pada saat peredarannya. Sah dalam arti yang menurut peraturan dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Lembaga yang berwenang ini adalah negara atau badan yang ditunjuk oleh negara seperti bank.

c. Maksud untuk: a) mengedarkan dan b) menyuruh mengedarkan mata uang atau uang kertas itu sebagai asli dan tidak dipalsu

Unsur kesalahan dalam tindak pidana peniruan dan pemalsuan mata uang dan uang kertas negara maupun uang kertas bank sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 244, adalah kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk) berupa kesalahan dalam arti yang sempit. Petindak dalam melakukan perbuatan meniru dan memalsu uang kertas negara atau uang kertas bank atau mata uang, didorong oleh suatu kehendak (maksud) yang ditujukan untuk mengedarkan atau menyuruh orang lain mengedarkan mata uang atau uang kertas negara atau uang kertas bank palsu (uang kertas yang tidak asli) atau uang kertas negara atau uang kertas bank atau mata uang yang dipalsu tersebut sebagai uang kertas negara atau uang kertas bank atau mata uang asli dan tidak dipalsu.

(4)

2. Perbuatan mengedarkan uang palsu (Pasal 245)

Pasal 245 KUHP menyebutkan, barangsiapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas Negara atau uang kertas bank yang dipalsukan sendiri atau yang pada waktu diterima diketahuinya palsu atau dipalsukan, ataupun barangsiapa menyimpan atau memasukkan ke Negara Indonesia mata uang dan uang kertas Negara atau uang kertas bank yang demikian, dengan maksud akan mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya serupa dengan uang asli dan yang tiada dipalsukan, dihukum penjara selama-lamanya 15 (lima belas) tahun.

Dalam rumusan Pasal 245 tersebut di atas, ada 4 bentuk tindak pidana mengedarkan uang palsu, yaitu:

a. Melarang orang yang dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas negara atau uang kertas bank palsu sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu, uang palsu mana ditiru atau dipalsu olehnya sendiri.

b. Melarang orang yang waktu menerima mata uang atau uang kertas negara atau uang kertas bank diketahuinya sebagai palsu, dengan sengaja mengedarkannya sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu.

c. Melarang orang yang dengan sengaja menyimpan atau memasukkan ke Indonesia mata uang atau uang kertas negara atau uang kertas bank palsu, yang mana uang palsu itu ditiru atau dipalsu olehnya

(5)

sendiri dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan sebagai uang asli dan tidak dipalsu.

d. Melarang orang yang dengan sengaja menyimpan atau memasukkan ke Indonesia mata uang atau uang kertas negara atau uang kertas bank yang waktu diterimanya diketahuinya sebagai uang palsu, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan seperti uang asli dan tidak dipalsu.

Apabila dirinci rumusan Pasal 245 KUHP terdiri dari unsur- unsur sebagai berikut:

1) Perbuatan: (a) Mengedarkan, (b) Menylmpan dan (c) Memasukkan ke Indonesia.

Dalam Pasal 245, terhadap obyek mata uang atau uang kertas tidak asli atau dipalsu ada 3 macam perbuatan, ialah: mengedarkan, menyimpan dan memasukkan ke Indonesia. Sedangkan terhadap mata uang dan uang kertas ada dua perbuatan, ialah meniru dan memalsu.

Sebagaimana diketahui bahwa menurut hukum, wilayah hukum Indonesia diperluas pada pesawat udara Indonesia dan kapal Indonesia (Pasal 3 KUHP). Maka terjadi perbuatan memasukkan ke Indonesia pada saat ia masuk ke dalam pesawat Indonesia atau kapal Indonesia dengan membawa uang palsu itu.

2) Mata Uang, Uang Kertas Negara dan Uang Kertas Bank

(6)

Obyek keiahatan pada Pasal 245 adalah sama dengan obyek tindak pidana dalam Pasal 244, yakni ada 3 macam uang: (a) mata uang, (b) uang kertas negara dan (c) uang kertas bank.

3) Palsunya Uang Disebabkan Karena Perbuatan Meniru atau Memalsu yang Dilakukan olehnya Sendiri

Pada Pasal 244, unsur perbuatan yang dilarang adalah berupa meniru dan memalsu, sedangkan pada Pasal 245 adalah:

mengedarkan, menyimpan dan memasukkan ke Indonesia. Bahwa tindak pidana dalam Pasal 245 ini terjadi setclah terjadinya tindak pidana pada Pasal 244. Berdasarkan pertimbangan bahwa tindak pidana Pasal 245 KUHP bentuk pertama terjadi setelah terjadinya pelanggaran Pasal 244 KUHP, adalah menjadi berlebihan dengan merumuskan lagi tindak pidana bentuk pertama ini dalam Pasal 245 KUHP.

Untuk tindak pidana bentuk kedua, bagi perbuatan me- ngedarkan tidak ada masalah seperti bentuk pertama, berhubung pada bentuk kedua ini perbuatan mengedarkan tidak dihubungkan dengan tindak pidana Pasal 244 KUHP, melainkan perbuatan meniru atau memalsu yang melahirkan uang palsu itu bukan dilakukan olehnya sendiri.

4) Dengan Sengaja

Unsur kesengajaan (opzettelijk) ditempatkan pada permulaan rumusan. Berdasarkan pada keterangan dalam MvT yang

(7)

menyatakan bahwa bila unsur kesengajaan dicantumkan dalam rumusan, maka seluruh unsur yang ada dibelakang/sesudah kesengajaan adalah diliputi atau dituju oleh kesengajaan itu, niaka unsur-unsur lain dalam Pasal 245 KUHP adalah dituju oleh kesengajaan.

5) Pada Saat Menerima Diketahuinya Bahwa Uang itu Palsu

Pada tindak pidana mengedarkan uang palsu bentuk kedua dan keempat, ada unsur pada saat menerima diketahuinya bahwa uang itu palsu (tidak asli dan atau dipalsu). Dalam kalimat ini ada 3 hal yakni: (1) pada saat menerima uang, (2) adanya kenyataan uang itu palsu atau dipalsu dan (3) kenyataan palsunya uang diketahui olehnya.

Hal yang ke-1 dan ke-2 adalah berupa unsur obyektif, sedangkan hal yang ke-3 berupa unsur subyektif Walaupun dalam unsur yang diterangkan k-e-5 ini mengandung unsur subyektif, tetapi dalam rincian unsur-unsur tindak pidana bentuk ke-2 dan ke-4 dimasukkan dalam unsur obyektif. Antara unsur saat menerima uang dan diketahuinya uang itu palsu tidak dapat dipisahkan, walaupun secara jelas dapat dibedakan.

6) Dengan Maksud untuk Mengedarkan atau Menyuruh Mengedarkan Sebagal Uang Asli dan Tidak Dipalsu

Unsur tersebut di atas terdapat pada tindak pidana bentuk ke- 3 dan ke-4, yakni berupa unsur kesalahan. Perbuatan menyimpan

(8)

dan memasukkan ke Indonesia yang pada waktu diterimanya diketahui sebagai uang palsu atau dipalsu itu menjadi perbuatan yang dipidana, artinya dipersalahkan kepadanya, apabila setelah menerima uang palsu atau uang dipalsu itu timbulnya kehendak untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya. Tanpa adanya unsur maksud yang demikian, kedua perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan yang terlarang oleh Pasal 245 KUHP.

Referensi

Dokumen terkait

Bagian-bagian penyidikan yang berkaitan dengan acara pidana meliputi berbagai ketentuan tentang data penyidikan, diketahuinya terjadinya delik, pemeriksaan di tempat

Tindak pidana perkosaan (verkrachting) ditinjau dari segi yuridis adalah suatu kejahatan terhadap kesusilaan yang tercantum dalam Buku II Pasal 285 KUHP. Pasal 285 KUHP

Perbedaan antara Pasal 244 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan Pasal 245 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yaitu bahwa pada Pasal 244 tujuannya adalah

Agar dapat dikenakan Pasal 244 KUHP maka peniruan dan pemalsuan uang itu harus dilakukan dengan maksud akan mngeluarkan atau menyuruh mengedarkan uangitu seakan-akan uang

Tindak pidana atau delik dalam istilah yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) disebut dengan strafbaarfeit Menurut Simons merumuskan bahwa tindak pidana

Usaha-usaha dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana pemalsuan uang yang dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan sosialisasi tentang tindak pidana pemalsuan

Tindak pemalsuan merek merupakan tindak pidana yang sudah ada dalam KUHP yang terdapat pada pasal 254- 256, pemalsuan merek dalam KUHP terdiri dari membubuhi cap-negara yang palsu atau

Berdasarkan ketentuan pasal 55 KUHP dapat diketahui bahwa orang yang dapat dihukum sebagai pelaku tindak pidana dapat diklasifikasikkan atas : 16 a Mereka yang melakukan tindak pidana