• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK PIDANA MENGEDARKAN MATA UANG RUPIAH PALSU (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINDAK PIDANA MENGEDARKAN MATA UANG RUPIAH PALSU (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

825

TINDAK PIDANA MENGEDARKAN MATA UANG RUPIAH PALSU (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh)

Sally Octami Jasa

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Tarmizi

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Abstrak - Tujuan penulisan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu dan upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu. Dalam penelitian artikel dilakukan melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan dan literatur lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Penelitian lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara mewawancara para responden dan informan. Dari hasil penelitian faktor penyebab terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu faktor lingkungan (pergaulan), faktor ekonomi (pengangguran), dan tidak tahunya aturan hukum (tidak tahu dan tidak sadar). Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu yaitu usaha Preventif adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana yaitu pengaturan larangan-larangan dan sosialisasi dan usaha Represif yaitu usaha untuk melakukan penindakan dan penanganan terhadap pelanggaran menurut peraturan yang berlaku.

Disarankan agar pelaku tindak pidana megedarkan mata uang rupiah palsu dijatuhkan hukuman yang lebih berat, dan pemerintah mengambil tindakan tegas bagi masyarakat yang mengedarkan mata uang rupiah palsu karena perbuatan tersebut sangat merugikan negara khususya Bank Indonesia, dan polisi tidak hanya mencari pelaku yang megedarkan mata uang rupiah palsu namun polisi harus pro aktif dalam mencari

yang membuat uang rupiah palsu.

Kata Kunci: Tindak Pidana, Mengedarkan, Rupiah, Palsu

Abstract - The purpose of this article is to explain the factors causing the crime act ofcirculating the counterfeit rupiah and efforts to prevent and overcome the occurrence of rupiah counter feiting crime. The data obtained through the library research and field research. Library research is conducted to obtain secondary data by studying the literature of statutory and applicable regulations, and the jurisprudence in accordance with the issues of this article. While field research is conducted to obtain primary data by interviewing some respondents. From the result of the research, the factors causing the crime occuredare environmental factors (community), economic factors (unemployment), and lack of legal knowledge (do not know abouregulations).

Efforts tha tcould be taken to overcome the occurrence of suchis Preventif, which to prevent the occurrence of criminal acts by creating a regulation of prohibitionand socialization, and Represif effort that is an at tempt to strictly taking action on violation according to the applicable provision. It is suggested that the perpetrators of criminal act of distributing counter feit rupiah are sentenced to more severepunishment, and the government take a decisiveaction for people who circulate it because the seaction sarevery detrimental and badly bringing impact to the state, especially to Bank Indonesia, and the police are not only see king for the perpetrators who circulate the counterfeit rupiah but the police also chasing and after the people who make and produce the counter feitcurrency.

Keywords: Criminal Act, Circulate, Rupiah, Counterfeit

PENDAHULUAN

Uang adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Uang memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, dimana uang dijadikan sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang sah didalam suatu negara. Perana uang yang penting, telah menumbuhkan keinginan manusia untuk memiliki uang sebanyak-banyaknya. Dalam mendapatkan uang tersebut banyak cara yang dilakukan oleh manusia, baik itu dilakukan dengan cara yang sesuai dengan hukum maupun dengan cara melawan hukum.

(2)

Tindak pidana memalsukan uang dan mengedarkan mata uang rupiah palsu merupakan suatu kejahatan. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), pemalsuan terdapat dalam buku ke II KUHP, yang dikelompokkan dalam 4 golongan, yakni:1 1. Kejahatan sumpah palsu

2. Kejahatan pemalsuan uang

3. Kejahatan pemalsuan materai dan merek 4. Kejahatan pemalsuan surat

Kejahatan peniruan dan pemalsuan mata uang dan uang kertas, yang terkadang disingkat dengan pemalsuan uang, adalah berupa penyerangan terhadap kepentingan hukum atas kepercayaan terhadap uang sebagai alat pembayaran yang sah. Sebagai alat pembayaran, kepercayaan terhadap uang harus dijamin. Kejahatan ini diadakan berhubungan untuk melindungi kepentingan hukum masyarakat terhadap uang sebagai alat pembayaran tersebut.

Tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu terdapat dalam Pasal 245 KUHP menyebutkan bahwa:

Barang siapa dengan sengaja menjalankan serupa mata uang atau uang kertas Negara atau uang kertas Bank yang asli dan tidak dipalsukan, yakni mata uang atau uang Kertas Negara atau uang kertas Bank yang ditiru atau yang dipalsukan sendiri, atau yang pada waktu diterima diketahui palsu atau dipalsukan, ataupun barang siapa menyimpan ataupun memasukkan ke Negara Indonesia mata uang dan uang kertas Negara atau uang kertas Bank yang demikian, dengan maksud akan mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya serupa dengan yang asli dan tiada dipalsukan, dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun.

Meskipun Undang-undang telah melarang dan mengancam dengan ancaman hukuman yang berat terhadap pelaku tindak pidana mengedarkan mata uang palsu namun dalam kejahatan yang dilakukan di Wilayah Hukum Pengadila Negeri Banda Aceh masih saja terjadi.

Penegakan hukum terhadap kasus tindak pidana mengedarkan mata uang palsu dinilai masih belum cukup baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadinya beberapa kasus tindak pidana pemalsuan uang dan rendahnya sanksi pidana yang dijatuhkan oleh pengadilan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan yang menarik untuk diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1 Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2014, hlm.46.

(3)

1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu?

2. Apakah usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu?

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan dalam penulisan jurnal ilmiah ini adalah penelitian yuridis empiris. Metode penelitian ini yang digunakan adalah yuridis empiris dengan perkembangan titik tolak penelitian tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh dan untuk mendapatkan bahan dan data dalam penelitian ini, maka dilakukan melalui penelitian lapangan.2

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Pidana Mengedarkan Mata Uang Rupiah Palsu

1.Faktor Lingkungan (Pergaulan)

Faktor lingkungan adalah faktor utama yang menentukan seseorang tersebut dapat di katakan baik atau buruk dalam berperilaku. Pengaruh lingkungan sangat mendominasi sifat dari seseorang dalam melakukan sesuatu hal yang baik dan perbuatan buruk. Orang yang hidup di lingkungan yang bebas tanpa ada aturan, ataupun ada aturan namun tak pernah di taati makadengan sendirinya orang yang berada di lingkungan yang bebas sering melakukan hal-hal yang menyimpang dari perbuatan yang seharusnya dan yang semestinya, begitu juga sebaliknya jika seseorang hidup dilingkungan yang menjunjung tinggi hukum dan aturan maka secara sendirinya merasa takut untuk melakukan hal-hal yang menyimpang.

Berdasarkan wawancara dengan penyidik yang melakukan penyidik terhadap perkara nomor 92/Pid.Sus/2016/PN.BNA dan 93/Pid.Sus/2016/PN.BNA. Bahwa pelaku tindak pidana mengedarkan mata uang palsu dilakukan oleh pelaku karena bujuk rayu dari teman pelaku. Pelaku yang bernama Mujizat dan Irfan adalah orang yang sudah dewasa yang tidak mempunyai pekerjaan. Perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pelaku dikarenakan pelaku yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan sehinggan mengisi kegiatan kesehariannya dengan berkumpul bersama teman-temannya yang juga tidak

2 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Janna, Metode Penelitian Kuantatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 119.

(4)

memiliki pekerjaan. Dari kegiatan berkumpul tersebut pelaku tindak pidana yang dalam keadaan membutuhkan uang untuk keperluan sehari-harinya sehingga pada saat ditawarkan untuk mengedarkan mata uang palsu dengan cara berpura-pura membuang air kecil di toilet umum di Wilayah Kota Banda Aceh.3

Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan tindak pidana mengedarkan mata uang palsu, bahwa tindak pidana mengedarkan mata uang palsu dilakukan oleh orang dewasa. Dalam kesehariannya hanya bergaul dengan orang-orang yang juga tidak memiliki pekerjaan.

Sehingga karena pergaulan atau yang disebut dengan faktor lingkungan, dimana pelaku tindak pidana yang dilakukan tersebut dikarenakan diajak oleh teman-temannya sehingga dibujuk rayu dan iming-iming dari temannya maka orang tersebut ikut serta dalam melakukan tindak pidana mengedarkan mata uang palsu.

Tindak pidana mengedarkan mata uang palsu tersebut dilakukan secara berkelompok, dengan cara setiap orang diberikan uang palsu dan mengedarkan uang tersebut dengan berpura-pura membuang air kecil di toilet umum di Kota Banda Aceh. Tujuan membuang air kecil di toilet umum dikarenakan penjaga toilet tersebut tidak mengetahui perbedaan antara uang asli dan uang palsu, dimana setelah mereka selesai keluar dari toilet mereka memberi uang palsu dan mendapatkan uang kembalian tersebut berupa uang asli dikatakan didapatkan secara Cuma-Cuma. Perbuatan mengedarkan mata uang palsu dengan cara berpura-pura ke toilet umum tersebut diperintahkan orang yang memberikan uang palsu tersebut.4

2. Faktor Ekonomi (Pengangguran)

Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang palsu,yang di maksud dengan faktor ekonomi di sini adalah rendahnya pendapatan ekonomi sebahagian masyarakat di wilayah Kota Banda Aceh, yang dikarenakan masih banyaknya pengangguran, karena kekurangan lapangan pekerjaan, sehingga mengakibatkan banyak angka pengangguran. Dengan adanya pengangguran maka terjadinya perbuatan yang menyimpang seperti mengedarkan mata uang palsu dan tindak pidana lain. Pada dasarnya tindak pidana mengedarkan mata uang palsu dilakukan oleh seseorang hanya ingin mendapatkan pendapatan yang lebih.

Pada dasarnya tindak pidana mengedarkan mata uang palsu uang dilakukan oleh pelaku tindak pidana tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dimana pelaku bergaul. Pelaku tindak pidana yang memiliki niat untuk melakukan tindak pidana mengedarkan mata uang

3 Riko, Penyidik Pada Unit 1 Kapolresta Banda Aceh, Wawancara, Tanggal 12 Juni 2017

(5)

palsu namun di karena keadaan ekonomi yang mendesak dan pergaulan lingkungan sehingga terjadilah tindak pidana mengedarkan mata uang palsu yang dilakukan oleh pelaku dan teman-teman pelaku lainnya.

Dalam alasan ekonomi seseorang melakukan suatu tindak pidana merupaka suatu alasan yang bersifat umum dalam setiap terjadinya suatu tindak pidana. Tindak pidana mengedarkan mata uang palsu merupakan suatu tindak pidana yang akan sangat merugikan pemerintah terutama Bnsk Indonesia karena Bank Indonesia memiliki wewenang penuh untuk membuat dan mencetak uang pemerintah atau yang disebut dengan uang asli.

Adapun cara pelaku melakukan tindak pidana mengedarkan mata uang palsu dengan cara membeli uang palsu tersebut kepada seseorang dengan harga setengah dari jumlah uang palsu tersebut. Misalnya satu lembar uang palsu tersebut dengan jumlah Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) maka pelaku tindak pidana mengedarkan mata uang palsu tersebut membeli uang palsu Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah), dengan harga Rp. 50.000,- (Lima Puluh Ribu Rupiah) uang asli.5

Faktor ekonomi merupakan suatu alasan yang sangat sering di ungkapkan oleh setiap pelaku tindak pidana, baik itu tindak pidana mengedarkan mata uang palsu maupun tindak pidana lainnya. Walaupun tidak semua tindak pidana dikarenakan faktor ekonomi seperti halnya kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan bahkan pelaku tindak pidana korupsi memiliki uang yang melimpah.

3. Tidak Mengetahui Aturan yang Berlaku (Tidak Patuh dan Tidak Sadar)

Tidak mengetahui atura hukum bukan merupakan suatu alasan dalam suatu perbuatan pidana. Dimana setiap aturan hukum yang berlaku maka setiap orang dianggap telah mengetahui hukum tersebut. Namun hal tersebut tidak berlaku dalam tindak pidana mengedarkan mata uang palsu yang telah di proses pada Polisi Kapolresta Banda Aceh sehingga telah ditetapkan sebagai tersangka terhadap pelaku.

Ketentuan tidak mengetahui aturan hukum ini tidak berlaku dalam keadaan yang pada dasarnya telah diketahui bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak benar dan telah diketahui bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang termasuk dalam pelanggaran maupun kejahatan.

Kurangnya pengetahuan tentang hukum merupakan suatu hal yang menjadikan seseorang terjerat dalam suatu tindak pidana. Dalam perkara nomor

5 Eddy S.H, Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara, tanggal 16 Juni 2017

(6)

92/Pid.Sus/2016/PN.BNA dan 93/Pid.Sus/2016/PN.BNA, pelaku yang bernama Mujizat dan Irfan merupakan suatu pelaku tindak pidana yang dilakukan karena tidak mengetahui aturan hukum yang berlaku dan kurangnya pengetahuan tentang hal membedakan uang palsu dan uang asli.

2. Upaya yang Dilakukan Untuk Mencegah dan Menanggulangi Terjadinya Tindak Pidana Mengedarkan Mata Uang Rupiah Palsu

Upaya penanggulangan kejahatan terus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan dengan mencari cara yang paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut yang dikarenakan penanggulangan terhadap pelaku tindak pidana yang satu dengan pelaku tindak pidana yang lain akan berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Penanggulangan terhadap tindak pidana mengedarkan mata uang palsu tidak hanya bagi pelaku tindak pidana mengedarkan mata uang palsu saja namun penanggulangan juga dilakukan pada pemerintah, maka dengan adanya penanggulangan kepada pemerintah yang merupakan suatu upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang palsu maka dapat ditempuh dengan dua cara yaitu :

1. Usaha Preventif 2. Usaha Represif

Usaha Preventif adalah upaya-upaya awal yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana dengan jalan mengadakan tindakan-tindakan tertentu sehingga terpelihara ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Maka dengan usaha mencegah terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang palsu akan meminimkan angka kejahatan tindak pidana mengedarkan mata uang palsu.

a. Pengawasan Sebagai Suatu Kegiatan

Pengawasan sebagai suatu “kegiatan” merupakan pengamatan dalam pengumpulan data, fakta dan informasi tentang pelaksanaan peraturan tentang pemberlakuan aturan hukum, sehingga dengan adanya fakta lapangan maka dapat menganalisa terhadap aturan hukum tersebut. Dengan adanya analisa dapat mengambil suatu kesimpulan terhadap kesulitan apa yang dialami masyarakat dan pemerintah sehingga terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang palsu. Dengan mengetahui kesulitan tersebut maka akan adanya solusi yang dilakukan oleh pemerintah, maupun masyarakat agar tidak terjadinya atau mengurangi terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang palsu.

(7)

b. Pengawasan Sebagai Suatu Pengendalian

Pengawasan sebagai suatu “Pengendalian” merupakan pencegahan awal, dapat dengan proses pemeriksaan, pengaturan larangan-larangan dan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang seperti pemerintah, Bank Indonesia, dan Polisi, dengan melakukan tindakan berupa sosialisasi dalam hal penyuluhan terhadap cara membedakan uang palsu dan uang asli yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Serta menjelaskan kepada masyarakat bahwa mengedarkan mata uang palsu tersebut merupakan suatu tindak pidana dengan ancaman hukuman yang berat.

c. Pengawasan Sebagai Suatu Tindakan

Pengawasan sebagai suatu “tindakan” merupakan penanganan, pemberian sanksi atas pelanggaran dengan maksud menimbulkan efek mendidik dan efek menakut- nakuti bagi masyarakat sehingga menciptakan kehendak agar menaati aturan dan memberikan suatu rasa agar masyarakat takut dalam melakukan suatu tindak pidana.

Menimbulkan kesadaran bagi masyarakat dengan memberi bimbingan pada masyarakat untuk mematuhi aturan hukum yang berlaku.

Pada dasarnya ketentuan tindak pidana mengedarkan mata uang palsu merupakan suatu tindak pidana yang akan merugikan negara serta rayat maka peran aktif pemerintah dalam menanggulangi tindak pidana mengedarkan mata uang palsu haruslah memberi perhatian yang besar. Perhatian khusu dalam tindak pidana mengedarkan mata uang palsu tidak hanya kepada pelaku tindak pidana mengedarkan mata uang palsu namun perhatian tersebut harus diberikan kepada setiap orang yang membuat atau mencetak uang palsu tersebut.

Upaya Represif adalah usaha untuk melakukan penindakan dan penanganan terhadap pelanggaran menurut peraturan yang berlaku. Upaya ini di lakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau kejahatan mengedarkan mata uang palsu yaitu dengan memberikan suatu tindakannya berupa penegakkan hukum (law enforcement) dengan menjatuhkan hukuman berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana agar pelaku tidak mengulangi kejahatan yang sama atau melakukan suatu perbuatan pidana lainnya setelah pelaku lepas dari tahanan serta masyarakat takut untuk melakukan tindak pidana mengedarkan mata uang palsu dan tindak pidana lainnya.

(8)

KESIMPULAN

Beberapa faktor penyebab terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu adalah karena faktor lingkungan, faktor ekonomi, dan tidak taunya aturan hukum.

Sehingga dari beberapa faktor tersebut terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang palsu.

Usaha-usaha dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana mengedarkan mata uang rupiah palsu maka ditempuh dengan dua cara yaitu:

a. Usaha Preventif adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana dengan jalan mengadakan tindakan-tindakan tertentu sehingga terpelihara ketertiban dan keamanan dalam masyarakat.

b. Usaha Represif adalah usaha untuk melakukan penindakan dan penanganan terhadap pelanggaran menurut peraturan yang berlaku yaitu upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana.

DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm.46.

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Janna, Metode Penelitian Kuantatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 119.

Referensi

Dokumen terkait

“ Barangsiapa meniru atau memalsukan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan

Analisis dari kasus diatas sebagai berikut: (a) Diduga telah terjadi tindak pidana dengan sengaja kedapatan, menyimpan dan membawa uang yang diketahuinya

Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang sudah cukup untuk memberi efek jera terhadap

Diduga telah terjadi tindak pidana kedapatan, menyimpan dan membawa uang palsu sebanyak 9 (sembilan) lembar uang kertas seratus ribuan dengan nomor seri yang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Bentuk pertanggungjawaban pelaku pidana bagi pemegang aset hasil tindak pidana pencucian uang dalam tindak pidana narkotika

Pengaturan lain di luar KUHP tentang tindak pidana pemalsuan mata uang Rupiah, ialah dalam Undang-Undang No. Menurut Pasal 45 Undang- Undang No.. Berdasarkan ketentuan

Hal ini juga diatur dalam Pasal 245 KUHP yang menyebutkan bahwa barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau Bank sebagai mata

Pelaku pencucian uang aktif telah dirumuskan pada Pasal 3 dan Pasal 4 dimana pelaku pencucian uang sekaligus sebagai pelaku tindak pidana asal dan pelaku pencucian uang yang mengetahui