• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB SECARA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB SECARA IN VITRO"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE 101201069

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(2)

RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE 101201069

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(3)
(4)

ABSTRACT

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Response Cylindrocladium sp. To the active substance Mancozeb Fungicide In Vitro. Guided by EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.

Cylindrocladium sp. is one of the pathogens trigger dangerous diseases that blight the eucalyptus plant. Fungi is one of the pathogens that attack the breeding ground and nursery eucalyptus in various parts of the world, including Indonesia. Efforts to control its spread by means of direct control is by the use of fungicides. Fungicides are used in this research is a contact fungicide mancozeb 80% active ingredient. The study aims to measure the growth of the colonies, the relative constraints, the density of spores and hyphae shape changes Cylindrocladium sp. after treated with 0, 0.4, 0.8, 1.2 and 1.6 mg / ml. The sample used was taken from the collection of fungi in Forestry Biotechnology Laboratory.

The research was conducted in February 2015 until April 2015 at the Biotechnology Laboratory of Forestry, Department of Forestry and in the Laboratory of Disease Study Program Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. Results of the study are significant response at each concentration fungicide mancozeb. Response significant effect starting from the 12th day until the 16th day of observation. The response of the real effect is diameter growth, barriers relative density of spores. Besides treatment causes swelling and breakdown of the structure of hyphae.

Keywords: Response, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungicide Mancozeb 80% WP

(5)

ABSTRAK

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE.Respon Cylindrocladium sp.

Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA

Cylindrocladium sp. adalah salah satu patogen pemicu munculnya penyakit berbahaya yaitu hawar daun pada tanaman ekaliptus. Fungi ini merupakan salah satu patogen yang menyerang lahan persemaian dan pembibitan ekaliptus diberbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Upaya pengendalian penyebarannya dengan cara pengendalian langsung yaitu dengan penggunaan fungisida. Fungisida yang digunakan pada penilitian ini adalah fungisida kontak berbahan aktif mancozeb 80%. Penelitian bertujuan mengukur pertumbuhan koloni, hambatan relatif, kerapatan spora dan perubahan bentuk hifa Cylindrocladium sp. setelah diberi perlakuan 0, 0.4, 0.8, 1.2 dan 1.6 mg/ml.

Sampel yang digunakan diambil dari koleksi fungi di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai April 2015 di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Penyakit Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian terdapat respon yang berpengaruh nyata pada setiap konsentrasi fungisida mancozeb. Respon berpengaruh nyata dimulai dari hari ke-12 sampai ke-16 hari pengamatan. Respon yang berpengaruh nyata tersebut adalah pertumbuhan diameter, hambatan relatif, kerapatan spora. Selain itu perlakuan menyebabkan terjadinya pembengkakan dan terputusnya struktur hifa.

Kata kunci: Respon, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungisida Mancozeb 80% WP.

ii

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batangtoru, Tapanuli Selatan pada tanggal 7 Februari 1989 dari ayahanda Thomas Dalimunthe dan ibunda Nur Sehat Siregar. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 12 Padangsidempuan dan lulus pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Padangsidempuan dan lulus pada tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Batangtoru dan lulus pada tahun 2008 dan pada tahun 2010 penulis diterima masuk di Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih minat studi Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan selama sepuluh hari pada tahun 2012. Penulis melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapang) di PT. ITCI HUTANI MANUNGGAL, Balikpapan, Kalimantan Timur dari tanggal 14 Juli 2014 sampai dengan 14 Agustus 2014.

Penulis melaksanakan penelitian dari bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015 dengan judul “Respon Cylindrocladium sp. terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb secara In Vitro.”. dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. Dan Ibu Nelly Anna, S.Hut., M.Si.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari penelitian ini adalah “Respon Cylindrocladium sp. terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb secara In Vitro”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon Cylindrocladium sp.dan mengamati pertumbuhan koloni, tekstur koloni, dan warna koloni terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0, 0.4, 0.8, 1.2, dan 1.6 mg/ml) secara in vitro.

Dengan kerendahan hati Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Thomas Dalimunthe dan Ibunda Nur Sehat Siregar yang telah merawat dan membesarkan penulis hingga sampai sekarang ini dengan segala pengorbanan serta yang selalu mendoakan, mendorong memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada adik-adikku tersayang Septian Andri Rahman Dalimunthe, Julian Arsyad Dalimunthe, dan Hatfizha Ilyatul Aulia Dalimunthe atas segala dukungan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS., dan Ibu Nelly Anna, S.Hut., M.Si yang telah membimbing serta memberi banyak masukan, saran, semangat, dan kemudahan kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dan kepada dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

iv

(8)

3. Seluruh dosen pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah memberikan ilmu, saran, dan arahan kepada penulis.

4. Teman-teman penelitian yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini serta teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini kedepannya. Akhir kata semoga hasil dari skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat penelitian... 3

Hipotesis Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp... 4

Penyakit Hawar Daun ... 5

Kelompok Fungisida ... 7

Mancozeb ... 7

Formulasi ... 7

Cara Kerja ... 8

Fungisida Kontak ... 9

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

Bahan dan Alat Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 10

Sterilisasi Alat ... 10

Isolasi Cylindrocladium sp... 11

Pembuatan Media PDA ... 11

PercobaanUji In Vitro ... 11

Parameter Pengamatan ... 12

Diameter Koloni Cylindrocladium sp ... 12

Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp... 13 vi

(10)

Kerapatan Spora Cylindrocladium sp ... 13

Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis ... 14

Rancangan Penelitian ... 14

Analisis Data ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp... 16

Hambatan Relatif Cylindrocladium sp... 21

Kerapatan Spora Cylindrocladium sp ... 22

Pengamatan Makroskopis ... 23

Pengamatan Mikroskopis ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN... 33

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rataan Pertumbuhan Diameter KoloniCylindrocladium sp (cm) .... 19 2. Hambatan Relatif Cylindrocladium sp (%)... 20 3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp. 21 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp. ... 21 5. Bentuk dan Warna Koloni Cylindrocladium sp. ... 23 6. Pengamatan Mikroskopis Koloni Cylindrocladium sp. ... 25

viii

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pengamtan Makroskopis Cylindrocladium sp. 4 HSI ... 17

2. Pengamtan Makroskopis Cylindrocladium sp. 8 HSI ... 17

3. Pengamtan Makroskopis Cylindrocladium sp. 12 HSI ... 18

4. Pengamtan Makroskopis Cylindrocladium sp. 16 HSI ... 18

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Analisis Sidik Ragam Pengamatan I Hari ke-4 ... 30

2. Analisis Sidik Ragam Pengamatan II Hari ke-8 ... 30

3. Analisis Sidik Ragam Pengamatan III Hari ke-12. ... 31

4. Analisis Sidik Ragam Pengamatan IV Hari ke-16 ... 31

5. Analisis Sidik Ragam Pengamatan V Hari ke-20 ... 33 6. Analisis Sidik Ragam Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp. 33

x

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Tanaman Industri (HTI) dikembangkan di Indonesia dengan tujuan meningkatkan produksi industri pulp, disamping itu dikaitkan dengan usaha merehabilitasi lahan yang rusak, sehingga tercapainya kelestarian dan keseimbangan lingkungan yang berkelanjutan. Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah pengusahaan hutan tanaman demi meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur sesuai dengan tapaknya dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan kayu dengan mengusahakan ekaliptus sebagai tanaman pokok.

Ekaliptus merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri. Ukuran pohon bervariasi dari pohon kerdil dengan percabangan yang banyak hingga pohon besar dengan tinggi mencapai 10 meter dengan diameter lebih dari 100 cm. Ekaliptus salah satu tanaman yang dikembangkan di beberapa negara tropis termasuk di Indonesia yang pemanfaatannya digunakan untuk bahan baku industri pulp. Industri pulp berfokus pada jenis tanaman yang cepat tumbuh (fast growing spesies) dan siklus hidup yang pendek. Tanaman ekaliptus diketahui mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dengan kondisi lingkungan yang kritis (Old, et al., 2003).

Apabila ditinjau pada kondisi di lapangan, industri pulp masih menerapkan pola tanam monokultur dalam skala besar. Dimana keadaan ini menjadi salah satu pemicu munculnya serangan penyakit yang berbahaya.

(15)

2

Beberapa penyakit yang menyerang tanaman ekaliptus antara lain: kanker Coniothyrium yang disebabkan oleh Coniothyrium zuluense, penyakit pink yang disebabkan oleh Erythricium salmonicolor, cendawan akar putih yang disebabkan oleh Corticium salmonicolor, cendawan akar merah yang disebabkan oleh Ganoderma pseudoferreum, rebah kecambah yang disebabkan oleh Phytium dan Fusarium spp, bercak daun yang disebabkan oleh Pestolatia sp, Curvularia sp, Mycosphaerella sp, dan penyakit hawar daun yang disebabkan oleh patogen Cylindrocladium sp (Old, et al., 2003).

Cylindrocladium sp. merupakan patogen penyebab gejala penyakit foliar spot dan leaf blight pada tanaman ekaliptus. Menyebabkan penyakit pada bagian akar, leher akar, hawar tunas, hawar daun, dan bercak daun. Penyebaran dalam jumlah yang besar yang biasanya terjadi pada permukaan daun. Cylindrocladium sp. dapat bertahan hidup lama di dalam tanah yang penularannya biasanya mulai dari cabang bawah kemudian sampai ke mahkota. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pemberian fungisida yang pengendaliannya melalui penyemprotan bergantung pada waktu yang tepat saat penyemprotan dilakukan menurut Old, et al., (2003).

Sehubungan dengan peranannya sebagai patogen penyakit maka perlu dilakukan upaya pengendalian penyebarannya dengan cara pengendalian langsung yaitu dengan penggunaan fungisida. Berbagai fungisida yang telah digunakan sebelumnya dapat menimbulkan resistensi pada Cylindrocladium sp. Penggunaan fungisida mancozeb diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Cylindrocladium sp., khususnya pada percobaan secara in vitro. maka dengan itu perlu dilakukan penelitian ini sebagai upaya

(16)

3

mengukur sejauh mana respon yang diberikan oleh Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP secara in vitro.

Tujuan Penelitian

1. Mengukur respon Cylindrocladium sp. (diameter koloni, hambatan relatif, dan kerapatan spora) terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0, 0.4, 0.8, 1.2, dan 1.6 mg/ml) secara in vitro.

2. Mengamati pertumbuhan koloni, tekstur koloni, warna koloni, dan perubahan struktur sel hifa terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0, 0.4, 0.8, 1.2, dan 1.6 mg/ml) secara in vitro.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang respon Cylindrocladium sp. yang diperlakukan dengan bahan aktif mancozeb 80%

WP.

Hipotesis

Respon Cylindrocladium sp. (diameter koloni, hambatan relatif, kerapatan spora, bentuk, warna, dan tekstur) terhadap fungisida berbahan aktif mancozeb berpengaruh nyata.

(17)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Cylindrocladium sp.

Menurut Dwidjoseputro (1978) Cylindrocladium sp. masuk ke dalam subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales, serta family Moniliaceae. Memiliki ciri khas dari kelompok fungi kelas Deuteromycetes mempunyai misellium bersekat tanpa askus dan tanpa sambungan apit. Adanya konidiofor menunjukkan fungi ini termasuk dalam ordo Moniliales karena struktur seperti hifa. Struktur ini pada pustaka dikenal sebagai konidiofor yang bebas sehingga fungi ini dipastikan dari ordo Moniliales yang paling besar diantara ordo-ordo yang lainnya dari Deuteromycetes, diantaranya merupakan parasit dan patogen penyakit pada tumbuhan, hewan dan manusia.

Infeksi Cylindrocladium sp. terjadi pada akar atau pangkal batang semai sehingga menimbulkan gejala pada bagian semai yang berada di atas permukaan tanah. Timbulnya kelayuan pada pucuk daun yang terus menjalar keseluruh bagian daun. Apabila semai yang terserang penyakit dicabut dan dibersihkan maka pada pangkal batang terlihat adanya bagian yang berwarna coklat kehitam- hitaman menurut dari penelitian Old, et al., (2003).

Anggraeni dan Santoso (2004) menyatakan bahwa berdasarkan penampilan secara makroskopis yang mencakup gejala-gejala yang timbul pada tanaman inang di lapangan dan diuji pada Postulat Koch serta pengamatan mikroskopis yaitu pertumbuhan koloni pada media PDA dapat untuk menentukan

(18)

5

sifat-sifat khas fungi, maka penyebab penyakit akar pada Acacia mangium adalah fungi Cylindrocladium sp.

Old, et al., (2000) dalam Anggraeni dan Santoso (2004) mengatakan bahwa penyebab penyakit rebah kecambah di India pada Acacia sp., selain dari Fusarium oxysporum, Botrytis sp., dan Cylindrocladium sp. merupakan fungi patogen pada beberapa tanaman yang menyebabkan penyakit bercak daun pada tanaman teh dan cengkeh.

Tingkat serangan yang hanya berlangsung beberapa minggu sejak munculnya benih di atas permukaan tanah hingga hipokotil mengeras dan kaku, merupakan periode dengan probabilitas kematian tanaman sangat tinggi. Dalam kondisi seperti inilah semai sangat rentan terhadap serangan Cylindrocladium sp.

Penyakit Hawar Daun

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Silalahi (2008) ditemukan patogen penyebab penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus. Penyakit yang ditemukan diantaranya hawar daun I yang disebabkan oleh fungi Cyliindrocladium sp., Phaeophleospora sp., Cryptosporiopsis sp., hawar daun II disebabkan oleh Phaeophleospora sp., dan bercak daun yang disebabkan oleh Mycosphaerella spp. Penyakit yang menyerang bagian daun tanaman ini dapat mengakibatkan daun gugur dan tidak mampu tumbuh dengan baik karena proses fotosintesis terhambat.

Penyakit ini pada umumnya menyerang tanaman ekaliptus pada tingkat pancang yang disebabkan oleh fungi Cylindrocladium sp. Hawar daun merupakan penyakit yang menular yang terjadi apabila curah hujan cukup tinggi dan lembab.

Fungi ini menyukai kondisi tanah yang hangat dan lembab yang menjadi masalah

(19)

6

penting pada areal pembibitan di daerah selatan. Hifa Cylindrocladium yang beradaptasi terhadap kondisi tanah yang lebih dingin mampu berasosiasi dengan busuk akar pembibitan di bagian utara nursery (Bugbee dan Anderson 1963; Thies dan Patton 1970).

Spesies Cylindrocladium biasanya dapat bertahan dalam tanah karena adanya dinding tebal klamidiospora dan propagulnya yang melakukan penularan petama di bawah tegakan Eukaliptus. Penularan biasanya muncul pada daun dari cabang bawah dan menyebar sampai mahkota. Penyakit ini paling nyata ditemukan di persemaian batang pohon dimana serangannya menjadi sangat luas (Old, et al., 2003).

Menurut Magallona, et al (1990) dalam Sembiring (2008) Fungisida dapat diartikan sebagai bahan pestisida yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mengendalikan penyakit akibat jamur atau fungi pada tumbuhan.

Namun karena tujuan utamanya adalah untuk membasmi penyakit baik yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau organisme tertentu maka bukanlah masalah apakah fungisida atau bakterisida.

Fungi merupakan penyebab penyakit infeksi yang utama dan paling umum terjadi pada tanaman baik pada tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan.

Fungi ini tidak mengandung klorofil dalam struktur tubuhnya. Unit vegetatifnya merupakan struktur satu sel atau benang hifa yang disebut misellium jika berada dalam kelompok besar (Widyastuti., dkk, 2004).

(20)

7

Kelompok Fungisida Mancozeb

Merupakan fungisida berbentuk tepung yang biasa digunakan untuk mengendalikan penyakit yang berasal dari fungi (fungal borne disease) berspektrum luas pada pertanian, hortikultural, florikultur, tanaman pangan, dan tanaman kehutanan. Bersifat biodegradable dan tidak terakumulasi dalam jumlah yang besar pada lingkungan.

Mancozeb adalah bahan aktif yang merupakan sub kelas dari pestisida karbamat yang disebut ditiokarbamat. Fungisida ini merupakan fungisida kontak yang berfungsi melindungi tanaman dari serangan fungi lebih lanjut dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan tanaman dan secara perlahan mengeluarkan senyawa tertentu yang mengganggu aktivitas fungi. Fungisida ini mencegah pembentukan spora pada fungi sehingga tidak dapat menyebar (Semangun, 1996).

Formulasi

Menurut Semangun (1996) fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP merupakan fungisida organik kontak campuran Zink dan Maneb yang mengandung 16% Mangan, 2% Zink, dan 62% ethylenebisdithio carbanat/mangan ethylenebisdithio carbanat plus non Zink. Bahan ini dikenalkan pertama kali oleh Rohm, Hass dan Du Pont pada tahun 1961 dengan bahan aktif Mancozeb dan Manzeb 200. Fungisida ini diaplikasikan untuk melindungi daun. Mancozeb adalah gabungan antara Maneb dan Zink yang masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri, sehingga digunakan untuk membasmi berbagai patogen tanaman.

(21)

8

Menurut dari Sastroutomo (1992) dalam Wudianto (2010) macam dari bentuk pestisida ini yaitu tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettablepowder=WP). Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus dibasahi terlebih dahulu dengan air. Hasil campurannya dengan air disebut dengan suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut di dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu penyemprotan harus sering diaduk atau tangki penyemprot digoyang-goyang. Mancozeb efektif terhadap penyakit tanaman yang disebabkan Phytophthora, Anthracnose, Botrytis, Fusarium, Pythium, Alternaria, Early and Late Blight, dan lain-lain. Rumus bangun dari Mancozeb adalah sebagai berikut :

S

CH3 – NH – C - S Mn [Zn]

CH3 – NH – C- S S

Gambar. Rumus Bangun dari Mancozeb Sumber : Magallona, et al., 1990

Cara Kerja

Fungisida ini termasuk kedalam golongan fungisida kontak dan cara kerja dari fungisida ini adalah dengan menghambat kegiatan enzim yang ada pada fungi dengan menghasilkan lapisan enzim yang mengandung unsur logam yang berperan dalam pembentukan ATP serta berperan sebagai agen pengkelat sehingga sintesis protein dan metabolisme di dalam sel fungi terganggu (Magallona, 1990).

(22)

9

Fungisida kontak

Menurut Magallona (1990) dalam Sembiring (2008) Fungisida kontak bekerja melalui paparan langsung pada cendawan. Fungisida kontak akan membunuh cendawan yang terkena paparan bahan aktif. Sebenarnya cara ini adalah cara yang tidak tepat, karena cendawan dewasa memiliki daya tahan hidup lebih kuat, sehingga cendawan yang tidak mati karena terkena paparan bahan aktif kontak dan dosis bahan aktif sistemik yang kurang, dapat menjadi resisten terhadap bahan aktif yang terkandung di dalam fungisida.

(23)

10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai April 2015 di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Penyakit Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah media PDA, fungisida Dithane M-45 berbahan aktif Mancozeb 80%, kalmychetine, alkohol 70%, aquadest, aluminium foil, tisu, kapas , plastik PE, dan label nama.

Alat yang digunakan adalah Millipore filter, Haemocytometer, mikropipet, handcounter, cawan petri, Erlenmeyer, gelas ukur, mikroskop, oven, autoclave, pisau, alat tulis, alat injeksi, laminar air flow cabinet, Bunsen, timbangan, stirrer, pinset, jarum ose, spatula, gunting, korek api, dan kertas milimeter.

Pelaksanaan Penelitian Sterilisasi Alat

Peralatan meliputi cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur dan pinset dicuci hingga bersih, kemudian dikeringkan. Semua alat tersebut disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 1,5 Psi (kg/cm2) selama 45 menit. Untuk proses inokulasi dilakukan penyemprotan alkohol 70% pada Laminar Air Flow sebelum inokulasi dimulai.

(24)

11

Isolasi Cylindrocladium sp

Fungi patogen Cylindrocladium sp. diperoleh dari koleksi jamur di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Isolat dimasukkan ke dalam media PDA yang baru untuk permudaan. Selanjutnya dibiakkan selama kurang lebih 7 hari.

Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)

Dengan menimbang 95 gram serbuk media PDA lalu memasukkannya kedalam Erlenmeyer 1000 ml kemudian menambahkan aquadest ke dalamnya sampai mencapai 1000 ml, tutup dengan menggunakan kapas dan bungkus dengan aluminium foil, panaskan air, kemudian masukkan Erlenmeyer kedalam panci yang berisi air yang telah mendidih di atas kompor sampai media PDA larut dan homogen, setelah dihomogenkan maka disterilkan ke dalam autoclave pada suhu 1210C selama 30 menit setelah itu tempatkan pada rak yang telah disediakan. Pada saat media akan dipakai bisa dipanaskan kembali untuk mencairkan media PDA yang telah padat pada waktu yang dibutuhkan.

Percobaan Uji In Vitro

Percobaan yang dilakukan di laboratorium yaitu dengan menimbang fungisida Mancozeb 80% WP sebanyak 0.125 gram lalu dicampur dengan aquadest sebanyak 250 ml di dalam erlenmeyer, diaduk menggunakan stirrer sampai homogen. Kemudian larutan yang sudah tercampur diambil menggunakan alat injeksi sebanyak 0 mg/ml untuk perlakuan M0 (kontrol), 0.4 mg/ml untuk perlakuan M1, 0.8 mg/ml untuk perlakuan M2, 1.2 mg/ml untuk perlakuan M3, dan 1.6 mg/ml untuk perlakuan M4. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Pemberian formulasi fungisida disaring dengan menggunakan Millipore

(25)

12

Filter pada setiap media PDA yang telah diberi label pada setiap perlakuan.

Kemudian dituangkan ke setiap cawan petri yang telah disediakan. Inokulum fungi Cylindrocladium sp. yang berdiameter 50 mm diletakkan ditengah-tengah media PDA yang sudah diberi perlakuan sebelumnya, kemuadian diinkubasi pada suhu kamar dan diamati pertumbuhannya selama 20 hari.

Parameter Pengamatan

Diameter Koloni Cylindrocladium sp.

Pengamatan dilakukan tiap empat hari sekali terhadap koloni jamur Cylindrocladium sp. perlakuan kontrol sebagai pembanding untuk tiap unit percobaan. Pengukuran diameter koloni dilakukan ketika koloni jamur yang tumbuh pada media PDA yang telah tercampur dengan formula fungisida sesuai perlakuan pada cawan petri. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah kertas millimeter yang cara perhitungannya dengan membuat garis vertikal dan horizontal yang berpotongan tepat pada titik tengah koloni jamur pada cawan petri sehingga diperoleh rata-rata diameter koloni Cylindrocladium sp. Garis dibuat dibagian bawah cawan petri yang berfungsi untuk memudahkan perhitungan diameter koloninya. Cara pengukuran pada cawan petri berdasarkan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

d1 + d2 D =

2

D = diameter jamur Cylindrocladium sp.

d1 = diameter vertical koloni jamur Cylindrocladium sp.

d2 = diameter horizontal koloni jamur Cylindrocladium sp.

(26)

13

Persentase Hambatan Relatif koloni Cylindrocladium sp.

Kemampuan hambatan relatif terhadap pertumbuhan jamur Cylindrocladium sp. pada masing-masing konsentrasi dihitung sampai jamur Cylindrocladium sp. pada setiap perlakuan telah tumbuh pada media PDA selama 7 hari. Persentase hambatannya dihitung menurut Yuliana et al., (1987) dengan rumus sebagai berikut:

dk – dp

HR = x 100 %

dk

Keterangan :

HR = hambatan relatif dk = diameter kontrol dp = diameter perlakuan

Pengaruh suatu fungisida dinilai dari skoring yang dikemukakan oleh Irasakti dan Sukatsa (1987) sebagai berikut :

0 = tidak berpengaruh

>0-20 % = sangat kurang berpengaruh

>20-40 % = kurang berpengaruh

>40 – 60 % = cukup berpengaruh

>60 – 80 % = berpengaruh

>80 % = sangat berpengaruh

Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.

Penghitungan kerapatan spora dilakukan dengan cara spora Cylindrocladium sp. yang tumbuh pada setiap cawan petri pada tiap ulangan diambil dengan jarum ose lalu dimasukkan ke dalam air aquadest steril dalam

(27)

14

cawan petri kemudian dihomogenkan. Setelah itu suspensi spora Cylindrocladium diteteskan pada ruang hitung haemocytometer lalu ditutup dengan kaca obyek kemudian jumlah spora dapat dihitung dalam lima kotak sedang di bawah mikroskop dan dilihat rata-ratanya. Perkembangan kerapatan spora dihitung berdasarkan rumus menurut Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan sebagai berikut:

S = R x K x F Keterangan :

S= Jumlah spora

R= Jumlah rata-rata spora pada 5 bidang pandang haemacytometer K= konstanta koefisien alat (2,5 x 105)

F= Faktor Pengencer yang dilakukan

Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati secara makroskopis dan mikroskopis fungi Cylindrocladium sp. secara makroskopis yang diamati adalah warna permukaan koloni dan diameter koloni fungi. Kemudian dilanjutkan secara mikroskopis yang mencakup penampakan sekat pada hifa, tipe percabangan hifa, serta ciri konidia berupa bentuk dan kerapatan konidia. Pengamatan ini mengacu pada beberapa buku pedoman dari Gandjar, et al.,(1999).

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari :

a. M0 = Kontrol (tanpa fungisida)

b. M1 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 0.4 mg/ml c. M2 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 0.8 mg/ml

(28)

15

d. M3 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 1.2 mg/ml e. M4 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 1.6 mg/ml Analisis Data

Menurut Hanafiah (2005), rumus umum rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial adalah sebagai berikut:

Y

ij

= μ + τ

i

+ ε

ij

Keterangan:

Yij = respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = rataan umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

εij = pengaruh acak/galad pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = perlakuan ke-i (1,2,3,4,5)

j = ulangan ke-j (1,2,3...,5)

Data dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of Varians (ANOVA). Apabila Uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan 95%

Menggunakan software SPSS 17.0. Hipotesis yang akan diuji adalah terdapat respon Cylindrocladium sp. (diameter koloni, hambatan relatif, kerapatan spora, bentuk, warna, dan tekstur) terhadap fungisida berbahan aktif mancozeb berpengaruh nyata. Rancangan percobaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

I. Fungi : Cylindrocladium sp.

II. Konsentrasi fungsida : 0; 0.4; 0.8; 1.2; dan 1.6 mg/ml

Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali, sehingga diperoleh 25 satuan unit percobaan.

(29)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp.

Cylindrocladium sp. yang diperlakukan dengan pemberian konsentrasi mancozeb yang berbeda diperoleh pertumbuhan diameter yang berpengaruh nyata dimulai hari ke-12. Pengaruh konsentrasi mancozeb terhadap pertumbuhan Cylindrocladium sp. disajikan pada Gambar 1 sampai Gambar 4.

Pengaruh yang ditimbulkan terhadap pemberian mancozeb mampu menghambat aktivitas enzim pada fungi dengan menghasilkan lapisan enzim yang mengandung unsur logam yang berperan sebagai agen pengkelat sehingga protein- protein di dalam struktur sel fungi terganggu. Pemberian konsentrasi yang meningkat memberikan pengaruh perkembangannya menjadi lambat. Sejalan dengan pernyataan Magallona, et al (1990) dalam Sembiring (2008) yang menyatakan bahwa Mancozeb memiliki mekanisme kerja dengan menghambat kerja enzim-enzim yang berperan dalam pertumbuhan fungi yang memiliki spektrum yang luas terhadap fungi dari kelas Deuteromycetes.

Hasil analisis data menunjukkan pemberian mancozeb berpengaruh nyata terhadap diameter Cylindrocladium sp. Data pada pengamatan hari ke- 4 sampai ke- 8 tidak memberikan pengaruh nyata. Pemberian mancozeb belum mampu mempengaruhi perkembangan fungi Cylindrocladium sp. Pertumbuhan koloni Cylindrocladium sp. baru terlihat berpengaruh nyata mulai hari ke-12 sampai hari ke-16.

(30)

17

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 1. Koloni Fungi Cylindrocladium sp. pada Hari ke-4 Setelah Inokulasi

Keterangan: (a). Kontrol (cm), (b). Konsentrasi 0.4 mg/ml (cm), (c). Konsentrasi 0.8 mg/ml (cm), (d).Konsentrasi 1.2 mg/ml (cm), dan (e). Konsentrasi 1.6 mg/ml (cm).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2. Koloni Fungi Cylindrocladium sp. pada Hari ke-8 Setelah Inokulasi

Keterangan: (a). Kontrol (cm), (b). Konsentrasi 0.4 mg/ml (cm), (c). Konsentrasi 0.8 mg/ml (cm), (d).Konsentrasi 1.2 mg/ml (cm), dan (e). Konsentrasi 1.6 mg/ml (cm).

(31)

18

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 3. Koloni Fungi Cylindrocladium sp. pada Hari ke-12 Setelah Inokulasi

Keterangan: (a). Kontrol (cm), (b). Konsentrasi 0.4 mg/ml (cm), (c). Konsentrasi 0.8 mg/ml (cm), (d).Konsentrasi 1.2 mg/ml (cm), dan (e). Konsentrasi 1.6 mg/ml (cm).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 4. Koloni Fungi Cylindrocladium sp. pada Hari ke-16 Setelah Inokulasi

Keterangan: (a) Kontrol (cm), (b) Konsentrasi 0.4 mg/ml (cm), (c). Konsentrasi 0.8 mg/ml (cm), (d). Konsentrasi 1.2 mg/ml (cm), dan (e). Konsentrasi 1.6 mg/ml (cm)

(32)

19

4 8 12 16 20

M0(kontrol) 2.29 4.85 7.13e 7.95e 8.5e

M1(0.4 mg/ml) 2.15 4.79 7.08e 7.28e 7.36e

M2(0.8 mg/ml) 2.1 3.52 4.27a 4.23a 3.94a

M3(1.2 mg/ml) 2.14 3.98 4.17a 4.17a 3.82a

M4(1.6 mg/ml) 2.03 2.8 3.63a 3.6a 3.5a

Berdasarkan hasil uji Duncan taraf 5% antara perlakuan 0.8, 1.2, dan 1.6 mg/ml menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, sementara perlakuan 0 dan 0.4 mg/ml berbeda nyata dengan konsentrasi yang lainnya. Rataan pertumbuhan koloni Cylindrocladium sp. disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp. (cm)

Perlakuan Waktu Pengamatan (hari)

Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan 5%

Hasil analisis data bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata. diperoleh pertumbuhan koloni tercepat pada kontrol kemudian diikuti oleh konsentrasi M1(0.4 mg/ml). Dari hasil data yang didapat sebaliknya pada konsentrasi semakin tinggi (0.8, 1.2 dan 1.6 mg/ml) dapat menekan perkembangan diameter koloni Cylindrocladium sp.

Fungisida berbahana aktif mancozeb mempengaruhi cara kerja Cylindrocladium sp. Secara umum menghambat dan bereaksi terhadap sel fungi dengan menghambat banyak fungsi metabolisme, akibatnya mempengaruhi kerja enzim fungi tidak mampu menyerap nutrisi dengan baik.

(33)

20

Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.

Dari hasil penelitian diperoleh hambatan relatif fungi Cylindrocladium sp.

pada analisis sidik ragam yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5% (Tabel 2).

Tabel 2. Hambatan Relatif Cylindrocladium sp. (%)

Perlakuan Rataan Hambatan Relatif (%)

M0(kontrol) 0a

M1(0.4 mg/ml) 5.96b

M2(08 mg/ml) 35.24c

M3(1.2 mg/ml) 33.71c

M4(1.6 mg/ml) 43.23c

Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Lanjut Duncan 5%

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian perlakuan fungisida Mancozeb memberikan pengaruh nyata. kemudian tidak terdapat perbedaan nyata dari 0.8, 1.2, dan 1.6 mg/ml namun berpengaruh nyata pada perlakuan 0 dan 0.4 mg/ml.

Kinerja bahan aktif fungisida mancozeb 80% WP dalam menekan pertumbuhan fungi Cylindrocladium sp. memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan golongan senyawa fenolik yaitu menghambat kerja enzim fungi kemudian yang dipertegas dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lukiandari (2014) yang menunjukkan bahwa penggunaan bahan aktif Mancozeb lebih efektif dalam menekan intensitas serangan fungi Cercospora nicotianae pada tembakau.

(34)

21

Tabel 3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp.

Perlakuan Rataan Hambatan Kategori

Relatif(%) Skoring(%) Pengaruh

M0(kontrol) 0 0 tidak berpengaruh

M1(0.4 mg/ml) 5.96 >0-20 sangat kurang berpengaruh

M2(0.8 mg/ml) 35.24 >20-40 kurang berpengaruh

M3(1.2 mg/ml) 33.71 >20-40 kurang berpengaruh

M4(1.6 mg/ml) 43.23 >40-60 cukup berpengaruh

Sumber : Irasakti dan Sukatsa (1987)

Pada Tabel 3 disajikan persentase hambatan yang terendah terjadi pada kontrol dengan nilai 0 % dan terbesar M4 (1.6 mg/ml) dengan nilai 43.23%, maka respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif mancozeb dimasukkan ke dalam kategori cukup berpengaruh. Hal ini diperkuat oleh skoring Irasakti dan Sukatsa (1987) yang menyatakan bahwa kategori skoring >40-60% masuk kedalam kategori yang cukup berpengaruh. Kemampuan bahan aktif memang tidak sepenuhnya membasmi fungi Cylindrocladium sp.

tetapi dengan pemberian konsentrasi rendah sudah dapat memberikan respon yang berpengaruh nyata dalam menghambat meluasnya perkembangan dan penyebaran fungi Cylindrocladium sp.

Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.

Data jumlah kerapatan spora setelah dilakukannya pemanenan spora di laboratorium pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.

Perlakuan Kerapatan Spora (cfu)

M0(kontrol) 104.8 x 105f

M1(0.4 mg/ml) 60 x 105c

M2(0.8 mg/ml) 21.6 x 105a

M3(1.2 mg/ml) 23.2 x 105a

M4(1.6 mg/ml) 15.04 x 105a

(35)

22

Hasil analisis data antara perlakuan 0.8, 1.2, dan 1.6 mg/ml tidak berpengaruh nyata dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan 0 dan 0.4 mg/ml. Cylindrocladium sp. dipengaruhi bahan aktif mancozeb yang mempengaruhi cara kerja enzim pada Cylindrocladium sp. sehingga memberikan respon yang lemah menghasilkan konidia lebih sedikit dan pembentukan spora yang terhambat.

Pengamatan Makroskopis

Pengamatan secara makroskopis koloni Cylindrocladium sp. dilakukan setelah parameter lainnya selesai diamati, ditujukan agar pemberian dari fungisida yang diberikan memberikan respon yang berpengaruh jika dilihat secara visual maupun perkembangan respon yang diamati dibawah mikroskop. Berdasarkan perbedaan konsentrasi yang diberikan terhadap Cylindrocladium sp. Hasil dari pengamatan makroskopis koloni Cylindrocladium sp di mulai pada hari ke-4.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fungi Cylindrocladium sp. yang telah diuji dapat dilihat secara visual profilnya berdasarkan karakter makroskopis yang dimunculkan, antara lain pertumbuhan koloni, warna koloni, dan tekstur koloni (Tabel 5).

Pengamatan secara visual pada penelitian ini didukung oleh pernyataan Gandjar et al (1999) yang menyatakan bahwa morfologi isolat fungi Cylindrocladium sp. terdiri dari warna koloni yang berwarna putih, tekstur permukaan koloninya halus, dan tipe koloni konsentris.

(36)

23

No

Tabel 5. Bentuk dan warna koloni Phaeophleospora sp. pada pengamatan 12 HSI Perlakuan

(mg/ml) Bentuk koloni Warna koloni Gambar

Konsentris, menyebar merata dan 1 0 menebal, hifa

bertekstur halus seperti

kapas

Putih

2 0,4

Konsentris, menyebar merata dan menebal, hifa

bertekstur halus seperti

kapas

Putih

3 0,8

Konsentris, menyebar merata dan menebal, hifa

bertekstur halus seperti

kapas

Putih

(37)

24

4 1,2 Konsentris, menyebar merata dan menebal, hifa

bertekstur halus seperti

kapas

Putih

5 1,6

Konsentris, meneyebar merata dan menebal, hifa

bertekstur halus seperti

kapas

Putih

Pengamatan Mikroskopis

Pengamatan mikroskopis ini dilakukan di bawah mikroskop yang bertujuan untuk melihat sejauh mana fungisida Mancozeb yang diberikan dapat mempengaruhi struktur dan bentuk dari percabangan hifa, dan kumpulan konidianya. Pengamatan mikroskopis disajikan pada Tabel 6.

Hasil pengamatan mikroskopis yang dilakukan di laboratorium menyatakan bahwa fungisida Mancozeb memberikan perubahan pada struktur hifanya. Perubahan struktur hifa setelah diberi fungisida mancozeb, mengalami pembengkakan pada jaringan sel, pembengkakan pada percabangan, konidia yang semakin kerdil, kumpulan konidiospora yang rapat, dan terputusnya beberapa struktur hifa yang bersepta setelah diamati di bawah mikroskop pada beberapa tipe pembesaran.

(38)

25

Tabel 6. Pengamatan Mikroskopis Koloni Cylindrocaldium sp.

No Struktur Mikroskopis pada Kontrol

Struktur Mikroskopis pada Perlakuan

Keterangan

1

2

3

4

5

Terputusnya beberapa struktur hifa yang

bersepta pada konsentrasi 0.4 mg/ml dengan pembesaran 40x

Percabangan yang mengalami

pembengkakan pada konsentrasi 1.2 mg/ml dengan pembesaran 100x

Klamidiospora yang semakin rapat pada konsentrasi 0.8 mg/ml dengan pembesaran 40x

Terjadinya

pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa pada konsentrasi 1.6 mg/ml dengan

pembesaran 100x

Konidia yang terlihat semakin kerdil pada konsentrasi 1.2 mg/ml dengan pembesaran 40x

Keterangan: dokumentasi pribadi langsung

(39)

26

Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2014) yang menyatakan bahwa mancozeb 80 WP dapat merubah isothiocyanate dan menghambat sistem kerja enzim dalam pembentukan ATP. Mancozeb mengganggu pertumbuhan fungi dengan merubah isothiocyanate dengan mematikan fungsi gugus sulphahydral pada enzim yang dihasilkan fungi sehingga merusak dinding sel fungi dan menghambat system kerja enzim dalam pembentukan ATP. ATP penting karena peranannya sebagai sumber cadangan energi yang sewaktu-waktu dapat digunakan keseluruh bagian sel, dan sifatnya yang tidak habis karena dapat dihasilkan lagi dengan menambahkan gugus posfat pada ADP untuk membentuk ATP kembali.

Fungisida berbahan aktif mancozeb yang masuk ke bagian-bagian sel penting fungi memang dapat mengganggu fungsi bagian tersebut dan akan bekerja dengan merubah susunan dinding sel dengan membatasi enzim esensial. Diduga di dalam sel atau mungkin juga merubah laju metabolisme, namun tidak berarti menghambat seluruh enzim yang dihasilkan oleh fungi yang secara umum menghambat dan bereaksi terhadap sel fungi.

Enzim merupakan suatu senyawa protein yang tersusun atas asam amino.

Banyak diantara senyawa kimia yang terkandung dalam fungisida yang dapat bereaksi dengan senyawa tersebut sehingga menyebabkan terjadinya denaturasi protein. Proses ini berakibat pada tertutupnya alur biokimia yang esensial pada fungi penghasil enzim tersebut. Sehingga metabolisme fungi mengalami penyimpangan seperti pembengkakan pada jaringan sel yang menyebabkan terputusnya struktur hifa.

(40)

27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Cylindrocladium sp. memberikan respon yang berpengaruh nyata pada setiap konsentrasi fungisida mancozeb. Respon berpengaruh nyata dimulai dari hari ke-12 sampai ke-16 hari pengamatan. Respon yang berpengaruh nyata tersebut adalah pertumbuhan diameter, hambatan relatif, kerapatan spora.

2. Perlakuan fungisida berbahan aktif mancozeb menyebabkan terjadinya pembengkakan dan terputusnya struktur hifa pada fungi Cylindrocladium sp.

Saran

Perlu dilakukan penelitian uji lanjutan respon Cylindrocladium sp.

terhadap fungisida berbahan aktif mancozeb 80% WP terhadap Cylindrocladium sp. secara in vivo

(41)

28

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, I. Santoso, E. 2004. Identifikasi dan Patogenitas Penyakit Pada Akar Acacia mangium Wild. Buletin Penelitian Hutan No. 645: 61-73.

Bugbee, W. M., Anderson, N. A. 1963. Infection of spruce seedling by Cylindocladium scoparium. Phytopatology 53: 1267 – 1271.

Dwidjoseputro, 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bandung. 221 hal.

Gandjar I., Robert, A. S, Karin T, Oetari A, Santoso I. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Depok: Yayasan Obor Indonesia. 134 hal.

Hanafiah, K. A. 2005. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang. 394 hal

Irasakti, L. dan Sukatsa. 1987. “Uji kemempanan beberapa fungisida terhadap penyakit bercak coklat pada tanaman padi”. Gatra Penelitian Penyakit Tumbuhan dalam Pengendalian Secara Terpadu, PFI, Surabaya, 24-26 November, hal. 55-70.

Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP).Medan.http://ditjenbun.deptan.go.id/ BBPPTPmed/

Lukiandari, I. E. 2014. Efektivitas Fungisida Bahan Aktif Tebuconazola, Pyrachlostrobin, dan Mancozeb Untuk Mengendalikan Jamur Cercospora nicotianae L. Pada Tembakau. Skripsi. http://repository.unej.ac.id. diakses [14 September 2015]

Old, M.K., L.S. See, J.K. Sharma, and Z.Q. Yuan. 2000. A manual of Disease of Tropical Acacias in Australia, South-East Asia and India. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor. 106 hal.

Old, M.K., Wingfield, J.M and Z.Q. Yuan. 2003. A Manual of Diseases of Eucalyptus in South-E ast Asia. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor. 819 hal.

Sastroutomo, S. S. 1992. Pestisida Dasar dan Tempat Penggunaan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 70 hal.

Sembiring, K. W. 2008. Efektifitas Mancozeb dan Metalaxyl dalam Menghambat Pertumbuhan Cylindrocladium scoparium Hawley Boedijn et Reitsma Penyebab Penyakit Busuk Daun Teh (Camelia sinensis L.) di laboratorium, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Skripsi.

http//www.repository.usu.ac.id. [11 Maret 2009]

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 754 hal.

(42)

29

Silalahi, N. R. 2008. Inventarisasi Fungi Patogen pada Daun Bibit Tanaman Eucalyptus spp. (Studi Kasus di Pembibitan PT.Toba Pulp Lestari Porsea Sumatera Utara). Departemen Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. http://www.repository.usu.ac.id. [30 April 2014]

Situmorang, Y. A. 2014. Dampak Beberapa Fungisida Terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Metarhizium anisopliae (Metch) Sorokin di Laboratorium.

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Skripsi.

http//www.usu.ac.id. [18 Juni 2015]

Thies, W. G,; Patton, R. F. 1970. The biology of Cylindrocladium scoparium in Wisconsin forest tree nurseries. Phytopatology 60: 1662 – 1668.

Widyastuti, S. M, Sumardi. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 228 hal.

Wudianto, R. 2002. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

144 hal.

Yuliana, T., Ambarawati, H, Modjo, H. 1987. “Mikroorganisme Antagonis Terhadap Jamur Phytopthora palmivora Butler, Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang lada di Lampung”. Preceeding Simposium PFI Surabaya, 24-26 November 1987. hal 93-98.

(43)

30

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp.

Tabel 1. Pengamatan I Hari ke-4

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

M0(kontrol) M1(0.4 mg/ml) M2(0.8 mg/ml) M3(1.2 mg/ml) M4(1.6 mg/ml)

2.19 2.31 2.3 2.27 2.36

2.25 2.17 1.89 2.32 2.1

2.02 2.01 2.19 1.95 2.33

2.52 2.06 1.88 2.05 2.18

2.07 1.96 1.92 2.04 2.16

11.43 10.73 10.5 10.69 10.15

2.286 2.146 2.1 2.138

2.03

Total 53.5

Rataan 2.14

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Pengamatan I Hari ke-4

SK DB JK KT F Hitung

F Tabel F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 4 0.1752 0.04382 1.80062 tn 2.866081 4.43069016

Galat 20 0.4867 0.02433

Total 24 0.662

Tabel 3. Pengamatan II Hari ke-8

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

M0(kontrol) M1(0.4 mg/ml) M2(0.8 mg/ml) M3(1.2 mg/ml) M4(1.6 mg/ml)

3.72 4.88 5.85 5.15 4.64

5.21 4.51 3.52 4.88 5.81

3.55 3.47 3.17 3.18 4.23

2.14 3.11 8.2 3.35 3.12

2.46 2.91 3.23 3.43 1.98

24.24 23.93 17.6 19.92 14.01

4.848 4.786 3.52 3.984 2.802

Total 99.7

Rataan 3.988

Tabel 4. Analisis Sidik Ragam Pengamatan II Hari ke-8

SK DB JK KT F Hitung

F Tabel F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 4 15.010 3.75255 2.457240 tn 2.866081 4.4306901

Galat 20 30.542 1.52714

Total 24 45.553

(44)

31

Tabel 5. Pengamatan III Hari ke-12

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

M0(kontrol) M1(0.4 mg/ml) M2(0.8 mg/ml) M3(1.2 mg/ml) M4(1.6 mg/ml)

5.41 7.27 8.01 7.79 7.17

5.92 7.41 5.78 7.81 8.48

3.41 6.09 3.75 4.06 4.05

2.79 2.82 7.85 2.92 4.49

3.59 5.52 3.06 4.01 1.97

35.65 35.4 21.36 20.87 18.15

7.13 7.08 4.272 4.174 3.63

Total 131.43

Rataan 5.2572

Tabel 6. Analisis Sidik Ragam Pengamatan III Hari ke-12

SK DB JK KT F Hitung

F Tabel F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 4 58.108 14.5271 7.26817 ** 2.8660814 4.4306901

Galat 20 39.974 1.99873

Total 24 98.083

Diameter

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 58.109 4 14.527 7.268 .001

Within Groups 39.975 20 1.999

Total 98.083 24

Tabel 7. Pengamatan IV Hari ke-16

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

M0(kontrol) M1(0.4 mg/ml) M2(0.8 mg/ml) M3(1.2 mg/ml) M4(1.6 mg/ml)

6.69 8.62 8.43 8.31 7.72

6.35 7.79 5.83 7.87 8.54

3.35 6.17 3.8 3.92 3.92

2.87 2.73 7.75 2.84 4.66

3.61 5.52 3.02 3.85 2

39.77 36.38 21.16 20.85

18

7.954 7.276 4.232 4.17

3.6

Total 136.16

Rataan 5.4464

(45)

32

Tabel 8. Analisis Sidik Ragam Pengamatan IV Hari ke-16

SK DB JK KT F Hitung F Tabel F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 4 80.743 20.185 10.691 ** 2.8660814 4.4306901

Galat 20 37.761 1.888

Total 24 118.505

Diameter

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 80.743 4 20.186 10.691 .000

Within Groups 37.762 20 1.888

Total 118.505 24

Tabel 9. Pengamatan V Hari ke-20

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

M0(kontrol) M1(0.4 mg/ml) M2(0.8 mg/ml) M3(1.2 mg/ml) M4(1.6 mg/ml)

7.87 8.88 8.96 8.79 7.99

6.37 7.69 6.2 7.98 8.55

3.03 5.77 3.61 3.61 3.68

2.61 2.44 7.6 2.54 3.93

3.32 5.21 2.77 3.47 2.72

42.49 36.79 19.7 19.12 17.49

8.498 7.358 3.94 3.824 3.498

Total 135.59

Rataan 5.4236

Tabel 10. Analisis Sidik Ragam Pengamatan V Hari ke-20

SK DB JK KT F Hitung F Tabel F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 4 108.308 27.077 16.311 * 2.8660814 4.4306901

Galat 20 33.2006 1.6600

Total 24 141.508

Diameter

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 108.308 4 27.077 16.311 .000

Within Groups 33.201 20 1.660

Total 141.508 24

(46)

33

LAMPIRAN

Lampiran 2. Data Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp.

Tabel 1. Pengamatan Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

4 8 12 16 20

M0(kontrol) M1(0.4 mg/ml) M2(0.8 mg/ml) M3(1.2 mg/ml) M4(1.6 mg/ml)

0 0 0 0 0

6.11 1.24 0.7 8.43 13.31

8.29 27.42 40.11 46.79 53.59 6.55 17.94 41.52 47.55 55.01 11.35 42.27 49.09 54.72 58.72

0 29.79 176.2 168.57 216.15

0 5.958 35.24 33.714

43.23

Total 590.71

Rataan 23.6284

Tabel 2. Sidik Ragam Pengamatan Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp.

SK DB JK KT F Hitung

F Tabel F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 4 7456.58 1864.14 8.27124 ** 2.866081402 4.430690162

Galat 20 4507.53 225.377

Total 24 11964.1

Hambatan Relatif

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 7456.578 4 1864.145 8.271 .000

Within Groups 4507.535 20 225.377

Total 11964.113 24

Referensi

Dokumen terkait

SAHAM DIVESTASI PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL

Dalam penerapannya aplikasi ini dapat mencatat waktu dan ciri ciri setiap kendaraan yang keluar masuk lahan parkir secara komputerisasi, sehingga membantu karyawan parkir

Oleh karena itu penulis mencoba membuat suatu aplikasi yang dapat membuat laporan langsung apabila melakukan transaksi di kasir dan pembelian barang sehingga data langsung

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman

Aplikasi Pendataan Kartu Keluarga dibuat dengan tujuan agar dapat memudahkan dalam penyimpanan datanya, sehingga bila data tersebut dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat

kasus kerugian negara dilakukan dalam Rapat TPKN..

Integration of VCP-SOIL- FLUX data and long-term simulation of terrestrial-biosphere exchanges using biosphere models, long-term simulation of ocean CO2 flux exchanges (using

Buku ini ditulis dengan pendekatan kateketis dan saintifik. Pendekatan kateketis berorientasi pada pengetahuan yang tidak lepas dari pengalaman, yakni pengetahuan yang