• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 38/PJ.4/1995

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 38/PJ.4/1995"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

14 Juli 1995

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 38/PJ.4/1995

TENTANG

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN

SEHUBUNGAN DENGAN PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH (SERI PPh UMUM NOMOR 17) DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 248/KMK.04/1995 tanggal 2 Juni 1995 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan terhadap Pihak-pihak yang melakukan Kerja sama dalam bentuk Perjanjian Bangun Guna Serah.("Built Operate and Transfer"), dengan ini diberikan penegasan sebagai berikut :

I. Umum

1. Sesuai dengan Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 248/KMK.04/1995tanggal 2 Juni 1995 yang dimaksud dengan bangun guna serah adalah bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa perjanjian bangun guna serah, dan mengalihkan kepemilikan bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa bangun guna serah berakhir.

2. Bangunan yang didirikan oleh investor dapat berupa gedung perkantoran, apartemen, pusat perbelanjaan, rumah toko (ruko), hotel, dan/atau bangunan lainnya.

3. Pihak-pihak yang melakukan perjanjian bangun guna serah adalah investor yang diberikan hak untuk mendirikan bangunan dan menggunakan atau mengusahakan bangunan tersebut selama masa perjanjian bangun guna serah, dan pemegang hak atas tanah yang memberikan hak kepada investor.

II.

Penghasilan dan biaya bagi investor 1.

Penghasilan

Penghasilan investor sehubungan dengan perjanjian bangun guna serah adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh investor dari pengusahaan bangunan yang didirikan antara lain :

a. sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta;

b. Penghasilan sehubungan dengan hak pengusahaan bangunan seperti penghasilan dari pengusahaan hotel, pusat fasilitas olah raga ("Sport center"), tempat hiburan, dan sebagainya;

c. penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dari pemegang hak atas tanah apabila masa perjanjian bangun guna serah diperpendek dari masa yang telah ditentukan.

2. Biaya

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

2.1.

Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto bagi investor adalah biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan dengan memperhatikan pasal 9 ayat (1) Undang- undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 10 Tahun 1994 berkenaan dengan pengusahaan

bangunan yang didirikan berdasarkan perjanjian bangun guna serah tersebut.

(3)

2.2.

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh investor untuk mendirikan bangunan merupakan nilai perolehan investor untuk mendapatkan hak menggunakan atau hak mengusahakan

bangunan tersebut, dan nilai perolehan tersebut oleh investor diamortisasi dalam jumlah yang sama besar setiap tahun selama masa perjanjian bangun guna serah

Contoh 1 :

Investor PT. ABC mendirikan bangunan gedung perkantoran 12 lantai atas tanah milik PT. PG berdasarkan

perjanjian bangun guna serah dengan biaya Rp 30.000.000.000,00 untuk masa selama 15 tahun. Amortisasi yang dilakukan oleh PT. ABC setiap tahun adalah sebesar Rp.

2.000.000.000,00 (Rp.30.000.000.000,00 : 15)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

2.3.

Apabila masa perjanjian bangun serah guna menjadi lebih pendek dari masa yang telah ditentukan dalam perjanjian maka sisa biaya pembangunan yang belum diamortisasi,

amortisasi sekaligus oleh investor pada tahun berakhirnya masa bangun guna serah yang lebih pendek tersebut.

Contoh 2 :

Berdasarkan contoh 1, PT. ABC pada akhir tahun ke dua belas menyerahkan

bangunan kepada PT.

PG dengan

diperpendeknya masa perjanjian tersebut kepada PT. ABC diberikan imbalan oleh PT. PG sebesar Rp 5.000.000.000,00 pada akhir tahun ke dua belas (tahun berakhirnya masa perjanjian bangun guna serah) PT. ABC memperoleh

tambahan penghasilan sebesar Rp 5.000.000.000,00 (Rp 30.000.000.000,00 - (12x Rp 2.000.000.000,00).

(5)

2.4.

Apabila masa perjanjian bangun guna serah menjadi lebih panjang dari masa yang telah ditentukan dalam perjanjian karena adanya penambahan bangunan, maka biaya penambahan tersebut ditambahkan dengan sisa biaya yang belumdiamortisasi dan oleh investor jumlah tersebut diamortisasi hingga berakhirnya masa bangun guna serah yang lebih panjang tersebut.

Contoh 3 :

Berdasarkan Contoh 1, PT. ABC pada tahun ke sebelas menambah bangunan dengan biaya Rp 20.000.000.000,00 dan masa bangun guna serah diperpanjang 5 tahun sehingga menjadi 20 tahun. Penghitungan amortisasi PT. ABC mulai tahun ke sebelas sebagai berikut :

- sisa yang belum diamortisasi pada awal tahun ke sebelas:

Rp.10.000.000.000,- - Nilai perolehan hak atas penambahan bangunan pada tahun ke sebelas Rp.20.000.000.000.00 - dasar amortisasi yang baru Rp.

30.000.000.000,,00 - masa amortisasi adalah 10 tahun (20 tahun-10 tahun) - Amortisasi setiap tahun mulai tahun ke sebelas

(Rp.30.000.000.000,00 : 10) = Rp.3.000.000.000,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

2.5.

Amortisasi biaya mendirikan bangunan dimulai pada tahun bangunan tersebut digunakan atau diusahakan. Apabila pembangunan

tersebut meliputi masa lebihdari satu tahun sebelum dapat digunakan atau diusahakan, maka biaya yang telah dikeluarkan harus dikapitalisasi.

III. Penghasilan dan biaya bagi pemegang hak atas tanah 1. Penghasilan

1.1.Penghasilan yang terima atau diperoleh

pemegang hak atas tanah sehubungan dengan perjanjian bangun guna serah dapat berupa :

(7)

a. pembayaran berkala yang dilakukan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah dalam atau selama masa bangun guna serah;

b. bagian dari uang sewa bangunan

; c. bagian

keuntungan dari

pengusahaan bangunan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang telah diberikan oleh investor;

d. Penghasilan lainnya sehubungan dengan perjanjian bangun guna serahyang terima atau diperoleh pemegang hak atas tanah.

1.2.

Dalam hal bangunan yang didirikan investor tidak seluruhnya menjadi hak investor tetapi sebagian

diserahkan kepada pemegang hak atas tanah, maka bagian bangunan yang diserahkan

merupakan

penghasilan bagi pemegang atas tanah dalam tahun pajak yang bersangkutan. Atas penyerahan

tersebut terutang pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai yang tertinggi antara lain pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bagian bangunan yang diserahkan, dan harus dilunasi selambat-

lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah penyerahan.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(8)

1.3.

Bangunan yang diserahkan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah setelah masa Perjanjian

bangunan serah berakhir

merupakan

penghasilan baik pemegang hak atas tanah, dan terutang Pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai yang tertinggi antara nilai pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bangunan yang telah diserahkan, dan harus dilunasi oleh pemegang hak atas tanah selambat- lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa bangun guna serah berakhir.

1.4.

Nilai bangunan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada butir 1.2 dan 1.3 merupakan nilai perolehan

bangunan apabila bangunan tersebut dialihkan kepada pihak lain.

2.

Biaya Biaya yang dapat dikurangkan oleh pemegang hak atas tanah selama masa bangun guna serah adalah biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan dengan memperhatikan Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994.

IV. Lain-lain

1. Pembayaran Pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen) yang dilakukan oleh pemegang hak atas tanah atas penyerahan bangunan yang dilakukan oleh investor sebagaimana dimaksud dalam butir III.1.2 dan 1.3 bagi orang pribadi bersifat final dan bagi Wajib Pajak badan adalah merupakan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.

2. Dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen) tersebut di atas apabila pemegang hak atas tanah adalah badan pemerintah.

(9)

Demikianlah untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, ttd

FUAD BAWAZIER

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal PKP yang mengajukan permohonan pengembalian pendahuluan Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c maka

Untuk dapat dikecualikan dari pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh perwakilan diplomatik dan konsulat atau

Yang dimaksud dengan nilai peredaran bruto adalah seluruh nilai penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, termasuk penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena

Misalnya, jika terjadi penyerahan sebelum 1 Januari 1995, maka bagi Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima jasa, ketentuan pengkreditan Pajak Masukan yang berlaku untuk

Penghasilan yang merupakan Objek Pajak adalah semua penghasilan yang diterima atau diperoleh yayasan atau organisasi yang sejenis sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat

Apabila kerugian tersebut menyebabkan menurunnya laba dan masih akan terutang Pajak Penghasilan, maka tidak diberikan SKB dari pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak lain, tetapi

Sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (5) huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan Pasal 15 ayat

IV. Honorarium Tim Sensus Pajak Nasional dapat diberikan kepada Tim Sensus Pajak Nasional pada tingkat satuan kerja sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor