• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA TENAGA KESEHATAN KHUSUS DALAM PROGRAM NUSANTARA SEHAT DI PUSKESMAS TARABINTANG DAN PUSKESMAS AMBARITA TAHUN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KINERJA TENAGA KESEHATAN KHUSUS DALAM PROGRAM NUSANTARA SEHAT DI PUSKESMAS TARABINTANG DAN PUSKESMAS AMBARITA TAHUN 2019 SKRIPSI"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

RONIAT HATI LOLO KARINA HASUGIAN NIM. 141000027

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

KINERJA TENAGA KESEHATAN KHUSUS DALAM PROGRAM NUSANTARA SEHAT DI PUSKESMAS

TARABINTANG DAN PUSKESMAS AMBARITA TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RONIAT HATI LOLO KARINA HASUGIAN NIM. 141000027

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)

ii

(4)

iii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 12 Agustus 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.

Anggota : 1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.

2. dr. Rusmalawati, M.Kes.

(5)

iv

(6)

v Abstrak

Program Nusantara Sehat adalah suatu program yang bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DPTK) dan Daeah Bermasalah Kesehatan (DBK) serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas di DPTK dan merupakan program lintas unit utama Kementerian Kesehatan yang fokus pada kegiatan kuratif, promotif dan preventif. Kurang optimalnya kinerja tenaga kesehatan nusantara sehat dalam pelayanan kesehatan seperti tidak terlaksananya suatu tugas dihambat oleh banyak hal seperti kurangnya ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana, serta jalur transportasi yang tidak mendukung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kinerja tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 15 informan mengenai tugas yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan nusantara sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita ada yang belum tercapai, hal ini ditunjukkan dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap tenaga kesehatan nusantara sehat, kepala Puskesmas, serta masyarakat di Kecamatan Tarabintang dan Ambarita. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan nusantara sehat belum sepenuhnya terlaksana, hal ini dihambat oleh kurangnya ketersediaan fasilitas, sarana-prasarana serta jalur transportasi yang masih belum memadai sehingga menghambat terlaksananya kegiatan.

Kata kunci: Kinerja, nusantara sehat, pelayanan kesehatan

(7)

vi

disadvantaged, border and island regions (DPTK) and Health Trouble Areas (DBK) and increasing the retention of health workers serving in the DPTK and constituting Ministry of Health's main cross-unit program that focuses on curative, promotive and preventive activities. The less than optimal performance of healthy archipelago health workers in health services such as the non-implementation of a task is hampered by many things such as lack of availability of facilities, facilities and infrastructure, as well as transportation routes that do not support. The purpose of this study is to describe the performance of special health workers in the archipelago healthy program at the Tarabintang Puskesmas and Ambarita Puskesmas in 2019.

This research is a qualitative descriptive study. Data was collected by in-depth interviews with 15 informants about the tasks carried out by health archipelago health workers. The results showed that the Tarabintang Puskesmas and Ambarita Puskesmas were not yet achieved, this was indicated by the results of interviews conducted with healthy archipelago health workers, Puskesmas heads, and communities in Tarabintang and Ambarita districts. The conclusion of this study is that the duties and responsibilities of the health of the health of the archipelago have not been fully implemented, this is hampered by the lack of availability of facilities, infrastructure and transportation routes that are still inadequate, thus hampering the implementation of activities.

Keywords: Health services, nusantara sehat, performance

(8)

vii

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan Khusus dalam Program Nusantara Sehat di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita Tahun 2019”.

Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

(9)

viii

6. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Hendro Lukito.

9. Kepala UPT Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita serta tenaga kesehatan nusantara sehat di Tarabintang dan Ambarita yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.

10. Teristimewa untuk orang tua (Sahat Hasugian, S.Pd. dan Humehe Berutu) yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.

11. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Sarmula Tua Hasugian, Bripka.

Bokben Hasugian, Jamira Hasugian, S.Pd., Suang Bernando Hasugian, Agustinus Hasugian, Amd.Kep., Ronal R. Hasugian) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

12. Teman-teman terdekat (Olivia, Yetti, Damian, Sisilia, Monikha dan Adria) yang telah menyemangati dan mendukung penulis.

(10)

ix

(11)

x

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Daftar Istilah xv

Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 10

Tujuan umum 10

Tujuan khusus 10

Manfaat Penelitian 10

Manfaat teoritis 10

Manfaat aplikatif 10

Tinjauan Pustaka 12

Kinerja 12

Pengertian kinerja 12

Model teori kinerja 13

Indikator kinerja 13

Pengukuran kinerja 14

Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja 17

Nusantara Sehat 19

Pengertian nusantara sehat 19

Pendekatan 20

Tujuan dan manfaat nusantara sehat 20

Dasar hukum nusantara sehat 21

Sasaran dan strategi 22

Pemantauan dan evaluasi 23

Sumber daya manusia kesehatan 24

Lokasi penugasan 25

Proses implementasi 25

(12)

xi

Pola penempatan 26

Persyaratan peserta program nusantara sehat 26 Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Kesehatan di Puskesmas 27

Landasan Teori 32

Kerangka Berpikir 33

Metode Penelitian 34

Jenis Penelitian 34

Lokasi dan Waktu Penelitian 34

Subjek Penelitian 34

Definisi Konsep 35

Metode Pengumpulan Data 36

Metode Analisis Data 37

Triangulasi sumber 38

Hasil Penelitian dan Pembahasan 39

Gambaran Umum Puskesmas Tarabintang 39

Kondisi geografis 39

Kondisi demografi 39

Program pelayanan kesehatan 39

Upaya kesehatan wajib 39

Upaya kesehatan pengembangan 40

Gambaran Umum Puskesmas Ambarita 40

Kondisi geografis 40

Kondisi demografis 40

Karakteristik Informan 40

Kinerja Tenaga Kesehatan Khusus dalam Program Nusantara Sehat

di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita 41 Deskripsi Pelaksanaan Tugas Tenaga Kesehatan Nusantara Sehat

di Puskesmas Tarabintang 44

Kinerja tenaga gizi dalam program nusantara sehat sudah sesuai

dengan manajemen kinerja yang termasuk dalam kategori sangat baik 44 Kinerja tenaga kesehatan lingkungan dalam program nusantara

sehat sudah sesuai dan termasuk dalam kategori 55 Deskripsi Pelaksanaan Tugas Tenaga Kesehatan Nusantara Sehat

di Puskesmas Ambarita 61

Tenaga perawat di Puskesmas Ambarita sudah sesuai dengan

manajemen kinerja yang termasuk dalam kategori sangat baik 61 Kinerja tenaga gizi dalam program nusantara sehat sudah sesuai

dengan manajemen kinerja yang termasuk dalam kategori sangat baik 76 Kinerja tenaga kesehatan bidan sudah sesuai dengan manajemen

kinerja 82

Tenaga kesehatan masyarakat sudah sesuai dengan manajemen kinerja

dan termasuk dalam kategori sangat baik 87

Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Tugas Tenaga Kesehatan

(13)

xii

Saran 98

Daftar Pustaka 100

Lampiran 102

(14)

xiii Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakteristik Informan 40

(15)

xiv

1 Kerangka Berpikir 33

(16)

xv

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 100

2 Matriks Hasil Wawancara 106

3 Analisis Matriks Hasil Wawancara 139

4 Surat Izin Penelitian 162

5 Surat Selesai Penelitian 164

6 Dokumentasi Penelitian 166

(17)

xvi

DBK Daerah Bermasalah Kesehatan

DTPK Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan

FIT Forum Ilmiah Tahunan

IAKMI Ikatan Ahli Kesehatan Masyarkat Indonesia

IPM Indeks Pembangunan Manusia

JKN Jaminan Kesehatan Nasional

KUKPRI- MDGs Kantor Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millenium Development Goals

KIS Kartu Indonesia Sehat

KB Keluarga Berencana

KEMENKES RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

SDM Sumber Daya Manusia

PTT Pegawai Tidak Tetap

RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

RPJPK Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional bidang Kesehatan

SDM Sumber Daya Manusia

STR Surat Tanda Registrasi

TUPOKSI Tugas Pokok dan Fungsi

UU Undang-undang

(18)

xvii

(19)

1

Sebagai negara kepulauan, secara geografis Indonesia terletak pada lokasi yang strategis yaitu berada di antara dua benua dan dua samudera. Posisi ini, di satu sisi memberikan peluang yang besar bagi Indonesia, namun di sisi lain juga menimbulkan berbagai tantangan dan ancaman. Konsekwensi lain sebagai negara kepulauan adalah penyebaran penduduk yang tidak merata dibanding luas daerah atau provinsi wilayah tersebut. Sesuai tujuan bernegara, kehadiran negara di segenap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan keharusan dalam upaya memberikan kesejahteraan secara merata.

Tujuan bernegara pada pembukaan UUD 1945 salah satunya untuk memajukan kesejahteraan umum, dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan bahwa negara berkewajiban memberikan kesejahteraan yang merata bagi segenap warga negara Indonesia. Atas dasar kesamaan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia, sudah sewajarnya hasil kemerdekaan dalam bentuk keberhasilan dan kemajuan pembangunan dirasakan oleh segenap masyarakat Indonesia, yang tidak terbatas oleh kondisi geografis negara Indonesia yang berbentuk kepulauan. Kurangnya perhatian terhadap pembangunan di wilayah perbatasan dan terpencil ditanah air harus menjadi perhatian semua pihak dalam upaya memajukan kesejahteraan umum yang berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Fokus kebijakan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) untuk periode 2015 – 2019 adalah penguatan pelayanan kesehatan primer. Prioritas ini didasari

(20)

2

oleh permasalahan kesehatan yang mendesak seperti angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan primer. Penguatan pelayanan kesehatan primer mencakup tiga hal: fisik (pembenahan infrastruktur), sarana (pembenahan fasilitas), dan sumber daya manusia (penguatan tenaga kesehatan selain dokter).

Salah satu tantangan kedepan dalam pembangunan kesehatan adalah belum memadainya jumlah, jenis, penyebaran dan mutu tenaga kesehatan. Dalam rencana pengembangan tenaga kesehatan tahun 2011-2025 pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan prinsip adil dan merata, akan tetapi pada kenyataanya pemerataan jumlah, jenis, penyebaran dan mutu tenaga kesehatan masih belum memadai. Tenaga kesehatan masih cenderung berkumpul pada daerah yang memiliki kapasitas ekonomi yang kuat dan padat penduduk dibandingkan dengan daerah dengan kapasitas ekonomi rendah dan memiliki sedikit penduduk.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan telah dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 salah satu arah pembangunan RPJPK adalah Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan. UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 16 Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sumber daya yang dimaksud salah satunya adalah tenaga kesahatan.

Dalam menanggapi permasalahan mengenai tenaga kesehatan yang belum

(21)

tersedia di daerah-daerah tertentu yang sulit dijangkau, pemerintah membuat beberapa kebijakan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pengangkatan Dan Penempatan Dokter Dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan.

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peransertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

Berlandaskan masalah tersebut pemerintah membuat kebijakan berupa

(22)

4

program dalam meningkatkan kesehatan, yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 2015 tentang Penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim (team based) dalam mendukung program nusantara sehat. Program Nusantara Sehat merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dicanangkan oleh Kemenkes dalam upaya mewujudkan fokus kebijakan tersebut.

Program Nusantara Sehat bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas di DTPK. Program ini merupakan program lintas unit utama di Kementerian Kesehatan yang fokusnya tidak hanya pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif. Program ini melibatkan Sembilan jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, Ahli laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Mereka akan ditempatkan dalam bentuk tim, yang terdiri dari minimal lima jenis tenaga kesehatan dan maksimal sembilan jenis tenaga kesehatan. Program Nusantara Sehat ini sesuai dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo yang tertuang dalam Sembilan agenda prioritas atau dikenal dengan Nawacita pada poin ketiga yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran”. Program ini dirancang untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diutamakan oleh Pemerintah guna menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

(23)

Penguatan pelayanan kesehatan primer (puskesmas) adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan upaya preventif atau pencegahan penyakit secara luas termasuk melalui pendidikan kesehatan, konseling serta screaning (penapisan).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kementerian Kesehatan RI, Jakarta didapatkan bahwa pada tahun 2015 Kementrian Kesehatan RI telah menempatkan Tim Nusantara Seha team based tahun 2015- 2017 secara keseluruhan berjumlah 2.486 orang, di 439 Puskesmas, 269 kabupaten, dan 29 Provinsi. Hal ini menyebabkan masih terdapat Puskesmas yang belum terpenuhi jumlah minimal tenaga medisnya. Salah satu cara yang dapat menyelesaikan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja adalah dengan melakukan pengadaan tenaga kerja. Proses pengadaan tenaga kerja yang baik akan menghasilkan kuantitas dan kualitas sejumlah tenga kerja yang baik (Forum ilmiah tahunan IAKMI 2017).

Kinerja pegawai merupakan sejauh mana pegawai tersebut dapat melaksanakan tugas dengan baik dalam arti kata pelaksanaan tersebut sesuai dengan rencana, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan untuk tercapainya kinerja pegawai dengan baik. Maka pegawai dituntut untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu melaksanakan tugas sebagai aparatur pemerintah sesuai dengan tugas yang dibebankan. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus memiliki keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Dengan kata lain kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah

(24)

6

perasaan individu terhadap pekerjaannya.

Pada dasarnya kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (outcome). Bila diperhatikan lebih lanjut apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan adalah suatu proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja). Penggunaan indikator kunci untuk mengukur hasil kinerja individu, bersumber dari fungsi-fungsi yang diterjemahkan dalam kegiatan/ tindakan dengan landasan standar yang jelas dan tertulis.

Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya, terutama tujuan organisasi.

Manajemen kinerja memberikan manfaat bukan hanya bagi organisasi, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar keterampilan, mengusahakan perbaikan dan pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan karier, membantu menahan pekerja terampil untuk tidak pindah, mendukung inisiatif kualitas total dan pelayan pelanggan, dan mendukung perubahan budaya.

Terjadinya ketidakefektifan kinerja seorang pegawai dapat disebabkan oleh banyak faktor. Untuk menentukan apakah seorang pegawai memiliki kinerja yang efektif atau tidak, perlu dikaji lebih dalam tentang seberapa jauh faktor tersebut mempunyai dampak terhadap kondisi tertentu. Apabila pengkajian terhdapat sesuatu tersebut dapat dilakukan, maka hal tersebut dapat mengeliminasi kinerja seorang pegawai yang tidak efektif. Kinerja dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh seorang pegawai dalam kerjanya. Dengan kata lain, kinerja

(25)

individu adalah bagaimana seorang pegawai melaksanakan pekerjannya atau untuk kerjanya. Kinerja pegawai yang meningkat akan turut mempengaruhi/

meningkatkan prestasi organisasi yang bersangkutan bekerja, sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai.

Berdasarkan FTI (Forum Ilmiah Tahunan) ke-3 (tiga) MUKERNAS XIV IAKMI, RAKER X AIPTKMI yang dilaksanakan di Manado, 17-19 Oktober 2017, Sebagian besar dinkes kabupaten berpendapat bahwa tim nusantara sehat memberikan manfaat bagi Puskesmas dimana mereka ditempatkan. Sebagian dinas kesehatan kecewa nusantara sehat yang sudah ditempatkan selama dua tahun tidak dapat dilanjutkan lagi ditempat yang sama. Masalah yang didapat selama berjalannya program adalah adanya kecemburuan petugas atas besaran gaji dan “keistimewaan”. Dalam proses rekruitmen adanya peserta nusantara sehat yang sering meninggalkan lokasi, konflik dengan pimpinan dan petugas puskesmas serta belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan.

Dalam penelitian Irfan (2013) dengan judul Kinerja perawat di puskesmas Baranti dan Puskesmas Manisa Kabupaten Sidenreng Rappang Cukup baik yaitu sebesar 94,7% dan sisanya menyatakan kurang baik yaitu hanya 5,3%. Kurangnya kinerja perawat tersebut disebabkan masih kurangnya pelatihan yang diikuti perawat, gaji yang belum mencukupi kebutuhan perawat dan masih kurangnya motivasi yang diberikan pimpinan kepada perawat.

Pada penelitian Razali (2014) dengan judul Kinerja Tenaga Kesehatan Lingkungan di wilayah Puskesmas Aceh Jaya tahun 2014 Sudah sangat baik yaitu mencapai 100% yang dinilai dari pengaruh pengetahuan, supervisi, motivasi,

(26)

8

pemberian intensif.

Puskesmas tarabintang merupakan salah satu puskesmas yang menerima program nusantara sehat. Sejak tahun 2017, Kementerian Kesehatan menempatkan 3 (tiga) orang tenaga kesehatan khusus berbasis individual di puskesmas ini. Melihat dan menimbang kondisi tenaga kesehatan pada puskesmas tarabintang yang masih belum memadai, yang artinya belum memenuhi syarat berdirinya sebuah puskesmas yang dipandang dari sudut tenaga kesehatannya.

Puskesmas tarabintang juga merupakan slah satu Puskesmas di Indonesia yang termasuk ke dalam kategori Puskesmas daerah terpencil dimana kondisi geografis pada daerah ini termasuk daerah yang sulit untuk dijangkau oleh masyarakat.

Kecamatan tarabintang sendiri merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Humbang Hasundutan dengan lokasi yang sulit untuk dijangkau karena terdapat di daerah pegunungan dengan sarana-prasarana yang belum memadai, maka ditempatkanlah tenaga kesehatan khusus nusantara sehat di Puskesmas Tarabintang.

Kabupaten Samosir sendiri khususnya Puskesmas Ambarita telah diisi oleh tenaga kesehatan nusantara sehat sebanyak 5 orang pada tahun 2019. Kondisi geografis Puskesmas Ambarita berbeda halnya dengan Puskesmas Tarabintang.

Puskesmas Ambarita merupakan puskesmas dengan akreditasi madya. Puskesmas Ambarita merupakan Puskesmas rawat inap, dan untuk memenuhi syarat suatu puskesmas dam kategori rawat inap, maka Kementerian Kesehatan menempatkan tenaga kesehatan nusantara sehat di Puskesmas ini guna memenuhi syarat berdirinya suatu Puskesmas khususnya rawat inap. Puskesmas Ambarita termasuk

(27)

ke dalam puskesmas yang sudah maju karena ditinjau dari segi fasiliatas, sarana dan prasarana, Puskesmas ini sudah memenuhi syarat.

Berdasarkan survei awal peneliti, ada beberapa kendala dalam melaksanakan ataupun menjalankan program, untuk Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita sendiri adapaun hambatan yang mereka hadapi diantaranya tenaga kesehatan yang akan menjalankan program harus mengikuti atau menjalankan program tenaga kesehatan yang belum terlaksana sebelumnya, kurangnya ketersediaan fasilitas sehingga program yang akan dijalankan tidak sepenuhnya dapat berjalan, ada perasaan menyesal karena telah memilih lokasi yang terlalu jauh sehingga hambatan-ambatan ini menghambat tenaga kesehatan untuk melaksanakan tugas-tugas mereka sebagai tenaga kesehatan. Dengan terhambatnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut akan berdampak terhadap hasil akhir (output) dan kinerja dari Puskesmas masing – masing.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang mengkaji tentang Kinerja Tenaga Kesehatan Khusus Dalam Program Nusantara Sehat di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita tahun 2019.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kinerja serta hambatan- hambatan yang ditemui oleh tenaga kesehatan khusus individual yaitu tenaga kesehatan lingkungan, ahli gizi, kesehatan masyarakat, perawat dan bidan di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita

(28)

10

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mendeskripiskan kinerja tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita tahun 2019.

Tujuan khusus. untuk mendeskripsikan pekerjaan atau tugas-tugas yang dilakukan, megidentifikasi hambatan-hambatan dalam melaksanakan tugas oleh tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat.

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam pengambangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan yang berkaitan dengan kinerja tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat khususnya yang terkait dengan tugas-tugas yang mereka laksanakan, hambatan-hambatan dalam melaksanaka tugas agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kinerja tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat di masa yang akan datang.

Manfaat aplikatif. Manfaat aplikatif dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita

Sebagai bahan masukan kepada pihak petugas kesehatan nusantara sehat di puskesmas tentang kinerja tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat serta sebagai bahan evaluasi bagi puskesmas untuk meningkatkan komunikasi, fasilitas, informasi, sarana-prasarana di masing-masing wilayah kerja Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita.

(29)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi yang dapat dijadikan bacaan dan panduan oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kinerja tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat khususnya di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam penemuan metodologi baru dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.

(30)

12

Tinjauan Pustaka

Kinerja

Pengertian kinerja. Menurut Ilyas (2012), kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.

Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel.

Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga keseluruhan jajaran personel yang ada dalam organisasi.

Kinerja adalah kuantitas dan atau kualitas hasil kerja individu atau sekelompok orang dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi (Torang, 2012).

Menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2013) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan konstribusi kepada ekonomi.

Menurut Mangkunegara (dalam Oki, 2015), kinerja diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam malaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja yaitu suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta kemampuan kerja. Menurut Stewart, organisasi publik menjadi “multi purpose organization”. Stewart and Clarke, 1988:3 (dalam Abdul Kadir 2015:57), dalam praktiknya sebagai organisasi publik maka kinerja pemerintahan dapat diketahui dan diukur melalui pelaksanaan fungsi, tugas dan

(31)

tanggung jawab aparatur negara dalam melayani masyarakat. Apakah pemerintah sudah melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya akan terlihat melalui sikap serta penilaian masyarakat terhadap institusi pemerintahan tersebut. Jadi kualitas pelayanan (quality of service) sekaligus merupakan gambaran dari produktifitas aparat pemerintahan.

Model teori kinerja. Menurut Ilyas (2002), untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja personal dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kinerja dan kerja yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kerja personal. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas – tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

Indikator kinerja. Menurut Sudaryanti (2010:198) indikator kenerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun setelah kegiatan selesai. Indikator kinerja digunakan untuk meyakini bahwa kinerja organisasi kerja yang bersangkutan menunjukkan peningkatan kemampuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja adalah matriks finansial ataupun non – finansial yang digunakan untuk membantu suatu organisasi dalam menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi (Wikipedia, 2017). Indikator kinerja adalah

(32)

14

sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan terhadap sesuatu yang akan dicapai (KBBI V, 2016).

Jadi dari uraian diatas, indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif maupun kualitatif untuk menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap setelah kegiatan selesai yang digunakan untuk menyakinkan bahwa kinerja menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tercapaianya sasaran maupun tujuan organisasi.

Pengukuran kinerja. T.R Mitchell (1978:34) dalam Sedarmayanti 2001:51, menyatakan pula bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu:

1. Kualitas Kerja (Quality of work).

2. Ketetapan (Prompness).

3. Inisiatif (Initiative).

4. Kemampuan (Capability).

5. Komunikasi (communication).

Kelima aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam mengadakan pengkajian tingkat kinerja seseorang. Disamping itu, dikatakan pula bahwa untuk mengadakan pengukuran terhadap kinerja, ditetapkan:

“Performance = ability x motivation”, (Mitchell, 1978).

Istilah kinerja digunakan untuk mengukur hasil yang telah dicapai sehubungan dengan kegiatan atau aktivitas perusahaan, apakah kinerja perusahaan telah baik atau perlu adanya evaluasi- evaluasi kebelakang mengenai hasil yang dicapai.

(33)

Beberapa pengertian kinerja dari beberapa ahli yaitu, kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian peaksanaan suatu kegiatan/ program/

kebijakan dan mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Pendapat lainnya menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing – masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, dan tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dengan demikian kinerja seseorang juga menentukan kinerja organisasi yang harus berpedoman kepada aturan – aturan yang berlaku secara umum (yang dikeluarkan oleh pemerintah, organisasi preofesi dan organisasi lainnya yang berkaitan).

Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran dan tujuan organisasi. Berdasarkan batasan dan penjelasan tersebut, maka kinerja dapat diartikan sutau ukuran perbandingan, baik buruknya aktivitas organisasi melalui hasil – hasil yang dicapai (output) sesuai dengan tujuan organisasi. Intinya batasan maupun yang akan digunakan, penilaian individu selalu diartikan sebagai suatu proses yang sistematis, dimana atasan mengkaji dan menilai kemampuan, perilaku kerja dan hasil kerja karyawan dalam suatu periode tertentu untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan Bagi pengambilan keputusan tentang tindakan – tindakan dibidang sumber daya manusia.

(34)

16

Performance diterjemahkan menjadi kinerja yang berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/ untuk kerja/ penampilan kerja (L.A.N, 1992). Menurut Rivai yang dikutip oleh Fadri (2017), kinerja adalah hasil kerja konkret yang dapat diamati dan dapat diukur. Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan memengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran.

Menurut Smith (1982), performance atau kinerja adalah: “………. Output drive from procces, human or otherwise”, jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Kinerja mempunyai hubungan erat dengan masalah produktivitas karena meupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi merupakan hal penting.

Menurut Mangkunegara (2007:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam malaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Secara definitif Bernanrdin dan Russel (1993:40) dalam Sulistiyani &

Rosidah, 2003:223 menjelaskan kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Berbicara tentang kinerja personil, erat kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang sehingga perlu ditetapkan standar kinerja

(35)

atau standard performance. Sayle, dkk (1977) dalam buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Sedarmayanti (2009) mengutarakan bahwa:

Managers expected to be held to standard of accountability, and most managers prefer to have their established unambigiously, so they know where to carry out their energies. In effect, the standard established a target, and at the end of the target period (week, month, on year) both manager and boss can compare the expected standard of performance with the actual level achievement.

Ungakapan tersebut menyatakan bahwa standar kinerja perlu dirumuskan guna dijadikan tolak ukur dalam mengadakan perbandingan antara apa yang telah dilakukan denga apa yang diharapkan, kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar termaksud dapat pula dijadikan sebagai ukuran dalam mengadakan pertanggung jawaban terhadap apa yang telah dilakukan.

Dari pernyataan diatas, jelas bahwa untuk mendapatkan gambaran kinerja seseorang, maka diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan motivasi.

Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan.

Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja. Menurut Ilyas (2012), menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok variabel yang memengaruhi kinerja dan perilaku, yaitu:

1. Variabel individu, yang terdiri dari sub variabel kemampuan dan keterampilan, fisik maupun mental, latar belakang keluarga, pengalaman, tingkat sosial dan faktor demografis. Faktor demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.

(36)

18

2. Variabel psikologis, yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel psikologis merupakan hal sangat kompleks dan sangat sulit diukur.

3. Variabel organisasi, terdiri sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan disain pekerjaan.

Untuk dapat mengevalusai kinerja pegawai secara objektif dan akurat, maka perlu ada tolak ukur tingkat kerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi para pegawai untuk mengetahui tingkat kinerja mereka. Apabila kinerja seorang lulusan suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan kinerja lulusan lembaga pendidikan lainnya tentu tidak sama, hal ini tergantung kepada tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing lulusan setelah merekamenerima, memahami materi pelajaran dan menerapkan serta mengembangkan di lingkungan kerja sesuai dengan kesempatan/ kreativitasnya (Sedarmayanti, 2009).

Manajemen Kinerja. Secara mendasar, manajemen kinerja merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan kinerja, pemantauan/peninjauan kinerja, penilaian kinerja dan tindak lanjut berupa pemberian penghargaan dan hukuman.

Rangkaian kegiatan tersebut haruslah dijalankan secara berkelanjutan. Menurut Direktorat Jendral Anggaran (2008), manajemen kinerja merupakan suatu proses strategis dan terpadu yang menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi aspek-aspek yang menunjang keberadaaan suatu organisasi. Pada implementasinya, manajemen kinerja tidak hanya berorientasi pada salah satu aspek, melainkan aspek-aspek terintegrasi dalam mendukung

(37)

jalannya suatu organisasi.

Nusantara Sehat

Pengertian nusantara sehat. Program Nusantara Sehat merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dicanangkan oleh Kemenkes dalam upaya mewujudkan fokus kebijakan Kementerian Kesehatan untuk periode 2015 – 2019 yaitu penguatan pelayanan kesehatan primer yang didasari oleh permasalahan kesehatan yang mendesak seperti angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan primer. Pelayanan primer inimencakup tiga hal yang fisik (pembenahan infrastruktur), sarana (pembenahan fasilitas), dan sumber daya manusia (penguatan tenaga kesehatan). Program ini dirancang untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diutamakan oleh Pemerintah guna menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Penguatan pelayanan kesehatan primer adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan upaya preventif melalui pendidikan kesehatan, konseling serta skrining (penapisan). Program nusantara sehat melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis tim, dilakukan berdasarkan hasil kajian terhadap distribusi tenaga kesehatanyang dilaksanakan oleh Kemeneterian Kesehatan pada tahun 2012. Salah satu rekomendasi kajian menunjukkan bahwa penempatan tenaga kesehatan untuk daerah tertentu lebih baik jika dilakukan berbasis tim. Kajian tersebut ditindaklanjuti dengan uji coba penempatan kabupaten di 4 puskesmas pada 4 provinsi (Provinsi Sumatera Utara,

(38)

20

Kalimantan Barat, Maluku dan Papua) dan berhasil meningkatkan kunjungan Puskesmas serta Upaya Kesehatan Masyarakat. Dari segi tenaga kesehatan mereka merasa lebih nyaman karena ditempatkan Tim Nusantara Sehat Periode I sebanyak 142 orang di 20 Puskesmas pada bulan Mei 2015 Tim Nusantara Sehat Periode II sebanyak 552 orang di 100 puskesmas pada bulan Desember 2015 (FIT Mukernas IAKMI, 2017).

Pendekatan. Pendekatan yang dilakukan program nusantara sehat bersifat komprehensif dengan melibatkan anggota tim dengan berbagai jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian.

Tujuan dan manfaat nusantara sehat. Program nusantara sehat bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di DTPK dan DBK juga mempunyai tujuan menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan, menggerakan pemberdayaan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas di DTPK. Program ini merupakan program lintas unit utama di Kemenkes yang fokus tidak hanya pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif untuk mengamankan kesehatan masyarakat (public health) dari daerah yang paling membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita.

Penugasan khusus tenaga kesehatan dalam mendukung program nusantara sehat bertujuan untuk:

(39)

1. memberikan pelayanan kesehatan untuk menjangkau remote area;

2. menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan;

3. menangani masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerah;

4. meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas;

5. memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan;

6. menggerakkan pemberdayaan masyarakat;

7. mewujudkan pelayanan kesehatan terintegrasi; dan

8. meningkatkan dan melakukan pemerataan pelayanan kesehatan (Permenkes RI No 16 tahun 2017).

Dasar hukum nusantara sehat. Sumber hukum peraturan Nusantara Sehat berlandaskan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 16 tahun 2017 tentang “Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan”. Adapun landasan hukum yang diterapkannya program Nusantara Sehat:

1. Undang- Undang Dasar tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga

(40)

22

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim (Team Based)

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penugasan Khusus

Sasaran dan strategi. Sasaran akhir penugasan khusus tenaga kesehatan dalam mendukung program nusantara sehat yaitu:

1. Terpenuhinya jumlah dan jenis tenaga kesehatan sesuai dengan standar di puskesmas DTPK dan DBK

2. Terwujudnya layanan kesehatan primer yang dapat dijangkau oleh setiap anggota masyarakat, terutama oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang berada di wilayah-wilayah terpencil di berbagai pelosok Nusantara

Strategi dalam mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat, maka diperlukan strategi sebagai berikut:

1. Penguatan regulasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan.

Penguatan regulasi untuk mendukung pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan melalui percepatan pelaksanaannya, peningkatan kerjasama lintas sektor dan peningkatan pengelolaannya secara berjenjang di pusat dan daerah.

2. Peningkatan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan. Kebutuhan tenaga kesehatan guna mendukung pembangunan kesehatan harus disusun secara

(41)

menyeluruh, baik untuk fasilitas kesehatan milik Pemerintah maupun pemerintah daerah.

3. Peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan meliputi penyebaran tenaga kesehatan yang merata dan berkeadilan, pemanfaatan tenaga kesehatan, dan pengembangan tenaga kesehatan termasuk peningkatan kariernya. Peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan diupayakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kesehatan di semua lini dari daerah sampai pusat secara lintas sektor.

Pendayagunaan tenaga kesehatan di DTPK perlu memperoleh perhatian khusus.

4. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan koordinasi semua pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan serta legalisasi yang meliputi antara lain sertifikasi melalui uji kompetensi, registrasi, perizinan, dan hak-hak tenaga kesehatan (Permenkes RI No.16 tahun 2017).

Pemantauan dan evaluasi. Untuk memantau dan mengevaluasi kinerja tim di lapangan, dikembangkan suatu sistem monitoring internal dan eksternal.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk memantau dampak dari penempatan tim terhadap manajemen Puskesmas, perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, dan peningkatan cakupan program puskesmas serta manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap keberadaan tim nusantara sehat di puskesmas (Permenkes RI No. 16 tahun 2017).

(42)

24

Sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang selanjutnya disingkat SDMK adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.

Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan /atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. (Permenkes RI Nomor 33 Tahun 2015)

1. Penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim

a. Peserta penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim paling sedikit terdiri atas 5 (lima) jenis tenaga kesehatan.

b. Lima jenis tenaga kesehatan tersebut dipilih dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, ahli teknologi laboratorium medik, terapis gigi dan mulut, dan jenis tenaga kesehatan yang masuk dalam kelompok tenaga gizi, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, dan tenaga kesehatan masyarakat.

2. Penugasan khusus tenaga kesehatan individual

a. Penugasan khusus tenaga kesehatan individual dilakukan secara perorangan yang terdiri atas dokter, dokter gigi, perawat, bidan, ahli teknologi laboratorium medik, terapis gigi dan mulut, dan jenis tenaga kesehatan yang masuk dalam kelompok tenaga gizi, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, dan tenaga kesehatan masyarakat.

(43)

b. Menteri dapat menetapkan jenis tenaga kesehatan lain untuk diangkat dalam penugasan khusus tenaga kesehatan individual atas usulan pemerintah daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan pelayanan kesehatan di wilayahnya.

Lokasi penugasan

1. Lokasi penugasan khusus tenaga kesehatan dalam mendukung program nusantara sehat di puskesmas dengan kriteria terpencil atau sangat terpencil terutama di DTPK.

2. Puskesmas terpencil dan sangat terpencil di kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Dalam hal terjadi pemekaran wilayah lokasi penugasan, Menteri melalui kepala badan yang membidangi pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan dapat melakukan perubahan lokasi penugasan khusus tenaga kesehatan dalam mendukung program nusantara sehat.

4. Jika terjadi perubahan kriteria daerah maka lokasi penugasan akan ditinjau kembali bersama antara Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah.

Proses implementasi. Penempatan 1170 orang tenaga kesehatan akan dilakukan secara berkesinambungan ke 130 Puskesmas dan mereka akan bertugas di masing-masing Puskesmas selama 2 (dua) tahun. Seluruh peserta diberikan pengetahuan tentang program-program kesehatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan. Mereka juga diberikan pemahaman terhadap budaya- budaya local sehingga diharapkan mereka dapat berinteraksi dengan budaya- budaya local sehingga diharapkan mereka dapat berinteraksi dengan petugas

(44)

26

kesehatan dan masyarakat sekitar di daerah penempatan.

Pola penempatan

1. Penempatan tenaga kesehatan dipuskesmas harus merupakan satu tim minimal 5 (lima) sampai 9 (sembilan) jenis tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli tenknologi laboratoriummedik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian) yang disesuaikan dengan pemetaan (mapping) ketenagaan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam formasi penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim (Team based) dalam mendukung program nusantara sehat.

2. Masa penempatan tenaga kesehatan penugasan khusus berbasis tim dalam mendukung program nusantara sehat.

3. Pemerintah daerah dapat memberdayakan tenaga kesehatan pasca penugasan khusus berbasi tim dalam mendukung program nusantara sehat berdasarkan kompetensi, standar ketenagaan, dan kebutuhan daerah sehhingga tercapai kemandirian pemenuhan tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Persyaratan peserta program nusantara sehat. Persyaratan calon peserta:

1. Warga Negara Indonesia.

2. Usia maksimal 35 (tiga puluh lima) tahun untuk dokter umu dan dokter gigi dan untuk tenaga kesehatan lainnya usia maksimal 30 (tiga puluh) tahun.

(45)

3. Tidak sedang terikat perjanjian/ kontrak kerja dengan instansi lain pemerintah/ swasta dan tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS/ Calom Anggota TNI/ Polri serta Anggota TNI/ Polri.

4. Status belum menikah bersedia untuk tidak menikah selama 6 (enam) bulan dalam masa penugasan.

5. Sehat jasmani dan rohani.

6. Bebas narkoba.

7. Berkelakuan baik.

8. Wajib memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) yang masih berlaku (Surat Keterangan STR yang sedang diproses tidak berlaku/ tidak diterima).

9. Bersedia ditempatkan dimana saja sesuai kebutuhan Kementerian Kesehatan (Permenkes RI No. 23 Tahun 2015).

Tugas Pokok dan Fungsi Setiap Tenaga Kesehatan dalam Puskesmas 1. Kepala puskesmas

Tugas adalah memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada masyarakat dalam wilayah kerjanya.

2. Dokter

Tugas pokok adalah mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Fungsinya adalah sebagai seorang dokter dan sebagai seorang manager. Kegiatan pokok adalah melaksanakan fungsi- fungsi manajemen, melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita.

Dalam rangka rujukan menerima konsultasi, mengkoordinir kegiatan

(46)

28

penyuluhan kesehatan masyarakat dan mengkoordinir pembinaan peran serta masyarakat.

3. Dokter gigi

Tugas pokok adalah memberikan pelayanan sesuai dengan profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien, merujuk pasien ke dokter gigi lain yang mempunyai keahlian yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pengobatan atau pemeriksaan, merahasiakan segala sesuatu yang diketahuai tentang pasien, mengkoordinir, memonitor seluruh program kesgilut di puskesmas, mengkoordinasi, menggerakan perawat gigi dalam medis teknis, membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam medis teknis, bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan tentang pelayanan kesehatan gigi di wilayahnya, menerbitkan suatu keterangan dokter gigi, serta melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh atasan. Fungsinya adalah membantu kegiatan fungsi manajemen puskesmas.

4. Perawat

Tugas pokok adalah melaksanakan pelayanan pengobatan jalan.

Fungsinya adalah membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan puskesmas. Kegiatan pokok adalah memeriksa dan mengobati penderita penyakit menular secara pasif, memberikan pengobatan darurat pada penderita sakit gigi, mengadakan surveillance penyakit menular, melakukan imunisasi pada bayi dan anak sekolah, penyuluhan kesehatan pada penderita, mengadakan kunjungan follow up pada keluarga penderita yang

(47)

dipandang perlu, mengunjungi sebagian dari sekolah yang ada di wilayah kerjanya dalam membantu perawat lain yang mempunyai kegiatan pokok UKS (usaha kesehatan sekolah), pengobatan sementara penderita jiwa dan penyuluhan kesehatan jiwa, membantu melatih kader kesehatan, membantu dokter kepala puskesmas melakukan fungsi managemen puskesmas dalam bidang pengobatan, ikut serta dalam kegiatan posyandu dan posyandu USILA (usia lanjut), memberikan pelayanan MTBS (manajemen terpadu balita sakit) dan DDTK (deteksi dini tumbuh kembang).

5. Bidan

Tugas pokok adalah melaksanakan pelayanan KIA (kesehatan ibu dan anak) dan KB (keluarga berencana). Fungsinya adalah membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan di puskesmas. Kegiatan pokoknya adalah melaksanakan pemeriksaan berkala kepada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita di puskesmas serta memberikan pelayanan kontrasepsi pada akseptor KB, menyampaikan cara PMT (pemberian makanan tambahan) bagi yang membutuhkan dan penyuluhan kesehatan dalam bidang KIA, KB, Gizi, melakukan imunisasi pada ibu hamil dan bayi, melatih dukun bayi.

memberikan pelayanan MTBS dan DDTK, dan ikut serta dalam posyandu USILA.

Kegiatan lain adalah memberikan pengobatan ringanbagi ibu, bayi dan balita yang berkunjung ke bagian KIA di puskesmas, diagnosa dini penyakit gigi dan mulut serta pengobatan sementara, membantu surveilans penyakit menular, kunjungan ke rumah-rumah penderita yang dipandang perlu untuk

(48)

30

mendapatkan perawatan kesehatan keluarga, pencatatan dan pelaporan kegiatannya, pengamatan perkembangan mental bayi dan balita, membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen puskesmas, ikut serta secara aktif dalam pengembangan peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dan kerjasama lintas sektoral, ikut serta dalam posyandu dan posyandu USILA, memberikan pelayanan MTBS dan DDTK.

6. Kesehatan lingkungan (sanitarian). Tugas pokok adalah merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat. Fungsinya adalah membantu dokter dalam melaksankan kegiatan di puskesmas. Kegiatan pokok adalah penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban kelurga, kebersihan lingkungan serta penanaman pekarangan, membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air, penampungan air hujan dan sebagainya serta melatih pembuatan leher angsa untuk jamban keluarga, pengawasan hygiene perusahaan dan tempat tempat umum.

7. Perawat gigi. Tugas pokok adalah melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas. Fungsinya adalah membantu dokter gigi dalam melaksanakan kegiatan di puskesmas. Kegiatan pokoknya adalah memberikan gigi geligi, mengobati gigi yang sakit, menambal gigi yang berlubang, membersihkan karang gigi, penyuluhan kesehatan gigi, dan merefer kasus yang perlu diambil tindakan oleh dokter gigi.

(49)

8. Gizi. Tugas pokok adalah melaksanakan kegiatan perbaikan gizi di wilayah kerjanya. Fungsinya adalah membantu dokter melaksanakan kegiatan – kegiatan puskesmas. Kegiatan pokoknya adalah merencanakan kegiatan gizi yang dilaksanakan di puskesmas bersama pimpinan dan staf puskesmas lain, melaksanakan kegiatan pelatihan gizi, melaksanakan kegiatan gizi dalam rangka memperbaiki status gizi masyarakat, melaksanakan koordinasi kegiatan gizi, melaksanakan pemantauan dan penilaian, dan melaksanakan bimbingan teknis dan pembinaan kader.

9. Ahli laboratorium medik. Tugas pokoknya adalah melakukan pemeriksaan di laboratorium puskesmas. Fungsinya adalah membantu menegakkan diagnosa penyakit. Kegiatan pokoknya adalah melaksanakan pemeriksaan specimen penderita dan ibu hamil untuk pemeriksaan darah, urine rutin dan pemeriksaan sediaan dahak, dan menerima rujukan dari poli, posyandu, pustu dan dari swasta.

10. Farmasi. Tugas pokoknya adalah mengelola obat – obatan yang ada di puskesmas. Fungsinya adalah membantu dokter untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan di puskesmas. Kegiatan pokoknya adalah mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas, mengatur penyimpanan obat di puskesmas, mengatur administrasi obat di puskesmas, meracik dan membungkus obat dalam kemasan yang sesuai untuk diberikan kepada penderita sesuai perintah dokter, mengatur distribusi obat sederhana untuk PPPK, menyediakan obat untuk puskesmas pembantu, posyandu, dan mengatur distribusi obat untuk KIA / KB.

(50)

32

Landasan Teori

Menurut Mathis dan Jackson (2002) kinerja pegawai adalah mempengaruhi seberapa banyak kontribusi kepada organisasi antara lain termasuk:

1. Kuantitas kerja standar ini dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya volume kerja yang seharusnya (standar kerja norma) dengan kemampuan sebenarnya.

2. Kualitas kerja standar ini menekankan pada mutu kerja yang dihasilkan dibandingkan volume kerja.

3. Pemanfaatan waktu yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijaksanaan perusahaan.

4. Tingkat kehadiran asumsi yang digunakan dalam standar ini adalah jika kehadiran pegawai di bawah standar kerja yang ditetapkan maka pegawai tersebut tidak akan mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan.

5. Kerjasama keterlibatan seluruh pegawai dalam mencapai target yang ditetapkan akan mempengaruhi keberhasilan bagian yang diawasi. Kerja sama antara pegawai dapat ditingkatkan apabila pimpinan mampu memotivasi pegawai dengan baik.

(51)

Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir Tugas Pokok dan Fungsi setiap

tenaga kesehatan Nusantara Sehat

1. Tenaga Gizi 2. Tenaga Kesehatan

Lingkungan 3. Tenaga Kesehatan

Masyarakat 4. Bidan 5. Perawat

Kinerja tenaga kesehatan khusus

(52)

34

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode penelitian yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi (Sugiyono, 2011). Penelitian ini untuk menggambarkan kinerja tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita tahun 2019.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di 2 daerah yang mendapat program nusantara sehat di antaranya Puskesmas Tarabintang (Humbang Hasundutan) dan Puskesmas Ambarita (Samosir).

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan di bulan Juni 2018 sampai dengan selesai.

Subjek Penelitian

Pada penelitian kualitatif, pemilihan sampel disebut informan. Metode pengambilan informan menggunakan metode Purposive sampling. Menurut Sugiyon (2016), metode Purposive sampling tidak jauh berbeda dengan metode snowball yaitu metode pemilihan informan dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan ke dalam penelitian, dimana informan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara akan dihentikan

(53)

jika informasi yang diterima sudah tidak bervariasi melainkan sama dengan jawaban-jawaban informan-informan lainnya.

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tenaga kesehatan yang merupakan tenaga kesehatan khusus dalam program nusantara sehat di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita.

2. Kepala Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita (triangulasi sumber).

3. Masyarakat dari masing-masing wilayah kerja (triangulasi sumber).

Definisi Konsep

1. Tugas pokok dan fungsi adalah tugas yang paling pokok dari sebuah jabatan atau organisasi. Tugas pokok memberi gambaran tentang ruang lingkup atau kompleksitas jabatan atau organisasi tersebut. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

Dalam penelitian ini tugas pokok dan fungsi yang dideksripsikan adalah tugas pokok dan fungsi dari tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, perawat dan bidan yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing dari setiap Puskemas.

2. Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun

(54)

36

struktural tetapi juga keseluruhan jajaran personel yang ada dalam organisasi. Kinerja adalah kuantitas dan atau kualitas hasil kerja individu atau sekelompok orang dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi. Observasi adalah suatu cara dalam pengumpulan data dengan pengmatan langsung, dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti.

2. Wawancara mendalam (indepth interview) yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara mendalam, dimana subjek diminta pendapat dan ide-idenya. Untuk memperoleh hasil wawancara yang utuh dan murni maka teknik wawancara menggunakan alat perekam suara sehingga data asli lapangan dapat sesuai dengan apa yang dirasakan subjek penelitian. Wawancara ini menggunakan pedoman wawancara yang sudah disiapkan terlebih dahulu.

3. Dokumentasi. Dokumen yang dimaksud adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya. Dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI mengenai program Nusantara Sehat.

(55)

Metode Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara wawancara mendalam dan dokumentasi.

2. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya (Sugiyono, 2011).

Data yang diperoleh dari lapangan kemudian diketik/ ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang rinci. Laporan ini akan terus menerus bertambahdan akan menambah kesulitan bila tidak dianalisis sejak mulanya. Laporan-laporan ini perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah” ditingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberigambaran yang lebih tajam tentang hasil

(56)

38

pengamatan, dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

3. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut

4. Penarikan kesimpulan

Triangulasi sumber. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2016). Data yang diperoleh dari beberapa informan tersebut dideskripsikan, dikategorikan dan menghasilkan kesimpulan. Hasilnya akan di cross-check melalui wawancara langsung kepada pimpinan ataupun kepala puskesmas untuk melihat kebenaran informan dengan implementasinya di Puskesmas Tarabintang dan Puskesmas Ambarita.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir   Tugas Pokok dan Fungsi setiap
Gambar Puskesmas Tarabintang
Gambar puskesmas Ambarita

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui kinerja keuangan pemerintah daerah di Kabupaten

ABSTRAK ... Latar belakang masalah ... Perumusan masalah ... Tujuan penelitian ... Manfaat penelitian ... Kerangka pemikiran ... Kerangka konsep ... Kerangka teori ... Metode

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kompetensi komunikasi terhadap

Dengan melihat latar belakang masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini perumusan masalah yang dikemukakan adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh antara efisiensi modal fisik dan modal

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris

Berdasarkan uraian Latar Belakang Masalah di atas, yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana merancang aplikasi perencanaan diet sehat untuk menentukan

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk “ Mengetahui dan menganalisis budaya organisasi, kompetensi sumber daya