• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hasil penilaian yang diumumkan pemerintah sangat menentukan masa depan perbankan yang bersangkutan, mengingat dunia perbankan yang mengelola bisnis kepercayaan. Masalah kepercayaan adalah masalah yang sensitif, oleh karena itu harus tetap dijaga dari hal-hal yang bersifat negatif. Artinya kalau masyarakat sudah tidak percaya lagi kepada salah satu bank, karena penilaian yang jelek terhadap kondisinya, maka dampaknya akan merugikan bank tersebut. Kepercayaan ini disebabkan karena kegiatannya menyangkut uang masyarakat. Bagi bank yang dinyatakan sehat justru sangat menguntungkan karena dapat menaikkan pamornya di mata para nasabahnya atau calon nasabahnya. Namun bagi bank yang tidak sehat untuk beberapa periode maka disarankan untuk melaksanakan penggabungan usaha dengan bank lainnya.

Dalam praktiknya penggabungan dalam dunia perbankan tidak hanya bagi bank yang dinilai tidak sehat saja, akan tetapi bank yang sehat dapat pula bergabung dengan bank lainnya sesuai dengan tujuan bank tersebut. Sebagai contoh bank dapat bergabung dengan tujuan untuk menguasai pasar. Namun biasanya penggabungan antara bank yang tidak sehat lebih diutamakan. (Kasmir, 2012 : 54)

(2)

yang tidak sehat yang harus dilikuidasi karena sudah tidak bisa diselamatkan kembali.

Upaya penyelamatan dari bank-bank yang masih bertahan dilakukan dengan dijalankannya kebijakan restrukturisasi finansial dan strategi merger dan akuisisi. Strategi merger dan akuisisi ini dinilai dapat menyelamatkan bank-bank yang hampir kolaps dan membangun kembali ke keadaan yang stabil.

Merger dan akuisisi tidak hanya muncul di perbankan negara-negara berkembang atau yang sedang mengalami krisis tetapi juga bermunculan di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, Jerman maupun Jepang dengan tujuan ingin memperoleh keuntungan. Di Indonesia, merger diberlakukan demi diharapkan membentuk core banks dengan daya saing yang kuat dan mampu menggerakkan perekonomian nasional.

Kinerja setelah merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Namun pada beberapa kasus, merger dan akuisisi tidak berpengaruh sama sekali pada kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi bahkan menurunkan kinerja perusahaan. Merger dan akuisisi perbankan di Indonesia sendiri beberapa mencapai keberhasilan dalam hal peningkatan kinerja keuangan bank, namun pada kasus tertentu terjadi juga kegagalan. Merger bank yang mengalami kesuksesan yang besar di Indonesia, di antaranya yaitu Bank Mandiri, Bank Permata, dan Bank Danamon.

(3)

Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia. Setelah melalui proses konsolidasi dan integrasi menyeluruh di segala bidang, Bank Mandiri berhasil membangun organisasi bank yang solid dan mengimplementasikan core banking system baru yang terintegrasi menggantikan core banking system dari keempat bank sebelumnya yang saling terpisah. Sejak didirikan, kinerja Bank Mandiri senantiasa mengalami perbaikan terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp1,18 triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp5,3 triliun di tahun 2004.

Bank Danamon merupakan bank hasil merger di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dari delapan bank, yaitu PT. Bank Tamara Tbk, PT. Bank Tiara Asia Tbk, PT. Bank Rama Tbk, PT JayaBank International, PT. Bank Risyad Salim International, PT. Bank Duta Tbk., PT. Bank Pos Nusantara, dan PT. Bank Nusa Nasional. Dua tahun sebelum merger dari 8 bank yang bergabung hanya Bank Tamara yang mendapatkan laba, sedangkan bank lainnya menderita kerugian. Laba yang diperoleh saat itu adalah Rp 2,844,232 (dalam jutaan rupiah). Satu tahun setelah merger Bank Danamon mendapatkan laba sebesar Rp 754,878 (dalam jutaan). Keadaan ini terlihat membaik setelah beberapa bank mengalami kerugian sebelum melakukan merger.

(4)

perubahan bahwa laba dihasilkan oleh Bank Bali dengan Rp 136,975 (dalam jutaan) dan bank lainnya rugi. Kerugian yang dicapai Bank Universal sebesar Rp 1,328,524 (dalam jutaan). Satu tahun setelah merger Bank Permata mendapatkan laba sebesar Rp 542,504 (dalam jutaan). Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih PermataBank dan memulai proses transformasi secara besar-besaran di dalam organisasi. Saat ini Bank Permata telah berkembang menjadi bank yang besar, memiliki ratusan cabang yang tersebar di seluruh dunia dan jutaan ATM di seluruh dunia.

Kasus merger bank di Indonesia yang berujung pada penurunan kinerja keuangan yang signifikan dan mengalami kegagalan adalah Bank Century. Bank Century merupakan hasil merger dari tiga bank yaitu Bank Pikko, Bank Danpac, dan Bank CIC. Pasca merger, Selama periode tahun 2005–2008, dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BI atas Bank Century yang diterbitkan pada 31 Oktober 2005, diketahui bahwa posisi rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio (CAR)) Bank Century per 28 Februari 2005 (dua bulan setelah merger) adalah negatif 132,5%. Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 7/38/PB 1/2005, seharusnya Bank Century ditetapkan sebagai bank dalam pengawasan khusus sejak adanya Laporan Hasil Pemeriksaan Bank Indonesia atas Bank Century diterbitkan pada 31 Oktober 2005.

(5)

dibandingkan dengan bank yang tidak melakukan merger, bank yang melakukan merger memiliki kinerja yang lebih baik. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Iordanis Eleftheriadis, dkk (2008) menunjukkan bahwa hanya cash ratio dari rasio likuiditas yang berbeda signifikan setelah M&A, rasio-rasio likuiditas lainnya tidak berbeda signifikan setelah M&A. Rasio aktivitas, struktur modal dan solvabilitas tidak berbeda signifikan setelah M&A, rasio profitabilitas mengalami peningkatan setelah M&A, sedangkan rasio ukuran pasar mengalami penurunan setelah M&A.

Aktivitas Merger dan Akuisisi semakin bertambah seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan internasional. Tahun 2010 dan 2011 merupakan tahun-tahun dimana gelombang Merger dan Akuisisi melanda Indonesia. Menurut data Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Gelombang merger di Indonesia mengalami puncaknya pada masa sekarang ini dimana terdapat banyak pelaku usaha yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Bahkan, dalam trimester pertama tahun 2012, jumlah notifikasi yang masuk mengalir sangat deras. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang.

(6)

bila berdiri sendiri, hal inilah yang dinamakan sinergi. Pengaruh sinergi sendiri akan timbul dalam empat sumber: yang pertama yaitu penghematan operasi yang dihasilkan dari skala ekonomis manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. Kedua penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh analisis sekuritas. Ketiga perbedaaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lebih lemah akan lebih produktif setelah merger, dan yang keempat peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya pesaingan.

Sebagai akibat dari sinergi perusahaan diharapkan akan meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga akan meningkatkan jumlah permintaan saham perusahaan tersebut, selanjutnya akan mempengaruhi naiknya harga saham. Naiknya harga saham akan mempengaruhi nilai perusahaan (value of the firm) (Sutrisno & Sumarsih, 2004 dalam Kuncoro, 2014).

Analisis kinerja keuangan bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi. Dimana kinerja diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.

Merger dan Akuisisi diharapkan mampu mencapai meningkatkan kinerja perusahaan, namun pada kenyataannya selalu ada perbedaan atau gap antara harapan dengan kenyataan serta antara teori dengan kenyataan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja

(7)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan rasio Quick Ratio, Loan to Asset Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Net Profit Margin (NPM) sebelum dan setelah merger dan akuisisi?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan rasio Quick Ratio, Loan to Asset Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Net Profit Margin (NPM) sebelum dan setelah merger dan akuisisi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bagi akademisi

(8)

2. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi atas kinerja keuangan perusahaan dan pengambilan keputusan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi penulis

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]

03 Rendahnya inisiatif dan partisipasi aparatur desa dalam menemukenali dan merumuskan potensi unggulan desa Meningkatkan rendahnya inisiatif dan partisipasi

Dengan kata lain, serangga uji yang diaplikasikan ekstrak daun babadotan pada keseluruhan konsentrasi 1% memiliki persentase rata- rata 20% pupa cacat.. Pupa cacat pada

(2011) sebagai antikanker dan antioksidan sampai saat ini belum dilakukan serta keragaman kandungan senyawa metabolit sekunder yang bersifat bioaktif yang