• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 5 Nomor 3, Desember 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 5 Nomor 3, Desember 2016"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

(2) Volume 5 Nomor 3, Desember 2016. Jurnal RechtsVinding merupakan majalah ilmiah hukum yang memuat naskah-naskah di bidang hukum. Jurnal RechtsVinding terbit secara berkala tiga nomor dalam setahun di bulan April, Agustus, dan Desember. Pembina Adviser. : Prof. Dr. Enny Nurbaningsih , S.H., M.Hum Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI : Pocut Eliza, S.Sos., S.H., M.H. Kepala Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional BPHN : Eko Suparmiyati, S.H., M.H.. Pemimpin Umum Chief Executive Officer Wakil Pemimpin Umum Vice Chief Executive Officer Pemimpin Redaksi : Apri Listiyanto, S.H. (Hukum Pidana, BPHN, Jakarta) Editor in Chief Anggota Dewan Redaksi : Dr. Subianta Mandala, S.H., LL.M. (Hukum Internasional, BPHN, Jakarta) Editorial Board Arfan Faiz Muhlizi, S.H., M.H. (Hukum Tata Negara, BPHN, Jakarta) Nunuk Febriananingsih, S.H., M.H. (Hukum Lingkungan, BPHN, Jakarta) Tyas Dian Anggaraeni, S.H., M.H. (Hukum Bisnis, BPHN, Jakarta) Erna Priliasari, S.H., M.H. (Hukum Bisnis, BPHN, Jakarta) Mitra Bestari : Prof. Dr. Sulistyawati Irianto, S.H.,L.L.M. Peer Reviewer (Antropologi Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta) Dr. Wicipto Setiadi, S.H., M.H. (Hukum Tata Negara, Staf Ahli Kemenkumham, Jakarta) Dr. Sidharta, S.H., M.H. (Hukum Bisnis, Universitas Bina Nusantara, Jakarta) Dr. M. Hadi Subhan, S.H., M.H. (Hukum Perdata, Universitas Airlangga, Surabaya) Prof. Tirta Nugraha Mursitama, S.H., LL.M., Ph.D (Hukum Internasional, Universitas Bina Nusantara, Jakarta) Prof. Dr. Basuki Rekso Wibowo S.H., M.S. (Hukum Acara, Kapuslitbang Kumdil MA, Jakarta) Prof. Dr. H. Muhammad Fauzan, S.H., M.Hum. (Hukum Tata Negara, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto) Redaktur Pelaksana : Viona Wijaya, S.H. Managing Editor Sekretaris : Endang Wahyuni Setyawati, S.E. Secretaries Tata Usaha : Masnur Tiurmaida Malau, S.H., M.H. Administration Alice Angelica, S.H., M.H. Heny Handayani, S.H., M.Si Lewinda Oletta, S.H. Sakti Maulana, S.H. Desain Layout : Sakti Maulana, S.H. Layout and cover Sikulasi dan Distribusi : Yerico Kasworo, S.H. Circulation and Distribution Alamat: Redaksi Jurnal RechtsVinding Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI Jl. Mayjen Sutoyo No. 10 Cililitan Jakarta, Telp.: 021-8091908 ext.105, Fax.: 021-8011754 e-mail: jurnal_rechtsvinding@bphn.go.id; jurnalrechtsvinding@yahoo.co.id; jurnalrechtsvinding@gmail.com website: www.rechtsvinding.bphn.go.id. Isi Jurnal RechtsVinding dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya (Citation is permitted with acknowledgement of the source).

(3) Volume 5 Nomor 3, Desember 2016.

(4)

(5) PENGANTAR REDAKSI. BP HN. Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. Jur. na. lR ec hts V. ind. ing. Puji Syukur atas limpahan nikmat ilmu dan karunia yang di berikan oleh Alloh SWT sehingga Jurnal Rechtsvinding Volume 5 Nomor 3 Tahun 2016 sebagai edisi penutup di tahun ini dapat terbit tepat waktu. Pada edisi ini menyajikan naskah-naskah bertema “Peran Hukum dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”. Tema ini sejalan dengan RPJMN 2015-2019, yang menegaskan bahwa pembangunan Indonesia di arahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Jurnal edisi ini diawali dengan mengangkat pemikiran Muh. Risnain yang melihat pentingnya peningkatan daya saing bangsa dalam mewujudkan cita negara kesejahteraan yang salah satu agendanya melalui reformasi pembangunan hukum, dengan penekanannya terhadap reformasi penegakkan hukum dan reformasi birokrasi. Di sisi lain pembangunan infrastruktur juga sangat diperlukan karena merupakan kendala utama yang dihadapi dalam membangun kawasan perbatasan. Hal ini secara gamblang di tulis oleh Imas Sholihah yang melihat dalam perspektif hukum dan kebijakan terhadap pembangunan infrastruktur berbasis teknologi sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan. Dalam konteks pembangunan di daerah khususnya terhadap pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, Ananda Prima Yurista mengkaji secara mendalam hal tersebut dengan mengkaitkan penafsiran “Hak Menguasai Negara” terhadap pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang berangkat dari adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021-022/PUU-I/2003 dan implikasinya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Artikel selanjutnya menyoroti masalah pengelolaan sumber daya air di Indonesia oleh Ibnu Sina Chandranegara yang berupaya menemukan korelasi dan koherensi permasalahan konstitusionalitas antara pengujian pertama melalui putusan MK No. 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan No. 008/PUU-III/2005 dengan pengujian kedua melalui No 85/ PUU-XI/2013. Menurutnya Putusan MK yang membatalkan UU SDA bukanlah merupakan akhir dari penyelesaian terhadap permasalahan kemudahan akses air bagi masyarakat dan mengakhiri rezim komodifikasi dan swastanisasi air. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya bersama untuk melahirkan kebijakan dan regulasi yang semakin memihak kepada kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, Asma Karim dan Dayanto mengulas strategi penguatan ekonomi lokal berbasis HKI melalui perlindungan hukum dan pengembangan Potensi Indikasi Geografis Minyak Kayu Putih Pulau Buru. Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat juga terdapat dilema khususnya dalam penambangan mineral dan batubara, hal ini diulas oleh Ahmad Redi yang melihat penegakan hukum terhadap pertambangan tanpa izin (PETI) menjadi dilema bagi aparat penegak hukum karena eksistensi PETI terkait dengan permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat miskin yang berada disekitar wilayah pertambangan. Oleh karena itu perlu penegakkan hukum dengan melakukan optimalisasi pengembalian kerugian negara, sebagaimana disampaikan oleh Budi Suhariyanto yang mengemukakan ide pemidanaan terhadap korporasi yang terlibat korupsi melalui pendekatan restoratif justice.. i.

(6) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. Jur. na. lR ec hts V. ind. ing. BP HN. Sebagai naskah penutup pada edisi ini Eko Noer Kristiyanto melihat peranan hukum nasional dalam penyelenggaraan kompetisi sepak bola profesional di Indonesia. Penyelenggaraan kompetisi sepak bola profesional memiliki kontribusi positif terhadap tujuan negara khususnya upaya untuk memajukan kesejahteraan umum. Oleh sebab itu penting untuk mendudukan sistem hukum nasional dan sistem hukum FIFA dalam penyelenggaraan kompetisi sepak bola profesional untuk saling melengkapi, harmonis dan sinergis sehingga akan berkontribusi positif terhadap upaya memajukan kesejahteraan umum. Semoga beragam pemikiran dalam Jurnal Rechtsvinding Volume 5 Nomor 3 Tahun 2016 menjadi pelengkap langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mewujudan kesejahteraan masyarakat di Indonesia dan memperluas wawasan hukum dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.. ii. Redaksi.

(7) DAFTAR ISI. BP HN. Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. Pengantar Redaksi………………………………………………………………………………………………….............………..… Daftar Abstrak. i–ii. 291–304. Kebijakan Hukum Pembangunan Kawasan Perbatasan melalui Infrastruktur Berbasis Teknologi Imas Sholihah................................................................................................................................ 305–321. Otonomi Khusus di Papua dan Aceh sebagai Perwujudan Implementasi Peranan Hukum dalam Kesejahteraan Masyarakat Suharyo......................................................................................................................................... 323–337. Implikasi Penafsiran Kembali Hak Menguasai Negara terhadap Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Ananda Prima Yurista.................................................................................................................... 339–358. Purifikasi Konstitusional Sumber Daya Air Indonesia Ibnu Sina Chandranegara............................................................................................................... 359–379. lR ec hts V. ind. ing. Peningkatan Daya Saing Bangsa melalui Reformasi Pembangunan Hukum dalam Mewujudkan Cita Negara Kesejahteraan Muh. Risnain................................................................................................................................. Perlindungan Hukum dan Pengembangan Potensi Indikasi Geografis Minyak Kayu Putih Pulau Buru Asma Karim dan Dayanto.............................................................................................................. 381–398. Dilema Penegakan Hukum Penambangan Mineral dan Batubara Tanpa Izin pada Pertambangan Skala Kecil Ahmad Redi................................................................................................................................... 399–420. Restoratif Justice dalam Pemidanaan Korporasi Pelaku Korupsi Demi Optimalisasi Pengembalian Kerugian Negara Budi Suhariyanto........................................................................................................................... 421–438. Peranan Hukum Nasional dalam Penyelenggaraan Kompetisi Sepak Bola Profesional di Indonesia Eko Noer Kristiyanto...................................................................................................................... 439–453. Jur. na. Biodata Penulis Indeks Pedoman Penulisan Jurnal RechtsVinding. iii.

(8)

(9) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 340.111.5 Muh. Risnain. BP HN. Kata Kunci Bersumber dari artikel. Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.. Peningkatan Daya Saing Bangsa melalui Reformasi Pembangunan Hukum dalam Mewujudkan Cita Negara Kesejahteraan Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 291–304. lR ec hts V. ind. ing. Lemahnya daya saing ekonomi Indonesia tentu berkorelasi dengan cita negara kesejahteraan. Konstitusi Indonesia menghendaki agar Indonesia menjadi negara kesejahteraan (welfare state), namun hal ini akan sulit dicapai jika kondisi daya saing Indonesia tidak diperbaiki. Melalui metode pendekatan normatif artikel ini hendak menemukan korelasi pembangunan hukum dengan kondisi daya saing bangsa dalam mewujudkan cita negara kesejahteraan dan konsep arah pembangunan hukum dalam peningkatan daya saing bangsa. Pembangunan hukum yang buruk akan mempengaruhi tingkat daya saing nasional menjadi rendah sebaliknya juga begitu kondisi daya saing pembangunan dan penegakkan hukum yang baik akan berkontribusi pada peningkatan daya saing negara. Rendahnya tingkat daya saing ekonomi Indonesia di level internasional salah satunya disebabkan karena penegakkan hukum khususnya pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi yang belum maksimal. Perlu melakukan rekonseptualisasi landasan teoretis pembangunan hukum sesuai dengan dinamika dan perkembangan pembangunan hukum nasional dan implementasi arah pembangunan hukum dalam RPJP dituangkan dan dilaksanakan dalam RPJMN dan RKP pemerintah. Hendaknya pemerintah dalam hal ini (Bappenas) dan DPR mereview kembali landasan konseptual pembangunan hukum nasional yang sesuai dengan perkembangan dan dinamika pembangunan hukum nasional. Untuk meningkatkan daya saing negara maka perlu reformasi pembangunan hukum dengan menekankan pada reformasi penegakkan hukum dan reformasi birokrasi. Oleh karena itu pemerintah perlu memperbaiki arah penegakkan hukum dan reformasi birokrasi. Kata Kunci: pembangunan hukum, daya saing, negara kesejahteraan. UDC: 35.071. Imas Sholihah. Kebijakan Hukum Pembangunan Kawasan Perbatasan melalui Infrastruktur Berbasis Teknologi Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 305–321. Jur. na. Pengembangan infrastruktur di kawasan perbatasan sangat diperlukan karena merupakan salah satu kendala utama yang dihadapi dalam membangun kawasan perbatasan. Infrastruktur berbasis teknologi masih dalam tahap pengembangan oleh pemerintah dengan melibatkan para peneliti dan pihak swasta. Perlu kajian lebih lanjut mengenai peran infrastruktur berbasis teknologi di kawasan perbatasan ditinjau dari perspektif hukum dan kebijakan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan. Dengan menggunakan metode yuridis normatif, dipilih 12 peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan, Undang-undang yang dipandang spesifik mengatur pengelolaan kawasan perbatasan adalah Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, sedangkan pengaturan terkait infrastruktur lebih banyak diakomodir dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang beserta peraturan pelaksananya. Dari aspek pembenahan regulasi, UU Wilayah Negara perlu dikaji ulang, jika diperlukan dilakukan revisi. Belum ada kebijakan yang mengatur secara spesifik mengenai infrastruktur berbasis teknologi sehingga diharapkan kawasan perbatasan dapat terus dikembangkan melalui penyesuaian regulasi sehingga memberikan dampak positif bagi percepatan pengembangan infrastruktur di kawasan perbatasan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan. Kata Kunci: hukum, kebijakan, kawasan perbatasan, infrastruktur. v.

(10) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 342.25 Suharyo. BP HN. Kata Kunci Bersumber dari artikel. Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.. Otonomi Khusus di Papua dan Aceh sebagai Perwujudan Implementasi Peranan Hukum dalam Kesejahteraan Masyarakat. ing. Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 323–337. lR ec hts V. ind. Otonomi khusus di Papua sesuai Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, dan otonomi khusus Aceh sesuai UndangUndang Nomor 18 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, sebagai solusi politik, solusi hukum, dan solusi mewujudkan kesejahteraan untuk menyelesaikan pergolakan keamanan yang menginginkan pemisahan dari NKRI, di tengah eforia demokrasi di Indonesia. Peraturan perundang-undangan sebagai produk hukum tersebut, di dalamnya terkandung aspek demokrasi lokal, kesejahteraan rakyat, perlindungan HAM dalam konteks NKRI. Dengan metode penelitian hukum normatif berupaya menjawab apakah undang-undang otonomi khusus merupakan perwujudan peranan hukum dalam kesejahteraan masyarakat, dan sampai kapan masa berlakunya serta bagaimana kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan undang-undang tersebut. Dari analisis yang dilakukan terlihat bahwa peraturan otonomi khusus yang dapat dikatakan sebagai produk hukum responsif dalam implementasinya masih cukup banyak kendala yang menyelimutinya. Penerapan dan kelangsungan undang-undang otonomi khusus masih harus dielaborasi lebih lanjut untuk konsistensinya, serta keselarasannya dengan pencapaian kesejahteraan masyarakat. Kata Kunci: otonomi khusus, hukum, kesejahteraan. UDC: 340.132. Ananda Prima Yurista. Implikasi Penafsiran Kembali Hak Menguasai Negara terhadap Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 339–358. Jur. na. Indonesia merupakan negara kesejahteraan antara lain dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 mengandung perihal “hak menguasai negara” yang diejawantahkan dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1960. Hak menguasai kewenangan tersebut dimaknai kembali dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021-022/PUU-I/2003. Melalui metode yuridis normatif, penelitian ini menjawab bagaimana pemaknaan kembali hak menguasai negara dalam putusan Mahkamah Konstitusi; bagaimana pemaknaan kembali tersebut berimplikasi sekaligus diejawantahkan dalam UU No. 1 Tahun 2014 sebagai respon dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 3/PUU-VIII/2010; dan melihat bagaimana pemaknaan kembali tersebut berpengaruh dalam menciptakan potensi (secara normatif) yang besar dalam terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat. Penjabaran Hak Menguasai Negara dalam Putusan Mahkamah Konstitusi adalah merumuskan kebijakan (beleid), merumuskan pengaturan (regelendaad), melakukan pengurusan (bestuurdaad), melakukan pengelolaan (beheersdaad), dan melakukan pengawasan (toezichthoudensdaad). Pemaknaan kembali Hak Menguasai Negara sangat berpengaruh pada pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang menyangkut kegiatan yang dapat menjamin terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat dalam tataran normatif. Kata Kunci: hak menguasai negara, putusan Mahkamah Konstitusi, wilayah pesisir, pulau-pulau kecil. vi.

(11) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 347.247 Ibnu Sina Chandranegara Purifikasi Konstitusional Sumber Daya Air Indonesia Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 359–379. BP HN. Kata Kunci Bersumber dari artikel. Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.. lR ec hts V. ind. ing. Mahkamah Konstitusi (MK) kembali mengabulkan permohonan pengujian undang-undang yang diajukan oleh PP Muhammadiyah. Bila sebelumnya MK mengabulkan permohonan PP Muhammadiyah dalam pengujian UU Minyak dan Gas Bumi, dan UU Organisasi Kemasyarakatan, kali ini MK mengabulkan sekaligus membatalkan secara keseluruhan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA). Sebelumnya lebih dari 3.000 pemohon mengajukan pengujian UU SDA pada tahun 2004-2005 namun ditolak oleh MK, namun permohonan yang diajukan oleh PP Muhammadiyah pada 2014-2015 dikabulkan MK. Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif, penelitian ini berupaya menemukan korelasi dan koherensi permasalahan konstitusionalitas antara pengujian pertama melalui putusan MK No. 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan No. 008/PUU-III/2005 dengan pengujian kedua melalui No 85/PUUXI/2013. Dibatalkannya UU SDA oleh MK membuka kembali lembaran baru perjuangan untuk melawan komodifikasi air yang terdapat dalam UU SDA yang dipengaruhi oleh kepentingan swastanisasi air yang dipromosikan oleh World Bank dan International Monetery Fund (IMF). Kata Kunci: purifikasi konstitusional , UU SDA, dan Putusan MK. UDC: 342.745. Asma Karim dan Dayanto. Perlindungan Hukum dan Pengembangan Potensi Indikasi Geografis Minyak Kayu Putih Pulau Buru Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 381–398. Jur. na. Tulisan ini membahas tentang strategi penguatan ekonomi lokal berbasis HKI Melalui perlindungan hukum dan pengembangan Potensi Indikasi Geografis Minyak Kayu Putih Pulau Buru serta faktor penghambatnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis untuk mengkaji strategi penguatan ekonomi lokal berbasis HKI melalui perlindungan hukum dan pengembangan potensi IG Minyak Kayu Putih Pulau Buru serta mengurai faktorfaktor penghambatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi penguatan ekonomi lokal yang berbasis pada HKI melalui perlindungan hukum dan pengembangan Indikasi Geografis belum dapat dilaksanakan karena IG belum masuk dalam rencana pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Buru. Hal tersebut disebabkan oleh faktor lemahnya SDM pemerintah daerah yang belum memahami HKI khususnya IG secara baik sehingga perannya memberikan sosialisasi kepada masyarakat juga belum dapat dilaksanakan. Kata Kunci: penguatan ekonomi lokal, perlindungan hukum, indikasi geografis. vii.

(12) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 342.745 Ahmad Redi. BP HN. Kata Kunci Bersumber dari artikel. Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.. Dilema Penegakan Hukum Penambangan Mineral dan Batubara Tanpa Izin pada Pertambangan Skala Kecil Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 399–420. lR ec hts V. ind. ing. Pertambangan tanpa izin (PETI) merupakan perbuatan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 158 dan Pasal 160 UU Minerba. Namun, penegakan hukum terhadap PETI menjadi dilema bagi aparat penegak hukum karena eksistensi PETI terkait dengan permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat miskin yang berada disekitar wilayah pertambangan. Bahkan 77% (tujuh puluh tujuh persen) penambang PETI mengalami peningkatan kesejahteraan akibat kegiatan PETI. Tulisan ini akan menganalisis faktor penyebab terjadinya PETI, dampak yang ditimbulkan, dan solusi kebijakan penegakan hukum PETI. Metode penelitian yaitu metode sosio legal research. Adapun jawaban dari permasalahan di atas, yaitu, pertama, faktor penyebab PETI, antara lain, faktor masalah regulasi, faktor kapasitas birokrasi perizinan, faktor pembinaan dan pengawasan yang normatif, faktor kendala penegakan hukum, dan faktor sosial ekonomi. Dampak dari PETI, antara lain adalah dampak kerusakan lingkungan hidup, dampak penerimaan negara, dan dampak konflik sosial. Kebijakan penegakan hukumnya, yaitu penerapan kebijakan utilitarianisme dan kebijakan pemidanaan sebagai ultimum remedium. Di bagian akhir artikel terdapat saran agar aparat penegak hukum harus mempertimbangkan penegakan hukum non-penal terhadap PETI dan pemerintah harus melakukan pembinaan dan pengawasan agar PETI dapat menjadi usaha yang sah. Kata Kunci: ekonomi, penegakan hukum, PETI. UDC: 343.352. Budi Suhariyanto. Restoratif Justice dalam Pemidanaan Korporasi Pelaku Korupsi Demi Optimalisasi Pengembalian Kerugian Negara Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 421–438. Jur. na. Pengembalian kerugian keuangan negara merupakan salah satu tujuan dasar dari pemberantasan tindak pidana korupsi, termasuk pemidanaan terhadap korporasi Pelaku korupsi. Sistem pemidanaan dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang bersifat primum remedium dan menggunakan pendekatan retributif justice, dalam praktiknya tidak berhasil secara optimal mengembalikan kerugian keuangan negara. Tulisan ini bermaksud untuk meneliti masalah eksistensi sistem pemidanaan terhadap korporasi Pelaku korupsi dan kendala dalam praktik pemidanaan korporasi Pelaku korupsi. Lebih jauh lagi, tulisan ini hendak menggali landasan pertimbangan penerapan restoratif justice dalam pemidanaan korporasi Pelaku korupsi sebagai upaya optimalisasi pengembalian kerugian keuangan negara. Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif, diperoleh kesimpulan berdasarkan efektivitas dan efisiensi pengembalian kerugian keuangan negara serta menghindarkan dampak pemidanaan korporasi bagi buruh, stabilitas perekonomian dan perlindungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka pembaruan kebijakan pemidanaan dengan mengembalikan sifat ultimum remedium dan menggunakan pendekatan restoratif justice adalah pilihan yang tepat. Berdasarkan artikel 26 UNCAC dan Pasal 52 RUU KUHP maka secara normatif penerapan restoratif justice pemidanaan korporasi memiliki landasan yang kuat dalam konteks efektivitas dan efisiensi pemberantasan korupsi. Kata Kunci: restorative justice, korporasi, korupsi. viii.

(13) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 340.137 Eko Noer Kristiyanto. BP HN. Kata Kunci Bersumber dari artikel. Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.. Peranan Hukum Nasional dalam Penyelenggaraan Kompetisi Sepak Bola Profesional di Indonesia Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 439–453. Jur. na. lR ec hts V. ind. ing. Penyelenggaraan kompetisi sepak bola profesional memiliki kontribusi positif terhadap tujuan negara khususnya upaya untuk memajukan kesejahteraan umum. Penyelenggaraan kompetisi sepak bola profesional terkait dengan sistem hukum transnasional FIFA dan sistem hukum nasional Indonesia, kedua sistem hukum ini memiliki titik singgung yang berpotensi konflik. Dengan menggunakan metode yuridis normatif khususnya terkait teori-teori tentang pluralisme hukum dan eksistensi sistem hukum transnasional tulisan ini mencoba menjelaskan bagaimana sesungguhnya kedudukan dan peranan sistem hukum nasional dalam penyelenggaraan kompetisi sepak bola profesional agar dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan umum. Dengan membandingkan fungsi dan peranan kedua sistem hukum dalam penyelenggaraan kompetisi sepak bola. Ternyata Sistem hukum nasional dan sistem hukum FIFA memiliki peranan masing-masing, keduanya saling melengkapi, jika keduanya harmonis dan sinergis maka akan berkontribusi positif terhadap upaya memajukan kesejahteraan umum. Kata Kunci: hukum transnasional, FIFA, sepak bola, hukum nasional, kesejahteraan umum. ix.

(14) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 340.111.5 Muh. Risnain. BP HN. The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in writing. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.. The Improvement of Nation’s Competitiveness through Reformation of Law Development In Actualizing the Welfare State Idea. ing. Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 291–304. lR ec hts V. ind. Indonesia’s weak economy competitiveness must be related to welfare state idea. Indonesian constitution embody the idea of welfare state, but it’s hard to be accomplished if Indonesia don’t change its competitiveness condition. Through normative method approach, this article intends to find correlation between law development related to the condition of competitiveness in order to actualize the welfare state idea and concept of improving nation’s competitiveness. The poor condition of legal development will weakens nation’s competitiveness while good condition of legal development and law enforcement will strengthen nation’s competitiveness. In the international level Indonesia’s economics competitiveness is in poor condition, it is caused by poor quality of law enforcement especially in corruption eradication and bureaucracy reformation. There should be a shift in paradigm in theoritical basis of legal development that it could be in line with the dynamics and the evolution of national law development. The implementation of the law development orientation in RPJP also should be embodied within RPJMN and the government RKP. The government (in this case Bappenas) and the legislative body need to review the conceptual base of national law development which is in line with the dynamics of national law development. To enhance national competitiveness there is need to reform the law development by stressing on law enforcement reform and bureaucracy reform. Therefore the government need to fix the orientation of law enforcement and bureaucracy reform. Keywords: law development, competitiveness, welfare state. UDC: 35.071. Imas Sholihah. Legal Policy for Border Areas Development through Technology-Based Infrastructure Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 305–321. Jur. na. Infrastructure development in border areas urgently needed because it is one of main obstacles facing by in order to develop border areas. Infrastructure-based technologies are still developing by government that involving researchers and private sector. The role of infrastructure based technology in border area require futher research in terms of legal and policy perspective as an effort to improve border areas society welfare. Through normative juridical method, twelve existing regulations are chosen related to borderline and border areas management. Regulation that specifically regulate border areas management is Law Number 43 Year 2008 on State Territory while regulation regarding infrastructure has accommodated in Law Number 26 Year 2007 on Spatial Planning and its implementing regulations. From regulatory reform aspect, Law regarding State Territory need to be reviewed, if necessary to be revised. There is no regulation or policy that regulate specifically technology-based infrastructure so that borders area can be developed through regulation adjustment that can bring positive impact for acceleration of borders area infrastructure development in order to borders area society welfare improvement. Keywords: law, policy, border areas, infrastructure. x.

(15) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 342.25 Suharyo. BP HN. The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in writing. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.. Special Autonomy in Papua and Aceh as Implementation of the Role of Law in Community’s Welfare Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 323–337. lR ec hts V. ind. ing. Special autonomy for the Province of Papua in Law Number 21 Year 2001 and special autonomy for Aceh in Law number 18 Year 2001 juncto Law number 11 Year 2006, is a political solution, legal solution, as well as a prosperity solution to solve separation conflicts that threatened National Security, in the middle of democratic euphoria in Indonesia. Legislation as legal products, contain aspects of local democracy, social welfare, human rights protection in the context of the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI).In normative legal research method, this article attempts to answer whether the law on special autonomy is a manifestation of the role of law in the welfare of society, and the period of validity and issues in implementing the law. This article concludes that regulation on special autonomy, as a responsive legal product which is aligned with progressive law, is still dealing with quite numbers of issues. The implementation and continuity of those regulations must be elaborated furthermore in term of its consistency and harmonisation with the welfare of society. Keywords: special autonomy, law, welfare. UDC: 340.132. Ananda Prima Yurista. Implications of Re-Interpretation the State’s Right of Control towards Coastal Areas and Small Islands Management Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 339–358. Jur. na. Indonesia is a welfare state, among others, stated in the Preamble of Constitution and Article 33 paragraph (3) Constitution. Article 33 paragraph (3) NRI Constitution of 1945 contains “the State’s Right of Control” that manifested in Article 2 paragraph (2) of the Act Number 5 of 1960. The State’s Right of Control was re-interpreted in the Constitutional Court Decision Number 001-021-022/PUU-I/2003. Through yuridis normative method, this study attempts to answer how Constitutional Court re-interpreted “the State’s Right of Control “; how the re-interpretation has implications and also manifested in Law Number 1 of 2014 as a response to the Constitutional Court Decision Number 3/PUU-VIII/2010; and see how the re-interpretation has implications for creating a great potency (normatively) to realize improvement of people’s welfare. The argument of the States right of control in Constitutional Court Decision is to formulate policy (beleid), to regulate (regelendaad), to organize (bestuurdaad), to manage (beheersdaad) and to control (toezichthoudensdaad). The reinterprete of the State’s of control give influence in coastal areas and small islands management related to activities that can improve people’s welfare in normative basis. Keywords: the state’s right of control, Constitutional Court decision, coastal area, small islands. xi.

(16) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 347.247 Ibnu Sina Chandranegara Constitutional Purification on Water Law Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 359–379. BP HN. The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in writing. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.. lR ec hts V. ind. ing. Constitutional Court have granted a judicial review petition on Water Law which was filed by the PP Muhammadiyah. Whereas in the past, the Court has granted the petition of PP Muhammadiyah in testing the Oil and Gas Law and Community Organization Law, this time Constitutional Court grants as well as cancels Law number 7 Year 2004 regarding Water Resources (Water Resources Law). There were more than 3,000 applicants apply for judicial review on Water Law in 2004-2005 but rejected by the Constitutional Court, meanwhile petition which filed by the PP Muhammadiyah in 2014-2015 had been granted. By using the method of normative legal research, this study sought to find the correlation and coherence in constitutionality problems between the first test through Constitutional Court decision Number.058-059-060-063 / PUU-II / 2004 and Number. 008 / PUU-III / 2005 and the second test with Number. 85 / PUU-XI / 2013. Water Resources Law which is repealed by the Court had open a new chapter to fight against the commodification of water (regulated in Water Resources Law) which is influenced by the interests of privatization promoted by the World Bank and the International Monetary Fund. Keywords: constitutional purification, water Law, and Constitutional Decisions. UDC: 342.745. Asma Karim dan Dayanto. Legal Protection and Development of Eucalyptus Oil as Potential Geographical Indications in Buru Island Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 381–398. Jur. na. This paper discusses the strategy of strengthening the local economy based on IPR through legal protection and the development of potential Geographical Indications, Eucalyptus Oil in Buru Island as well as it’s inhibiting factors.This research used socio-juridical method to find out the strategy of strengthening the local economy based on IPR through legal protection and the development of potential Geographical Indications Eucalyptus Oil in Buru Island as well as it’s inhibiting factors. The results showed that the strategy of strengthening the local economy based on intellectual property rights through legal protection and development of Geographical Indications still could not be implemented, because the IG has not been included in the plan of local economic development in Buru. This was caused by lack of human resources quality in the local governments that do not understand IPR especially IG well enough. Therefore their role on delivering socialization to the community on this matter also still cannot be conducted. Keywords: strengthening local economy, legal protection, geographical indications. xii.

(17) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 342.745 Ahmad Redi Dilemma of Law Enforcement in Small Scale Illegal Mining Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 399–420. BP HN. The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in writing. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.. lR ec hts V. ind. ing. Illegal mining (PETI) is a criminal offense under Article 158 and Article 160 of the Mining Law. However, law enforcement against illegal mining is a dilemma for law enforcement officers because the existence of illegal mining associated with impoverished communities’ social and economic problems around the mining area. Even the 77% (seventy seven percent) of illegal miners have increased prosperity as a result of illegal mining activities. This paper will conduct a study regarding the causes of PETI, the impact of PETI, and the solution of policy enforcement for PETI. The research method is the method of socio-legal research. As for the answer to the problems above, namely, first, the causes of illegal mining, among others, the regulatory issues factor; capacity of bureaucratic licensing factor; normative guidance and supervision factor; problem of law enforcement factor; and socio-economic factor. The impact of illegal mining, among others, the impact of environmental degradation; the impact of state revenues; the impact of social conflict. The law enforcement policy are implementation of utilitarianism principle and criminalization as ultimum remedium. At the end of the article there is recommendations that law enforcement officers should consider non-penal law enforcement against illegal mining and the government has to provide guidance and supervision so that illegal mining could be a legitimate business. Keywords: economy, law enforcement, illegal mining. UDC: 343.352. Budi Suhariyanto. Restorative Justice in Sentencing Corporate Business Optimization of Corruption by Country Returns Losses Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 421–438. Jur. na. Return of financial loss to the state and criminal prosecution ot corporate that do corruption is one of the basic objectives of corruption eradication. Indonesia Criminal system in the Corruption Eradication Act which is set as primum remedium and use retributive justice approach has not optimally restore the country’s financial loss in practice. This paper intends to examine the existence of the criminal system towards corporate that do corruption and constraints faced in implementing penalty towards it. Moreover, this paper will examine the consideration to apply restorative justice on corporate corruption case as an effort to optimize the return of the country’s financial loss. By using normative legal research method, the conclusion shows that based on the effectiveness and efficiency of the return financial loss to the state and to avoid negative impact for the corporate workers, the stability, protection and development of public welfare, the reform of penal policy by returning it’s ultimum remedium character and the use restorative justice approach is the best choice. Based on article 26 of UNCAC and Article 52 of the Criminal Code Draft, the implementation of restorative justice in sentencing corporation has a strong ground in the context of the effectiveness and efficiency of corruption eradication effort. Keywords: state financial loss, restorative justice, corporations, corruption. xiii.

(18) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. UDC: 340.137 Eko Noer Kristiyanto. BP HN. The Keywords noted here are the words which represent the concept applied in writing. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.. Role of the National Law in organizing Professional Football League Competition in Indonesia Rechtsvinding Journal, Vol. 5 No. 3, December 2016, page 439–453. Jur. na. lR ec hts V. ind. ing. Organization of professional football competition has a positive contribution to the goal of the state particularly efforts to promote general welfare. Organization of professional football competition associated with the legal system of transnational FIFA and the national legal system of Indonesia, this two legal systems have points of tangency that potentialy conflicts. Using juridical normative methods specifically relating to theories regarding pluralism of law and transnational legal system existing. This paper tries to explain how exactly the position and role of national legal systems in the professional football competition in order to support the realization of common prosperity. By comparing the function and role of the legal system in the organization of football competition. It turned out that the national legal system and FIFA legal system have their respective roles, this two are complementary, if both are in harmony and synergy will contribute positively to the promotion of the general welfare. Keywords: transnational law, FIFA, football, national law, general welfare. xiv.

(19) Volume 5 Nomor 3, Desember 2016.

(20)

(21) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. BP HN. PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA MELALUI REFORMASI PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MEWUJUDKAN CITA NEGARA KESEJAHTERAAN (The Improvement of Nation’s Competitiveness through Reformation of Law Development In Actualizing the Welfare State Idea). ing. Muh. Risnain Fakultas Hukum Universitas Mataram Jl. Majapahit No.62 Mataram, Nusa Tenggara Barat Email: ris_bdg@yahoo.com, risnain82@gmail.com. Naskah diterima: 15 Oktober 2016; revisi: 20 November 2016; disetujui: 25 November 2016. lR ec hts V. ind. Abstrak Lemahnya daya saing ekonomi Indonesia tentu berkorelasi dengan cita negara kesejahteraan. Konstitusi Indonesia menghendaki agar Indonesia menjadi negara kesejahteraan (welfare state), namun hal ini akan sulit dicapai jika kondisi daya saing Indonesia tidak diperbaiki. Melalui metode pendekatan normatif artikel ini hendak menemukan korelasi pembangunan hukum dengan kondisi daya saing bangsa dalam mewujudkan cita negara kesejahteraan dan konsep arah pembangunan hukum dalam peningkatan daya saing bangsa. Pembangunan hukum yang buruk akan mempengaruhi tingkat daya saing nasional menjadi rendah sebaliknya juga begitu kondisi daya saing pembangunan dan penegakkan hukum yang baik akan berkontribusi pada peningkatan daya saing negara. Rendahnya tingkat daya saing ekonomi Indonesia di level internasional salah satunya disebabkan karena penegakkan hukum khususnya pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi yang belum maksimal. Perlu melakukan rekonseptualisasi landasan teoretis pembangunan hukum sesuai dengan dinamika dan perkembangan pembangunan hukum nasional dan implementasi arah pembangunan hukum dalam RPJP dituangkan dan dilaksanakan dalam RPJMN dan RKP pemerintah. Hendaknya pemerintah dalam hal ini (Bappenas) dan DPR mereview kembali landasan konseptual pembangunan hukum nasional yang sesuai dengan perkembangan dan dinamika pembangunan hukum nasional. Untuk meningkatkan daya saing negara maka perlu reformasi pembangunan hukum dengan menekankan pada reformasi penegakkan hukum dan reformasi birokrasi. Oleh karena itu pemerintah perlu memperbaiki arah penegakkan hukum dan reformasi birokrasi. Kata Kunci: pembangunan hukum, daya saing, negara kesejahteraan. Jur. na. Abstract Indonesia’s weak economy competitiveness must be related to welfare state idea. Indonesian constitution embody the idea of welfare state, but it’s hard to be accomplished if Indonesia don’t change its competitiveness condition. Through normative method approach, this article intends to find correlation between law development related to the condition of competitiveness in order to actualize the welfare state idea and concept of improving nation’s competitiveness. The poor condition of legal development will weakens nation’s competitiveness while good condition of legal development and law enforcement will strengthen nation’s competitiveness. In the international level Indonesia’s economics competitiveness is in poor condition, it is caused by poor quality of law enforcement especially in corruption eradication and bureaucracy reformation. There should be a shift in paradigm in theoritical basis of legal development that it could be in line with the dynamics and the evolution of national law development. The implementation of the law development orientation in RPJP also should be embodied within RPJMN and the government RKP. The government (in this case Bappenas) and the legislative body need to review the conceptual base of national law development which is in line with the dynamics of national law development. To enhance national competitiveness there is need to reform the law development by stressing on law enforcement reform and bureaucracy reform. Therefore the government need to fix the orientation of law enforcement and bureaucracy reform. Keywords: law development, competitiveness, welfare state. Peningkatan Daya Saing Bangsa melalui Reformasi Pembangunan Hukum ... (Muh. Risnain). 291.

(22) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. BP HN. na. lR ec hts V. ind. Pada era globalisasi posisi daya saing sebuah negara ditentukan oleh suatu penelitian yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat internasional seperti: World Economic Forum (WEF) dan IFC Bank Dunia. Penelitian yang dilakukan oleh WEF berupa Global Competitiveness Report (GCR) adalah laporan tahunan kondisi daya saing negara-negara yang disurvei.1 Penelitian daya saing Indonesia yang dilakukan WEF dalam waktu lima tahun terkahir (2009-2013) mengalami fluktuasi dan cenderung pada kondisi penurunan. Pada tahun 2008-2009 peringkat daya saing Indonesia berada pada urutan ke-55 dari 133 negara yang disurvei. Pada tahun 2010-2011 daya saing global Indonesia berada pada posisi ke-54 dari 133 negara. Tahun 2010-2011 posisi Indonesia berada pada peringkat ke-44 dari 139 negara. Tahun 2011-2012 peringkat daya saing global Indonesia mengalami penurunan menjadi urutan ke-46 dari 142 negara. Pada tahun 2012-2013 kondisi daya saing global Indonesia berada pada posisi ke-50 dari 138 negara yang disurvei. Terakhir pada tahun 20132014 posisi daya saing global Indonesia berada pada posisi ke-38 dari 144 negara yang disurvei. Di tingkat ASEAN daya saing Indonesia tidak mampu bersaing dengan negara-negara pesaing utama di ASEAN. Sejak tahun 2008-2013 posisi Indonesia masih stagnan berada pada posisi ke-5 di bawah negara-negara tetangga: Singapura (1), Malaysia. (2), Brunei Darusallam (3), Thailand (4). Kondisi ini anomali dengan posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang memberlakukan ACFTA mulai diberlakukan sejak 2010, AFTA tahun 2003 dan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada Tahun 2015. Pemeringkatan daya saing global Indonesia dapat dilihat dari tingkat kondusifitas lingkungan usaha yang dilakukan oleh Bank Dunia/IFC. Laporan yang diberi judul Doing Business (DBS) merupakan laporan tahunan tentang bagaimana kemudahan berbisnis di suatu negara dibanding negara lain. Sejak tahun 2011-2014 kondisi kondusifitas lingkungan usaha di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 Indonesia berada pada posisi 121 dari 183 negara yang disurvei. Pada tahun 2012 posisi Indonesia berada pada posisi 129 dari 183 negara yang disurvei. Pada tahun 2014 Indonesia berada pada peringkat 120 dari 189 negara yang disurvei. Posisi terkahir ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 Indonesia pada posisi ke-116. Laporan DBS 2014 menunjukan keadaan lingkungan usaha (business environment) Indonesia dalam konteks global diperinci pemeringkatannya berdasarkan pada masingmasing indikator.Pada indikator: (1) memulai suatu usaha prosedur, (modal minimum yang wajib, waktu dan biaya) Indonesia berada pada posisi 175 dari 189 negara, (2) registrasi properti (prosedur, waktu dan biaya) Indonesia berada. ing. A. Pendahuluan. Metode survei yang dilakukan WEF untuk menentukan peringkat daya saing global sebuah negara menggunakan data dari organisasi-organisasi internasional (UNICEF, WHO, IMF, TI, dsb) dan data hasil survei tahunan (Executive Opinion Survey) yang dilaksanakan oleh WEF sendiri.Survei dilakukan untuk memperoleh penilaian yang bersifat lebih kualitatif yang tidak diperoleh jika menggunakan data-data statistik. Untuk survei tahun 2012, jumlah responden mencapai 15.000 dari 144 negara dan dilaksanakan pada kurun waktu Januari-Juni 2012. Rata-rata jumlah responden di tiap negara adalah 88 responden. Dalam melakukan survei, WEF bekerjasama dengan institusi mitra di masingmasing negara yang jumlahnya mencapai 150 mitra. Pemilihan mitra tersebut didasarkan atas kapasitas untuk mengorganisasikan kalangan pebisnis serta pemahaman akan lingkungan bisnis di suatu negara. Di Indonesia lembaga yang mitra WEF adalah Center for Industry, SME & Business Competition Studies University of Trisakti yang diketuai oleh Tulus TH Tambunan.. Jur. 1. 292. Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 291–304.

(23) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. ing. BP HN. daya saing ekonomi Indonesia tidak saja tidak menjadi daya tarik investor, tetapi menjadi salah satu faktor hengkangnya investor yang telah menanamkan modalnya di Indonesia. Kondisi demikian berimplikasi pada kondisi sosial masyarakat. Ketiadaan investasi menyebabkan tidak tersedianya lapangan kerja. Hengkangnya investor tentu juga menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan. Dampak selanjutnya adalah pengangguran meningkat yang menyebabkan persoalan serius yang dihadapi bangsa. Oleh karena itu diperlukan peranan negara untuk menjadikan daya saing ekonomi negara menjadi lebih baik sebagai faktor yang akan menjadi daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Lemahnya daya saing ekonomi Indonesia tentu berkorelasi dengan cita negara kesejahteraan. Konstitusi Indonesia, UUD NRI 1945, merupakan konstitusi yang menghendaki agar Indonesia menjadi negara kesejahteraan (welfare state) akan sulit dicapai jika kondisi daya saing Indonesia tidak diperbaiki. Pada tataran perencenaan visi Indonesia menjadi negara sejahtera dan mandiri yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) terasa sulit terwujud jika pemerintah tidak melakukan reformasi penegakkan hukum di Indonesia. Tulisan ini hendak mengupas dua hal penting yaitu, pertama, korelasi pembangunan hukum dengan kondisi daya saing bangsa dalam mewujudkan cita negara kesejahteraan, kedua, bagaimana konsep pembangunan hukum dalam peningkatan daya saing negara guna mewujudkan visi Indonesia sebagai bangsa yang sejahtera dan mandiri.. Jur. na. lR ec hts V. ind. pada posisi ke-101, (3) mendapatkan kredit (sistem informasi kredit; undang-undang kolateral yang bergerak) Indonesia berada pada posisi ke-88, (4) perlindungan terhadap investor (penyikapan dan pertanggung jawaban semua pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis) Indonesia berada pada posisi ke-52, (5) pelaksanaan kontrak berada pada posisi ke-147), (6) penyelesaian insolvabilitas (prosedur, waktu dan biaya untuk penyelesaian sebuah sengketa bisnisl) Indonesia berada pada posisi ke-144,(7) mendapatkan ijin konstruksi (prosedur, waktu dan biaya) berada pada posisi ke-88, (8) mendapatkan listrik (prosedur, waktu dan biaya) berada pada ke-121; (9) pembayaran pajak-pajak (cara pembayaran, waktu, dan jumlah) berada pada posisi ke-133; (10) perdagangan lintas perbatasan (dokumendokumen, waktu dan biaya) berada pada posisi ke-54; dan (11) pendaftaran properti berada pada posisi ke-1012. Hal yang menarik dari hasil laporan tersebut ternyata penyebab utama rendahnya daya saing ekonomi Indonesia adalah pada faktor kelembagaan ekonomi terutama pada kebijakan negara. Dua hal pokok yang menjadi penghambat daya saing ekonomi Indonesia adalah masih maraknya korupsi dan birokrasi pemerintahan yang tidak efektif. Praktek pungutan liar (pungli) dan birokrasi yang berkepanjangan yang menyebab ekonomi biaya tinggi di Indonesia (high-cost economy). Faktor ketidakpastian berusaha menjadi faktor yang menentukan apakah negara tersebut menjadi negara yang ramah investasi atau menjadi negara predator investasi. Kondisi daya peringkat daya saing rendah tentu berpengaruh terhadap daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Rendahnya. 2. Ibid.. Peningkatan Daya Saing Bangsa melalui Reformasi Pembangunan Hukum ... (Muh. Risnain). 293.

(24) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. BP HN. lR ec hts V. ind. Untuk menjawab permasalahan di atas maka digunakan metode penelitian hukum normatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konseptual. Pendekatan konseptual dilakukan dengan mengkaji secara konseptual korelasi pembangunan hukum dengan kondisi daya saing bangsa dalam mewujudkan cita negara kesejahteraan, dan menemukan konsep arah pembangunan hukum dalam peningkatan daya saing bangsa guna mewujudkan visi Indonesia sebagai bangsa yang sejahtera dan mandiri. Untuk membedah masalah tersebut maka diguanakan teori tentang daya saing,teori negara kesejahteraan, teori hukum pembangunan dan teori sistem hukum. Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP yang secara khusus membahas arah pembangunan hukum. Analisis yang digunakan analisis yuridis kualitatif dengan menggunakan teknik berpikir deduktif.. sebuah negara. Peranan negara dalam konteks peningkatan daya saing negara merupakan hal fital. Keterkaitan daya saing negara dan kebijakan hukum dikemukakan oleh pakar daya saing, Tulus TH Tambunan, menurut beliau daya saing negara sama dengan daya saing ekonomi yang dimiliki sebuah negara. Daya saing tersebut ditentukan oleh sejumlah pilar yang masingmasing mempunyai daya saingnya sendirisendiri. Pilar-pilar pendukung daya saing menurut beliau adalah, pertama, alam/fisik, pilar ini sangat terkait dengan keunggulan komparatif yang dimiliki sebuah negara, kedua, perusahaan, pelaku utama dalam aktivitas industri adalah perusahaan. Daya saing perusahaan ditentukan oleh daya saing masingmasing inputnya yaitu daya saing pengusaha, daya saing pekerja dan daya saing input-input lainnya, ketiga, inovator/inventor, daya saing sebuah negara atau perusahaan tidak terlepas dari kegiatan inovasi yang ditentukan oleh kreatifitas, keuletan dan pengetahuan para peneliti di sebuah negara. keempat, pemerintah, peran pemerintah dalam peningkatan daya saing sangat menentukan karena pemerintah yang berwenang untuk mengeluarkan kebijakan, hukum, dan membangun infrastruktur, sekolah dan rumah sakit yang akan mendukung tingginya daya saing. Pada saat yang sama negara harus bersaing dengan kebijakan daya saing negara lain. Pemerintah Indonesia harus bersaing dengan pemerintah RRC misalnya dalam memberikan insentif, membuat peraturan perundang-undangan dan membangun infrastruktur dalam menunjang peningkatan daya saing industri/ perusahaan dalam negeri. Pemerintah yang memiliki daya saing tinggi di suatu akan tercermin pada berbabai program, insentif, kesehatan, pendidikan, pelayaanan. ing. B. Metode Penelitian. C. Pembahasan. 1. Korelasi Kondisi Penegakkan Hukum Dengan Kondisi Daya Saing Bangsa Dalam Mewujudkan Cita Negara Kesejahteraan.. Jur. na. Menurut WEF, daya saing adalah as the set of institutions, policies, and factors that determine the level of productivity of a country. Daya saing sebuah negara adalah kumpulan dari institusiinstitusi negara, kebijakan-kebijakan dan faktorfaktor lain yang menentukan produktifitas sebuah negara.Tingkat produktifitas sebuah negara menentukan tingkat kesejahteraan ekonomi sebuah negara. Definisi daya saing menunjukkan bahwa lembaga-lembaga negara dan kebijakan-kebijakan negara sangat mempengaruhi tingkat produktifitas daya saing. 294. Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 291–304.

(25) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. ing. BP HN. berorientasi untuk mendorong infrastruktur, pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, dan insentif lainnya sangat menentukan daya saing sebuah negara. Oleh karena itu kehadiran negara dalam aktivitas ekonomi menjadi penting. Menurut J.D. Hart4 kehadiran negara dalam membangun ekonomi dilakukan melalu instrumen hukum dengan tujuan agar hukum dapat menciptakan kondisi stabilitas (stability), memprediksi kondisi perekonomian di masa yang akan datang (predictability) dan menciptakan keadilan (fairness) dalam melakukan aktivitas ekonomi. Sebagai stabilisator hukum mampu menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing dalam aktivitas ekonomi. Fungsi hukum yang predictability adalah bahwa hukum dapat memprediksi akibat dari suatu langkahlangkah yang diambil,khususnya negaranegara berkembang yang memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas predikbilitas merupakan suatu hal yang urgen. Dalam konteks keadilan (fairness) bahwa hukum harus mampu menciptakan suatu perlakuan yang sama terhadap semua pelaku usaha dalam melakukan aktivitas ekonomi dan juga untuk menciptakan pola tingkah laku pemerintah untuk menjaga mekanisme pasar dan birokrasi yang berlebihan.5 Oleh karena itu reformasi hukum dalam peningkatan daya saing negara menjadi hal yang urgen dalam konteks globalisasi dan liberalisasi perdagangan dewasa ini.. Jur. na. lR ec hts V. ind. publik yang baik guna mendukung daya saing negaranya. kelima, masyarakat , tingkat daya saing sebuah negara juga ditentukan pula oleh daya saing masyarakat pada negara tersebut. Indikator daya saing masyarakat ditentukan oleh kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat, keuletan, kesehatan, dan tingkat pendidikan masyarakat. Secara khusus Tulus TH Tambunan menyatakan terdapat relasi yang erat antara peningkatan daya saing dan peran pemerintah dalam penegakkan hukum3 yang menerangkan bahwa “peran pemerintah sangat krusial dalam upaya meningkatkan daya saing sebuah negara/ekonomi terutama karena peran pemerintah adalah menyediakan infrastruktur, pelayanan publik, pendidikan, kesehatan serta mengeluarkan berbagai peraturan/regulasi yang didalam bidang ekonomi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas yang pada akhirnya juga meningkatkan daya saing, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, termasuk dunia usaha untuk meningkatkan kinerjanya”. Pendapat Tambunan di atas mencerminkan dua aspek hukum dalam peningkatan daya saing, Pertama, kewenangan untuk membuat hukum/regulasi dan juga menegakkannya dimiliki oleh pemerintah. Kewenangan ini sangat menentukan kebijakan ekonomi makro yang diambil oleh sebuah negara. Kedua, kebijakan hukum pemerintah sangat menentukan dalam mendorong pilar-pilar daya saing yang lain untuk maju. Kebijakan pemerintah yang. 3 4. 5. Tulus TH. Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Refika, 2013), hlm 325. J.D.Ny.Hart, The Rule of Law in Economic Development, dalam Erman Rajagukguk, Hukum Ekonomi Indonesia Memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial, (makalah dalam seminar pembangunan Hukum nasional ke-VIII yang diadakan oleh BPHN Depkeh dan HAM, di Bali, Tahun 2003), hlm.7. Ibid.. Peningkatan Daya Saing Bangsa melalui Reformasi Pembangunan Hukum ... (Muh. Risnain). 295.

(26) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. ing. BP HN. diharapkan hukum mampu sebagai pengarah dinamika dan tata nilai yang hidup dalam masyarakat.8 Dalam konteks Indonesia Mochtar Kusumaatmadja menyesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang sedang membangun. Di Indonesia dimana peraturan perundang-undangan sebagai sumber hukum utama merupakan sarana bagi negara untuk mencampuri, mengarahkan masyarakat Indonesia yang sedang membangun. Peraturan perundang-undangan memiliki peranan penting sebagai sarana pembaharuan masyarakat.9 Hukum tetap berperan sebagai sarana untuk menjamin ketertiban perubahan masyarakat. Mochtar Kusumaatmadja menyadari bahwa konsep hukum sebagai alat (tools) untuk merekayasa masyarakat sebagaimana yang dikemukakan Pound tidak sinkron dengan kondisi masyarakat dan sistem hukum Indonesia. Dalam konteks Indonesia, hukum tidak hanya berfungsi sebagai “alat”, tetapi sebagai sarana pembaharuan masyarakat. Bangunan teori hukum pembangunan yang dikemukan Mochtar Kusumaatmadja10 didasarkan pada pemahaman bahwa ; a) Di Indonesia peranan peraturan perundangundangan dalam proses pembaharuan hukum lebih menonjol, misalnya jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang menempatkan yurisprudensi pada tempat yang lebih penting;. na. lR ec hts V. ind. Pemerintah perlu mengambil kebijakan hukum yang dapat mengakomodir kepentingan liberalisasi perdagangan dan kepentingan nasional. Indonesia sebagai sebuah negara yang berkembang dan negara industri telah mengambil sebuah kebijakan pembangunan hukum yang diambil sebelum lahirnya berbagai perjanjian liberalisasi perdagangan internasional. Mochtar Kusumaatmadja telah memper­ kenalkan sebuah konsep pembangunan hukum yang disebut sebagai teori hukum pembangunan. Konsep hukum pembangunan didasarkan pada pemikiran; pertama, bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan pembaharuan memang diinginkan, bahkan mutlak perlu, dan kedua, bahwa hukum dalam arti kaidah diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan itu. Konsep hukum pembangunan merupakan pengembangan dari teori yang dikemukakan oleh Roscou Pound6 yang menyatakan bahwa hukum dalam masyarakat berfungsi sebagai alat untuk merekayasa masyarakat (law as tool for social engineering). Gagasan Pound tersebut memiliki dua pijakan, pertama, dalam konteks Amerika Serikat sebagai bagian dari kelompok anglo-saxon7 putusan pengadilan sebagai sumber hukum utama, sehingga putusan pengadilan merupakan alat untuk merekayasa masyarakat Amerika. kedua, dalam konteks hukum berfungsi sebagai social engineering. Roscou Pound, An Introduction to the Philosophi of law, (United State: Yale University Press, United State), hlm.7. Ade Maman Suherman, Sistem Hukum di Dunia, (Jakarta: Ghalia, 2003), hlm. 34. Tristam P Moeliono, Perlukah Kita Mempertanyakan Gagasan Unifikasi Hukum, dalam Elly Erawaty dkk,(ed) Beberapa Pemikiran Tentang Sistem Hukum Nasional: Liber Actum Untuk Prof.Dr.CFG.Sunaryati Hartono,S.H, (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2011), hlm.127. 9 Ibid. 10 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Kumpulan Karya Tulis, (Bandung: Pusat Studi Wawasan Nusantara bekerjasama dengan PT. Alumini, 2006), hlm.13-14.. 8. 6. Jur. 7. 296. Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 291–304.

(27) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. BP HN. 2. Politik Pembangunan Hukum dalam mewujudkan Negara Kesejahteraan.. Memulai uraian pembangunan hukum dalam mewujudkan negara kesejahteraan. Jur. na. lR ec hts V. ind. Pendapat Mochtar Kusumaatmadja tentang konsep pembangunan hukum mengalami penambahan dan penyempurnaan dari ahli hukum yang lain sesuai dengan perkembangan jaman12. Sunaryati Hartono13 menyatakan bah­ wa disamping sebagai sarana pembangunan, hukum memiliki fungsi yang lain yaitu sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan, sebagai sarana penegak keadilan, dan sebagai sebagai sarana pendidikan masyarakat. Romli Atmasasmita14 menyatakan bahwa dalam era reformasi, hukum tidak saja berperan sebagai sarana pembaharuan masyarakat, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk merekayasa birokrasi dan masyarakat (bureaucratic and social engineering/BSE). Inti dari konsep BSE bahwa dalam pembangunan hukum penyelenggara birokrasi memberikan dan melaksanakan ketauladanan sesuai dengan tuntutan hukum yang berlaku dan masyarakat. termotivasi untuk mematuhi dan mengikuti langkah kepatuhan birokrat tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa salah satu pilar untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam konteks perekonomian global adalah reformasi pembangunan hukum. Pembangunan hukum yang kemudian dituangkan dalam rencana pembangunan nasional sebenarnya telah mencoba menggunakan teori-teori pembangunan hukum. Pada RPJP 2005-2025 jika ditelaah lebih mendalam sebenarnya pemerintah hendak menggunakan teori hukum sebagai sarana pembangunan yang dikemukakan Mochtar Kusumaatmadja dan teori sistem hukum yang dikemukakan Lawrence W Friedman. Dalam konteks peranan hukum dalam membangun daya saing bangsa maka hukum harus ditempatkan sebagai “pendulum” pembangunan nasional. Hukumlah yang kemudian mengarahkan pembangunan ekonomi dan infrastruktur dan bidang pembangunan yang lain. Paket kebijakan reformasi ekonomi yang disampaikan oeh Rezim pemerintahan Joko Widodo lebih banyak pada reformasi ekonomi kelembagaan termasuk didalamnya mempermudah perizinan dan menghilangkan terjadinya pungutan liar yang dapat menghambat investasi.. ing. b) Konsep hukum sebagai “alat” akan mengakibatkan hasil yang berbeda jauh dengan penerapan legisme sebagaimana yang pernah diadakan pada zaman Belanda, dan masyarakat Indonesia masih memiliki kepekaan untuk menerapkan konsep legisme. c) Apabila hukum diartikan termasuk pula hukum internasional maka konsep hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat sudah diterima jauh sebelum konsep ini diterima resmi sebagai landasan kebijakan hukum nasional.11. An-an Chandrawulan, Op.cit, hlm.43. Lili Rasjidi, Dinamika Situasi dan Kondisi Hukum Dewasa ini; Dari Perspektif Teori dan Filosofikal, dalam,Sinta Dewi (ed), Kapita Selekta Hukum: Tinjauan Kritis Atas Perkembangan Hukum Seiring Perkembangan Masyarakat di Indonesia, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), hlm. 6. 13 Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni, 1991), hlm.77. 14 Romli Atmasasmita, Globalisasi dan Kejahatan Bisnis,Edisi kedua, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.17-18. 11 12. Peningkatan Daya Saing Bangsa melalui Reformasi Pembangunan Hukum ... (Muh. Risnain). 297.

(28) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. ing. BP HN. pembatasan kekuasaan negara dalam kehidupan politik. Aspek hukum mengharuskan negara adanya prinsip supremasi hukum dalam proses penegakkan hukum, asas legalitas dan rule of law, sedangkan aspek sosial menghendaki terciptanya keadilan sosial dan kesejahteraan umum.20 Menurut G.Esping-anderson21 sebuah negara dikatakan sebagai negara kesejahteraan jika memenuhi empat unsur yaitu: Sosialisasi hak dan kewajiban warga negara (social citizenship); Demokrasi penuh; Sistem hubungan industrial modern; dan Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengembangan sistem pendidikan modern). Mac Iver memberikan beberapa ciri sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara kesejahteraan yaitu: Pemenuhan hak-hak asasi rakyat di bidang sosial dan ekonomi; Efisiensi dan manajemen lebih diutamakan daripada pembagian kekuasaaan politis, sehingga peranan eksekutif lebih dominan daripada legislative; Hak milik rakyat tidak mutlak; Negara tidak saja berperan sebagai penjaga keamanan rakyat, tetapi berperan serta dalam mewujdukan kegiatan sosial dan ekonomi; Adanya kaidah hukum administrasi yang mengatur kegiatan ekonomi dan pembebanan kewajiban tertentu kepada rakyat; Negara semakin luas peranannya dalam kegiatan ekonomi dan sosial sehingga rezim hukum publik lebih berperan dominan. na. lR ec hts V. ind. maka penulis menyampaikan konsep teoretis tentang negara kesejahteraan. Secara teoretis negara kesejahteraan merupakan kolaborasi antara konsep negara hukum15 dan negara kesejahteraan.16 Menurut Burkens sebagaimana dikutip Hamid S Attamimi17 mengatakan bahwa negara hukum (rechtstaat) adalah negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dibawah kekuasaan hukum. Segala bentuk tindakan negara maupun rakyat harus dilandasi hukum. Pemerintah sekalipun harus tunduk pada hukum, bukan hukum yang tunduk pada pemerintah. Semua penyelenggaraan negara dan pemerintahan berada dalam aturan hukum. Konsepsi negara hukum menghajatkan bahwa keberadaan hukum merupakan instrumen untuk menata dan mengorganisasi kehidupan kenegaraan, pemerintahan dan kemasyarakatan.18 Negara kesejahteraan menurut Bagir Manan menempatkan negara atau pemerintah tidak saja sebagai penjaga keamanan atau ketertiban masyarakat, tetapi memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan umum bagi rakyatnya.19 Dalam karyanya yang lain Bagir Manan menyatakan bahwa konsepsi negara hukum modern atau negara hukum kesejahteraan mengandung tiga aspek yaitu: aspek politik, hukum dan sosialekonomi. Aspek politik menghendaki adanya. Tahir Azhary, Negara Hukum Indonesia: Analisis Yuridis tentang Unsur-unsurnya, (Jakarta: UI Press, 1994), hlm.44-45. 16 Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, cetakan ke-2, (Yogyakarta: UII Press, 2006), hlm.9. 17 Terkutip dalam Ridwan HR, Hukum Administrasi…Op.cit, hlm. 19. 18 Ibid. 19 Bagir Manan, Politik Perundang-undangan dalam rangka mengantisipasi liberalisasi perekonomian, (Bandar Lampung: FH Unila, 1996), hlm.16. 20 Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD NRI 1945, (Jakarta: Pustaka SInar Harapan, 1994), hlm.38. 21 G. Asping-andersoen, Three World of Welfare Capitalism, (London: Oxford University Press, 1990), hlm.78.. Jur. 15. 298. Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 291–304.

(29) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. ing. BP HN. negara berfungsi sebagai pelaku kegiatan ekonomi melalui perusahaan yang dimiliki negara (BUMN) dan Negara sebagai umpire (pengawas) yang memiliki kewenangan untuk merumuskan aturan hukum terkait dengan keadilan dalam bidang ekonomi. Sri Rejeki Hartono mengemukakan keterlibatan negara dalam perekonomian mampu berperan sebagai pengatur dan pengawas persaingan antara pelaku usaha agar tidak terjadi persaingan perdagangan curang di antara pelaku usaha.28 Menurut Stiglitz sebagaimana yang dikutip oleh Didik J. Rahbini29 peran negara dalam intervensi perekonomian terdapat empat alternatif. Pertama, Negara dapat memberi hak monopoli bagi perusahaan negara. Kedua, negara menciptakan kondisi yang bersaing antara perusahaan-perusahaan negara. Ketiga, negara dapat membuat seperangkat peraturan perundang-undangan yang dapat menciptakan kompetisi, atau keempat, negara dapat mengatur ekonomi swasta. Cita negara kesejahteraan telah dimuat dalam konstitusi Republik Indonesia. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) tahun 1945 telah secara implisit memuat gagasan negara kesejahteraan sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 pembukaan UUD NRI 1945 yang berbunyi sebagai berikut: “membentuk suatu pemerintah negara republik Indonesia yang melindungi segenap. na. lR ec hts V. ind. menggeser hukum privat; Lebih bersifat negara hukum materil yang mengutamakan keadilan sosial dan materil.22 Negara kesejahteraan menghendaki negara melakukan intervensi dalam aktivitas ekonomi sebagai bentuk kewajiban negara untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umum bagi rakyatnya. Selain itu, negara dapat berperan sebagai penyeimbang berbagai kekuatan pasar dalam ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan.23 Ikut sertanya negara dalam kegiatan perekonomian dalam bingkai negara kesejahteraan tidak lain adalah merupakan intervensi negara sebagai badan publik dalam urusan yang bersifat private market economy.24 Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan umum, maksimalisasi kesejahteraan sosial, dan menghindari kegagalan pasar sebagai akibat perilaku curang pelaku ekonomi lainnya.25 Jika kondisi pasar dibiarkan jalan tanpa campur tangan pemerintah maka akan terjadi situasi ekonomi eksploitatif dimana pelaku ekonomi yang satu mengeksploitasi pelaku ekonomi yang lain yang berujung pada ketidakadilan ekonomi.26 W. Friedmann27 mengemukakan bahwa dalam negara kesejahteraan peranan negara dalam bidang ekonomi memiliki empat fungsi yaitu: a) Negara sebagai penjamin kesejahteraan rakyat b) negara sebagai regulator (pengatur), c) negara sebagai enterpreuner dimana. Mac Iver, The Modern State, (London: Oxford University Press, 1950), hlm.4. Johny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, Implikasi dan Peranannya di Indonesia, (Malang: Bayu Media Publisihing, 2007), hlm.32. 24 Ibid. 25 Ibid. 26 Ibid. 27 W Friedmann, The State and Rule of Law in Mixed Economics, (London: Stevens and Sons), hlm.3. 28 Sri Rejeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Bandung: Mandar Maju), hlm.13. 29 Didik J Rachbini, Ekonomi Politik : Paradigma, Teori dan Perspektif Baru, (Jakarta: CIDES, Jakarta, 1996), hlm.8485. 22. Jur. 23. Peningkatan Daya Saing Bangsa melalui Reformasi Pembangunan Hukum ... (Muh. Risnain). 299.

(30) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. ing. BP HN. 1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; 3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat; 4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar pada demokrasi atas ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.. ind. bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Makna yang terkandung dalam pembukaan UUD NRI 1945 tersebut di atas merupakan sebuah amanat dan cita-cita mulia yang diletakkan pendiri bangsa. Keberadaan bangsa Indonesia sebagai sebuah negara merdeka dihajatkan untuk memberikan perlindungan kepada bangsa Indonesia, menciptakan kesejahteraan sosial dan ikut serta dalam pergaulan internasional. Perlindungan yang diberikan oleh negara tidak saja berbentuk perlindungan fisik dari ancaman agresi militer negara lain, tetapi dalam perkembangannya termasuk pula perlindungan dari kebijakan-kebijakan ekonomi dan perdagangan negara lain yang merugikan perekonomian nasional Indonesia. Para pendiri bangsa pun menyadari bahwa perlindungan terhadap bangsa Indonesia dapat dilakukan secara efektif melalui instrumen-intrumen hukum baik hukum nasional maupun hukum internasional yang mengatur hubungan negaranegara. Cita negara hukum kesejahteraan dimana negara berperan aktif dalam mengatur perekonomian termaktub dalam pembukaan UUD NRI 1945 diatur secara rinci dalam ketentuan Pasal 33 UUD NRI 1945 yang merupakan landasan konstitusional bagi ikut sertanya negara dalam perekonomian nasional. Ketentuan Pasal 33 UUD NRI 1945 menyatakan bahwa:. Jur. na. lR ec hts V. Pencantuman ketentuan sistem perekonomian nasional dalam konstitusi merupakan peletakan landasan konstitusional bagi kebijakan perekonomian nasional30. Konstitusi merupakan acuan kebijakan bagi pemerintah dari sebuah negara kesejahteraan dalam mengambil setiap kebijakan ekonomi. Konstitusi tidak boleh dilanggar dan dikalahkan demi kepentingan ekonomi. Menurut Jimly ekonomi Ashidiqqie31 ketentuan tentang dalam UUD NRI 1945 merupakan instrumen pengendalian terhadap dinamika pasar sekaligus sarana perekayasaan perkembangan ekonomi untuk mencapai cita-cita bersama yaitu terciptanya keadilan (justice), terciptanya kemakmuran bersama dan kebebasan. Konstitusi berfungsi sebagai penyeimbang antara kepentingan negara, masyarakat dan pasar.32. Jimly Assidiqqie, Konstitusi Ekonomi, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2010), hlm.68-70. Ibid. 32 Ibid. 30 31. 300. Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 291–304.

(31) Volume 5, Nomor 3, Desember 2016. BP HN. Arah pembangunan hukum yang tercantum dalam RPJP di atas memperlihatkan bahwa reformasi materi hukum tidak dapat dilepaskan dari globalisasi sebagai kondisi yang mempengaruhinya. Dalam konteks globalisasi maka daya saing bangsa harus ditingkatkan melalui hukum sebagai instrumen untuk menggerakkannya.. ing. 3. Konsep pembangunan hukum dalam peningkatan daya saing bangsa guna mewujudkan visi negara kesejateraan. Secara teoretis konsep pembangunan hukum dalam RPJP 2005-2025 menggunakan teori hukum, yaitu teori pembangunan hukum yang disampaikan Mochtar Kusumaatmadja dan Teori Sistem Hukum dari Lawrennce W Friedmen. Dalam RPJP 2005-2025 dicantumkan arah pembangunan hokum yaitu: “Pembangunan hukum diarahkan pada makin terwujudnya sistem hukum nasional yang mantap bersumber pada Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang mencakup pembangunan materi hukum, struktur hukum termasuk aparat hukum, sarana dan prasarana hukum; perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran dan budaya hukum yang tinggi dalam rangka mewujudkan negara hukum; serta penciptaan kehidupan masyarakat yang adil dan demokratisPembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaruan hukum dengan tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum, penegakkan hukum dan HAM, kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran,ketertiban, dan kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang makin. Jur. na. lR ec hts V. ind. Begitu pentingnya peranan hukum dalam pembangunan ekonomi yang akan menghadirkan kesejaheraan rakyat maka di dalam lampiran undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 yang sekarang ini berfungsi sebagai GBHN adalah dicantumkan bahwa “Pembangunan hukum diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; mengatur permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi, terutama dunia usaha dan dunia industri; serta menciptakan kepastian investasi, terutama penegakkan dan perlindungan hukum. Pembangunan hukum juga diarahkan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu menangani dan menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang terkait kolusi, korupsi, nepotisme (KKN)...” Kutipan di atas memperlihatkan secara jelas fungsi hukum dijadikan sebagai sarana pembangunan ekonomi sebagaimana diuraikan oleh Mochtar Kusumaatmadja dengan teori hukum pembangunannya yang masih digunakan dalam pembangunan hukum di era reformasi pembangunan hukum. Pada uraian berikutnya dijelaskan bahwa fokus pembangunan hokum: “…pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaruan materi hukum dengan tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum, penegakkan hukum dan hak-hak asasi manusia (HAM), kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang makin tertib, teratur, lancar, serta berdaya saing global”.. Peningkatan Daya Saing Bangsa melalui Reformasi Pembangunan Hukum ... (Muh. Risnain). 301.

Gambar

Tabel 1. Produksi Minyak Kayu Putih di Indonesia  tahun 2006

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember berisi artikel, tulisan ilmiah dalam bentuk hasil penelitian dan non penelitian, kajian

Jurnal Ilmiah kebijakan Hukum menerima naskah karya tulis Imiah di bidang Hukum dan kebijakan hasil Penelitian, Kajian, dan tinjauan hukum yang belum pernah

Publikasi karya tulis ilmiah di BBIHP dilakukan melalui penerbitan jurnal ilmiah yang terakreditasi oleh LIPI yaitu Jurnal Industri Hasil Perkebunan terbit

Jurnal ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember berisi artikel, tulisan ilmiah dalam bentuk hasil penelitian dan non penelitian, kajian

Jurnal Ilmiah ini memuat karya ilmiah yang membahas tentang Analisis Proses Rekrutmen Dan Seleksi Tenaga Keperawatan Guna Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Di Rumah

Jurnal Ilmiah ini memuat karya ilmiah yang membahas tentang Analisis Proses Rekrutmen Dan Seleksi Tenaga Keperawatan Guna Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Di Rumah

Dalam edisi ini majalah  RBITH memuat Sembilan (9) naskah yang terdiri dari tiga (3) naskah dari staf pengajar Politeknik Negeri Semarang, tiga (3) naskah dari

Template dan Sistematika Penulisan Jurnal SASI Daftar Isi Volume 26 Nomor 3, Juli – September 2020 Pengantar Redaksi i Daftar Isi ii Implikasi Hukum Terhadap Akad yang Memuat