4. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Uraum dan Struktur Organisasi 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Suparma Tbk adalah pcrusahaan manufaktur atau industri dibidang pembuatan kertas, adapun jenis-jenis produk yang dihasilkan adalah: Kertas Industri: Duplex Board, kertas koran, Kraft, Litto, kertas laminating, kertas Sandwich, dan Kertas Budaya: kertas HVS, Doorslag dan Art paper.
PT Suparma Tbk didirikan tatiggal 25 Agustus 1976 dalam rangka Undang- undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo Undang-undang No.
12 tahun 1970 berdasar akta Notaris Tjahjadi Hartanto, S.H. No. 29. Nama Perusahaan, PT Supar Inpama telah diubah menjadi PT Suparma dengan akta Notaris yang sama No. 5 tanggal 7 Desember 1978. Akta pendirian dan perubahan nama perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A. 5/449/22 tanggal 15 September 1981 serta diumumkan dalam Berita Negara No.26 Tambahan No. 376 tanggal 30 Maret 1982. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan akta Notaris Dyah Ambarwati Setyoso, 3.H. No. 17 tanggal 8 Juni 2000, mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan dari Rp500,000,000,000 menjadi Rp 1,000,000,000,000. Perubahan frrsebut telah dilaporkan dan dicatal oleh Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-12134.HT.01.04-TR2000 tanggal 20 Juni 2000,
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah industri kertas dan produk-produk lain yang terkait. Kantor dan pabrik perusahaan terletak di Desa Warugunung, KarangPilang, Surabaya, Jawa Timur.
Perusahaan memulai kegiatar usaha komersialnya pada bulan April 1978.
4.2. Deskripsi Data
4.2.1. Data Perkembangan Produksi dan Produktivitas Bahan Baku Duplex Board Produktivitas pemakaian bahan baku kertas bekas dan pulp serat panjang dapat dilihat pada tabel 4.1. Prodi ktivitas bahan baku adalah pembagian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah bahan baku yang dipakai.
Tabel 4.1 Informasi Produksi dan Rasio Produktivitas Bahan Baku
(Telah diolah kembali dari sumber: PT Suparma Tbk)
4.2.2. Data Perkembangan Biaya Kualitas Dalam Mengendalikan Kualitas Duplex Board
PT Suparma Tbk dalam memproduksi Duplex board menggunakan pengendalian kualitas produk (quality control) sebagai aktivitas untuk mengeliminasi adanya produk cacat >ang dihasilkan oleh departemen produksi.
30
Pada tabel 4.2 memperlihatkan ringkasan laporan biaya kualitas yang terjadi selama kurun waktu 1998 hingga 2001. Laporan biaya kualitas tersebut terdapat dua unsur biaya yaitu biaya pengendalian {control costs) dan biaya kegagalan internal (internal failure costs).
Pada tabel 4.1 tersebut memperlihatkan perkembangan sebagai berikut:
1. Control costs mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga 2000, penurunan ini terjadi karena banyak dari per=,onel yang bekerja pada quality control yang mengundurkan diri sehingga perusahaan perlu merekrut kembali, dan turunnya kemampuan personel yang bekerja pada instrumen kualitas mesin, hal ini yang mengakibatkan turunnya biaya control costs dan meningkatnya volume produk cacat. Produk cacat yang banyak terjadi (tabel 4.1) yaitu kondisinya terlipat- lipat. Peningkatan terjadi pada tahun 2001, perusahaan mampu memperbaiki kinerja para personel dibidang quality control, sehingga volume produk cacat dapat ditekan.
2. Internal failure costs (rework) rnengalami peningkatan dari tahun 1998 hingga 2000, sedangkan penurunan terjadi pada tahun 2001. Peningkatan yang terjadi dikarenakan banyaknya produk cacat yang harus di produksi ulang (rework) untuk menghasilkan produk jadi yang berkualitas (tidak cacat dan sesuai yang diinginkan perusahaan). Penumnan biaya pada tahun 2001 dikarenakan perusahaan telah memperbaiki k, nerja guahty control.
Tabel 4.2 Perkembangan Biaya Kualitas Duplex Board PT Suparma Tbk Komponen biaya
Biaya pencegahan (prevenlum cosis) Set-up mesin
Biaya pelatihan personel
Biaya pengawasan pengendalian Total biaya pencegahan Biaya deteksi (appraisal cosLs)
Pengecekan bahan baku Testing produksi
Total biaya deteksi
Biaya kegagalan internal {internal failure cosis) Pengerjaan ulang
TOTAL BIAYA KUALITAS
1998 Rp73,394,453
28,650,326 55,543,884 157,588,663 39,227,957 30,103,755 69,331,712
OO/i OOA 1~!C
^--',-'-'-•>-' • ' - '
314,967,346 Rp541,887,721
1999 Rp74,998,472
26,912,654 55,702,564 157,613,690 36,785,119 27,085,402 63,870,521
T " \ 1 A O A ^ 1 1
345,538,366 Rp567,022,577
2000 Rp73,450,381
27,728,114 55,491,464 156,669,959 32,856,503 32,822,045 65,678,548
372,983,402 Rp595,331,909
2001 Rp82,644,129
31,055,982 64,424,886 178,124,997 37,355,872 32,062,850 69,418,722 247,543,719
322,349,782 Rp569,893,501
(Sumber: PT Suparma Tbk)
32
4.3. Analisis Biaya Kualitas yang Berdampak Pada Produktivitas Bahan Baku Analisis mengenai dampak biaya kualitas terhadap produktivitas dapat dilihat pada beberapa grafik yang diambil dari data tabel 4.1 dan 4.2. Grafik-grafik tersebut antara lain; perkembangan control costs, perkembangan internal failure costs, perkembangan volume produksi non cacat dan cacat, dan perkembangan produktivitas pemakaian bahan bakn kertas bekas dan pulp.
33
Pertama, dari beberapa grafik diatas dapat disimpulkan untuk tahun 1998 hingga 2000 yang menunjukkan tren menurun dari biaya kualitas hingga sebagai berikut:
1. Pada grafik 4.1 perkembangan control costs mengalami penurunan dikarenakan kinerja yang kurang baik di bagian instrumen pengendalian kualitas mesin sehingga beberapa kali mesin msnghasilkan output yang cacat, beberapa kali personel quality control yang mengundurkan diri, dan pemilihan bahan baku kertas bekas yang kurang baik clari personel. Penurunan ini berdampak pada
M
meningkatnya produk cacat (Grafik 4.2). Meningkatnya produk cacat berdampak pada meningkatnya internal failure cosls yaitu pengerjaan kembali (rework) produk cacat tersebut.
2. Menurunnya control cosls menyebabkan meningkatnya volume produk cacat (Grafik 4.2), meningkatnya produk cacat mengakibatkan menurunnya volume produksi non cacat (Grafik 4.3), volume produksi non cacat adalah jumlah produk yang siap dijual. Dengan demikian dapat dinilai produktivitas pemakaian bahan baku kertas bekas dan pulp.
3. Pada grafik 4.4 perkembangan produktivitas kertas bekas menurun, hal ini dikarenakan jumlah produk non cacat yang yang dihasilkan sepanjang tahun
1998 hingga 2000 mengalami penurunan.
4. Pada grafik 4.5 perkembangan pi oduktivitas pulp menurun, hal ini dikarenakan jumlah produk non cacat yang yang dihasilkan sepanjang tahun 1998 hingga
2000 mengalami penurunan.
Kedua, kesimpulan dari tren yang terjadi hingga tahun 2001 menunjukkan banyak tren yang meningkat, peningkatan tersebut sebagai berikut:
1. Meningkatnya control costs (grafi k 4.1) menyebabkan menurunnya produk cacat (Grafik 4.2), hal ini karena perusahaan telah memperbaiki kinerja dari akhir tahun 2000 hingga 2001 sehingga hasil yang didapat sangat baik, termasuk didalamnya pelatihan personel dibagian instrumen kualitas mesin, kualitas bahan baku, dan yang lainnya. Menuruntiya produk cacat berdampak pada menurunnya internal failure costs-rework (gra! ik 4.1).
2. Dampak menurunnya produk cacat mengakibatkan meningkatnya produk non cacat (grafik 4.3). Meningkatnya produk non cacat dapat dinilai produktivitas bahan baku;
3. Produktivitas kertas bekas dan pulp pada grafik 4.4 dan 4.5 menunjukkan tren meningkat untuk tahun 2001, hal ini juga menandakan semakin efektifnya pemakaian bahan baku, kareia adanya produksi produk cacat dapat mengakibatkan borosnya pemakai an bahan baku.
Dari analisis pertama dan kedua dapat dilihat bahwa ketidakcermatan kinerja divisi guality control menyebabkan meningkatnya produk cacat, jelas dalam hal ini
35
adalah suatu yang tidak efisien khus usnya dalam hal bahan baku, sebab pemakaian bahan baku tersebut adalah salah satu beban pokok terbesar dalam beban pokok penjualan yaitu sekitar 50-55 persen (tabel 4.3). Dengan adanya perbaikan kinerja divisi guality control akhir 2000 hingga 2001 dapat dicapai penurunan produk cacat, sehingga kemungkinan anggaran untuk rework dapat dialihkan ke hal yang lain misalnya ke control activities (sebE.gai penggerak timbulnya control costs) yang lebih baik untuk tahun berikutnya.
Adapun pembenahan atau perbaikan yang dilakukan perusahaan dari akhir 2000 hingga 2001, yaitu perbaikan {improvemeni) pada control costs, perbaikan ini ternyata menimbulkan naiknya nilai dari control costs dari tahun sebelumnya, antara lain:
1. Pelatihan dan ujian setiap dua bulan kepada personel yang terdapat pada:
a. Kepala bagian quality control
b. Pengawas dan penguji kedataugan bahan baku, baik kertas bekas dan pulp.
c. Pengawas produk setengah jadi, seluruh tahap produksi
d. Pengawas instrumen kualitas seluruh mesin, agar mesin tetap dalam kondisi stabil (sesuai kalibrasi).
2. Set-up mesin secara berkala, kalau dulu hanya setiap ada awal tahun, tetapi pada tahun 2001 ini dilakukan set-up mesin secara berkala yaitu tiap dua bulan sekali.
3. Pembelian mesin instrumen deteksi kualitas mesin untuk menggantikan instrumen lama yang telah dipakai sejak tahun 1994.
Disamping beberapa pembenahan control activities diatas, perusahaan berusaha untuk memberikan pemahaman kepada karyawan quality control mengenai loyalitas dan semangat kerja yang tinggi, dan disamping ltu mulai tahun 2001 ada pemberian insentif kepada karyawan teladan dengan pemberian kenaikan gaji. Hal ini menurut perusahaan bahwa bagian quality control memegang peranan penting dalam suksesnya perusahaan dalam menghadapi munculnya produk cacat.
Tabel 4.3. Perkembangan Beban Pokok Penjualan PT SUPARMA Tbk Keterangan
Pemakaian bahan baku Upah buruh langsung Biayapabrikasi:
Bahan pembantu Penyusutan
Bahan bakar/pelumas Reparasi dan pemeliharaan Gaji, upah dan tunjangan Bahan pembungkus Asuransi
Listrik, air dan gas
Amortisasi beban ditanggiWtei
T • 1 '
J-^dlll-idlll
Jumlah biaya pabrikasi Jumlah Biaya Produksi Persediaan barang dalam proses
Awal tahun Akhir tahun
Beban Pokok Produksi Persediaan barang jadi
Pada awal periode Pada akhir periode Keragian karena banjir
Beban Pokok Penjualan
Rp
Rp Rp
Rp
Rp
1998
145,671,124,292 9,396,964,924 77,716,666,597 29,067,367,863 18,474,320,323 6,334,222,085 2,412,077,543 2,037,544,030 2,267,404,183 548,032,823 509,053,728 139,635,112,197 294,703,201,413 Rp3,538,652,113 (14,625,048,480) 283,616,805,046
Rp21,870,175,378 (47,378,335,651) 258,108,644,773
Rp
Rp Rp
Rp
Rp
1999
160,522,121,478 13,042,090,744 70,740,403,563 35,407,894,320 17,628,513,182 7,678,365,548 3,709,173,296 2,274,537,780 2,223,824,056 540,689,189 507,287,817 140,926,445,163 314,490,657,385 Rpl4,625,048,480 (14,965,885,605) 314,149,820,260
Rp47,378,335,651 (27,644,491,881) (1,446,886,051) 332,436,777,979
Rp
Rp Rp
Rp
Rp
2000
216,349,231,709 17,457,697,354 65,062,110,089 41,190,633,652 20,573,647,181 4,295,943,842 2,761,409,130 3,348,931,592 2,256,354,289 544,330,397 244,729,282
Z D 4 , D 4 V , / i O
140,532,639,170 374,339,568,233 Rpl4,965,885,605 (8,496,195,833) 380,809,258,005
Rp27,644,491,881 (27,611,103,852) 380,842,646,034
2001
Rp 370,971,416,676 21,877,120 59,831,662 45,823,851,775 23,595,815 4,002,597 2,994,866 3,678,102 2,285,663 547,611,400 365,771,119
iiu,44o, / J J
Rp47,044,071,754 Rp418,037,365,550 Rpl3,988,645 (12,559,744) Rp418,038,794,451
Rp22,410,024,484 (29,774,654,302) 410,674,164,633
(Sumber: PT SuparmaTbk)