• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN KARTU IDENTITAS PENDUDUK MUSIMAN DI KELURAHAN WONOKROMO KECAMATAN WONOKROMO KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN KARTU IDENTITAS PENDUDUK MUSIMAN DI KELURAHAN WONOKROMO KECAMATAN WONOKROMO KOTA SURABAYA."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ J awa Timur

Oleh : ADI ATMOKO

NPM. 1041010033

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Disusun Oleh : ADI ATMOKO

NPM.1041010033

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skr ipsi

Menyetujui :

Pembimbing,

Dra. Sr i Wibawani, M.Si NIP.196704061994032001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

(3)

Disusun Oleh : ADI ATMOKO

NPM.1041010033

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogram Studi Administr asi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 21 J uli 2014

Dosen Pembimbing, Tim Penguji :

Dra. Sr i Wibawani, M.Si NIP.196704061994032001

1. Ketua,

Dr. Lukman Ar if, M.Si NIP.196411021994031001 2. Sekr etaris,

Tukiman, S.Sos, M.Si NIP.196103231989031001

3. Anggota,

Dra. Sr i Wibawani, M.Si NIP.196704061994032001 Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ J awa Timur

(4)

WONOKROMO KOTA SURABAYA NAMA MAHASISWA : ADI ATMOKO

NPM : 1041010033

PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Menyatakan bahwa Skripsi ini telah dir evisi dan disahkan Pada Tanggal ...

Mengetahui/Menyetujui :

Dosen Penguji I, Dosen Penguji II, Dosen Penguji III,

Dr. Lukman Ar if, M.Si NIP.196411021994031001

Tukiman, S.Sos, M.Si NIP.196103231989031001

(5)

limpahan Rahmat dan HidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI MOTIVASI MASYARAKAT DALAM

KEPEMILIKAN KARTU IDENTITAS PENDUDUK MUSIMAN DI KELURAHAN WONOKROMO KECAMATAN WONOKROMO KOTA SURABAYA” . Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Berkat Rahmat dan KaruniaNya, penelitian ini dapat terselsaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Segala kesulitan baik yang bersifat teknis maupun non teknis serta berbagai kendala dan hambatan menyebabkan proses penyelesaian Skripsi ini menjadi panjang dan memakan waktu namun berkat bimbingan dan kesabaran dosen pembimbing, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skirpsi ini.

(6)

Administrasi Negara.

3. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberi bekal dalam proses belajar mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Safira dan Bapak Djuli selaku kasie KIPEM di Kecamatan dan Kelurahan Wonokromo.

5. Seluruh masyarakat yang telah bersedia menjadi informan, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua Orang Tua saya yang selalu mendukung dan mensupport dalam penyusunan laporan ini.

7. Buat teman terbaik saya yaitu Ari Satriya dan Bagus Sumaryanto yang selalu mendukung dan membantu dalam proses penelitian skripsi.

8. Semua pihak yang menbantu baik moril atau materiil sehingga terselesaikannya laporan ini.

Demikian laporan peneliltian ini semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan semua. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini, untuk itu penulis mengharap saran dan kritik dalam penyempurnaannya.

(7)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR GAMBAR..………...……… viii

DAFTAR TABEL…...………...……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ………...………...……….. x

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN…..……… 1

A Latar Belakang………. 1

B Rumusan Masalah……… 9

C Tujuan Penelitian………. 9

D Manfaat Penelitian………... 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA………. 11

A Penelitian Terdahulu……… 11

B Landasan Teori……….………… 13

1 Kebijakan Publik……… 13

a Pengertian Kebijakan Publik…...…….……. 13

b Sifat Kebijakan Publik….……….. 14

c Manfaat Kebijakan Publik………... 25

d Tujuan Kebijakan Publik……….…………... 16

2 Pengertian Urbanisasi………. 17

3 Konsep Kependudukan... 18

(8)

b Pembentukan Sikap...………... 20

c Perubahan Sikap... 21

d Tingkat Perubahan Sikap... 22

4 Perilaku...……….. 23

a Pengertian Perilaku...…… 23

b Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku...……. 23

c Perilaku Kelompok... 29

d Perilaku Kolektif... 31

5 Kepribadian... 33

a Pengertian Kepribadian... 33

b Unsur -Unsur Kepribadian... 33

c Macam-Macam Kepribadian... 34

6 Partisipasi... 35

a Pengertian Partisipasi... 35

b Faktor-Faktor Yang Mendorong Partisipasi... 38

c Cara Menggerakan Partisipasi... 39

7 Disiplin... 40

a Pengertian Disiplin... 40

b Karakteristik Disiplin... 40

c Tujuan Disiplin... 41

d Tipe-Tipe Disiplin... 42

(9)

9 Tingkah Laku Sosial... 50

10 Budaya Organisasi... 51

11 Masyarakat Dan Unsur-Unsur Masyarakat... 53

C Kerangka Berfikir……… 54

BAB III METODE PENELITIAN……… 56

A Jenis Penelitian...………... 56

B Fokus Penelitian...…... 57

C Lokasi Penelitian...……….. 59

D Sumber dan Jenis Data……… 60

E Informan dan Teknik Penarikan Informan... 63

F Teknik Pengumpulan Data... 66

G Teknik Analisis Data... 68

H Keabsahan Data... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………...……… 72

A Gambaran Umum Lokasi Penelitian...……….. 72

1 Nama dan Alamat Kantor Kecamatan Wonokromo……. 72

2 Visi dan Misi Kecamatan Wonokromo...…… 72

3 Monografi Kecamatan Wonokromo……...………… 74

4 Kondisi Demografis Kecamatan Wonokromo…...……… 75

5 Stuktur Organisasi... 75

6 Komposisi Pegawai Kecamatan Wonokromo... 75

(10)

11 Profil Kelurahan Wonokromo... 81

12 Visi dan Misi Kecamatan Wonokromo...…… 82

13 Monografi Kecamatan Wonokromo……...………… 83

14 Kondisi Demografis Kecamatan Wonokromo…...……… 84

15 Struktur Organisasi Kelurahan Wonokromo... 85

16 Tugas Pokok Dan Fungsi Kecamatan Wonokromo... 85

B Hasil Penelitian………....………. 86

1 Faktor Yang Berasal Dari Dalam Diri Individu... 86

a Persepsi Individu... 88

b Kebutuhan... 92

c Harapan... 95

d Harga Diri dan Prestasi... 97

2 Faktor Yang Berasal Dari Luar Diri Individu... 99

a Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung... 99

b Situasi Lingkungan Pada Umumnya... 101

C Pembahasan………. 103

1 Faktor Yang Berasal Dari Dalam Diri Individu... 103

a Persepsi Individu... 104

b Kebutuhan... 106

c Harapan... 107

d Harga Diri dan Prestasi... 109

(11)

A Kesimpulan……….. 113

B Saran………. 115

(12)

Gambar 2. Bagan Kebiasaan, Adat Istiadat, Kepribadian...…..…… 35

Gambar 3. Kerangka Berfikir... 54

Gambar 4. Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman... 69

Gambar 5. Kantor Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya... 72

Gambar 6. Peta Wilayah Kecamatan Wonokromo... 74

Gambar 7. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Wonokromo... 76

Gambar 8. Pelayanan Malam di Kantor Kelurahan Wonokromo... 80

Gambar 9. Kantor Kelurahan Wonokromo... 81

Gambar 10. Stuktur Organisasi Kantor Kelurahan Wonokromo... 85

Gambar 11. Pelayanan Malam di Kantor Kelurahan Wonokromo... 93

Gambar 12. Kartu Identitas Penduduk Musiman... 94

(13)

7 Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...………

75 Tabel 3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan...

78 Tabel 4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan...

(14)
(15)

Kecamatan Wonokromo Kota Sur abaya.

Berdasarkan Fenomena Bahwa banyaknya penduduk musiman di Kecamatan Wonokromo dan sudah diadakannya Sosialisasi tentang tertib Administrasi Kependudukan khususnya KIPEM. Tapi masih banyak penduduk musiman yang tidak mengurus dan memilki KIPEM, serta tidak sesuai target yang di tetapkan oleh Dispenduk Capil.

Tujuan Penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Masyarakat Dalam Tertib Administrasi Kependudukan (Kepemilikan Kartu Identitas Penduduk Musiman di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya)

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif yang memiliki satu variabel yaitu tentang faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat dalam tertib Administrasi Kepedudukan (KIPEM). 1) Faktor Internal yang pertama yaitu Persepsi masyarakat sebagai penduduk musiman terhadap Undang-Undang Kependudukan adalah lebih banyak persepsi tentang KTP, KK, Akta Kelahiran. Tidak ada persepsi tentang KIPEM Sehingga faktor internal Persepsi tidak memotivasi penduduk musiman untuk tertib administrasi kartu identitas penduduk musiman. 2) Faktor Internal yang kedua yaitu Kebutuhan dimana Penduduk Musiman yang mengurus KIPEM karena keinginannya sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal yaitu Kebutuhan akan KIPEM sebagai kelengkapan syarat pengurusan kepentingan lain, diantaranya : Membuka Rekening BANK. Sehingga Faktor Kebutuhan adalah faktor yang paling tinggi yang dapat memotivasi penduduk musiman untuk melakukan kepengurusan KIPEM. 3) Faktor Internal yang ketiga yaitu Harapan aman dari operasi yustisi dan tidak terkena denda pelanggaran PERDA Administrasi Kependudukan merupakan faktor yang mempengaruhi penduduk musiman mengurus KIPEM. 4) Faktor Internal yang keempat yaitu Harga Diri tidak ditemukan dalam perilaku penduduk musiman karena KIPEM tidak menambah gengsi dalam status kehidupan. 5) Faktor Eksternal yang pertama yaitu Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung sangat mempengaruhi penduduk musiman dalam kehidupan sehari-hari dimana penduduk musiman merasa tidak perlu mengurus KIPEM karena teman kerja penduduk musiman tersebut banyak yang tidak memiliki KIPEM dan di tempat kerjanya tidak diwajibkan memiliki KIPEM. 7) Faktor Eksternal yang kedua Situasi Lingkungan Pada Umumnya sangat mempengaruhi masyarakat dimana faktor lingkungan tempat penduduk musiman berdomisili tidak ada yang peduli terhadap tertib Administrasi Kependudukan. Hal tersebut tidak memotivasi penduduk musiman untuk mengurus KIPEM.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan. Bahwa pengaturan tentang Administrasi Kependudukan hanya dapat terlaksana apabila didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan, yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan (Undang-Undang No. 23 Tahun 2006).

(17)

dan di desa menimbulkan kesenjangan seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lapangan pekerjaan yang terdapat di wilayah kota lebih baik daripada di desa. Hal ini merupakan daya tarik bagi penduduk di perdesaan untuk melakukan kegiatan urbanisasi ke wilayah kota untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Jawa Timur sebagai Provinsi yang padat penduduk dan memiliki beberapa kota besar yang ada di Indonesia. Surabaya sebagai kota besar kedua di Indonesia menjadikan tujuan penduduk di Provinsi Jawa Timur untuk melakukan urbanisasi dari desa ke Kota Surabaya. Faktor Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Lapangan Pekerjaan di Surabaya menjadikan tujuan utama penduduk desa untuk melakukan urbanisasi ke Kota Surabaya. Banyaknya urbanisasi yang masuk kedalam Kota Surabaya berdampak melonjaknya kepadatan penduduk musiman di Kota Surabaya. Sebagai penduduk pendatang dari desa ke Kota Surabaya diwajibkan tertib Administrasi Kependudukan seperti Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM).

(18)

KIPEM adalah kartu tanda pengenal sementara bagi penduduk musiman di Kota Besar seperti Surabaya. Penduduk Musiman adalah orang yang datang dari luar Kota luar Surabaya bertempat tinggal tidak terus menerus dengan tujuan belajar dan mencari nafkah dengan tidak bermaksud menjadi penduduk Kota Surabaya.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Pasal 20 yang menjelaskan tentang Pendaftaran Penduduk WNI Tinggal Sementara. Bahwa bagi penduduk pendatang dan tinggal sementara di daerah lain, maka penduduk tersebut harus mempunyai KIPEM. Sebelum penduduk pendatang tersebut memiliki KIPEM, maka penduduk tersebut harus mengurus pendaftaran penduduk musiman yang tinggal sementara yang sesuai dengan Pasal 20 menjelaskan bahwa pendaftaran penduduk WNI tinggal sementara dilakukan oleh Lurah berdasarkan laporan penduduk paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterbitkan Surat Keterangan Pindah Sementara dari daerah asal atau dokumen lain yang dapat dipertanggung jawabkan.

(19)

Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melakukan Program Sosialisasi tentang Administrasi Kependudukan khususnya KIPEM. Hal ini dilakukan guna mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan bagi penduduk musiman di Kota Surabaya yang sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan pada Bab III menjelaskan tentang Kewenangan Penyelenggara Dan Instansi Pelaksana pada Pasal 5 yang menjelaskan bahwa Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan secara nasional, yang dilakukan oleh Menteri dengan kewenangan meliputi: Sosialisasi Administrasi Kependudukan.

Sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya dilaksanakan di berbagai Kecamatan yang ada di Kota Surabaya. Dari beberapa Kecamatan di Surabaya hanya Kecamatan Wonokromo telah dilaksanakan program sosialisasi tentang KIPEM. Kecamatan Wonokromo melaksanakan program sosialisasi KIPEM dikarenakan di Kecamatan Wonokromo memiliki jumlah penduduk musiman yang banyak di Kota Surabaya.

Pada Kecamatan Wonokromo terdapat banyak penduduk pendatang dari berbagai Daerah dan Kota lain sehingga di Kecamatan Wonokromo dilaksanakan program sosialisasi tentang KIPEM. Pelaksanaan program sosialisasi tentang KIPEM dilakukan agar penduduk musiman di Kecamatan Wonokromo tertib Administrasi Kependudukan dan tidak melanggar dengan aturan tentang tertib Administrasi Kependudukan.

(20)

Masih banyak penduduk musiman yang tidak mengurus KIPEM serta masih banyak penduduk musiman yang terjaring operasi yustisi dikarenakan tidak memiliki KIPEM. Sehingga pemerintah daerah Kota Surabaya gencar-gencaran melakukan program sosialisasi tentang KIPEM di berbagai Kecamatan khususnya di Kecamatan Wonokromo. Hal ini di dukung dari berita yang ditemukan oleh penulis sebagai berikut .

Diharapkan, dengan dipermudahnya mengurus Kipem di setiap kantor kecamatan di Surabaya, maka semua warga asal luar Surabaya tetapi tinggal di kota ini segera bisa mengurusnya. Hal ini penting bagi pendataan penduduk kota Surabaya.

Tahun 2012 lalu ada sebanyak 12.000 orang yang mengurus Kipem yang berlaku setahun. Namun jumlah tersebut menyusut pada tahun 2013 karena hanya 3.255 orang yang mengurus Kipem. Dengan jumlah ini berarti masih banyak warga luar kota yang belum mengantongi Kipem.

Untuk mengurus Kipem ini syaratnya tak terlalu ribet. warga hanya membawa surat keterangan pindah sementara dari daerah asal, KTP asli, surat pernyataan jaminan tempat tinggal dan pekerjaan bagi yang bekerja atau studi bagi yang kuliah.

(sumber koran nusantara tanggal 27 agustus 2013).

Berdasarkan kasus diatas masih terdapat rendahnya kesadaran masyarakat secara umum dan masyarakat yang tinggal sementara akan kepengurusan tentang KIPEM di Kecamatan Wonokromo. Dengan adanya program Sosialiasi yang di adakan oleh Kepala Dispenduk Capil dan Oleh Camat Wonokromo belum mampu membuat penduduk musiman sadar akan penting nya kepemilikan KIPEM. Serta belum dilakukan secara maksimal oleh penduduk musiman di Kecamatan Wonokromo.

(21)

Gambar 1.

Sosialisasi KIPEM di Kecamatan Wonokromo

Sumber: Dokumen Kantor Kecamatan Wonokromo, 28 februari 2014

Pada saat Sosialisasi, Kepala Dispenduk Capil Suharto Wardoyo menyampaikan:.. bahwa di Kecamatan Wonokromo ini memiliki penduduk musiman lebih dari seribu (1000) penduduk musiman. dilihat dari adanya tempat-tempat pusat Perbelanjaan seperti (DTC, Pasar Malam, Toko-Toko) Pabrik, Universitas (UNESA, Hang Tuah) , Rumah Sakit yang membuat penduduk musiman banyak menempati wilayah di sekitar itu dan bertempat tinggal seperti Kos-Kosan, Kontrakan, Apartement di Kecamatan Wonokromo. Dalam kegiatan sosialisasi ini diharapkan Pak Lurah, Ketua RT dan Ketua RW untuk melakukan pendataan penduduk musiman di wilayah masing- masing. Dan menyampaikan kepada mereka para pendatang untuk mengurus kipem bila mereka tinggal di kota surabaya minimal 1 bulan dan kalau mereka punya tempat tinggal tetap harus mengurus surat pindah. Jangan sampai mengurus kipem ketika terjaring yustisi sehingga dikenakan denda seratus ribu.

(22)

Tabel 1.

J umlah Penduduk Musiman Yang mengur us KIPEM di Kantor Kecamatan Wonokromo

Sumber : Kantor Kecamatan Wonokromo, Maret - April 2014

Dilihat dari tabel 1, dapat dinyatakan bahwa tingkat kesadaran penduduk musiman dalam pengurusan KIPEM di Kelurahan Wonokromo masih terbilang rendah. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya jumlah penduduk musiman yang mengurus KIPEM di Kelurahan Wonokromo. Penduduk musiman tidak sadar akan pentingnya kepemilikan KIPEM. Padahal menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Pasal 20 yang menjelaskan tentang Pendaftaran Penduduk WNI Tinggal Sementara. Bahwa bagi masyarakat pendatang dan tinggal sementara di daerah lain, maka penduduk tersebut harus memiliki KIPEM.

Setelah peneliti melakukan pengamatan di tempat penelitian, diketahui bahwa dari Kasie KIPEM di Kecamatan Wonokromo menyatakan Kelurahan Wonokromo adalah daerah yang sering dilakukan yustisi KIPEM dan adanya

NO NAMA KELURAHAN

JUMLAH YANG MENGURUS KIPEM

(Orang)

1 Kelurahan Darmo 58

2 Kelurahan Ngagerejo 41

3 Kelurahan Sawunggaling 14

4 Kelurahan Jagir 12

5 Kelurahan Ngagel 7

6 Kelurahan Wonokromo 0

(23)

jam pelayanan malam. Selain membuka layanan KIPEM di Kecamatan Wonokromo, sesuai dengan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pelayanan Masyarakat Di Luar Jam Kerja Di Kecamatan, Kelurahan Dan Puskesmas Di Lingkungan Pemerintah Surabaya bahwa Kecamatan Wonokromo membuka layanan malam di Kelurahan Wonokromo. Dan satu-satunya Kelurahan yang ada di Kecamatan Wonokromo yang mendapatkan layanan malam hanya di Kelurahan Wonokromo. Dengan peraturan yang telah dibuat tersebut harapannya dapat memaksimalkan pelayanan dalam pengurusan KIPEM. Namun dengan adanya peraturan tersebut, ternyata tingkat kesadaran penduduk musiman di Kelurahan Wonokromo untuk mengurus KIPEM masih rendah.

Sedangkan dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 3 dan Peraturan Daaerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 Pasal 3 menyatakan bahwa : Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

(24)

yang membuat mereka tergerak melaksanakan kewajiban atau tidak melaksankan kewajiban dalam tertib Administrasi Kependudukan.

Latar belakang diatas mendasari peneliti melakukan penelitian dengan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Masyarakat Dalam Kepemilikan Kartu Identitas Penduduk Musiman Di Kelur ahan Wonokr omo Kecamatan Wonokr omo Kota Sur abaya”

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan yang hendak dicarikan jawabannya melalui sebuah penelitian. Perumusan masalah penelitian ini adalah :

“Faktor-Faktor Apa Yang Mempengaruhi Motivasi Masyarakat Dalam Kepemilikan Kartu Identitas Penduduk Musiman Di Kelurahan Wonokr omo Kecamatan Wonokr omo Kota Sur abaya?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan menginterprestasikan tentang :

“Untuk Mengetahui Faktor -Faktor Yang Mempengar uhi Motivasi Masyarakat Dalam Kepemilikan Kartu Identitas Penduduk Musiman di Kelur ahan Wonokr omo Kecamatan Wonokr omo Kota Sur abaya”

D. Manfaat Penelitian

(25)

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang para penulis peroleh selama perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bagi Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran sebagai masukan dalam rangka meningkatkan Kinerja petugas Kecamatan Wonokromo dan meningkatkan kesadaran penduduk musiman yang ada di Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo agar tertib Admnistrasi Kependudukan (Kepemilikan KIPEM).

(26)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitian ini, yaitu :

(27)

beberapa lembaga/institusi sebagaimana ketentuan yang berlaku dan cukup birokratis; dari aspek sumber daya manusia, petugas penyelenggara pelayanan kurang memberikan pelayanan dengan baik, sopan, ramah dan menghargai masyarakat; dari aspek mekanisme pelayanan, proses pelayanan harus memenuhi syarat dan ketentuan yang sesuai dengan prosedur dan dapat dipahami oleh masyarakat; pada aspek sarana dan prasarana pelayanan, proses pelayanan belum ditunjang dengan atribut pelayanan yang memadai.

Perbedaan dan Persamaan dari Penlitian ini adalah Proses pelayanan pembuatan KIPEM masih dirasakan sulit oleh mahasiswa sebagai penduduk pendatang, hal ini terlihat dari beberapa indikasi masalah yaitu proses pelayanan harus melalui beberapa lembaga/institusi sebagaimana ketentuan yang berlaku dan cukup birokratis; dari aspek sumber daya manusia, petugas penyelenggara pelayanan kurang memberikan pelayanan dengan baik, sopan, ramah dan menghargai masyarakat. Sedangkan persamaannya sama-sama tentang pengurusan Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM). Untuk persamaan dalam peneltian ini yaitu jenis penelitian dimana sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

(28)

Kota Pontianak Merupakan Satuan kerja Perangkat daerah (SKPD) yang memiliki tugas dalam menertibkan administrasi kependudukan di Kota Pontianak. satu dokumen yang diterbitkan adalah Kartu Keluarga (KK). Berangkat dari permasalahan, diantaranya ketidak lengkapan pembuatan syarat KK, keterlambatan laporan, keterlambatan waktu penerbitan dan data ganda, peneliti bermaksud untuk mendreskipsi dan menganalisis strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam mewujudkan tertib administrasi KK di Kota Pontianak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun sebagai subyek penelitian adalah pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang secara hirarkir mengurus pembuatan KK dan beberapa ketua RT. Strategi ditinjau berdsarkan konsep Tangkilisan yaitu pengelolaan sumber daya organisasi dan interaksi organisasi dengan lingkungan. Berdasarkan dengan hasil penelitian, masih perlu peningkatan pada pengolaan sumber daya organisasi dan interaksi.

Perbedaan dan Persamaan dari Penilitian ini adalah yaitu pengelolaan sumber daya organisasi dan interaksi organisasi. Untuk persamaan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian dimana sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

B. Landasan Teori 1. Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik

(29)

bidang kebijakan publik menyimpulkan bahwa pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam dua wilayah kategori yaitu :

1) Bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan publik.

2) Kebijakan publik sebagai keputusan – keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan dan maksud – maksud tertentu,dengan kata lain kebijakan publik dapat dipandang sebagai proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan.

Menurut Andreson dalam Agustino (2006 : 7), memberikan pengertian tentang kebijakan publik yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yangberhubungan dengan suatu permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan.

Nugroho (2003 : 54), mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal-hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan atau dibiarkan.

Dari pengertian diatas dan menurut pemahaman bahwa kebijakan publik harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan public adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan masyarakat.

(30)

Menurut Winarno (2002 : 19) sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci beberapa kategori sebagai berikut :

1) Tuntutan Kebijakan

Tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu system politik.

2) Keputusan Kebijakan

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mngesahkan atau member arah dan subtansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik.

3) Pernyataan-pernyataan kebijakan

Pernyataan-peryataan resmi atau atikulasi-artikulasi (penjelasan) kebijakan publik.

4) Hasil-hasil Kebijakan

Manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan.

5) Dampak-dampak Kebijakan

Akibat bagi masyarakat baik yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.

c. Manfaat Kebijakan Publik

(31)

1) Pengembangan ilmu pengetahuan

Dalam konteks ini,ilmuwan dapat menempatkan kebijakan public sebagai variabel terpengaruh (dependent variabel) sehingga berusaha menetukan variabel pengaruhnya (independent variabel). Studi ini berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan publik.

2) Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah publik.

Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memeiliki dasar teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga kedepan akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.

3) Berguna untuk tujuan politik

Suatu kebijakan yang dibuat melalui proses yang besar dengan dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari lawan-lawan politik. Kebijakan publik tersebut dapat meyakinkan kepada lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan publik seperti itu tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.

d. Tujuan Kebijakan

Ada beberapa tujuan kebijakan menurut Hoogerwef dalam Soenarko (2000 : 82) yaitu :

(32)

2) Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (Negara sebagai perangsang, stimulator)

3) Menyesuaiakan berbagai aktivitas (Negara sebagai coordinator)

4) Memperutunkan dalam membagi berbagai materi (Negara sebagai pembagi, alokator).

Tujuan-tujuan yang demikian itu, tentu saja merupakan tujuan guna untuk mencapai tujuan akhir. Untuk bangsa dan Negara Indonesia, tujuan kebijaksanaan itu adalah :

1) Memajukan kesejahteraan umum 2) Mencerdaskan kehidupan bangsa 2. Pengertian Ur banisasi

(33)

perkembangan dan aktivitas kota. Sedangkan perubahan sosial yang terjadi dalam proses urbanisasi ini ditunjukkan oleh adanya perubahan pola pikir dan gaya hidup penduduknya (Mc Gee, 1971).

Fenomena urbanisasi menyebabkan pertumbuhan wilayah perkotaan yang semakin luas, sehingga akan mempengaruhi struktur fisik kota dimana tidak hanya bagi kota besar tetapi juga bagi kota kecil. Urbanisasi menghasilkan perubahan, baik konstruktif maupun deskriptif yang bergantung pada berbagai faktor, diantaranya daya dukung kota, terutama daya dukung fisik dan ekonomi, kualitas para urbanit, terutama dalam segi pendidikan dan keterampilan berwiraswasta, serta kebijakan pemerintah setempat dan kebijakan nasional mengenai tata kota dan tatanan pedesaan (Bintarto, 1984:24).

3. Konsep Kependudukan a. Pengertian Kependudukan

Menurut Daryanto dalam Tarsito ( 1996 : 1 ), Kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, penyebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari waktu ke waktu.

b. Teori Pertumbuhan Penduduk

(34)

masalah masalah yang bersifat universal yang menyebabkan para ahli harus banyak mengembangkan dan menguasai kerangka teori untuk mengkaji lebih lanjut sejauh mana telah terjalin suatu hubungan antara penduduk dengan perkembangan ekonomi dan sosial. Teori – teori penduduk dibagi menjadi beberapa teori yaitu :

1) Teori Malthus

Menurut Malthus dalam Tarsito (1996 : 3) Teori ini mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk hanya dapat ditahan melalui beroperasinya apa yang disebut sebagai “preventive checks” yakni manakala terjadi kematian baik yang disebabkan karena wabah penyakit, perang atau kelaparan.

2) Teori Marx

Menurut Marx dalam Tarsito ( 1996 : 3) Teori ini mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara hukum alam dengen kependudukan, jumlah dan pertumbuhan penduduk ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi masyarakatnya.

4. Sikap

a. Pengertian Sikap

(35)

1) Keyakinan

Keyakinan ini pada dasarnya berisikan apa yang dipikirkan dan apa yang diyakini seseorang mengenai obyek sikap. Apa yang dipikirkan dan diyakininya tersebut belum tentu merupakan hal yang benar. 2) Perasaan

Perasaaan mencakup dua hal, yaitu perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu. Keadaan perasaan dalam diri seseorang sangat berpengaruh besar terhadap penentuan sikap, sehingga seringkali dikatakan bahwa sikap adalah refleksi dari perasaan senang atau perasaan tidak senang terhadap obyek sikap. Tumbuhnya rasa senang atau rasa tidak senang ini sebenarnya ditentukan pula oleh keyakinan seseorang tentang obyek sikap.

3) Kecenderungan perilaku

Dalam hal seseorang sudah menyenangi suatu obyek maka ada kecenderungan orang tersebut akan tergerak untuk mendekati obyek tersebut. Sebaliknya, bila seseorang tidak menyenangi obyek itu, cenderung akan menjauhi obyek tersebut.

b. Pembentukan Sikap

(36)

Para ahli psikologi menyebutkan bahwa pembentukan sikap dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui proses belajar sosial dan pengalaman langsung.

1) Proses belajar sosial

Sumber pembentukan sikap pada diri seseorang adalah perlaku orang lain. Sebagai contoh, seorang pelanggan bersikap positif terhadap layanan suatu restoran, karena kabar dari orang di sekitarnya bahwa banyak orang yang suka terhadap sikap layanan restoran tersebut. Dalam kenyataan, ternyata memberikan pujian, penghargaan, atau hadiah adalah cara yang cukup berpengaruh dalam pembentukan sikap.

2) Pengalaman langsung

Sikap biasanya juga berkaitan dengan pengalaman langsung dari diri seseorang. Pengalaman seseorang terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa senang atau tidak senang di masa lalu akan membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu yang pernah dialaminya tersebut. Misalnya, ia dulu pernah menggunakan celana jeans merk levis. Ia senang karena ternyata bahannya tahan lama dan modelnya selalu trendi. Sekarang, sikapnya pada celana jeans merk levis selalu positif.

c. Perubahan Sikap

(37)

Pengubahan sikap dapat dilakukan dengan menerapkan teknik instrumental conditioning maupun classical conditioning.

Sikap yang sudah terbentuk melalui pengalaman dapat diubah dengan cara memberikan pengalaman baru yang merupakan kebalikan dari pengalaman sebelumnya. Pengalaman buruk di masa lalu diubah dengan memberikan pengalaman baru yang menyenangkan sehingga kesan negative akan berubah menjadi positif.

d. Tingkatan Perubahan Sikap

Herbert C. Kelmen (1950) menyebutkan bahwa perubahan sikap pada diri seseorang yang menerima komunikasi persuasif ada tiga tingkatan, yaitu perubahan sikap yang didasarkan pada prinsip kepatuhan (obedince), prinsip identifikasi (identification), dan proses internalisasi (internalization).

1) Prinsip kepatuhan

Pada tingkatan ini, perubahan sikap terjadi karena rasa takut dihukum. Komunikasi berubah sikapnya karena takut mendapat hukuman dari pemberi komunikasi bila dia tidak mematuhi apa-apa yang dikatakan oleh komunikator. Selain takut dihukum, perubahan sikap mungkin pula terjadi karena adanya keinginan untuk mendapat hadiah.

2) Prinsip Identifikasi

(38)

komunikan kepada komunikator, semakin besar kecenderungan komunikan untuk mengikuti keinginan komunikator.

3) Proses Internalisasi

Pada tingkatan ini, seseorang berubah sikapnya karena keyakinan dan kepercayaan bahwa isi pesan yang disampaikan baik dan bermanfaat. Biasanya perubahan sikap terjadi karena komunikan sangat menyadari bahwa apa yang dikomunikasikan tersebut adalah hal yang baik, sesuai dengan pola pikirnya, keyakinan dirinya, dan konsep hidup yang dianutnya.

4. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Setiap orang mempunyai sifat yang berbeda sehingga perilakunyapun berbeda-beda. Dalam kenyataan, banyak kita jumpai orang-orang yang bersifat terbuka dan tertutup, ada yang berdaya juang besar dan ada yang lemah, ada yang tegar dan ada yang tidak tegar, ada yang emosional dan ada yang sabar. Perilaku yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi diri seseorang.

b. Faktor yang Mempengar uhi Perilaku

Menurut Atep Adya Barata (2004:159) Secara garis besar perwujudan perilaku ditentukan oleh faktor seperti :

1) Faktor yang ada di dalam diri manusia

(39)

mempengaruhi perilaku manusia adalah kepribadian, system nilai, motivasi, serta sikap terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya.

a) Kepribadian

Kepribadian adalah sifat-sifat diri yang relative menetap dalam diri seseorang. Misalnya, sifat tertutup (introvert) dan terbuka (extrovert), agresif dan non agresif, serta sifat lain seperti optimis dan pesimis.

b) Sistem Nilai

Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai yang dominan di dalam kehidupan dirinya. Dengan merujuk pada pendapat Eduard Spranger (1974), seorang penulis masalah psikologis (1822-1920), ahli-ahli psikologi dan sosiologi secara konsisten mengemukakan bahwa sistem nilai dapat dikategorikan ke dalam enam jenis, yaitu nilai ekonomis, nilai sosial, nilai estetika, nilai interlektual, dan nilai kekuasaan.

(1) Nilai Ekonomis

Seseorang yang di dalam dirinya didominasi oleh nilai ekonomis akan cenderung memiliki perilaku yang selalu didasarkan pada dorongan ekonomis. Ia hanya akan tertarik berhubungan dengan orang lain karena alasan ekonomis. Dalam memilih pekerjaan, ia cenderung untuk memilih pekerjaan yang dapat menghasilkan gaji besar tanpa melihat jenis pekerjaanya.

(40)

Seseorang yang nilai hidupnya lebih didominasi oleh nilai sosial, perilakunya akan cenderung mengarah ke tujuan sosial. Dalam kehidupan sehari-harinya, ia cenderung bersifat penolong.

(3). Nilai Religius

Pada diri seseorang yang nilai religiusnya sangat dominan akan cenderung mengabdikan kehidupannya untuk hal-hal yang bersifat keagamaan atau kepercayaan. Ia menjalankan kehidupan dan mengamalkan hartanya di jalan Tuhan, sang pencipta.

(4). Nilai Estetika

Pada diri seseorang yang nilai estetikanya cukup dominan, perilakunya akan lebih banyak dilandasi oleh nilai estetika. Di dalam kehidupannya ia cenderung untuk menyukai hal-hal yang bernilai estetika. Misalnya, kesenian dan keindahan. (5). Nilai Intelektual

Dalam diri seseoranng nilai intelektualnya lebih besar dominan, rasa ingin tahunya lebih besar. Ia cenderung mempunyai sifat yang haus pengetahuan dan selalu mempunyai keinginan untuk menambah pengetahuan.

(6). Nilai Kekuasaan

(41)

akan selalu ingin mengatur, memerintah, dan menguasai orang lain. Kehidupan dan hartanya selalu ditujukan untuk memperoleh kekuasaan. Kesemua nilai yang disebutkan di atas ada dalam diri setiap orang, namun kadar nilai yang ada di masing-masing orang berbeda. Nilai mana yang paling dominan, itulah yang akan menunjukkan sifat utamanya.

c). Motivasi Perilaku Manusia

TeoriAbraham Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan yang menjadi motivasi perilaku manusia terdiri atas lima tingkat, berurutan mulai dari urutan yang paling rendah sampai dengan urutan yang paling tinggi. Urutan kebutuhan tersebut adalah : 1) Kebutuhan dasar atau kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan kondisi tubuh seperti pangan, sandang, dan papan. 2) Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan ini lebih bersifat psikologis individu dalam kehidupan sehari-hari. Misal: perlakuan adil, pengakuan hak dan kewajiban. Jaminan keamanan.

3) Kebutuhan akan kasih sayang

Kebutuhan ini juga cenderung bersifat psikologis dan sering kali berkaitan dengan kebutuhan lainnya. Misal: diakui sebagai anggota, diajak berpatisipasi, berkunjung ketetangga dan sebagainya.

(42)

Kebutuhan ini menyangkut prestasi dan prestise individu setelah melakukan kegiatan . misal: dihargai, dipuji, dipercaya.

5) Kebutuhan untuk mengaktulisasikan diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi dari individu dan kebutuhan ini sekaligus paling sulit dilaksanakan.

Teori motivasi dari David McClelland (1976) sering dirujuk para pakar, yang intinya menyebutkan ada tiga motif pokok yang mendorong perilaku manusia, yaitu :

1) Motif pencapaian 2) Motif afiliasi 3) Motif kekuatan

Motif pencapaian atau kebutuhan untuk mencapai sesuatu adalah motif yang mendorong seseorang mau bekerja keras untuk dapat mencapai prestasi kerja yang terbaik. Motif afiliasi adalah suatu dorongan atau keinginan yang membuat seseorang suka berkumpul dengan orang lain, bekerja dalam kelompok, dan ingin mendapat dorongan moril dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Motif kekuatan adalah motif yang membuat seseorang ingin menonjolkan kekuasaan dirinya dengan cara mendominasi orang lain.

d). Sikap terhadap sesuatu di sekitar dirinya

(43)

maka ia akan mendekati obyek sikap, tetapi bila dia tidak senang dia akan menjauhi obyek sikap.

Biasanya, bila seseorang suka, maka ia akan mendekati obyek sikap, tetapi bila dia tidak senang dia akan menjauhi obyek sikap. Di sini dapat kita contohkan dengan suatu pekerjaan sangat ditentukan oleh keadaan di seputar pekerjaan itu. Semakin banyak hal-hal positif yang disukai seseorang dalam pekerjaan maka akan semakin positif sikap seseorang terhadap pekerjaannya.

2). Faktor Yang Ada di Luar Diri Manusia

Kondisi yang ada diluar diri manusia sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia yang bersangkutan,. Berikut ini adalah beberapa faktor yang menentukan perilaku sosial.

a) Sistem Nilai Yang Hidup Dalam Masyarakat

Sistem nilai berkaitan erat dengan budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku orang-orang dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada dalam budayanya. b) Kondisi lingkungan alam

Kondisi lingkungan alam seperti letak wilayah, kepadatan penduduk, dan musim mempunyai pengaruh langsung terhadap perilaku manusia. Dari beberapa hasil penelitian disebutkan bahwa orang-orang yang berdiam di daerah panas biasanya berperilaku lebih agresif dibanding dengan orang-orang yang berdiam di daerah yang lebih dingin.

(44)

Kondisi tata ruang yang ada di sekitar seseorang biasanya mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Tata ruang di mana diletakkan berbagai benda sebagai perlengkapan, peralatan, atau ekspresi seni seringkali digunakan untuk menumbuhkan suasana tertentu yang berpengaruh langsung kepada orang-orang yang ada di dalam ruangan itu.

d) Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi secara langsung atau tidak langsung banyak berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Misalnya, pada masa resesi atau krisis moneter, kesulitan ekonomi berkepanjangan yang diderita masyarakat menimbulkan perilaku kebanyakan orang menjadi mudah tersinggung, agresif atau mudah diprovokasi untuk berbuat destruktif.

c. Perilaku Kelompok

Perilaku Kelompok Menurut Atep Adya Barata (2004:173) bahwa Perilaku-perilaku individu yang dilakukan secara bersama-sama dan mempunyai perilaku bersama-sama dilakukan terus menerus pada jangka waktu tertentu akan bisa menjadi perilaku kelompok. Bila perilaku individu menjadi kebiasaan dan telah berubah menjadi perilaku kelompok, maka perilaku kelompok akan berbalik menjadi sangat kuat mempengaruhi perilaku individu.

(45)

1) Sifat orang-orang dalam kelompok

Ketika orang-orang berkumpul dalam jumlah yang banyak (massa) seringkali mudah dipengaruhi, bahkan mudah diarahkan ke perilaku yang negative karena massa biasanya memiliki sifat-sifat kurang atau tidak rasional, mudah tersugesti, emosional, lebih berani mengambil resiko, dan terkadang tidak bermoral.

a) Tidak Rasional

Sifat-sifat orang-orang yang berada dalam kelompok berbeda dengan orang yang tidak berada dalam kelompok. Orang-orang dalam kelompok cenderung lebih mudah berbuat tidak rasional karena dirinya lebih dikuasai oleh emosi daripada rasionya. b) Mudah Tersugesti

Karena sifat orang-orang dalam kelompok kurang atau tidak rasional maka mereka muda tersugesti untuk melakukan hal-hal tertentu. Mereka akan patuh terhadap berbagai perintah, baik yang diberikan oleh pemimpin, maupun orang lain yang memerintahkan mereka. Bila perintah itu positif maka perilaku kelompok menjadi positif., namun bila perintah itu bersifat negative maka perilaku kelompok akan mengarah ke negative. c) Emosional

(46)

d) Lebih berani mengambil resiko

Pada umumnya orang di dalam kelompok lebih berani menghadapi resiko daripada orang yang tidak berada dalam kelompok.

e) Tidak bermoral

Orang-orang dalam kelompok yang cenderung emosional, lebih berani berbuat hal-hal yang tidak sesuai dengan norma hidup bermasyarakat. Mereka cenderung tidak bermoral dan tindakannya sangat sadis seperti merusak harta benda, menganiaya, memperkosa, atau membunuh. Kejadian seperti ini seringkali dapat kita lihat pada demonstrasi-demonstrasi besar. d. Perilaku Kolektif

Perilaku Kolektif menurut Atep Adya Barata (2004:175) yang tergolong perilaku kolektif ialah kerja sama dengan tujuan positif maupun negative. Sebagai contoh, beberapa kegiatan yang termasuk dalam perilaku kolektif adalah kerja bakti, gotong royong, demonstrasi, pemberontakan, dan revolusi.

Dengan mengacu terhadap pendapat Smelser (1981), para pakar psikologi menyebutkan ada enam faktor perilaku kolektif dalam masyarakat yang dapat mengarah kepada gerakan sosial.

a) Situasi Sosial

(47)

Perbedaan-perbedaan kepentingan itu seringkali menjadi titik awal keresahan masyarakat.

b) Ketegangan Sosial

Ketegangan biasanya timbul sebagai akibat dari pertentangan antar kelompok, baik pertentangan antar wilayah, anatar suku, antar agama, maupun pertentangan antara pemerintah dengan rakyat.

c) Tumbuh dan menyebarnya keyakinan untuk melakukan aksi

Ketika suatu kelompok merasa dirugikan oleh kelompok lainnya, memungkinkan timbul dendam kesumat di dalam dirinya. Selanjutnya, pada saat bersamaan di dalam diri mereka timbul keyakinan untuk dapat melakukan suatu aksi secara bersama.

d)Faktor Penggerak

Ketiga hal tersebut diatas merupakan tahap-tahap yang mengarah ke terjadinya ledakan sosial bila ada faktor penggerak (provokator). Misalnya saja, pertentangan antar ras atau agama biasanya akan mudah meledak menjadi perseturuan yang hebat bila terjadi pembunuhan terhadap anggota kelompok etnik atau golongan agama yang terlibat dalam konflik.

e) Mobilisasi massa

Insiden yang terjadi pada tahap keempat di atas akan dapat menjadi ledakan sosial apabila dapat memancing solidaritas massa. Massa yang solider terhadap kelompoknya akan bergerak dalam suatu kekompakan dengan kekuatan besar.

(48)

Bila pihak penguasa atau pemerintah tidak mampu untuk mengontrol mobilisasi massa, sudah dapat dipastikan, ledakan sosial akan terjadi. Semakin lemah kemampuan control dari penguasa maka akan semakin parah pula ledakan sosial yang terjadi.

5. Kepribadian

a. Pengertian Kepribadian

Dalam bahasa popular, istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten. Hal itu memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Sedangkan dalam bahasa sehari-hari kita anggap bahwa seseorang tertentu mempunyai kepribadian, memang yang biasanya kita maksudkan ialah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa cirri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari induvidu-individu lainnya.

b. Unsur-Unsur Kepribadian 1) Pengetahuan

Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungan hidup manusia ada bermacam-macam hal yang dialami melalui penerimaan panca inderanya dan alat penerima atau reseptor organ lain.

(49)

Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam “perasaan”. Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif atau negative.

2) Dorongan Naluri

Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan yang tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, tetapi karena sudah terkandung dalam organnya. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia itu, oleh beberapa ahli psikologi disebut “dorongan”(drive). Beberapa dorongan naluri yang ada pada diri manusia :

(a). Dorongan untuk mempertahankan hidup

(b). Dorongan untul bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia.

(c). Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. (d). Dorongan untuk berbakti

c. Macam-macam Kepribadian

1) Macam-macam Kepribadian Individu

(50)

Gambar 2.

Bagan Kebiasaan, Adat Istiadat, dan Kepribadian

1 N

Kebiasaan Adat-Istiadat Habit) (Customs) 1 Sistem Sosial

(Social System)

Kepribadian Individu Kepribadian umum (individual personality) (modal personality) N

Dipelajari oleh ilmu psikologi Dipelajari oleh ilmu antropologi 2) Kepribadian Umum

Mendiskripsikan tentang watak berdasarkan kesan-kesan yang didapat dari pengalaman-pengalaman bergaul dengan individu yang lain.

6. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Definisi partisipasi menurut tim penyusun kamus bahasa Indonesia (2002:831) perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta.

Adapun definisi partisipasi menurut Keith Davis dalam Huraerah (2008 : 95) “participation is defined as mental and emotional involvement of person in group sitiation that encourage them to

contribute to group goals and share responsibility for them” yang artinya

(51)

kelompok yang mendorong mereka untuk menyumbangkan pada tujuan – tujuan kelompok dan sama – sama bertanggung jawab terhadapnya.

Menurut Bhattacharyya dalam Ndraha (1990 : 102) mengartikan partisipasi mengartikan sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Dalam bukunya yang sama, Ndraha mengutip pendapat Mubyarto tentang definisi partisipasi yaitu kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan sendiri.

Kata “Partisipasi” secara etmologis berasal dari tiga (3) bahasa yaitu bahasa Inggris “Participation”, bahasa Belanda “Participatie” dan Bahasa Latin “Partisipare” yang mempunyai arti dalam bahasa Indonesia “Mengambil Bagian”.

Pengertian partisipasi menurut Hoofsteede dalam Khairudin (2000:124) adalah “The taking part in one or more phase of the process” (partisipasi berarti ambil bagian dalam suatu tahap atau lebih dari suatu proses).

Dalam pengertian ini paling tidak, dapat dijumpai tiga hal pokok, yaitu :

1)Partisipasi merupakan ketertiban mental dan emosi.

2)Partisipasi menghendaki adanya kontribusi terhadap kepentingan atau tujuan kelompok.

(52)

Bahkan secara agak lengkap menurut Simatupang dalam Khairudin (2000:124) memberikan beberapa rincian tentang partisipasi sebagai berikut :

1)Partisipasi berarti apa yang kita jalankan adalah bagian dari usaha bersama yang dijalankan bahu membahu dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk membangun masa depan bersama. 2)Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama

diantara semua warga Negara yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam Negara Pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama untuk member sumbangan demi terbinanya masa depan yang baru dari bangsa kita.

3)Partisipasi tidak hanya berarti mengambil bagian dalam pelaksanaan-pelaksanaan rencana pembangunan. Partisipasi berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai pembangunan itu, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai keadilan sosial tetap dijunjung tinggi.

4)Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong kea rah pembangunan yang serasi dengan martabat manusia. Keadilan sosial dan keadilan nasional dan yang memelihara alam sebagai lingkungan hidup manusia, juga untuk generasi-generasi yang akan datang.

(53)

hak dan kewajiban yang sama untuk member sumbangan demi sumbangan demi terbinanya masa depan bangsa dan generasi-generasi yang akan datang.

b. Faktor -Faktor Yang Mendor ong Partisipasi

Kegiatan partisipasi masyarakat adalah mutlak diperlukan dalam pembangunan. Untuk itu perlu ditumbuhkan partisipasi aktif masyarakat yang dilaksanakan dengan menumbuhkan adanya rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang tercermin dengan adanya perubahan sikap mental, pandangan hidup, cara berpikir dan cara bekerja.

Adapun faktor-faktor ysng mendorong partisipasi menurut Khairudin (2000:126) yang ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi anggota masyarakat terjadi karena :

1). Takut atau terpaksa

Partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut biasanya akibat adanya perintah yang kaku dari atasan, sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang telah ditentukan.

2). Ikut-ikutan

Partisipasi ikut-ikutan hanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama masyarakat, keikutsertaan mereka bukan karena dorongan hati sendiri, tetapi merupakan perwujudan kebersamaan.

(54)

Partisipasi yang timbul karena kehendak dari pribadi masyarakat, hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua anggota masyarakat mau berpartisipasi. Hal ini disadari karena adanya beberapa faktor yang mungkin membuat mereka terdorong untuk berpartisipasi.

c. Cara Menggerakkan Partisipasi

Menurut Paston dalam Ndaraha ( 1990:104 ) perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dapat menggerakkan partisipasi. Agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat menggerakkan partisipasi dalam pembangunan, usaha itu adalah :

1) Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.

2) Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban ( response ) yang dikehendaki.

3) Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku ( behavior ) yang dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi horizontal.

(55)

7. Disiplin

Ketaaatan kepada peraturan merupakan kunci sukses dalam rangka mencapai tujuan. Ketaatan terhadap peraturan ini biasa disebut istilah disiplin.

a. Pengertian Disiplin

Disiplin menurut Prijodarminto (1992:23) adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.

Sedangkan menurut Hadiwiryo (2000:289) disiplin diartikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik lisan maupun tulis.

Selanjutnya menurut Sinungan (2003:145) Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok, atau masyarakat berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemerintah, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang tercermin dari sikap mental perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah, norma dan kaidah yang berlaku baik lisan maupun tulis dalam masyarakat untuk tujuan tertentu.

(56)

Karakteristik Disiplin menurut Sinungan (2003:145) ada 3, yaitu :

1) Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etika, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

2) Adanya perilaku yang dikendalikan 3) Adanya ketaatan

Dari karakteristik-karakteristik disiplin di atas jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan-kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan.

c. Tujuan Disiplin

Tujuan disiplin menurut pendapat Siswanto (2001:292) ada dua macam yaitu :

1) Tujuan umum disiplin

Adalah demi kelangsungan organisasi sesuai dengan motif organisasi yang bersangkutan baik hari ini maupun hari esok

2) Tujuan khusus disiplin antara lain :

(a). Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis.

(57)

(c). Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang, jasa milik organisasi dengan sebaik-baiknya.

(d. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada suatu organisasi.

d. Tipe-Tipe Disiplin

Menurut Handoko dalam Martoyo (2000:154) menyatakan bahwa ada dua tipe kegiatan pendisiplinan sebagai berikut :

1). Disiplin Preventif

Ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk mendorong seseorang agar sadar mentaati berbagai standard an aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Yang utama dalam hal ini adalah dapat ditumbuhkan “self discipline. Untuk memungkinkan iklim yang penuh disiplin

tanpa paksaan tersebut perlu kiranya standar-standar itu sendiri. Dengan demikian dapat dicegah timbulnya kemungkinan-kemungkinan pelanggaran atau penyimpangan dari standar yang telah ditentukan.

2). Disiplin Korektif

Ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu bentuk hukuman atau tindakan pendisiplinan (disciplinary action) yang wujudnya dapat berupa “peringatan”

(58)

harus bersifat mendidik dan mengoreksi kekeliruan untuk tidak terulang kembali.

8. Motif

a. Pengertian Motif

Motif seringkali diartikan istilah dorongan. Menurut Makmun Khairani (2013:130) bahwa Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan nmotivasi (niat). Ada beberapa ahli yang mencoba memberi pengertian tentang motif, antara lain :

1) Theodore M. Newcomb adalah motif atau penggerak, sebagaimana digunakan disini, merujuk pada kondisi makhluk hidup dimana sebagian besar tenaga digunakan dan diarahkan secara selektif ke arah bagian lingkungan.

2) Bercloon dan Steiner adalah sebuah motif atau penggerak yaitu kondisi didalam, dimana tenaga, kegiatan atau gerakan dan arah atau saluran tingkah laku terarah pada tujuan.

3) W.A Gerungan adalah motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebutkan ia berbuat sesuatu.

(59)

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Dari berbagai tinjauan, ada beberapa Teori – Teori Motive yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Teori Hedonisme

Dasarnya teori ini berpandangan bahwa manusia mempunyai kehidupan yang mementingkan kesenangan dan menjauhi ketidak senangan. Inilah yang menyebabkan setiap individu berusaha untuk mencapai keenakan pada dirinya pada kerja atau kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari.

2) Teori Naluri

Teori ini beranggapan bahwa individu mempunyai tiga insting yang penting yaitu : Insting mempertahankan diri, Insting mengembangkan diri, Insting mengembangkan jenis. Pada kehidupan sehari-hari tingkah laku individu digerakan oleh ketiga insting tersebut secara sendiri-sendiri bersama-sama.

3) Teori Kebudayaan

(60)

4) Teori Daya Dorong

Teori ini beranggapan bahwa tingkah laku individu dapat digunakan melalui insting dan pola-pola kebudayaan secara bersama-sama. Jadi teori daya dorong itu merupakan gabungan dari teori memberi dan teori kebudayaan dalam rangka memberi motivasi pada tingkah laku individu.

5) Teori Kebutuhan

Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, Frederick Herzberg dan David Mc. Clelland. Teori ini pada dasarnya menyebutkan bahwa tingkah laku individu berguna untuk memenuhi kebutuhannya. Teori terdiri dari teori pemenuhan kebutuhan dan teori pemeliharaan motivasi.

Adapun Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap motivasi menurut Thedore M. Newcomb faktor yang berpengaruh pada pemberian motivasi ditinjau dari penerima motivasi, adalah sebagai berikut :

1) Perception / Pengamatan

menyusun munculnya lingkungan sebagai bagian dari proses mengerjakan sesuatu tentang itu.

2) Thought / Pemikiran

Suatu bentuk tingkah laku yang diam lebih dari berterus terang dimana benda-benda dan peristiwa–peristiwa berpengaruh secara simbolik.

(61)

Perasaan tidak mewakili bagian terpisah dan tingkah laku tetapi satu asumsi dimana perbuatan, persepsi dan pemikiran berlangsung.

Menurut Wexley & Yukl dalam As’ad ( 1987 : 130 ) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.

Sedangkan menurut Mitchel dalam Winardi ( 2002 : 130 ) motivasi mewakili proses – proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkan, dan terjadinya persistensi kegiatan – kegiatan (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.

Menurut Gray dalam Winardi ( 2002 : 130 ) motivasi merupakan sejumlah prosees, yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

Menurut Morgan dalam Soemanto ( 1987 : 130 ) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dalam tiga hal yang sekaligus merupakan aspek – aspek motivasi. Ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendukung tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan daripada tingkah laku tersebut ( goal or ends of such behavior).

Menurut McDonal dalam Soemanto ( 1987 : 131 ) mendifinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga dalam diri sesorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi – reaksi mencapai tujuan.

(62)

yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.Motivasi seseorang sangat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu : 1) Faktor Internal : faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri

atas :

a. Persepsi individu mengenai diri sendiri : seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak.

b. Harga diri dan prestasi: faktor ini mendorong atau mengarahkan individu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat: serta dapat mendorong individu untuk berprestasi.

c. Harapan ; adanya harapan – harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku.

(63)

mendorong mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.

2) Faktor Eksternal ; faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas :

a. Jenis dan sifat pekerjaan ; dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni.

b. Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat memberikan arti bagi individu sehubungan kiprahnya dalam kehidupan sosial.

c. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan ras mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya.

(64)

dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan.

b. Antr opologi dan Teori Motivasi

Seperti diketahui bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia sebagai individu yang mempunyai jatid diri yang khas. Berbagai hal tentang manusia sebagai individu seperti karakteristik biografikalnya, lingkungannya, latar belakang pendidikannya, latar belakang sosialnya merupakan ruang lingkup studi ilmu ini bermuara pada pengenalan karakteristik personal orang yang bersangkutan yang bersifat khas itu.

Tidak dapat disangkal bahwa sistem nilai yang dianut oleh seseorang yang dapat didalami menggunakan antropologi sebagai instrumen analisisnya, seperti misalnya skala prioritas kebutuhannya dan persepsinya tentang yang baik, tidak benar, benar dan salah pasti berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya dalam kehidupan organisasionalnya,

c. Psikologi dan Teori Motivasi

(65)

Sumbangan psikologi kepada kehidupan organisasional tidak lagi menyangkut hal-hal yang secara klasik diteliti dan didalami, seperti masalah kelelahan, kejenuhan dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan kondisi kerja yang berpengaruh pada prestasi kerja akan tetapi sudah meningkat lebih jauh lagi yang mencakup berbagai hal seperti kemampuan belajar, persepsi, kepribadian, efektifitas kepemimpinan, penilaian prestasi kerja dan pengukuran sikap.

9. Tingkah Laku Sosial

Setiap individu membentuk tingkah laku sosial yang berguna untuk bertingkah laku sosial yang berguna untuk bertingkah laku dengan individu lain secara tidak langsung. Disamping itu, individu tersebut juga melakukan pembinaan terhadap tingkah laku sosialnya sehingga tingkah laku sosial semakin lam makin matang dan meningkat, akan selalu tertanam dalam dirinya dan setiap saat dapat digunakan sesuai dengan situasi sosial yang dihadapinya. Upaya pembinaan tingkah laku tersebut melalui :

a. Komunikasi

menurut pendapat Edward C.Tolman bahwa manusia/laki-laki adalah binatang yang berbicara. Untuk inilah, pertama-tama melalui bicara dan bahasa, manusia berhubungan dengan yang lain melalui pikiran, perasaan, dan perhatian.

Gambar

Gambar 1. Sosialisasi KIPEM di Kecamatan Wonokromo
Tabel 1.
Gambar 2.
 Gambar 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Berdasarkan data yang penulis peroleh yaitu laporan harga pokok produksi produk lemari pakaian dua pintu tahun 2013, tahun 2014, dan tahun 2015, penulis

Meskipun perpustakaan bermanfaat sebagai salah satu sumber belajar untuk semua mata pelajaran (termasuk pelajaran sejarah), namun dalam kenyataan ada kecenderungan

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa persinggungan antara ajaran agama (Islam) yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig, modernitas, dan budaya (Jawa) tergambar dalam ritual dan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Penelitian ini memberikan pembuktian bah- w a bootstrap financing merupakan metode alternatif yang dapat digunakan bagi perusahaan kecil dan menengah dalam rangka mendapatkan

Farhi (2013) also conducted a study regarding the significance of video in Foreign Language Teaching at the University of Biskra. The teaching and learning process could only

Penelitian menyimpulkan bahwa selain tidak semua cabang HKI relevan dengan industri batik, pengusaha UKM Batik di Pekalongan dan Yogyakarta enggan menggunakan HKI karena