• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2 Faktor Yang Berasal Dari Luar Diri Individu

Sesuai dalam rencana penelitian telah ditetapkan bahwa fokus penelitian yang kedua yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu. Melalui pendekatan ini diketahui bahwa kondisi yang berasal dari luar diri individu sangat berpengaruh terhadap perilaku individu yang bersangkutan. Faktor-faktor yang berpengaruh menentukan perilaku sosial adalah Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung dan Situasi Lingkungan Pada Umumnya.

Dalam fokus kedua ditetapkan sasaran kajian yaitu : a. Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung

Secara konseptual Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung adalah faktor yang berasal dari organisasi dan individu dimana penduduk musiman tersebut bekerja dapat mempengaruhi penduduk musiman tertib atau tidak tertib dalam pengurusan kartu identitas penduduk musiman. Hasil temuan dilapangan dapat diuraikan berdasarkan pengamatan, uraian wawancara dan dokumen berikut ini :

Uraian wawancara dengan key person bapak Djuli selaku Sekretaris Lurah di Kelurahan Wonokromo mengenai pengaruh kelompok kerja dimana invidu bergabung terhadap kepemilikan KIPEM, beliau menjelaskan bahwa :

“...alasan-alasan orang tidak mengurus KIPEM itu kebanyakan dengan alasan tdiak ada waktu untuk mengurus mas. yang kerja nya sibuk, dari pagi sampai malem. Adapun yang mengatakan ini mas, mereka males ngurus itu karena ditempat kerja mereka tidak dituntut dan gak diwajibkan untuk memiliki KIPEM. serta teman kerjanya juga tidak ada yang memiliki KIPEM mas, jadi mereka tidak mau mengurus KIPEM...”(wawancara 12 Juni 2014)

Pernyataan diatas didukung oleh informan yaitu Taufik 27 tahun bekerja di Perusahaan Swasta yang bertempat tinggal di Kelurahan Wonokromo, dengan mengatakan:

“...saya belum pernah denger sama sekali mas tentang KIPEM selama saya tinggal di Surabaya hampir 3 Tahun, kalau boleh mas nya jelasin ke saya apa itu KIPEM?. oh jadi KIPEM itu kartu identitas penduduk musiman, kalau disuruh ngurus KIPEM sih belum sempat saya mas. kerja saya ini sibuk mas, kadang kalau lembur sampai malam mas. ditempat kerja saya gak ada tuh mas perintah untuk membuat KIPEM. teman-teman kerja saya yang bukan asli surabaya juga gak pernah ngasih tau saya tentang KIPEM. Mungkin kalau ditempat kerja saya diwajibkan untuk memiliki KIPEM, saya dan temen kerja yang lain ya ngurus mas. nah masalahnya sekarang ini gak ada ketentuan seperti itu ditempat kerja saya dan teman kerja saya juga gak ada memiliki KIPEM mas..”(wawancara 15 Juni 2014)

Pernyataan diatas juga di dukung informan lain yaitu Zainal 29th bekerja di Royal Plaza, dengan mengatakan:

“...saya pernah dikasih tau mas dulu sama temen saya tentang KIPEM itu, Cuma respon saya saat itu biasa-biasa aja mas. Kalau saya gak memerlukan KIPEM itu untuk kepentingan kerja saya, ya ngapain ngurus mas. ditempat kerja saya punya e-KTP aja gak masalah kok mas. temen-temen kerja saya yang lain juga begitu..”(wawancara 15 Juni 2014)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap fokus eksternal tentang Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung yang ada di luar diri individu. Bahwa penduduk musiman yang mengetahui maupun tidak mengetahui tentang KIPEM tidak akan mengurus KIPEM, apabila di tempat kerja penduduk musiman tersebut tidak diwajibkan mengurus dan memiliki KIPEM. serta penduduk musiman tersebut akan mengurus KIPEM, apabila teman kerja yang lain juga mengurus KIPEM. Dengan itu faktor Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung tidak memotivasi

penduduk musiman untuk melakukan pengurusan KIPEM, dikarenakan faktor tersebut yang menyebabkan penduduk musiman tidak mengurus KIPEM.

b. Situasi Lingkungan Pada Umumnya

Secara konseptual Kelompok Situasi Lingkungan Pada Umumnya adalah faktor yang berasal dari masyarakat sekitar dan instansi pemerintah di wilayah penduduk musiman tersebut tinggal. Hasil temuan dilapangan dapat diuraikan berdasarkan pengamatan, uraian wawancara dan dokumen berikut ini :

Uraian wawancara dengan key person bapak Djuli selaku Sekretaris Lurah di Kelurahan Wonokromo mengenai pengaruh situasi lingkungan terhadap pengurusan dan kepemilikan kipem, beliau menjelaskan bahwa :

“...untuk menertibkan penduduk musiman wajib mengurus KIPEM ya harus ada kerjasama masyarakat sekitar mas. seperti pemilik kos dan Pak RT yang asli penduduk situ agar melakukan pengurusan KIPEM secara kolektif mas. pihak Kelurahan juga sering mengadakan rapat atau diskusi tentang penertiban kependudukan khusunya KIPEM. dan pihak Kelurahan juga mengundang Pak RT dan RW yang dimana banyak ditinggali penduduk musiman tersebut. akan tetapi banyaknya penduduk musiman yang tidak memiliki KIPEM itu karena Pemilik Kos dan Pak RT nya kurang kooperatif mas dalam penanganan ini. kalau tidak ada kerjasama yang baik, ya susah mas untuk menertibkan penduduk musiman wajib memiliki KIPEM...” (wawancara 12 Juni 2014)

Mendukung pernyataan diatas didukung oleh informan pendukung yaitu Pak Joko Ketua RT 16 RW 04 di Kelurahan Wonokromo, dengan mengatakan:

“...saya sudah menyampaikan mas, kepada setiap pemilik kos-kosan kalau ada penduduk baru yang kos untuk melaporkan ke saya. Dan saya juga sudah sampaikan bahwa anak kos yang tinggal dikos-kosan tersebut untuk segera mengurus KIPEM. tapi ya pecuma mas, yang

saya beritahukan seperti gak dihiraukan sama pemilik kos. Jangankan ngurus KIPEM mas, untuk melaporkan yang ngekos disitu saja hanya beberapa mas...” (wawancara 17 Juni 2014)

Pernyataan diatas juga di dukung oleh informan lain yaitu ibu Tari pemilik kos di RT 16 RW 04, dengan mengatakan:

“...iya mas, saya sudah pernah diberitahu oleh Pak RT untuk memberitahukan kepada anak-anak kos yang tinggal disini untuk mengurus KIPEM. dan juga sudah saya sampaikan ke anak-anak kos. tapi gini mas, anak kos yang ngekos disini tuh sering pindah- pindah mas. jadi kalau disuruh ngurus KIPEM itu gak mau. Paling ya saya minta fotocopy ktp anak kos itu, untuk saya laporkan ke Pak RT. kalau saya memaksa anak kos disini untuk mengurus KIPEM, ya pada pindah semua mas anak kosnya gak ada yang kos disini. Anak kos kan banyak malesnya mas, kalau disuruh mengurus hal-hal seperti itu...” (wawancara 17 Juni 2014)

Pernyataan diatas juga didukung oleh informan lain yaitu : Agus 21th yang kos di ibu Tari, dengan mengatakan:

“...iya mas, saya pernah disuruh ibu kos saya untuk mengurus KIPEM. tapi saya ya diam saja mas, karena saya pikir gak penting mas ngurus KIPEM itu. Dan saya juga gak dipaksa sama ibu kos saya untuk mengurus KIPEM mas. temen-temen kos yang lain ya tidak ada yang ngurus mas. jadi ya saya tenang aja mas, gak ngurus KIPEM...” (wawancara 17 Juni 2014)

Gambar 13.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap fokus faktor eksternal tentang Situasi Lingkungan Pada Umumnya yang ada di luar diri individu. Bahwa kurangnya kerjasama dan koordinasi masyarakat sekitar seperti pemilik kos dan Pak RT dalam menertibkan penduduk musiman yang tinggal di tempat tersebut untuk mengurus KIPEM. serta pemilik kos juga kurang kooperatif dan tidak peduli dalam mewajibkan anak kos yang tinggal di tempat kos tersebut untuk melakukan pengurusan KIPEM. hal tersebut tidak memotivasi penduduk musiman untuk mengurus KIPEM, disebabkan faktor lingkungan yang kurang kerjasama dan kooperatif untuk mewajibkan penduduk musiman wajib memiliki KIPEM.

C. Pembahasan

Berdasarkan temuan data dilapangan yang berupa hasil pengamatan, hasil wawancara, dan dokumentasi foto maupun arsip-arsip yang berhubungan dengan fokus penelitian maka dilanjutkan analisa data atau pembahasan hasil penelitian sebelum menarik kesimpulan maupun setelah kesimpulan didapat perlu diadakan verifikasi kembali sampai menghasilkan kesimpulan akhir. Berikut ini uraian pembahasan penelitian berupa analisa data dengan menggunakan landasan teori, berurutan masing-masing fokus serta masing- masing sasaran kajian sebagai berikut :

1. Faktor yang berasal dari dalam diri individu

Sesuai dalam rencana penelitian telah ditetapkan bahwa fokus penelitian yang pertama yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Melalui pendekatan ini diketahui bahwa penyebab terjadinya perilaku

adalah hal-hal yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu adalah Persepsi Individu, Kebutuhan, Harapan, Harga Diri dan Prestasi.

a. Persepsi Individu

Temuan hasil penelitian dilapangan bahwa persepsi masyarakat yang mengetahui tentang Administrasi Kependudukan hanya KTP, KK dan Akta Kelahiran. Padahal menurut Peraturan bahwa Administrasi Kependudukan meliputi : KK, KTP, Surat Keterangan Pindah, Surat Keterangan Pindah Datang, Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri, Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing, Surat Keterangan Kelahiran, Surat Keterangan Lahir Mati, Surat Keterangan Kematian, Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat Keterangan Pembatalan Perceraian. Dengan hal itu masyarakat tidak banyak mengetahui tentang Administrasi Kependudukan dan hanya sedikit yang mengetahui tentang Administrasi Kependudukan. Persepsi masyarakat tentang Administrasi Kependudukan sangat minim atau kurang.

Keadaan tersebut menurut Hoogerwef dalam Soenarko (2000 : 82) ada beberapa tujuan kebijakan meliputi : 1. Memelihara ketertiban umum, 2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (Negara sebagai perangsang, stimulator), 3. Menyesuaiakan berbagai aktivitas (Negara sebagai coordinator), 4. Memperutunkan dalam membagi berbagai materi (Negara sebagai pembagi, alokator). Maka dapat dinyatakan tujuan dari diterbitkannya aturan Kependudukan

khususnya KIPEM lebih memelihara pada ketertiban umum. Tapi belum tercapai karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan benar akan adanya aturan Kependudukan, apalagi sampai melaksanakan aturan Kependudukan berupa KIPEM.

Persepsi masyarakat tentang Administasi Kependudukan berupa KIPEM ternyata masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang KIPEM. Bahkan masyarakat tidak peduli akan tertib Administrasi Kependudukan berupa KIPEM. Hal ini tidak sesuai dengan Teori Disiplin menurut Sinungan (2003:145) menjelaskan bahwa sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok, atau masyarakat berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini masyarakat tidak disiplin untuk kewajiban kepemilikan KIPEM sebagai penduduk musiman. Padahal bagi masyarakat yang tinggal diluar daerah asal, wajib mengurus dan memiliki KIPEM. hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 dalam Pasal 3 menjelaskan bahwa setiap penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Dengan hal ini penduduk musiman telah melanggar dan tidak melakukan tertib administrasi kependudukan yang dikarenakan tidak melaporkan peristiwa kependudukan, dan pendaftaran penduduk sebagai penduduk musiman.

Temuan lain Persepsi dari masyarakat dapat dinyatakan bahwa membayar denda KIPEM lebih meminimalkan biaya daripada pulang ke tempat asal untuk memenuhi syarat pembuatan KIPEM yang dinilai lebih besar biaya yang di keluarkan. Kondisi Ekonomi secara konseptual Menurut Atep Adya Barata (2004:165) kondisi ekonomi secara langsung atau tidak langsung banyak berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Misalnya, pada masa resesi atau krisis moneter, kesulitan ekonomi berkepanjangan yang diderita masyarakat menimbulkan perilaku kebanyakan orang menjadi mudah tersinggung, agresif atau mudah di provokasi untuk berbuat destruktif. Dalam hasil penelitian dilapangan bahwa penduduk musiman lebih memilih membayar denda daripada mengurus KIPEM dengan melengkapi persyaratan berupa surat keterangan tempat asal yang dinilai lebih banyak mengeluarkan biaya daripada membayar denda.

b. Kebutuhan

Berdasarkan hasil temuan peneliti dilapangan tentang Faktor Internal yang kedua mengenai Kebutuhan, masyarakat mengurus dan membutuhkan KIPEM dikarenakan terpaksa atau terdesak untuk kepentingan dan keperluan masyarakat. Hal ini sesuai dengan Teori Partisipasi menurut Khairuddin (2000:126) menjelaskan bahwa partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa dan takut biasanya akibat perintah yang kaku dari atasan, sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang telah di tentukan. Dalam hal ini penduduk musiman terpaksa mengurus KIPEM dikarenakan

membutuhkan untuk keperluan syarat membuka rekening di Bank dan keperluan lain yang prasyaratnya wajib harus memiliki KIPEM.

Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 dalam Pasal 3 menjelaskan bahwa setiap penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Dengan hal ini penduduk musiman tidak melaporkan peristiwa kependudukan, dan pendaftaran penduduk sebagai penduduk musiman guna tertib Administrasi Kependudukan. Akan tetapi penduduk musiman yang mengurus KIPEM dikarenakan kebutuhan dan kepentingan dirinya untuk memenuhi prasyarat yang harus memiliki KIPEM, bukan karena dirinya sadar sebagai penduduk musiman yang harus memiliki KIPEM. Serta harus tertib Administrasi Kependudukan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya yang telah dibuat dan diterapkan.

c. Harapan

Berdasarkan temuan peniliti di lapangan yang sesuai fokus ketiga yaitu Harapan, bahwa masyarakat setelah mengurus dan memiliki KIPEM masyarakat tidak akan terjaring yustisi. Hal ini sesuai dengan Teori Tingkatan Perubahan Sikap menurut Herbert C. Kelmen (1950:172) menyebutkan bahwa perubahan sikap pada diri seseorang yang menerima komunikasi persuasif ada tiga tingkatan, yaitu perubahan sikap yang didasarkan pada prinsip kepatuhan (obedince), prinsip identifikasi (identification), dan proses internalisasi (internalization).

Dengan hal ini Prinsip kepatuhan yang sangat berpengaruh seperti perubahan sikap terjadi karena rasa takut. Komunikasi berubah sikapnya karena takut mendapat hukuman dari pemberi komunikasi bila dia tidak mematuhi apa-apa yang dikatakan oleh komunikator. Maka dapat dinyatakan bahwa harapan masyarakat setelah memiliki KIPEM, masyarakat tidak akan terjaring yustisi dikarenakan rasa takut dan mau melakukan pengurusan KIPEM guna tertib Administrasi Kependudukan.

Hasil temuan lain Harapan penduduk musiman setelah memiliki KIPEM menurut Atep Adya Barata (2004:162) dalam Teori Motivasi Abraham Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan yang menjadi motivasi perilaku manusia seperti kebutuhan rasa aman. Dalam hal ini penduduk musiman setelah mengurus dan memiliki KIPEM, penduduk musiman akan merasa aman dikarenakan tidak akan terjaring yustisi serta dengan harapan tidak dikenakan denda lagi.

Menurut Morgan dalam Soemanto (2002:130) bahwa motivasi bertalian dalam tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek motivasi. Ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendukung tingkah laku (motivating states ), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior ), dan tujuan daripada tingkah laku tersebut ( goal or ends of such behavior). Dalam hal ini penduduk musiman melakukan pengurusan KIPEM dikarenakan adanya dorongan keadaan yang harus memilki KIPEM agar tidak terjaring yustisi. Dan tujuan pengurusan KIPEM tersebut agar penduduk musiman yang sudah memiliki KIPEM tidak akan dikenakan denda saat operasi yustisi.

d. Harga Diri dan Prestasi

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tidak ditemukan penduduk musiman mengurus KIPEM dikarenakan kebutuhan akan harga diri. Hal ini tidak sesuai dengan teori Kebutuhan menurut Abraham Maslow yang menjelaskan kebutuhan yang menjadi motivasi perilaku manusia seperti kebutuhan akan harga diri.

Dalam penelitian ini masyarakat beranggapan bahwa KIPEM tidak menambah gengsi dan jugaa tidak meningkatkan Harga Diri masayarakat. Karena KIPEM dianggap hanya kartu tambahan identitas saja, bukan kartu yang bisa meningkatkan gengsi dan harga diri masyarakat.

2. Faktor yang berasal dari luar diri individu

Sesuai dalam rencana penelitian telah ditetapkan bahwa fokus penelitian yang pertama yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Melalui pendekatan ini diketahui bahwa penyebab terjadinya perilaku adalah hal-hal yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu adalah Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung dan Situasi Lingkungan Pada Umumnya.

a. Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung

Berdasarkan temuan hasil peniliti di lapangan bahwa masyarakat tidak tertib dan tidak mengurus KIPEM dikarenakan lingkungan kerja dan teman kerja masyarakat tersebut tidak mau menguurus KIPEM. hal ini sesuai dengan Teori Partisipasi menurut Khairudin (2000:126) menjelaskan bahwa partisipasi ikut-ikutan hanya didorong oleh rasa

solidaritas yang tinggi diantara sesama masyarakat, keikutsertaan mereka bukan karena dorongan hati sendiri, tetapi merupakan perwujudan kebersamaan. Dalam hal ini penduduk musiman akan mengurus KIPEM apabila lingkungan kerja dan teman kerjanya juga mengurus KIPEM yang dilakukan secara kebersamaan.

Menurut Atep Adya Barata (2004:173) Perilaku Kelompok memiliki sifat yang dapat mempengaruhi individu diantaranya yaitu sifat lebih berani mengambil resiko, dengan pengertian pada umumnya orang didalam kelompok lebih berani menghadapi resiko daripada orang yang tidak berada dalam kelompok. Dalam penelitian ini perilaku kelompok khususnya penduduk musiman yang bekerja di suatu kelompok tertentu tidak mengurus KIPEM dapat mempengaruhi penduduk musiman yang lain ikut-ikutan tidak mengurus KIPEM. Sifat dari perilaku kelompok yaitu lebih berani mengambil resiko turut memperkuat penduduk musiman yang tidak mengurus KIPEM menjadi tidak memperdulikan tentang tertib Administrasi Kependudukan berupa KIPEM yang dikenal dengan kepribadian ikut-ikutan sehingga mereka lebih berani mengambil resiko karena merasa dalam sebuah kelompok.

b. Situasi Lingkungan Pada Umumnya

Berdasarkan temuan hasil peniliti di lapangan bahwa faktor Situasi Lingkungan Pada Umumnya yang mempengaruhi penduduk musiman tidak mengurus KIPEM dikarenakan kurangnya kerjasama dan koordinasi antara Pemilik Kos dengan Pak RT dan Pak RW yang menyebabkan penduduk musiman tidak tertib Administrasi

Kependudukan berupa KIPEM. Menurut Atep Adya Barata (2004;175) Perilaku Kolektif yaitu kerjasama dengan tujuan positif maupun negative. Sebagai contoh, beberapa kegiatan yang termasuk dalam perilaku kolektif adalah kerja bakti, gotong royong, demontrasi, pemberontakan dan revolusi. Dalam penelitian ini Perilaku Kolektif sangat mempengaruhi penduduk musiman dalam tertib Administrasi Kependudukan. Masyarakat sekitar penduduk musiman seperti Pemilik Kos, Pak RT dan Pak RW harus melakukan kerjasama dan koordinasi yang baik dalam menertibkan penduduk musiman untuk mengurus KIPEM. hal tersebut akan tercapai jika adanya kerjasama yang baik antara beberapa pihak yang berkaitan di lingkungan penduduk musiman.

Secara konseptual menurut Atep Adya Barata (2004:164) Kondisi Lingkungan Alam seperti letak wilayah, kepadatan penduduk, dan musim mempunyai pengaruh langsung terhadap perilaku manusia. Dalam hasil penelitian dilapangan bahwa kepadatan penduduk di lingkungan penduduk musiman sangat mempengaruhi terhadap tingkat kesulitan untuk menertibkan penduduk musiman dalam kepengurusan KIPEM. Jika tidak adanya kerjasama yang baik antara pihak Pemilik Kos dan Pak RT serta masyarakat yang ada di lingkungan untuk melakukan pengurusan KIPEM sehingga akan muncul dorongan naluri yang menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat (2009) yaitu kesadaran manusia juga mengandung berbagai perasaan yang tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, tetapi karena sudah terkandung dalam organnya. Diantaranya adalah dorongan untuk mempertahankan hidup. Dalam hal

ini penduduk musiman yang tidak memilki KIPEM akan menghiraukan tentang pengurusan KIPEM walaupun penduduk musiman tersebut tidak tertib Aministrasi Kependudukan sebagai penduduk musiman.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor Internal yang pertama yaitu Persepsi masyarakat sebagai penduduk musiman terhadap Undang-Undang Kependudukan adalah lebih banyak persepsi tentang KTP, KK, Akta Kelahiran. Tidak ada persepsi tentang KIPEM dan lebih banyak tidak mengetahui tentang KIPEM. Sehingga faktor internal Persepsi tidak memotivasi penduduk musiman untuk tertib administrasi kartu identitas penduduk musiman.

2. Persepsi Penduduk Musiman dari luar pulau dan luar provinsi terhadap denda KIPEM adalah lebih murah dibanding biaya pulang ke tempat asal untuk memenuhi syarat pembuatan KIPEM yang dinilai lebih besar biaya yang di keluarkan sehingga sanksi denda tidak mempengaruhi penduduk musiman untuk tertib dalam pengurusan KIPEM. Sehingga faktor persepsi mengenai denda pelanggaran kepemilikan KIPEM dianggap paling mudah dan tidak memotivasi penduduk musiman untuk mengurus KIPEM. 3. Faktor Internal yang kedua yaitu Kebutuhan dimana Penduduk Musiman

yang mengurus KIPEM karena keinginannya sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal yaitu Kebutuhan akan KIPEM sebagai kelengkapan syarat pengurusan kepentingan lain, diantaranya : Membuka Rekening BANK dan Bantuan Subsidi Kontrak Rumah dari Perusahaan.

Sehingga Faktor Kebutuhan adalah faktor yang paling tinggi yang dapat memotivasi penduduk musiman untuk melakukan kepengurusan KIPEM, dikarenakan KIPEM sebagai syarat kegiatan administrasi yang lain.

4. Faktor Internal yang ketiga yaitu Harapan aman dari operasi yustisi dan tidak terkena denda pelanggaran PERDA Administrasi Kependudukan merupakan faktor yang mempengaruhi penduduk musiman mengurus KIPEM. Faktor aman dari denda sebagai harapan yang dapat memotivasi masyarakat dalam kepemilikan KIPEM.

5. Faktor Internal yang keempat yaitu Harga Diri tidak ditemukan dalam perilaku penduduk musiman karena KIPEM tidak menambah gengsi dalam status kehidupan bagi penduduk musiman. Faktor tersebut tidak memotivasi masyarakat untuk melakukan pengurusan KIPEM.

6. Faktor Eksternal yang pertama yaitu Kelompok Kerja Dimana Individu Bergabung sangat mempengaruhi penduduk musiman dalam kehidupan sehari-hari dimana penduduk musiman merasa tidak perlu mengurus KIPEM karena teman kerja penduduk musiman tersebut banyak yang tidak memiliki KIPEM dan di tempat kerjanya tidak diwajibkan memiliki KIPEM. Sehingga Faktor tersebut tidak memotivasi penduduk musiman untuk melakukan pengurusan KIPEM.

7. Faktor Eksternal yang kedua Situasi Lingkungan Pada Umumnya sangat mempengaruhi masyarakat dimana faktor lingkungan tempat penduduk musiman berdomisili tidak ada yang peduli terhadap tertib Administrasi Kependudukan berupa KIPEM baik penduduk musiman tersebut,

Dokumen terkait