• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

4 Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Setiap orang mempunyai sifat yang berbeda sehingga perilakunyapun berbeda-beda. Dalam kenyataan, banyak kita jumpai orang-orang yang bersifat terbuka dan tertutup, ada yang berdaya juang besar dan ada yang lemah, ada yang tegar dan ada yang tidak tegar, ada yang emosional dan ada yang sabar. Perilaku yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi diri seseorang.

b. Faktor yang Mempengar uhi Perilaku

Menurut Atep Adya Barata (2004:159) Secara garis besar perwujudan perilaku ditentukan oleh faktor seperti :

1) Faktor yang ada di dalam diri manusia

Melalui pendekatan ini diketahui bahwa penyebab terjadinya perilaku adalah hal-hal yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku manusia adalah kepribadian, system nilai, motivasi, serta sikap terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya.

a) Kepribadian

Kepribadian adalah sifat-sifat diri yang relative menetap dalam diri seseorang. Misalnya, sifat tertutup (introvert) dan terbuka (extrovert), agresif dan non agresif, serta sifat lain seperti optimis dan pesimis.

b) Sistem Nilai

Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai yang dominan di dalam kehidupan dirinya. Dengan merujuk pada pendapat Eduard Spranger (1974), seorang penulis masalah psikologis (1822-1920), ahli-ahli psikologi dan sosiologi secara konsisten mengemukakan bahwa sistem nilai dapat dikategorikan ke dalam enam jenis, yaitu nilai ekonomis, nilai sosial, nilai estetika, nilai interlektual, dan nilai kekuasaan.

(1) Nilai Ekonomis

Seseorang yang di dalam dirinya didominasi oleh nilai ekonomis akan cenderung memiliki perilaku yang selalu didasarkan pada dorongan ekonomis. Ia hanya akan tertarik berhubungan dengan orang lain karena alasan ekonomis. Dalam memilih pekerjaan, ia cenderung untuk memilih pekerjaan yang dapat menghasilkan gaji besar tanpa melihat jenis pekerjaanya.

Seseorang yang nilai hidupnya lebih didominasi oleh nilai sosial, perilakunya akan cenderung mengarah ke tujuan sosial. Dalam kehidupan sehari-harinya, ia cenderung bersifat penolong.

(3). Nilai Religius

Pada diri seseorang yang nilai religiusnya sangat dominan akan cenderung mengabdikan kehidupannya untuk hal-hal yang bersifat keagamaan atau kepercayaan. Ia menjalankan kehidupan dan mengamalkan hartanya di jalan Tuhan, sang pencipta.

(4). Nilai Estetika

Pada diri seseorang yang nilai estetikanya cukup dominan, perilakunya akan lebih banyak dilandasi oleh nilai estetika. Di dalam kehidupannya ia cenderung untuk menyukai hal-hal yang bernilai estetika. Misalnya, kesenian dan keindahan. (5). Nilai Intelektual

Dalam diri seseoranng nilai intelektualnya lebih besar dominan, rasa ingin tahunya lebih besar. Ia cenderung mempunyai sifat yang haus pengetahuan dan selalu mempunyai keinginan untuk menambah pengetahuan.

(6). Nilai Kekuasaan

Dalam diri seseorang yng dipenuhi oleh nilai kekuasaanya, dalam kehidupannya cenderung senang dengan kekuasaan. Ia

akan selalu ingin mengatur, memerintah, dan menguasai orang lain. Kehidupan dan hartanya selalu ditujukan untuk memperoleh kekuasaan. Kesemua nilai yang disebutkan di atas ada dalam diri setiap orang, namun kadar nilai yang ada di masing-masing orang berbeda. Nilai mana yang paling dominan, itulah yang akan menunjukkan sifat utamanya.

c). Motivasi Perilaku Manusia

TeoriAbraham Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan yang menjadi motivasi perilaku manusia terdiri atas lima tingkat, berurutan mulai dari urutan yang paling rendah sampai dengan urutan yang paling tinggi. Urutan kebutuhan tersebut adalah : 1) Kebutuhan dasar atau kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan kondisi tubuh seperti pangan, sandang, dan papan. 2) Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan ini lebih bersifat psikologis individu dalam kehidupan sehari-hari. Misal: perlakuan adil, pengakuan hak dan kewajiban. Jaminan keamanan.

3) Kebutuhan akan kasih sayang

Kebutuhan ini juga cenderung bersifat psikologis dan sering kali berkaitan dengan kebutuhan lainnya. Misal: diakui sebagai anggota, diajak berpatisipasi, berkunjung ketetangga dan sebagainya.

Kebutuhan ini menyangkut prestasi dan prestise individu setelah melakukan kegiatan . misal: dihargai, dipuji, dipercaya.

5) Kebutuhan untuk mengaktulisasikan diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi dari individu dan kebutuhan ini sekaligus paling sulit dilaksanakan.

Teori motivasi dari David McClelland (1976) sering dirujuk para pakar, yang intinya menyebutkan ada tiga motif pokok yang mendorong perilaku manusia, yaitu :

1) Motif pencapaian 2) Motif afiliasi 3) Motif kekuatan

Motif pencapaian atau kebutuhan untuk mencapai sesuatu adalah motif yang mendorong seseorang mau bekerja keras untuk dapat mencapai prestasi kerja yang terbaik. Motif afiliasi adalah suatu dorongan atau keinginan yang membuat seseorang suka berkumpul dengan orang lain, bekerja dalam kelompok, dan ingin mendapat dorongan moril dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Motif kekuatan adalah motif yang membuat seseorang ingin menonjolkan kekuasaan dirinya dengan cara mendominasi orang lain.

d). Sikap terhadap sesuatu di sekitar dirinya

Sikap adalah perasaan suka tidak suka terhadap sesuatu. Suka atau tidak suka terhadap obyek sikap. Biasanya, bila seseorang suka,

maka ia akan mendekati obyek sikap, tetapi bila dia tidak senang dia akan menjauhi obyek sikap.

Biasanya, bila seseorang suka, maka ia akan mendekati obyek sikap, tetapi bila dia tidak senang dia akan menjauhi obyek sikap. Di sini dapat kita contohkan dengan suatu pekerjaan sangat ditentukan oleh keadaan di seputar pekerjaan itu. Semakin banyak hal-hal positif yang disukai seseorang dalam pekerjaan maka akan semakin positif sikap seseorang terhadap pekerjaannya.

2). Faktor Yang Ada di Luar Diri Manusia

Kondisi yang ada diluar diri manusia sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia yang bersangkutan,. Berikut ini adalah beberapa faktor yang menentukan perilaku sosial.

a) Sistem Nilai Yang Hidup Dalam Masyarakat

Sistem nilai berkaitan erat dengan budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku orang-orang dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada dalam budayanya. b) Kondisi lingkungan alam

Kondisi lingkungan alam seperti letak wilayah, kepadatan penduduk, dan musim mempunyai pengaruh langsung terhadap perilaku manusia. Dari beberapa hasil penelitian disebutkan bahwa orang-orang yang berdiam di daerah panas biasanya berperilaku lebih agresif dibanding dengan orang-orang yang berdiam di daerah yang lebih dingin.

Kondisi tata ruang yang ada di sekitar seseorang biasanya mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Tata ruang di mana diletakkan berbagai benda sebagai perlengkapan, peralatan, atau ekspresi seni seringkali digunakan untuk menumbuhkan suasana tertentu yang berpengaruh langsung kepada orang-orang yang ada di dalam ruangan itu.

d) Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi secara langsung atau tidak langsung banyak berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Misalnya, pada masa resesi atau krisis moneter, kesulitan ekonomi berkepanjangan yang diderita masyarakat menimbulkan perilaku kebanyakan orang menjadi mudah tersinggung, agresif atau mudah diprovokasi untuk berbuat destruktif.

c. Perilaku Kelompok

Perilaku Kelompok Menurut Atep Adya Barata (2004:173) bahwa Perilaku-perilaku individu yang dilakukan secara bersama-sama dan mempunyai perilaku bersama-sama dilakukan terus menerus pada jangka waktu tertentu akan bisa menjadi perilaku kelompok. Bila perilaku individu menjadi kebiasaan dan telah berubah menjadi perilaku kelompok, maka perilaku kelompok akan berbalik menjadi sangat kuat mempengaruhi perilaku individu.

Kumpulan orang dalam dalam jumlah yang besar, katakanlah sekitar 50 (lima puluh) orang atau 100 (seratus) orang ke atas, dapat disebut sebagai media massa.

1) Sifat orang-orang dalam kelompok

Ketika orang-orang berkumpul dalam jumlah yang banyak (massa) seringkali mudah dipengaruhi, bahkan mudah diarahkan ke perilaku yang negative karena massa biasanya memiliki sifat-sifat kurang atau tidak rasional, mudah tersugesti, emosional, lebih berani mengambil resiko, dan terkadang tidak bermoral.

a) Tidak Rasional

Sifat-sifat orang-orang yang berada dalam kelompok berbeda dengan orang yang tidak berada dalam kelompok. Orang-orang dalam kelompok cenderung lebih mudah berbuat tidak rasional karena dirinya lebih dikuasai oleh emosi daripada rasionya. b) Mudah Tersugesti

Karena sifat orang-orang dalam kelompok kurang atau tidak rasional maka mereka muda tersugesti untuk melakukan hal-hal tertentu. Mereka akan patuh terhadap berbagai perintah, baik yang diberikan oleh pemimpin, maupun orang lain yang memerintahkan mereka. Bila perintah itu positif maka perilaku kelompok menjadi positif., namun bila perintah itu bersifat negative maka perilaku kelompok akan mengarah ke negative. c) Emosional

Orang-orang dalam kelompok cenderung lebih emosional dan mudah diarahkan pada hal-hal yang bersifat destruktif. Hal ini khususnya mudah terjadi bila pada diri mereka memendam rasa ketidakadilan.

d) Lebih berani mengambil resiko

Pada umumnya orang di dalam kelompok lebih berani menghadapi resiko daripada orang yang tidak berada dalam kelompok.

e) Tidak bermoral

Orang-orang dalam kelompok yang cenderung emosional, lebih berani berbuat hal-hal yang tidak sesuai dengan norma hidup bermasyarakat. Mereka cenderung tidak bermoral dan tindakannya sangat sadis seperti merusak harta benda, menganiaya, memperkosa, atau membunuh. Kejadian seperti ini seringkali dapat kita lihat pada demonstrasi-demonstrasi besar. d. Perilaku Kolektif

Perilaku Kolektif menurut Atep Adya Barata (2004:175) yang tergolong perilaku kolektif ialah kerja sama dengan tujuan positif maupun negative. Sebagai contoh, beberapa kegiatan yang termasuk dalam perilaku kolektif adalah kerja bakti, gotong royong, demonstrasi, pemberontakan, dan revolusi.

Dengan mengacu terhadap pendapat Smelser (1981), para pakar psikologi menyebutkan ada enam faktor perilaku kolektif dalam masyarakat yang dapat mengarah kepada gerakan sosial.

a) Situasi Sosial

Adanya kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat, antara lain kelompok yang didasarkan pada suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), biasanya mempunyai kepentingan yang berbeda. Perbedaan-

perbedaan kepentingan itu seringkali menjadi titik awal keresahan masyarakat.

b) Ketegangan Sosial

Ketegangan biasanya timbul sebagai akibat dari pertentangan antar kelompok, baik pertentangan antar wilayah, anatar suku, antar agama, maupun pertentangan antara pemerintah dengan rakyat.

c) Tumbuh dan menyebarnya keyakinan untuk melakukan aksi

Ketika suatu kelompok merasa dirugikan oleh kelompok lainnya, memungkinkan timbul dendam kesumat di dalam dirinya. Selanjutnya, pada saat bersamaan di dalam diri mereka timbul keyakinan untuk dapat melakukan suatu aksi secara bersama.

d)Faktor Penggerak

Ketiga hal tersebut diatas merupakan tahap-tahap yang mengarah ke terjadinya ledakan sosial bila ada faktor penggerak (provokator). Misalnya saja, pertentangan antar ras atau agama biasanya akan mudah meledak menjadi perseturuan yang hebat bila terjadi pembunuhan terhadap anggota kelompok etnik atau golongan agama yang terlibat dalam konflik.

e) Mobilisasi massa

Insiden yang terjadi pada tahap keempat di atas akan dapat menjadi ledakan sosial apabila dapat memancing solidaritas massa. Massa yang solider terhadap kelompoknya akan bergerak dalam suatu kekompakan dengan kekuatan besar.

Bila pihak penguasa atau pemerintah tidak mampu untuk mengontrol mobilisasi massa, sudah dapat dipastikan, ledakan sosial akan terjadi. Semakin lemah kemampuan control dari penguasa maka akan semakin parah pula ledakan sosial yang terjadi.

Dokumen terkait