• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DAKWAH DAN KADERISASI WAHDAH ISLAMIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP DAKWAH DAN KADERISASI WAHDAH ISLAMIYAH"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAKWAH DAN KADERISASI WAHDAH ISLAMIYAH

Naskah Lama Naskah Baru

MUQADDIMAH













Artinya: "Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam" (QS. 21 : 107)

Misi diutusnya rasulullah di dunia ini adalah menjadi rahmat bagi semesta alam.

Memberi peringatan dan kabar gembira serta penyeru kepada jalan Allah Shubhana wa ta ‘ala, Misi tersebut hendaknya menjadi misi setiap muslim. Karena kita sebagai Muslim sejati pengikut setia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hendaknya juga merasakan syiar tersebut.

Misi dakwah Nabi pasti akan terus berjalan karena misi tersebut merupakan ciri kebaikan ummat ini, baik dengan kita ataupun tanpa kita. Menjadi da’i dan berada di jalan dakwah dapat menjadikan seorang muslim istiqamah dan mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat, karena berdakwah adalah sebaik – baik perkataan di muka bumi ini.

Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul, serta jalannya orang-orang mulia sepanjang masa karena Allah menyebutnya sebagai "jalan terbaik".





























Artinya :"Siapakah yang lebih baik perkataannya dariapada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata :"Sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri?" (QS.41:33).

Suatu ummat akan terus berada dalam kebaikan dan keberuntungan selama masih ada dikalangan mereka yang menegakan amar ma’ruf nahi munkar, begitu juga sebaliknya jika amar ma’ruf nahi munkar ditinggalkan maka umat tersebut akan berada dalam kerugian dan bahkan kebinasaan.

Jika kita melihat sejarah perjuangan rasulullah dalam bedakwah beliau berhasil mencapai keberhasilan gemilang. Diantara bentuk keberhasilannya yang paling utama adalah nabi berhasil

MUQADDIMAH

Islam adalah rahmat bagi alam semesta. Sejak awal, tujuan kehadiran Islam adalah tersebarnya rahmat Allah ke seluruh penjuru dunia. Islam hadir untuk memerdekakan umat manusia dari belenggu-belenggu keduniaan, agar dapat merasakan rahmat Allah yang hakiki.

الَِّإ َكََٰن ۡلَسۡرَأ ٓاَمَو َينِمَلََٰع ۡلِ ل ةَۡحَۡر

“Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad)

kecuali sebagai (pembawa) rahmat bagi alam semesta.” (QS. Al-Anbiya’: 107) Kerahmatan Islam itu sendiri terwujud dalam seluruh aspek Syariatnya, baik secara konseptual maupun aktual. Kerahmatan Islam tidak mungkin diwujudkan dengan mengabaikan kesempurnaan Syariatnya. Karena itu, maka seluruh aspek dan sisi Syariat Islam adalah satu- satunya jalan yang harus ditempuh untuk mewujudkan kerahmatan itu.

Sebagai sebuah karunia ilahi, kerahmatan Islam harus dinikmati oleh sebanyak mungkin umat manusia di muka bumi ini. Kerahmatan Islam tidak menjadi hak istimewa bangsa Arab saja. Kerahmatan Islam layak dan pantas-bahkan seharusnya-dinikmati oleh seluruh manusia dalam lintas-ragam ras, suku-bangsa, warna kulit, bahasa dan budaya mereka.

Pada titik itulah, kita membutuhkan sebuah proses dan usaha penyebaran kerahmatan Islam ke penjuru dunia yang kita sebut sebagai Dakwah. Itulah yang dilakukan oleh Sang Khatam al- Anbiya’ wa al-Mursalin, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya. Kerja-kerja dakwah itulah yang kemudian mengukuhkan kehadiran rahmat Islam di berbagai titik-titik peradaban manusia. Islam hadir di benua Afrika hingga tegak sebagai

peradaban baru di bumi Andalusia. Islam juga hadir menembus jantung Persia, melintasi anak benua India hingga sampai ke benua Asia dan berdiri kukuh di bumi Nusantara.

(2)

dalam membina sahabat dan membentuk mereka menjadi da’i. Yaitu da’i yang memiliki pemahaman tentang dakwah yang baik, semangat yang menggelora, memiliki tumuhat (cita-cita dan harapan yang tinggi) memiliki himmah ‘aliyah (semangat pengorbanan yang tinggi). Para sahabat Nabi menjadikan dakwah dan ummat sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka.

Dengan memperhatikan hal ini, maka seharusnya setiap muslim menyadari bahwa dakwah adalah jalan hidupnya dan yakin bahwa kejayaan Islam itu semakin dekat. Namun jika kesadaran itu hanya dirasakan oleh sebagian saja dari ummat Islam. Apalagi hanya diserahkan kepada segelintir orang maka kejayaan itu sulit tercapai.

Dakwah yang dikembangkan oleh Rasulullah Shallallhu alaihi wa Sallam adalah dakwah yang terorganisir dengan baik, tertata rapi dan cepat dalam merespon realita serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Dakwah yang tentunya selaras dengan bimbingan wahyu yang senantiasa menuntun perjalanan dakwah Rasulullah Shallallhu alaihi wa sallam.

Indonesia yang merupakan negeri Muslim terbesar di Dunia. Akan tetapi terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan da’i dan ketersediaan juru dakwah yang dibutuhkan. Meskipun berbagai ormas Islam dan lembaga-lembaga dakwah terus melakukan pembinaan du’at, namun yang menjadi inti permasalahan adalah belum meratanya kesadaran ummat Islam Indonesia akan pentingnya menjadi da’i dan betapa urgennya terlibat dalam kegiatan dakwah Islam. Belum lagi masih adanya sentimen pribadi, Organisasi, maupun institusi dakwah, serta kurangnya kesadaran para da’i untuk bekerja secara bersama –sama dalam melakukan dakwah, pengorganisasian, serta pengaturan amal-amal Islami.

Wahdah Islamiyah sebagai gerakan dakwah dan tarbiyah, yang terus bergerak dan berkembang dengan mengusung konsep Islam yang washatiyah. Secara kelembagaan hendaknya konsep tersebut mampu menjadi pilar kebangkitan dan persatuan ummat. Sebagai pergerakan dakwah yang mengususung pilar persatuan, sudah seharusnya Wahdah Islamiyah memiliki jumlah da’i yang memadai, serta mampu mencetak juru dakwah yang memiliki spirit seperti para sahabat Nabi, mampu merespon realita, inspiratif, kreatif, solutif dan aplikatif, hikmah dalam dakwahnya, bijak dalam bertindak, memiliki keluasan ilmu dan pandangan yang luas, mampu berinteraksi baik dengan mad’u, serta memiliki kemampuan dalam mengelola dakwah dan menjadi motor penggerak dalam upaya perbaikan Ummat dalam seluruh aspek kehidupannya.

Da’i yang diharapkan mampu bekerja sama dengan pihak lain dalam rangka kemaslahatan ummat dan izzul Islam wal muslimin.

Untuk mewujudkan harapan diatas tentu harus diikuti dengan program-program yang mampu menjadi pendukung terwujudnya harapan tersebut. Secara kelembagaan hendaknya

Maka tidaklah mengherankan, jika Dakwah menjadi sebuah rangkaian kerja-kerja terindah dan terbaik bagi setiap muslim. Dakwah adalah kerja-kerja seumur hidup seorang muslim. Dakwah adalah jalan hidup seorang muslim hingga ajalnya tunai dan misi dunianya berakhir.

ۡنَمَو ُنَسۡحَأ اِ م لَّۡوَ ق َينِمِلۡسُم ۡلٱ َنِم ِنِانِإ َلاَقَو احِلََٰص َلِمَعَو ِاللَّٱ َلَِإ ٓاَعَد ن

“Dan tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah kepada Allah dan beramal shalih, serta mengatakan: ‘Sungguh aku termasuk orang-orang yang berserah

diri’.” (QS. Fushilat: 33)

Dengan demikian, jika kerahmatan Islam harus disebarkan ke segenap penjuru dunia melalui kerja-kerja Dakwah; maka dengan sendirinya kerja-kerja Dakwah bukan sebuah proses dan usaha yang ringan dan mudah. Kerja-kerja Dakwah harus dijalankan secara tertata,

terencana dan terorganisir; sebagaimana yang telah diteladankan oleh Sang Panglima Dakwah itu sendiri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Episode-episode Sirah Kenabian menunjukkan bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam -dengan panduan dan arahan langsung dari Allah Azza wa Jalla-, telah menyiapkan rancangan dan melakukan kerja-kerja Dakwah dengan penuh perhitungan pada setiap fase perjuangan beliau, hingga akhirnya “Peradaban Rahmat” itu tegak-kukuh berdiri di jantung Kota Madinah, hingga hari ini. Dan salah satu langkah utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam merancang kerja-kerja Dakwah nya adalah menyiapkan rijal. Menyiapkan kader- kader pejuang yang siap mengepakkan sayap-sayap dakwah ini hingga ke titik manapun di dunia ini. Para kader pejuang itu disiapkan sedemikian rupa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah proses Tarbiyah yang menyeluruh. Proses Tarbiyah yang menyeluruh itulah yang -dalam episode sejarah selanjutnya- berhasil melahirkan para kader pelanjut kerja- kerja Dakwah yang besar dan prestisius itu.

Maka atas dasar itu, kerja-kerja Dakwah dan Tarbiyah tidak pernah dapat dipisahkan.

Selayaknya dua sisi mata uang, Dakwah tidak akan pernah terwujud berhasil tanpa sebuah proses Tarbiyah yang menyiapkan kader-kader pengembannya. Sebagaimana juga Tarbiyah tidak bermakna apa-apa, jika kader yang dihasilkannya tidak bergerak dalam kerja-kerja Dakwah yang terancang dengan apik.

Wahdah Islamiyah sejak awal kehadirannya meyakini bahwa Dakwah dan Tarbiyah adalah titik poros paling fundamental dalam setiap gerak dan langkahnya. Bahkan penggagasan

(3)

mampu menanamkan keyakinan dan tujuan itu dalam relung hati setiap kader maupun simpatisan dan Orang yang terlibat dalam dakwah Wahdah Islamiyah. Program tersebut harus mampu mewariskan ide dan gagasan dari generasi ke generasi.

Namun demikian, seiring perkembangan Wahdah islamiyah yang begitu pesat dan diterima dengan baik oleh masyarakat dari sabang sampai merauke. Hal tersebut belum dapat diimbangi oleh jumlah dan kualitas da’i dan kader yang dihasilkannya. Apalagi bila dikaitkan dengan keberadaan Wahdah Islamiyah sebagai gerakan dakwah yang massif. Masih terasa kekurangan kader-kader da’i/da’iyah, murabbi/murabbiyah yang mumpuni dalam menjalankan dakwah amar makruf dan nahi munkar. Sehingga, hal tersebut seringkali memunculkan berbagai problema dalam pengelolaan dakwah. Keluhan dan kegelisahan banyak muncul diberbagai tempat, seperti kurangnya kader untuk mengelola kegiatan majelis ta’lim di lingkungan masyarakat, sehingga majelis ta’lim dan kajian intensif menjadi berkurang. Belum lagi tantangan dakwah yang semakin kompleks, yang membutuhkan kader-kader da’i/da’iyah, murabbi/murabbiyah yang disatu sisi memiliki kemampuan dalam tafaqquh fiddin, tetapi juga kreatif dan inovatif dalam mengembangan metode dan pendekatan dakwah dalam menghadapi masyarakat yang terus berubah dan berkembang.

Maka, Menghadapi permasalahan-permasalah diatas diperlukan usaha-usaha yang serius untuk melakukan rekonstruksi dan rekonseptualisasi pengkaderan da’i/da’iyah, murabbi/murabbiyah sesuai dengan visi perjuangan Wahdah Islamiyah dengan memperhatikan dinamika masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.

BAB I

PEMETAAN OBYEK DAKWAH DAN STRATEGINYA Pasal 1

Pemetaan Masyarakat Sebagai Objek Dakwah

Bahwa masyarakat Muslim saat ini adalah masyarakat yang belum mencerminkan keadaan Muslim yang Ideal sesuai dengan syariat Islam. Karena itu perlu untuk diadakan sebuah perubahan agar mampu menjadi masyarakat Islami secara menyeluruh. Jalan dalam proses perubahan tersebut dikenal dengan istilah “dakwah”. Dimana dakwah dilihat dari segi metodologi ada dua macam, yakni sebagai :

hingga pendirian Wahdah Islamiyah sepenuhnya dimaksudkan untuk mewadahi kerja-kerja Dakwah dan Tarbiyah itu dalam sebuah sistem yang lebih tertata dan terorganisir dengan baik.

Kehadiran Wahdah Islamiyah di negeri yang hingga saat ini diakui sebagai negeri muslim terbesar di dunia, tentu saja memiliki posisi dan kedudukan yang sangat strategis. Pertumbuhan Wahdah Islamiyah dalam beberapa tahun belakangan ini-yang di awal berdirinya masih terlalu sulit untuk dibayangkan-tentu saja sangat membahagiakan. Wahdah Islamiyah telah menjelma menjadi salah satu organisasi dakwah Islam yang diperhitungkan di Indonesia.

Akan tetapi, keberhasilan-keberhasilan tersebut tentu saja sekaligus menjelma menjadi sebuah tanggung jawab besar. Tanggung jawab untuk mempertahankan yang ada, dan -tentu saja- mewujudkan apa yang belum ada. Tanggung jawab itu semakin besar saat kita menyadari bahwa perkembangan dan percepatan teknologi informasi juga begitu hebat. Semuanya

melahirkan problem serta tantangan dan peluang pada saat yang bersamaan.

Maka semua kondisi dan situasi itu menuntut kerja keras untuk melahirkan rancangan konsep dan program Dakwah dan Kaderisasi yang sejalan dengan tantangan dan peluang terkini; tentu saja dengan tetap berpegang dan berpijak pada prinsip-prinsip dasar, serta Aqidah Dan Manhaj Wahdah Islamiyah.

BAB I

PEMETAAN OBJEK DAKWAH DAN STRATEGINYA Pasal 1

Pemetaan Masyarakat Sebagai Objek Dakwah

Bahwa masyarakat Muslim saat ini adalah masyarakat yang belum mencerminkan keadaan Muslim yang Ideal sesuai dengan syariat Islam. Karena itu perlu untuk diadakan sebuah perubahan agar mampu menjadi masyarakat Islami secara menyeluruh. Jalan dalam proses perubahan tersebut dikenal dengan istilah “dakwah”. Dimana dakwah dilihat dari segi metodologi ada dua macam, yakni sebagai :

1. Aktifitas Terencana yaitu sebuah transformasi nilai-nilai keislaman secara terencana kepada masyarakat sebagai objek dakwah

(4)

1. Aktifitas Terencana yaitu sebuah transformasi nilai-nilai keislaman secara terencana kepada masyarakat sebagai objek dakwah

2. Aktifitas yang bersifat menyeluruh .

Pasal 2

Strategi yang Menjadi Fungsi Utama Dakwah

Dalam menentukan strategi dakwah sangat dibutuhkan pengetahuan yang mendalam di bidang metodologi dakwah. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada sasaran dakwah, maka metode dakwah dapat dibagi dalam dua :

1. Dakwah Umum

Dakwah umum adalah dakwah yang bersifat umum, kepada masyarakat sebagai bagian dari penyadaran,dan motivasi akan pentingnya berislam secara kaffah. Bentuk kegiatannya dapat berupa : Khutbah- khutbah, pengajian umum, kuliah umum, majelis taklim, bedah buku, diskusi dan lain lain.

2. Dakwah Khusus adalah dakwah kepada orang-orang yang telah menyadari pentingnya mengetahui dan komitmen mengamalkan Islam secara menyeluruh.

Dakwah umum adalah langkah awal dan menjadi tahapan pertama dalam memperkenalkan kepada ummat atau masyarakat tentang Islam agar muncul kesadaran mereka untuk mau belajar lebih mendalam tentang Islam. Sedangkan dakwah khusus adalah tahapan dakwah yang melanjutkan hasil daripada dakwah umum tersebut dalam bentuk kajian-kajian yang lebih intensif dan terstruktur yang dikenal dengan istilah Tarbiyah Islamiyah.

BAB II DAKWAH UMUM

Pasal 3

Pengertian dan Bentuk-bentuk Dakwah Umum















2. Aktifitas yang bersifat menyeluruh .

Pasal 2

Strategi yang Menjadi Fungsi Utama Dakwah

Dalam menentukan strategi dakwah sangat dibutuhkan pengetahuan yang mendalam di bidang metodologi dakwah. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada sasaran dakwah, maka metode dakwah dapat dibagi dalam dua :

3. Dakwah Umum

Dakwah umum adalah dakwah yang bersifat umum kepada masyarakat sebagai bagian dari penyadaran dan motivasi akan pentingnya berIslam secara kaffah. Bentuk kegiatannya dapat berupa: Tabligh Akbar, khutbah jumat, pengajian umum, daurah syar’iyah untuk masyarakat umum, majelis taklim, bedah buku, diskusi dan lain lain.

4. Dakwah Khusus

Dakwah khusus adalah dakwah kepada orang-orang yang telah menyadari pentingnya mengetahui dan komitmen mengamalkan Islam secara menyeluruh. Selanjutnya dakwah khusus didefinisikan dengan kaderisasi.

Dakwah umum adalah langkah awal dan menjadi tahapan pertama dalam memperkenalkan kepada umat atau masyarakat tentang Islam agar muncul kesadaran mereka untuk mau belajar lebih mendalam tentang Islam. Sedangkan dakwah khusus adalah tahapan dakwah yang melanjutkan hasil daripada dakwah umum tersebut dalam bentuk kajian-kajian yang lebih intensif dan terstruktur yang dikenal dengan istilah Tarbiyah Islamiyah.

BAB II DAKWAH UMUM

Pasal 3

Pengertian dan Bentuk-bentuk Dakwah Umum















(5)

Artinya: "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". (QS. Al-Hijr : 94).

Ayat ini menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi wa sallam.

secara terang-terangan (secara umum) menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh.

Sepanjang sejarahnya, dakwah sudah memainkan peranan yang signifikan dalam pengembangan masyarakat Islam. Ini tercermin dan teraktualisasikan dalam pembentukan masyarakat utama di Madinah. Secara ideologis dan sosiologis, Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dengan risalah Islam dan dakwahnya berhasil membina masyarakat Madinah menuju cita-cita idealnya

Tentu upaya ini menjadi bukti sejarah yang dicatat dengan tinta emas. Oleh karena itu, umat Islam sekarang dan ke depan harus berupaya membina dan mengembangkan masyarakat dengan lebih mengoptimalkan peran dan fungsi dakwah di tengah-tengah masyarakat

Dakwah Umum berperan penting dalam pembukaan lahan dakwah. Diantara bentuk- bentuk kegiatannya adalah:

1. Khutbah contoh khutbah jumat, khutbah idul fitri, khutbah idul adha, khutbah nikah, dan lain- lain.

2. Diskusi, seperti diskusi buku, bedah buku, dan seminar- seminar

Pengajian umum, seperti tablig akbar, majelis ta'lim, ta’lim rutin pengajian di instansi- instansi, di kampus- kampus, dan di sekolah- sekolah. dan lain lain.

Pasal 4

Tujuan Dakwah Umum

1. Menyebarkan dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah di tengah masyarakat.

2. Pintu awal pengenalan islam kepada masyarakat.

3. Memberikan penyadaran dan motivasi pentingnya mempelajari Islam secara Intensif dan terprogram.

4. Sosialisasi Lembaga.

Artinya: "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". (QS. Al-Hijr : 94).

Ayat ini menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi wa sallam secara terang-terangan (secara umum) menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh.

Sepanjang sejarahnya, dakwah sudah memainkan peranan yang signifikan dalam pengembangan masyarakat Islam. Ini tercermin dan teraktualisasikan dalam pembentukan masyarakat utama di Madinah. Secara ideologis dan sosiologis, Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam dengan risalah Islam dan dakwahnya berhasil membina masyarakat Madinah menuju cita- cita idealnya.

Tentu upaya ini menjadi bukti sejarah yang dicatat dengan tinta emas. Oleh karena itu, umat Islam sekarang dan ke depan harus berupaya membina dan mengembangkan masyarakat dengan lebih mengoptimalkan peran dan fungsi dakwah di tengah-tengah masyarakat

Dakwah Umum berperan penting dalam pembukaan lahan dakwah. Diantara bentuk- bentuk kegiatannya adalah:

1. Khutbah: seperti khutbah jumat, khutbah idul fitri, khutbah idul adha, khutbah nikah, dan lain-lain.

2. Diskusi: seperti diskusi buku, bedah buku, dan seminar- seminar.

3. Pengajian umum: seperti tabligh akbar, tabligh akbar muslimah majelis taklim, daurah syar’iyah untuk masyarakat umum, pengajian di instansi- instansi, di kampus- kampus dan di sekolah- sekolah, Dirosa, TPJ, Kajian Tematik, Pengajian Komunitas dan lain-lain.

Pasal 4

Tujuan Dakwah Umum

1. Menyebarkan dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah di tengah masyarakat.

2. Pintu awal pengenalan islam kepada masyarakat.

3. Memberikan penyadaran dan motivasi pentingnya mempelajari Islam secara intensif dan terprogram.

4. Sosialisasi lembaga kepada semua elemen umat.

(6)

Pasal 5 Sasaran Dakwah Umum



























"….dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Saba : 28)

Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa secara umum sasaran dakwah terbagi atas dua, yaitu :

1. Dakwah kepada ummatud dakwah yaitu dakwah di kalangan muslim dan non muslim.

2. Dakwah kepada ummatul istijabah yaitu dakwah di kalangan kaum muslimin, dengan pembagian:

a. Kader b. Non Kader

Manusia yang akan diajak heterogen dari segala bidang kehidupan, karena itu dibutuhkan konsiderasi/pertimbangan yang tepat sesuai sasaran yaitu meliputi :

1. Sasaran kepada kelompok masyarakat dilhat dari segi sosiologis seperti : masyarakat pedesaan, perkotaan.

2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari struktur kelembagaan seperti : masyarakat, pemerintahan, keluarga.

3. Sasaran kepada kelompok masyarakat berdasarkan tingkat usia, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua.

4. Sasaran yang dilihat dari tingkat hidup sosial ekonomis, seperti kalangan bawah, menengah dan kalangan atas.

5. Sasaran yang dilihat dari segi sosial cultural, seperti golongan bangsawan, santri, dsb.

6. Sasaran yang berhubungan dengan okuposional (profesi atau pekerjaan) seperti : petani, pedagang, buruh, pegawai, dsb.

7. Saaran yang dilihat dari strata pendidikan, seperti lulusan SD, SMP, SMA, S1, S2, S3

Pasal 5

Sasaran Dakwah Umum

َنْوُمَلْعَ ي َلَّ ِساانلا َرَ ثْكَا انِكَٰلاو اًرْ يِذَناو اًْيِْشَب ِساانلِ ل ًةافۤاَك الَِّا َكَٰنْلَسْرَا ٓاَمَو

"….dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Saba : 28)

Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa secara umum sasaran dakwah terbagi atas dua, yaitu :

1. Dakwah kepada ummatud dakwah yaitu dakwah di kalangan muslim dan non muslim.

2. Dakwah kepada ummatul istijabah yaitu dakwah di kalangan kaum muslimin, dengan pembagian:

1. Kader 2. Non Kader

Manusia yang akan diajak heterogen dari segala bidang kehidupan, karena itu dibutuhkan konsiderasi/pertimbangan yang tepat sesuai sasaran yaitu meliputi:

1. Sasaran kepada kelompok masyarakat dilhat dari segi sosiologis seperti: masyarakat pedesaan, perkotaan.

2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari struktur kelembagaan seperti : masyarakat, pemerintahan, keluarga.

3. Sasaran kepada kelompok masyarakat berdasarkan tingkat usia seperti: anak-anak, remaja, dewasa, orang tua.

4. Sasaran yang dilihat dari tingkat hidup sosial ekonomis, seperti: kalangan bawah, menengah dan kalangan atas.

5. Sasaran yang dilihat dari segi sosial cultural, seperti: golongan bangsawan, santri, dsb.

6. Sasaran yang berhubungan dengan okuposional (profesi atau pekerjaan), seperti : petani, pedagang, buruh, pegawai, dsb.

7. Sasaran yang dilihat dari strata pendidikan, seperti: lulusan SD, SMP, SMA, S1, S2, S3

(7)

Pasal 6 Basis Dakwah

1. Membangun Basis Massa

Bentuk basis massa yang akan dibangun seperti simpatisan, tetapi tidak hanya sekedar massa yang mengatakan mendukung, tapi juga massa yang senantiasa mengikuti pembinaan yang kita lakukan. Tujuan dari membangun basis massa ini adalah untuk memperkenalkan Islam, dan menjadikan Islam sebagai Minhaj Al-hayah (way of life) yang komprehensif dan merupakan solusi dari setiap persoalan dalam kehidupan.

2. Membangun Basis Institusi

Perlu dipahami bahwa keberadaan lembaga tidak bisa terlepas dari institusi dan birokrasi yang ada di dalamnya. Pendekatan personal ke institusi , dan birokrat adalah sebuah tuntutan yang perlu kita penuhi agar proses legalisasi ini bisa berjalan mulus.

3. Membangun Basis Akademisi

Dakwah akademis merupakan bagian dari pelebaran sayap dakwah kampus. Artinya, dakwah akademis tidak bertujuan untuk membentuk kader yang memiliki core competency dan kualifikasi kader dakwah akademis saja tetapi bertujuan untuk membentuk kader yang berkarakter Islam dan propesional pada bidangnya.

a. Akademis merupakan ranah dakwah yang sangat potensial dalam menyokong kejayaan Islam secara alamiyah.

b. Tuntutan dakwah secara visioner menghajatkan aktivis dakwah memiliki kompetensi tidak hanya aspek syar'iyah diniyah saja tetapi juga aspek ‘ilmy dan profesionalisme di bidangnya masing-masing.

c. Dakwah memerlukan gerak yang terpola dan bersifat progressif, tidak sekedar amal yang tidak beraturan, sehingga adanya konsep Dakwah Berbasis Kompetensi bisa dijadikan sebagai rencana operasional agar pola kader dakwah akademis itu berjalan.

Pasal 6 Basis Dakwah

1. Membangun Basis Massa

Bentuk basis massa yang akan dibangun seperti simpatisan, tetapi tidak hanya sekedar massa yang mengatakan mendukung, tapi juga massa yang senantiasa mengikuti pembinaan yang kita lakukan. Tujuan dari membangun basis massa ini adalah untuk memperkenalkan Islam, dan menjadikan Islam sebagai Minhaj Al-hayah (way of life) yang komprehensif dan merupakan solusi dari setiap persoalan dalam kehidupan.

2. Membangun Basis Institusi

Perlu dipahami bahwa keberadaan lembaga tidak bisa terlepas dari institusi dan birokrasi yang ada di dalamnya. Pendekatan personal ke institusi dan birokrat adalah sebuah tuntutan yang perlu kita penuhi agar proses legalisasi ini bisa berjalan mulus.

3. Membangun Basis Akademisi

Dakwah akademis merupakan bagian dari pelebaran sayap dakwah kampus. Artinya, dakwah akademis tidak bertujuan untuk membentuk kader yang memiliki core competency dan kualifikasi kader dakwah akademis saja tetapi bertujuan untuk membentuk kader yang berkarakter Islam dan profesional pada bidangnya.

a. Akademis merupakan ranah dakwah yang sangat potensial dalam menyokong kejayaan Islam secara alamiyah.

b. Tuntutan dakwah secara visioner menghajatkan aktivis dakwah memiliki kompetensi tidak hanya aspek syar'iyah diniyah saja tetapi juga aspek ‘ilmy dan profesionalisme di bidangnya masing-masing.

c. Dakwah memerlukan gerak yang terpola dan bersifat progressif, tidak sekedar amal yang tidak beraturan, sehingga adanya konsep Dakwah Berbasis Kompetensi bisa dijadikan sebagai rencana operasional agar pola kader dakwah akademis itu berjalan.

4. Membangun Basis Komunitas

Salah satu basis dakwah yang penting dan strategis di tengah umat adalah kelompok masyarakat yang berwujud komunitas berbasis hobi (kegemaran), olah raga, profesi dan lain-lain.

(8)

Pasal 7

Pola Perekrutan Dakwah Umum Tahapan

Ke

Istilah Tahapan Agenda Waktu

1

Perintisan

1. Mencari link

2. Penawaran Proposal

3. Melakukan kegiatan dakwah 4. Dakwah fardiyah

3 bulan

2 Penjaringan 1. Ta’lim umum

2. Pengajaran Al Qur’an 6-12 bulan 3 Perekrutan 1. Daurah / penataran ilmu syari

2. Kajian pekanan 1-2 tahun

4 Output 1. Kader 2. Simpatisan

Pasal 7

Pola Perekrutan Dakwah Umum

Pola Rekrutmen objek dakwah yang bertujuan untuk melahirkan kader dan simpatiasan disajikan dalam tabel berikut:

Tahapan Ke

Nama Tahapan

Kegiatan Durasi

Waktu

Out Put

1 Perintisan 1. Mencari link dakwah 2. Penawaran Proposal 3. Dakwah fardiyah

3 bulan

Terbuka peluang kegiatan- kegiatan penjaringan 2 Penjaringan 1. Ta’lim Umum, seperti: Majelis ta’lim,

pengajian instansi dan lain-lain.

2. Ta’lim Tematik, seperti materi

Parenting, Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah (PPJ), Sirah Nabawiyah, Kamat (Kajian Jumat) dan lain-lain.

3. Pengajaran Al Qur’an dengan menggunakan metode Dirosa, Mahir tahsin dan Tahsin Muslimah.

4. Tahfidz online

6-12 bulan

Simpatisan

(9)

Oleh karena itu dalam mejalankan program dakwah kita perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain:

1. Konten dakwah

5. Pelatihan-pelatihan kesehatan seperti:

pelatihan Ruqyah Syar’I, Pelatihan Thibbunnabawi, Pelatihan Kecantikan dan lain-lain.

6. Seminar/talkshow muslimah 7. Daurah Pembekalan Ramadhan,

seperti: PSR (Penataran Seputar Ramadhan) dan sejenisnya.

8. Kegiatan-kegiatan Sosial : seperti:

sunatan masal, bantuan bencana dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis 9. Pengajian Orang Tua

Santri/Murid/mahasiswa di setiap jenjang

Sekolah/Madrasah/Pesantren/Perguruan Tinggi.

3 Perekrutan 1. Daurah/Penataran Ilmu Syari 2. Kajian pekanan

1-2 tahun

Kader

Dalam mejalankan program dakwah, diperlukan perhatian pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Konten Dakwah

(10)

2. Sasaran/segmentasi objek dakwah 3. Pengemasan (Brand)

4. Promosi

5. Closing (follow up)

Pasal 8

Penjelasan Pola Perekrutan Dakwah Umum 1. Konten Dakwah

Penawaran dakwah terkait dengan value yang akan disampaikan. Kita perlu memahami kebutuhan objek dakwah, kemudian menyesuaikan konten dakwah yang akan disampaikan dengan kemampuan penerimaan mereka.

2. Sasaran

Konten dakwah adalah isi atau muatan yang akan disampaikan dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan penerimaan objek dakwah.

2. Sasaran Dakwah

Sasaran adalah target yang menjadi penerima agenda dakwah yang sesuai dengan segmentasi dan klasifikasinya.

3. Pengemasan (Brand)

Brand adalah kemasan dakwah agar menarik dan mudah diterima.

4. Promosi

Promosi adalah usaha atau penawaran produk dakwah 5. Follow up

Follow up adalah tindak lanjut yang dilakukan setelah adanya kesamaan pemahaman antara da'i dan mad'u atau objek dakwah untuk mengikuti kajian rutin setiap pekan.

Catatan/Rekomendasi : Perlu dibuatkan JUKNIS (Petunjuk Teknis Pelaksanaan) yg akan menjelaskan Pola Konsep ini

Pasal 8

Penjelasan Pola Perekrutan Dakwah Umum (dihapus karena disatukan dalam Pasal 7)

(11)

Adalah target sasaran yang menjadi penerima agenda dakwah. Objek dakwah haruslah terklasifikasi dan tersegmentasi agar tepat sasaran.

3. Pengemasan (brand)

Agar dakwah mudah diterima maka diperlukan suatu kemasan (brand) dakwah yang menarik. Hal ini berkaitan erat dengan promosi dan istilah-istilah yang digunakan pada suatu produk dakwah yang ditawarkan.

4. Closing / follow up

Closing dilakukan setelah adanya kesamaan pemahaman antara da'i dan mad'u atau objek dakwah yang telah bersedia menerima nilai yang kita sampaikan. Dalam konteks kegiatan dakwah , hal ini berarti seorang mad'u sepakat untuk mengikuti acara yang kita rencanakan.

Pasal 9

Rekrutmen dan Pembinaan Da’i, Muballigh dan Khatib

Pola Rekrutmen dan Pembinaan Da’i, Muballigh dan Khatib terdiri atas:

1. Diklat Da’i yang dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang (marhaliyah) yang terdiri atas tiga jenjang (marhalah):

a) Diklat Da’i 1

Adapun Materi-materinya adalah sebagai berikut:

1. Keutamaan Dakwah dan Da’i 2. Retorika Dakwah

3. Psikologi Dakwah dan Problematika dakwah 4. Fikih khutbah dan Adab-adab jumat

5. Teknik Menyiapkan bahan dakwah(Teori dan Praktek) 6. Micro Theacing dan Praktik Khutbah

b) Diklat Da’i 2

Adapun Materi-materinya adalah sebagai berikut:

1. Fikih Dakwah

Pasal 8

Rekrutmen dan Pembinaan

Dai/Daiyah, Khatib dan Mubalig/Mubaligat

A. Pola Rekrutmen dan Pembinaan Dai, Mubalig dan Khatib pada kader Ikhwah terdiri atas:

1. Diklat Dai dan Khatib (DDK) yang dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang (marhaliyah) yang terdiri atas tiga level (marhalah):

a. Diklat Dai dan Khatib (DDK) Level 1 bertujuan untuk mendidik dan melatih kader dalam hal dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dakwah dan khutbah.

Adapun Materi-materinya adalah sebagai berikut:

1. Orientasi DDK Level 1 2. Keutamaan Dakwah dan Dai 3. Retorika dan Komunikasi Dakwah

4. Psikologi Dakwah dan Problematika dakwah 5. Fikih khutbah dan Imam

(12)

2. Komunikasi Massa 3. Fikih Perbedaan 4. Da’i Melek Media 5. Ruhiyah Da’i

6. A’Lam Al-Dakwah(Mengenal Tokoh-tokoh Dakwah)

c) Diklat Da’i 3; Merupakan jenjang pelatihan untuk mencetak da’i yang mutqin (Da’i Profesional) sekaligus menjadi Trainer yang disebut dengan Trainer Of Trainer (TOT).

Adapun Materi-materinya adalah sebagai berikut:

1. Strategi Mengelola Pelatihan 2. Quantum Dakwah

3. Strategi Mengelola Dakwah

4. Awa’iq dakwah(Penghalang-penghalang Dakwah) 5. Pendalaman Materi Pelatihan Dasar dan Lanjutan 2) Penugasan dalam bentuk magang sekaligus latihan.

3) Upgrading, yaitu upaya meningkatkan ilmu dan kemampuan da’i, muballigh dan khatib melalui kegiatan pelatihan, kursus, seminar dan lain-lain.

4) Da’i Marja’ adalah suatu program yang bertujuan mencetak da’i-da’i yang bisa menjadi rujukan (marja’) bagi ummat, baik rujukan dalam hal ilmu, ibadah maupun akhlak. Program ini berbentuk:

a. Institusi Pendidikan (sekolah) Ulama sejak dini yaitu suatu institusi pendidikan yang dirancang sejak pendidikan dasar/menengah yang mengarahkan peserta didik untuk menjadi ulama sehingga menjadi rujukan (marja’) bagi ummat.

b. Pendidikan Kader Ulama (PKU) yaitu suatu program pendidikan dan latihan kader ulama pasca jenjang S1 di STIBA.

c. Penyebaran Da’i-da’i yang berkualifikasi rujukan (Marja’) di setiap wilayah (DPW Wahdah islamiyah) yaitu suatu program lanjutan (follow up) dari program a dan b di atas.

6. Teknik Membuat Out Line Materi Dakwah (Teori dan Praktek) 7. Micro Theacing dan Praktik Khutbah

8. Materi-materi lain sesuai dengan kebutuhan.

b. Diklat Dai dan Khatib (DDK) Level 2 bertujuan untuk menambah (up grade) pengetahuan dan keterampilan dai/khatib alumni DDK Level 1 serta mendidik dan melatih mereka menjadi Pendamping Nara Sumber dan Evaluator Micro Teaching Pelatihan dai dan khatib dasar (DDK Level 1)

Adapun Materi-materinya adalah sebagai berikut:

1. Orientasi DDK Level 2 2. Fikih Dakwah

3. Komunikasi Massa 4. Fikih Perbedaan 5. Dai Melek Media 6. Ruhiyah Dai

7. A’lam Al-Dakwah (Mengenal Tokoh-tokoh Dakwah)

8. Urgensi dan Juknis Pendampingan Nara Sumber dan Pelaksanaan Micro Teaching DDK I

9. Materi-materi lain sesuai dengan kebutuhan.

c. Diklat Dai dan Khatib (DDK) Level 3 bertujuan untuk mendidik dan melatih kader alumni DDK Level II menjadi Dai-Khatib Profesional (Mutqin) sekaligus menjadi pelatih dan nara sumber (Training Of Trainer) yang akan mengelola pelatihan dai dan khatib (DDK 2)

Adapun Materi-materinya adalah sebagai berikut:

1. Orientasi DDK 3/TOT 2. Strategi Mengelola Dakwah

3. Strategi dan Juknis Mengelola Pelatihan Dakwah dan Khatib 4. Awa’iq Dakwah (Penghalang-penghalang Dakwah)

5. Kepribadian Seorang Trainer Dai dan Khatib 6. Ruhiyah Seorang Trainer Dai dan Khatib

(13)

5) Branding Da’i yaitu suatu program yang bertujuan mendidik, melatih dan membuat suatu strategi yang jitu agar da’i-da’I tertentu (diputuskan lewat musyawarah) bisa menjadi da’I yang berlevel nasional.

7. Pendalaman Materi Pelatihan Dasar dan Lanjutan 8. Materi-materi lain sesuai dengan kebutuhan 2. Penugasan dalam bentuk magang sekaligus latihan.

3. Upgrading, yaitu upaya meningkatkan ilmu dan kemampuan dai, mubalig dan khatib melalui kegiatan pelatihan, kursus, seminar dan lain-lain.

B. Pola Rekrutmen dan Pembinaan Daiyah, Mubaligat pada kader Muslimah terdiri atas:

1. Diklat Da’iyah yang dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang (marhaliyah) yang terdiri atas tiga jenjang (marhalah):

a. Diklat Da’iyah Level 1 bertujuan untuk mendidik dan melatih kader muslimah dalam hal dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dakwah dan ceramah untuk menjadi nara sumber kegiatan Majelis Taklim dan Kamat (kajian Jumat) dan kegiayan-kegiatan lain yang sejenis dan selevel

Pola perekrutan dan Alur Diklat Daiyah Level 1

b. Diklat Da’iyah Level 2 bertujuan untuk menambah (up grade) pengetahuan dan keterampilan daiyah/mubaligat alumni Diklat Daiyah Level 1 serta mendidik dan melatih

(14)

mereka menjadi nara sumber kegiatan akbar Muslimah yang jumlah pesertanya sekurang- kurangnya 100 orang peserta Muslimah.

Pola perekrutan dan Alur Diklat Da’iyah Level 2

a. Diklat Da’iyah Level 3 merupakan jenjang pendidikan dan pelatihan bagi Muslimah alumni Diklat Da’iyah Level 2 untuk menjadi Da’iyah yang Mutqinah (Profesional) yang dapat menjadi nara sumber kegiatan dakwah muslimah dengan jumlah peserta di atas 700 orang Muslimah.

(15)

Pola perekrutan dan Alur Diklat Da’iyah Level 3:

Adapun Pembinaan lanjutan bagi Da’iyah dan Mubaligat adalah dengan:

1) Penugasan dalam bentuk pemagangan sekaligus latihan sesuai dengan jenjangnya.

2) Upgrading, yaitu upaya meningkatkan ilmu dan kemampuan daiyah dan mubaligat melalui kegiatan pelatihan, kursus, seminar dan lain-lain.

Pasal 9

Dai Marja’ dan Branding Dai

1. Dai Marja’ adalah suatu program yang bertujuan menyeleksi dan menetapkan dai-dai yang bisa menjadi rujukan (marja’) bagi umat, baik rujukan dalam hal ilmu, ibadah maupun akhlak. Program ini berbentuk seleksi dan Penetapan Dai Marja’ dengan kriteria:

a. Alumni universitas atau perguruan tinggi timur tengah dan kader marhalah tanfidziyah

b. Alumni STIBA Makassar dan alumni Pendidikan Kader Ulama (PKU) STIBA Makassar

(16)

Proses Seleksi Da’i Marja’ dilakukan oleh tim yang terdiri atas unsur-unsur Bidang I DPP Wahdah Islamiyah, Dewan Syari’ah Wahdah Islamiyah dan Trainer DDK Level 3 yang di tetapkan oleh surat Keputusan Departemen Dakwah. Adapun proses penetapan Da’i Marja ditetapkan dalam Musyawarah pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah setelah menerima hasil seleksi Tim.

2. Branding Dai yaitu suatu program yang bertujuan untuk melakukan proses dan metode- metode yang efektif terhadap da’i kader Wahdah Islamiyah menjadi dai yang kualitasnya berlevel nasional.

KONSEP KADERISASI WAHDAH ISLAMIYAH

Konsep Lama Konsep Baru

BAB III DAKWAH KHUSUS

( KADERISASI ) Pasal 10 Muqaddimah

BAB III

DAKWAH KHUSUS ( KADERISASI )

Pasal 10 Mukadimah

(17)

Kaderisasi adalah cara yang ditempuh untuk melahirkan kader dan usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah (umat terbaik). Hal Ini sesuai dengan seruan Allah Azza Wa Jalla dalam Al-Qur'an.







































 









"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Q.S. Ali Imran : 110)

Kaderisasi bisa diibaratkan sebagi jantung organisasi, tanpa kaderisasi organisasi sulit bergerak maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasi diharapkan melahirkan kader yang tangguh dan militan yang memiliki jiwa pemimpin, kreatif dan mampu memberi solusi untuk setiap permasalahan baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Kader merupakan ujung tombak sekaligus tulang punggung kontiunitas sebuah organisasi.

Pasal 11 Tujuan Pengkaderan

Pengkaderan bertujuan membentuk pribadi muslim ideal (al-Syakhsiyyah al-Muslim al- Mutamayyiz) yang memiliki muwashafat (kuailfikasi): Mukmin, Muslih, Mujahid, Muta'awin, Mutqin, yang disingkat dengan “5 M” yaitu pribadi yang mempunyai komitmen, integritas, kompetensi dan berperan aktif di dalam menggerakkan organisasi (Jama'ah ) untuk menciptakan maslahat umat dan bangsa.

1. Mukmin; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

Kader adalah manusia yang lahir melalui proses tempaan tarbiyah (pembinaan) yang intensif dan integral dalam sebuah organisasi (Wahdah Islamiyah) yang memiliki ciri-ciri (muwashafat) 5 M; Mukmin, Muslih, Mujahid, Muta’awin dan Mutqin.

Sedangkan Kaderisasi adalah suatu metode dan proses melahirkan kader yang ditempuh untuk melahirkan kader dan usaha mempersiapkan dan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah (umat terbaik).

Hal Ini sesuai dengan seruan Allah Azza Wa Jalla dalam Al-Qur'an.

ِٰللّاِب َن ْوُنِم ْؤُت َو ِرَكْنُمْلا ِنَع َن ْوَهْنَت َو ِف ْو ُرْعَمْلاِب َن ْو ُرُمْأَت ِساَّنلِل ْتَج ِرْخُا ٍةَّمُا َرْيَخ ْمُتْنُك ْوَل َوۗ

َنَمٰا ُلْهَا ِبٰتِكْلا َناَكَل ا ًرْيَخ ْمُهَّل ُمُهْنِمۗ

ْؤُمْلا ْوُنِم ُمُه ُرَثْكَا َو َن َن ْوُقِسٰفْلا

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Q.S. Ali Imran : 110)

Kaderisasi bisa diibaratkan sebagai jantung organisasi, tanpa kaderisasi organisasi sulit bergerak maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasi diharapkan melahirkan kader yang tangguh dan militan yang memiliki jiwa pemimpin, kreatif dan mampu memberi solusi untuk setiap permasalahan baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Kader merupakan ujung tombak sekaligus tulang punggung kontiunitas sebuah organisasi.

Pasal 11 Tujuan Pengkaderan

Pengkaderan dalam organisasi Wahdah Islamiyah memiliki dua tujuan utama:

Pertama: Tujuan yang diharapkan terwujud dalam diri setiap kader yang terdiri atas dua tujuan:

1. Tujuan Internal

Secara internal pengkaderan bertujuan membentuk pribadi muslim ideal (al-Syakhsiyyah al- Muslim al-Mutamayyiz) yang memiliki muwashafat (kualifikasi): Mukmin, Muslih, Mujahid,

(18)

a. Memahami Islam menurut al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman al- salaf al-shalih, yaitu pemahaman Islam dari sumber-sumber yang murni; Sahabat Nabi, Tabi’iin dan Tabi’ Tabi’in yang sekarang dipresentasikan oleh Ulama Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah.

b. Memahami Islam sebagai manhaj hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan c. Beraqidah Islam sesuai manhaj Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah dan berkomitmen kuat

dengan aqidah tersebut.

d. Memiliki rohani yang hidup, khusyuk, kesempurnaan mahabbatullah (cinta pada Allah), al-khauf wa al-rajaa (takut dan harap) pada Allah.

e. Prihatin dan Peduli dengan problematika kaum muslimin f. Merindukan tegaknya dinul Islam

g. Ahli ibadah yang ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti sunnah Rasulullah)

h. Mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dalam seluruh aspek kehidupan

i. Berakhlak yang terpuji, beradab dan bermuamalat yang sesuai syar’iat.

2. Mushlih; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Senantiasa berda'wah dan melakukan perbaikan (ishlah) dalam berbagai aspek a. Mampu berinteraksi dengan orang lain dengan interaksi yang baik (husnu al-

ta’amul) dan interaksi yang bernuansa da'wah (da’wah fardiyah) b. Menjadi agen perubah (unshur al-taghyir) di manapun dia berada.

c. Bersifat Membangun bukan menghancurkan.

d. Menjadi Murabbi (pembina) keluarga, masyarakat dan ummat

3. Mujahid; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Sabar dan mampu menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam berdakwah

b. Siap berkorban dengan jiwa, harta dan seluruh potensi yang dimilikinya untuk meraih cita-cita Izzul Islam Wa al-Muslimin

c. Memiliki kesiapan untuk berjuang di jalan Allah.

Muta'awin, dan Mutqin, yang disingkat dengan “5 M” yaitu pribadi yang mempunyai komitmen, integritas, kompetensi dan berperan aktif di dalam menggerakkan organisasi (jama'ah) untuk menciptakan maslahat umat dan bangsa.

1. Mukmin; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memahami Islam menurut Al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman as- salaf ash-shalih, yaitu pemahaman Islam dari sumber-sumber yang murni;

Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Tabi’iin dan Tabi’ Tabi’in yang sekarang dipresentasikan oleh Ulama Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah.

b. Memahami Islam sebagai manhaj hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan c. Beraqidah Islam sesuai manhaj Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah dan berkomitmen kuat

dengan aqidah tersebut

d. Memiliki rohani yang hidup, khusyuk, kesempurnaan mahabbatullah (cinta pada Allah), al-khauf wa ar-rajaa (takut dan harap) pada Allah.

e. Prihatin dan Peduli dengan problematika kaum muslimin.

f. Merindukan tegaknya dinul Islam.

g. Ahli ibadah yang ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti sunnah Rasulullah)

h. Mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam seluruh aspek kehidupan.

i. Berakhlak yang terpuji, beradab dan bermuamalat yang sesuai syar’iat.

2. Muslih; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Senantiasa berda'wah dan melakukan perbaikan (ishlah) dalam berbagai aspek.

b. Mampu berinteraksi dengan orang lain dengan interaksi yang baik (husnu at-ta’amul) dan interaksi yang bernuansa da'wah (da’wah fardiyah).

c. Menjadi agen perubah (unshur at-taghyir) di manapun dia berada.

d. Bersifat membangun bukan menghancurkan.

e. Menjadi Murabbi (pembina) keluarga, masyarakat dan ummat

4. Mujahid; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Sabar dan mampu menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam berdakwah.

b. Siap berkorban dengan jiwa, harta dan seluruh potensi yang dimilikinya untuk meraih cita-cita Izzul Islam Wa al-Muslimin.

(19)

d. Memiliki kerinduan dan usaha untuk meraih syahadah (mati syahid) dan husnul khatimah.

4. Muta’awin; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memahami dan menyadari pentingnya amal jama'i (bekerja sama).

b. Berafiliasi (intima’) dan aktif terlibat dalam amal jama'i (organisasi) secara disiplin dan patuh pada aturan-aturan org anisasi

c. Memiliki kesiapan untuk dipimpin dan diarahkan dalam amal jama’i d. Memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengarahkan amal jama’i 5. Mutqin; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Amanah.

b. Bertanggung jawab.

c. Bekerja yang profesional (itqon) dengan menguasai tugas dan amanah yang diberikan kepadanya oleh jama’ah (organisasi).

d. Memiliki kemampuan yang profesional dalam memimpin dan mengarahkan amal jama'i.

c. Memiliki kesiapan untuk berjuang di jalan Allah.

d. Memiliki kerinduan dan usaha untuk meraih syahadah (mati syahid) dan husnul khatimah.

5. Muta’awin; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memahami dan menyadari pentingnya amal jama'i (organisasi).

b. Berafiliasi (intima’) dan aktif terlibat dalam amal jama'i (organisasi) secara disiplin dan patuh pada aturan-aturan organisasi

c. Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan sesama kader organisasi dan elemen bangsa lainnya.

d. Memiliki kesiapan untuk dipimpin dan diarahkan dalam amal jama’i.

e. Memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengarahkan amal jama’i.

6. Mutqin; adalah pribadi Muslim yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Amanah

b. Bertanggung jawab

c. Menguasai sekurang-kurangnya satu bidang keahlian dari berbagai bidang keahlian yang dapat menunjang kegiatan dakwah dan amal jama'i (organisasi).

d. Bekerja yang profesional (itqon) dengan menguasai tugas dan amanah yang diberikan kepadanya oleh organisasi.

e. Memiliki kemampuan yang profesional dalam memimpin dan mengarahkan amal jama'i (organisasi).

2. Tujuan Eksternal

Secara eksternal pengkaderan bertujuan untuk melahirkan pribadi-pribadi unggul yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai kontribusi organisasi kepada umat dalam memperjuangkan kemaslahatan Islam dan kaum muslimin.

Kedua: Tujuan yang diharapkan terwujud dalam kehidupan masyarakat dan bangsa.

Tujuan tarbiyah pada masyarakat adalah melahirkan masyarakat yang Islami dengan cara memperbanyak jumlah (mayoritas) anggota masyarakat yang mengenal, mencintai dan mengamalkan Islam berdasarkan manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah serta mendukung setiap

(20)

upaya untuk meninggikan kalimat Allah Ta'ala di tanah air sehingga terwujudlah masyarakat dan bangsa yang adil, makmur, damai, aman dan sejahtera; baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

Tujuan ini bersifat tidak langsung sebagai manfaat dari tarbiyah pada pribadi-pribadi kader melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Melahirkan sebanyak-banyaknya kader.

Kader adalah anggota masyarakat, sehingga perbaikan kualitas keislaman kader berarti juga perbaikan kualitas keislaman anggota masyarakat. Semakin banyak anggota masyarakat yang mampu dikader oleh organisasi berarti semakin banyak pula anggota masyarakat yang akan terangkat kualitas keislamannya. Dengan demikian pengkaderan pribadi-pribadi muslim melalui tarbiyah adalah perbaikan dalam masyarakat itu sendiri.

2. Program pernikahan antara kader ikhwan dan akhawat.

Program ini bertujuan untuk membentuk keluarga-keluarga Islami. Keluarga-keluarga Islami ini diharapkan berperan dalam perbaikan masyarakat melalui dua cara:

Pertama: Melahirkan generasi pelanjut yang berkualitas melalui program-program tarbiyah dalam rumah tangga sebagaimana dijelaskan dalam konsep ketahanan keluarga Wahdah Islamiyah.

Kedua: Berperan aktif dalam upaya-upaya ishlah terhadap masyarakat sekitarnya melalui interaksi yg positif dengan mereka.

3. Membangun organisasi dakwah yang kuat.

Banyaknya jumlah kader yang berkualitas adalah salah satu syarat terbentuknya sebuah organisasi dakwah yang kuat. Banyaknya jumlah kader yang berkualitas juga memungkinkan organisasi untuk melebarkan sayap dakwahnya ke seluruh wilayah Indonesia. Eksisnya organisasi di seluruh wilayah Indonesia baik itu di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan bahkan sampai desa/kelurahan akan menjamin tersampaikannya dakwah ke seluruh wilayah Indonesia dan seluruh lapisan masyarakat yang menjadi modal utama dalam upaya melahirkan masyarakat yang Islami.

4. Melahirkan masyarakat Islami.

Dakwah dan tarbiyah yang merata dan masif di seluruh wilayah dan lapisan masyarakat diharapkan akan dapat memayoritaskan jumlah anggota masyarakat yang mengenal, mencintai dan mengamalkan Islam berdasarkan manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah serta mendukung setiap upaya untuk meninggikan kalimat Allah di tanah air.

(21)

Pasal 12

Metode Rekrutmen Kader 1. Kegiatan Umum

Kegiatan umum yang menjadi pintu masuk dalam pengkaderan adalah sebagai berikut:

a. DRQ (Daurah Relwan al-Qur’an) atau MRQ (Majelis Relawan al-Qur’an) atau MARQ (Majelis Akbar Relawan al-Qur’an)

b. Pesantren kilat c. Majelis Ta’lim

d. Da’wah Fardiyah (dakwah person yang persuasif) e. Forum Studi

f. Pembelajaran Dirosa

g. Pembentukan komunitas-komunitas Muslim, dan lain-lain.

Calon kader yang direkrut melalui model-model tersebut diatas. Selanjutnya diharuskan mengikuti pembinaan intensif (marhalah Dirasah al-Qur’an - Level Pendidikan al-Qur’an) selama enam bulan dalam bentuk halaqah al-Qur’an.

Halaqah al-Qur’an bertujuan menanamkan kecintaan belajar al-Qur’an dan menghadiri majelis Ilmu. Adapun materi tarbiyah dalam halaqah al-Qur’an, antara lain:

5. Melahirkan pemerintahan Islami ( melahirkan pelaksana pemerintahan yang beriman dan bertakwa serta berakhlak Islami/berakhlaqul karimah/Melahirkan masyarakat dan pemerintahan yang berlandaskan nilai nilai Islam Wasathiyah-note: sebagai opsi).

Dakwah dan tarbiyah yang berkualitas akan mencetak sebanyak-banyaknya manusia muslim Indonesia yang unggul dan bertakwa yang akan menjadi sumbangsih kaum muslimin untuk terbentuknya pemerintahan yang Islami. Kolaborasi antara pemerintahan yang Islami dan masyarakat yg Islami akan melahirkan bangsa dan negara yang adil, makmur, damai, aman, sejahtera, bermartabat dan dapat berkontribusi bagi kemajuan peradaban dunia.

Pasal 12

Metode Rekrutmen Kader 1. Kegiatan Umum

Adalah kegiatan yang dijalankan untuk mendapatkan calon-calon kader yang siap mengikuti proses pembinaan secara berjenjang. Beberapa kegiatan umum yang dapat menjadi pintu masuk dalam pengkaderan adalah sebagai berikut:

a. DRQ (Daurah Relawan al-Qur’an) atau MRQ (Majelis Relawan al-Qur’an) atau MARQ (Majelis Akbar Relawan al-Qur’an)

b. Pesantren Kilat c. Majelis Ta’lim

d. Da’wah Fardiyah (dakwah person yang persuasif) e. Forum diskusi ilmiah yang terprogram

f. Forum Studi

g. Pembelajaran Al-Qur’an dengan metode “Dirosa”

h. Pembentukan komunitas-komunitas Muslim/Muslimah, dan lain-lain.

i. Kajian Akbar Nasional (KANAL) online.

j. Ta’lim-ta’lim online asatidzah Wahdah Islamiyah.

k. Kegiatan sosial dan kesehatan

l. Dan lain-lain sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan.

(22)

1) Adab Berintraksi dengan Al-Qur’an;

2) Perbaikan bacaan (Tahsin al-Qira’ah);

3) Tadabbur al-Qur’an (beberapa surat di Juz ‘Amma).

Jika calon kader telah aktif dalam halaqah al-Qur’an selama enam bulan dan mendapatkan rekomendasi dari Murabbi/Murabbiyahnya maka yang bersangkutan memenuhi syarat untuk diikutkan dalam Daurah al-Ta’rif al-Ula (Level satu).

2. Daurah Da’wiyah

Daurah adalah sebuah pelatihan dakwah yang bertahap (bermarhalah), sifatnya terkonsentrasi pada suatu tempat dengan durasi waktu sekurang-kurangnya dua hari satu malam yang fungsinya adalah:

a. Sebagai pintu awal pengkaderan (syarat sebagai kader);

b. Sebagai syarat utama kenaikan ke marhalah selanjutnya.

Seorang kader dapat naik ke marhalah selanjutnya apabila telah memenuhi syarat dan kriteria sebagai berikut :

1. Aktif mengikuti tarbiyah minimal satu setengah tahun pada marhalah tersebut.

2. Memperlihatkan terwujudnya tujuan-tujuan (muwashafat) yang diharapkan dari pembinaan pada marhalah yang sedang diikutinya.

3. Mendapat rekomendasi dari Murabbi/Murabbiyahnya.

4. Telah mengikuti program penguatan dan pelibatan kader.

5. Lulus ikhtibar (test) seputar materi-materi yang diberikan pada marhalah ini berikut tugas-tugas hafalan. Ikhtibar terdiri dari ikhtibar syafawi (test wawancara) dan ikhtibar tahriri (test tertulis).

Calon kader yang direkrut melalui model-model tersebut di atas selanjutnya diharuskan mengikuti pembinaan intensif (marhalah Dirasah al-Qur’an - Level Pendidikan al- Qur’an) selama tiga bulan sampai enam bulan dalam bentuk halaqah Al-Qur’an/Kelas Belajar Islam Intensif dan lain-lain yang sejenis, kecuali anggota yang direkrut melalui pembelajaran Dirosa.

Halaqah al-Qur’an bertujuan menanamkan kecintaan belajar al-Qur’an dan menghadiri majelis Ilmu. Adapun materi tarbiyah dalam halaqah al-Qur’an, antara lain:

1) Adab Berintraksi dengan Al-Qur’an;

2) Perbaikan bacaan (Tahsin al-Qira’ah);

3) Tadabbur al-Qur’an (beberapa surat di Juz ‘Amma). dihapus

Jika calon kader telah aktif dalam halaqah Al-Qur’an/Kelas Belajar Islam Intensif/pembelajaran Al-Qur’an dengan metode “Dirosa” selama tiga bulan sampai enam bulan dan mendapatkan rekomendasi dari Murabbi/Murabbiyahnya maka yang bersangkutan memenuhi syarat untuk diikutkan dalam Daurah Ta’rif 1.

3. Daurah Dakwiyah

Daurah dakwiyah adalah sebuah pelatihan dakwah yang bertahap (bermarhalah), sifatnya terkonsentrasi pada suatu tempat dengan durasi waktu sekurang-kurangnya dua hari satu malam yang fungsinya adalah:

c. Sebagai pintu awal pengkaderan (syarat sebagai kader);

d. Sebagai syarat utama kenaikan ke marhalah selanjutnya.

Seorang kader dapat naik ke marhalah selanjutnya apabila telah memenuhi syarat dan kriteria sebagai berikut :

1. Aktif mengikuti tarbiyah minimal satu setengah tahun pada marhalah tersebut.

2. Memperlihatkan terwujudnya tujuan-tujuan (muwashafat) yang diharapkan dari pembinaan pada marhalah yang sedang diikutinya.

3. Mendapat rekomendasi dari Murabbi/Murabbiyahnya.

4. Telah mengikuti program penguatan dan pelibatan kader.

(23)

Pasal 13

Pembinaan Kader (Halaqah Tarbiyah)

Setiap calon kader dan kader Wahdah Islamiyah harus melalui proses tarbiyah (pembinaan) yang bertahap dan berkelanjutan dalam bentuk halaqah-halaqah yang berlangsung minimal setiap pekan. Tarbiyah yang bertujuan membentuk pribadi Muslim yang ideal (al-Syakhsiyyah al-Muslim al-Mutamayyiz) meliputi tiga aspek tarbiyah, yaitu:

a. Aspek Pembinaan Ruhiyyah (Tarbiyah Ruhiyah) ; Yakni suatu formulasi (rangkaian pembinaan) yang bertujuan membersihkan/mensucikan hati (tazkiyyah) dari penyakit penyakit yang mengotori dan membuatnya " beku", melunakkan dan melatih kepekaan hati agar mudah menyerap ilham dan hidayah dari Allah Subhanahu wata'ala. Lihat QS. 62:2, 91:9, 57:16. Adapun Baramij (program) Tarbiyah Ruhiyah antara lain sebagai berikut: Shalat jamaah, tilawatul qur’an, taujihat murabbi untuk menghidupkan hati dan semangat, materi tazkiyatun nufus, ziarah akhawiyah, ziarah anggota yang sakit, mabit (bermalam bersama) yang berisi program tambahan seperti qiyamullail, pembacaan kisah sahabat, dzikir pagi, sahur bersama senin kamis, buka puasa bersama senin kamis, dan lain-lain.

b. Aspek Pembinaan Intelektualitas (Tarbiyah Tsaqafiyah) Suatu formulasi (rangkaian pembinaan) dan pengajaran dinul Islam (Al Qur'an dan Hadits) baik secara integral maupun secara terpisah, intensif dan sistematis yang bertujuan membentuk, mengarahkan dan meningkatkan wawasan/pemahaman terhadap ajaran Islam yang benar, luas dan syumul sebagai salah satu upaya menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, kecintaan dan pengamalan ajaran

5. Lulus ikhtibar (test) seputar materi-materi yang diberikan pada marhalah ini berikut tugas-tugas hafalan. Ikhtibar terdiri dari ikhtibar syafawi (test wawancara) dan ikhtibar tahriri (test tertulis). ?????

Pasal 13

Pembinaan Kader (Halaqah Tarbiyah)

Setiap calon kader dan kader Wahdah Islamiyah harus melalui proses tarbiyah (pembinaan) yang bertahap dan berkelanjutan dalam bentuk halaqah-halaqah yang berlangsung minimal setiap pekan. Tarbiyah yang bertujuan membentuk pribadi Muslim yang ideal (al-Syakhsiyyah al-Muslim al-Mutamayyiz) meliputi tiga aspek tarbiyah, yaitu:

1. Aspek Pembinaan

Tarbiyah yang bertujuan membentuk pribadi Muslim yang ideal (Syakhsiyyah al-Muslim al-Mutamayyiz) meliputi tiga aspek tarbiyah, yaitu:

1. Aspek Pembinaan Ruhiyyah (Tarbiyah Ruhiyah); Yakni suatu formulasi (rangkaian pembinaan) yang bertujuan membersihkan/mensucikan hati (tazkiyah) dari penyakit- penyakit yang mengotori dan membuatnya " beku", melunakkan dan melatih kepekaan hati agar mudah menyerap ilham dan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lihat QS. 62:2, 91:9, 57:16. Adapun Baramij (program) Tarbiyah Ruhiyah antara lain sebagai berikut: Shalat jamaah, tilawatul Qur’an, taujihat murabbi untuk menghidupkan hati dan semangat, materi tazkiyatun nufus, ziarah akhawiyah, ziarah anggota yang sakit, mabit (bermalam bersama) yang berisi program tambahan seperti qiyamullail, pembacaan kisah sahabat, dzikir pagi, sahur bersama senin kamis, buka puasa bersama senin kamis, dan lain-lain.

2. Aspek Pembinaan Intelektualitas (Tarbiyah Tsaqafiyah); Yakni suatu formulasi (rangkaian pembinaan) dan pengajaran Dinul Islam (Al-Qur'an dan Hadits) baik secara integral maupun secara terpisah, intensif dan sistematis yang bertujuan membentuk, mengarahkan dan meningkatkan wawasan/pemahaman terhadap ajaran Islam yang benar, luas dan syamil sebagai salah satu upaya menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, kecintaan dan pengamalan ajaran Islam secara sungguh-

(24)

Islam secara sungguh-sungguh. QS. 62:2, 3:79. Adapun Baramij (program) Tarbiyah Tsaqafiyah antara lain sebagai berikut:

Kajian Dinul Islam, syarah hadits, hafalan al-Qur’an dan hadits, latihan ceramah, problem solving, bedah buku, mengikuti ta’lim-ta’lim syar’I, dan lain-lain.

c. Aspek Pembinaan fisik (Tarbiyah Jasadiyah) Yakni suatu formulasi (rangkaian) pembinaan fisik yang bertujuan membentuk dan meningkatkan kekuatan, ketangkasan dan ketahanan fisik, sebagai bagian dari pembinaan pribadi Muslim seutuhnya yang kuat mental dan fisik serta penuh optimisme (rasa percaya diri).

Lihat QS. 8:60.

Adapun Baramij (program) Tarbiyah Jasadiyah antara lain sebagai berikut:

Latihan bela diri, renang, memanah, lari, menunggang kuda , rihlah, check up kesehatan, dan lain-lain.

sungguh (QS. 62:2, 3:79). Adapun Baramij (program) Tarbiyah Tsaqafiyah antara lain sebagai berikut:

Kajian Dinul Islam, syarah hadits, hafalan Al-Qur’an dan hadits, latihan ceramah, problem solving, bedah buku, mengikuti ta’lim-ta’lim syar’i, dan lain-lain.

3. Aspek Pembinaan fisik (Tarbiyah Jasadiyah); Yakni suatu formulasi (rangkaian) pembinaan fisik yang bertujuan membentuk dan meningkatkan kekuatan, ketangkasan dan ketahanan fisik, sebagai bagian dari pembinaan pribadi Muslim seutuhnya yang kuat mental dan fisik serta penuh optimisme (rasa percaya diri). Lihat QS. 8:60.

Adapun Baramij (program) Tarbiyah Jasadiyah antara lain sebagai berikut: Latihan bela diri, renang, memanah, lari, menunggang kuda , rihlah, check up kesehatan, dan lain-lain.

2. Kurikulum Pembinaan

Kurikulum pembinaan dibuat sedemikian rupa sehingga memenuhi aspek-aspek pembinaan yang disebutkan dalam poin No. 1 Pasal 13 dan diharapkan dapat mewujudkan tujuan pengkaderan yang disebutkan dalam pasal 11.

3. Sarana Pembinaan

Pembinaan kader dilakukan dengan dua sarana, yaitu dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Pembinaan secara daring adalah metode pembinaan yang menggunakan model interaktif berbasis internet. Adapun pembinaan secara luring adalah metode pembinaan yang dilaksanakan dengan pertemuan fisik secara langsung, tanpa bantuan teknologi internet untuk komunikasi. Kedua sarana ini juga dapat dikombinasikan dalam pelaksanaannya (hibrid).

Adapun teknis pelaksanaan pembinaan kader, diatur tersendiri dalam sebuah petunjuk pelaksanaan (juklak) yang disusun oleh Departemen Kaderisasi DPP dan Departemen Kaderisasi MWP.

(25)

Pasal 14

Tahapan pembinaan (Marhalah Tarbiyah)

Proses pembinaan dibagi dalam enam tahapan (marhalah). Materi yang diberikan sesuai panduan tarbiyah pada tiap tahapan dan akan dilakukan secara terpadu dengan menyertakan unsur maharaat- soft skill (keterampilan praktis) dalam satuan kurikulum tarbiyah. Berikut tahapan pembinaan (marhalah tarbiyah):

1. Marhalah al-Ta’rif al-Ula (Ta’rif Satu) bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Mu’min Tingkat Pertama:

Pada marhalah ini kader dibina dengan daurah da’wiyah, halaqah tarbiyah, daurah maharaat dan penugasan-penugasan dengan masa pembinaan (halaqah tarbiyah) adalah satu sampai satu setengah tahun.

2. Marhalah al-Ta’rif al-Tsaniyah (Ta’rif Dua) bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Mu’min Tingkat Kedua.

Pada marhalah ini kader dibina dengan daurah da’wiyah, halaqah tarbiyah, daurah maharaat dan penugasan-penugasan dengan masa Pembinaan (halaqah tarbiyah) adalah satu sampai satu setengah tahun.

3. Marhalah al-Takwin al-Ula (Takwin Satu) bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Mushlih.

Pada marhalah ini kader dibina dengan daurah da’wiyah, halaqah tarbiyah, daurah maharaat dan penugasan-penugasan dengan masa Pembinaan (halaqah tarbiyah) adalah satu setengah tahun sampai dua tahun.

4. Marhalah al-Takwin al-Tsaniyah (Takwin Dua) bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Mujahid.

Pada marhalah ini kader dibina dengan daurah da’wiyah, halaqah tarbiyah, daurah maharaat dan penugasan-penugasan dengan masa Pembinaan (halaqah tarbiyah)

Pasal 14

Tahapan pembinaan (Marhalah Tarbiyah) 1. Marhalah Tarbiyah

Proses pembinaan dibagi dalam enam tahapan (marhalah). Materi yang diberikan sesuai panduan tarbiyah pada tiap tahapan dan akan dilakukan secara terpadu dengan menyertakan unsur maharaat- soft skill (keterampilan praktis) dalam satuan kurikulum tarbiyah. Berikut tahapan pembinaan (marhalah tarbiyah):

Pertama: Marhalah Ta’rif 1 bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Mu’min Tingkat Pertama.

Pada marhalah ini kader dibina dengan daurah da’wiyah, halaqah tarbiyah, daurah maharaat dan penugasan-penugasan dengan masa pembinaan (halaqah tarbiyah) adalah satu sampai satu setengah tahun.

Kedua: Marhalah Ta’rif 2 bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Mu’min Tingkat Kedua.

Pada marhalah ini kader dibina dengan daurah da’wiyah, halaqah tarbiyah, daurah maharaat dan penugasan-penugasan dengan masa pembinaan (halaqah tarbiyah) adalah satu sampai satu setengah tahun.

Ketiga: Marhalah Takwin 1 bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Mushlih.

Pada marhalah ini kader dibina dengan daurah da’wiyah, halaqah tarbiyah, daurah maharaat dan penugasan-penugasan dengan masa pembinaan (halaqah tarbiyah) adalah satu setengah tahun sampai dua tahun.

Keempat: Marhalah Takwin 2 bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Mujahid.

Pada marhalah ini kader dibina dengan daurah da’wiyah, halaqah tarbiyah, daurah maharaat dan penugasan-penugasan dengan masa pembinaan (halaqah tarbiyah) adalah satu setengah tahun sampai dua tahun.

Kelima: Marhalah Tanfidz bertujuan melahirkan kader berkualifikasi Muta'awin.

Referensi

Dokumen terkait

Natsir, baik ia sebagai murid beliau ataupun generasi lanjutan yang bertindak sebagai pelaku keberlangsungan dakwah beliau seperti pengurus Dewan Dakwah Islam

Pemahaman yang seperti inilah yang dijalankan Nabi kita Muhammad SAW dalam menjalankan dakwah Islamiyah untuk meninggalkan pengaruh masyarakat pra-sejarah Islam ( jahiliyah ) menuju

untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia

dimaksud dengan model komunikasi dakwah dalam meningkatkan ukhuwah.. Islamiyah yaitu gambaran penyampaian pesan-pesan dakwah oleh da’ i

kultural. Strategi pendekatan dakwah struktural biasanya berlandaskan kekuasaan. Sifatnya adalah top down. Para da‟i dapat dikatakan lebih baik daripada mad‟u. Biasanya

Ilmu dakwah sangat dibutuhkan para Da‟i karena dalam berdakwah seorang da‟i langsung berhadapan oleh banyak orang yang mana mereka mempunyai kepribadian yang

Dakwah persuasif adalah dakwah yang disebarluaskan oleh da‟i dengan kepribadian baik, memahami kondisi psikis mad‟u, dan terampil dalam mengelola materi dakwah perpaduan yang tepat

Strategi dakwah yang diperhatikan oleh para da‟i dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat tidak akan berhasil jika salah dalam mengambil model pendekatan, para da‟i juga harus jeli