KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL
SKRIPSI
Martha Puspita Wulandari
201610230311010
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GRAFIK ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL ... 1
PENDAHULUAN ... 2
LANDASAN TEORI ... 4
METODE PENELITIAN ... 6
Rancangan Penelitian ... 6
Subjek Penelitian ... 6
Variabel dan Instrumen Penelitian ... 6
Prosedur dan Analisa Data ... 7
HASIL PENELITIAN ... 7
DISKUSI ... 9
KESIMPULAN ...11
DAFTAR PUSTAKA ...11
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Peneliti ... 6 Tabel 2. Uji Kategorisasi Kesiapan Menikah ... 8 Tabel 3. Aspek Kesiapan Menikah ... 9
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Usia Responden ... 7
Grafik 2. Jenis Kelamin ... 8
Grafik 3. Status Hubungan ... 8
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Blue Print Skala Sebelum dan Sesudah Try Out ...15
Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas ...16
Lampiran 3.Skala ...17
Lampiran 4. Deskripsi Subjek...21
Lampiran 5. Skoring Penelitian ...29
Lampiran 6. Uji Normalitas ...59
Lampiran 7. Tabulasi Data Kesiapan Menikah ...60
Lampiran 8. Hasil Uji Verifikasi Data ...61
1
KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL
Martha Puspita Wulandari
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
marthapuspita22@gmail.com
Pernikahan merupakan suatu penyatuan dua individu yang akan membawa dua kepribadian
yang sangat berbeda untuk disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Sebelum menyiapkan
pernihakan sebaiknya pasangan menyadari bahwa pentingnya intensitas komunikasi yang
dilakukan oleh pasangan yang akan menikah dapat berpengaruh terhadap pernikahan yang
akan dijalani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan menikah pada
dewasa awal. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel adalah Random Sampling sebanyak 400 subjek. instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala kesiapan menikah. Analisis data yang digunakan
adalah deskriptif statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan menikah sangat
penting penting bagi seseorang yang akan menikah.
Kata Kunci : Kesiapan Menikah, Dewasa Awal.
Marriage is a union of two individuals who will bring two very different personalities to be
united in a marriage bond. Before prepare the wedding, couples better be aware that the
importance of communication made by the partner which will affect the marriage to be lived.
The purpose of this study was to determine the effect of communication intensity on readiness
to marry in early adulthood. This study uses a quantitative research approach. The sampling
technique was random sampling of 400 subjects. The instruments used in this study were the
communication intensity scale and the marriage readiness scale. The data analysis used was
simple linear regression test. The results showed that there was an effect of communication
intensity on marriage readiness. The value of β = 0.636 with a value of p = 0.000, it is known
that communication intensity has a positive effect on the readiness to marry in early
adulthood with a contribution of 40.4%, which means that the higher the intensity of
communication in early adult couples, then the higher the readiness to marry in the couple
early adulthood.
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani
kehidupannya dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Individu
mampu melakukan suatu hubungan dengan seseorang untuk meningkatkan ketertarikan
dengan orang tersebut, dimana hal itu muncul apabila terdapat kedekatan dan kenyamanan
antara satu sama lain, baik antara pria maupun wanita ataupun sebaliknya (Nurpratiwi, 2010).
Hal ini memunculkan istilah persahabatan, menyukai, mencintai dan juga hubungan intim
yang jauh lebih mendasar sebagai akibat yang ditimbulkan dari adanya ketertarikan terhadap
lawan jenis. Hubungan tersebut juga didasari oleh keinginan untuk dapat dicintai dan
mencintai. Didukung oleh pernyataan Levison yang berpendapat bahwa setiap orang mampu
membangun struktur kehidupan individu yang mewakili desain yang dimiliki oleh seseorang
untuk hidupnya. Dalam struktur tersebut, seseorang memiliki gagasan tentang pekerjaan,
hubungan cinta, perkawinan, anak, dan juga peran lain sebagai warga negara (Shulman &
Connolly, 2013).
Dewasa awal (young adulthood) merupakan masa dimana seseorang menginjak usia 20
sampai 40 tahun (Feist, Feist, & Roberts , 2017). Hal ini ditandai oleh eksperimen dan juga
eksplorasi, dimana banyak individu masih mengeksplor jalur karir yang ingin mereka ambil,
ingin menjadi individu yang seperti apa dan juga gaya hidup seperti apa, hidup melajang, dan
kemudian hidup bersama atau menikah (Santrock, 2012). Masa dewasa awal adalah masa
untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, namun terkadang juga menyisakan
sedikit waktu untuk hal lain (Santrock, 2012). Hal ini didukung oleh Erikson, dimana pada
masa dewasa awal ini individu diharuskan menghadapi fase perkembangan dimana individu
harus membangun hubungan dengan lawan jenis secara intim (Papalia, Olds, & Feldman,
2009).
Seperti yang diketahui bahwa banyak di kalangan muda-mudi yang melangsungkan
pernikahan di usia muda yakni pada tingkat dewasa awal. Hal ini diperkuat dengan bukti data
angka perceraian yang meningkat pada usia dewasa awal. Berdasarkan data dari Dirjen
Bimas Islam Kementrian Agama pada tahun 2010, diketahui bahwa dari 2 juta orang yang
melangsungkan pernikahan, terdapat 285.184 perkara perceraian (Kompasiana.com, 2011)
dimana hal tersebut merupakan penyumbang terbesarnya adalah pasangan muda atau dewasa
awal (Republika.co.id, 2011). Banyaknya pasangan muda yang bercerai ini sesuai dengan
banyaknya pasangan yang menikah diawal usia dewasa muda, hal ini dapat diketahui dari
hasil sensus penduduk tahun 2010 yang menyatakan bahwa rata-rata usia penduduk laki-laki
ketika menikah yakni 25,7 tahun dan rata-rata usia wanita ketika menikah yakni 22,3 tahun
(Kompasiana, 2011).
Menurut Handayani (2014) usia 20 sampai 25 tahun keatas merupakan usia ideal pada fase
dewasa awal untuk menikah. Saat individu memasuki usia atau fase pada tahap dewasa awal
mereka biasanya akan menjalani hubungan dengan lawan jenis seperti berpacaran (Santrock,
2003). Dalam menjalani hubungan tersebut hal yang dibutuhkan oleh dewasa muda yakni
suatu komitmen, dimana komitmen dalam hubungan juga menentukan seseorang meneruskan
untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Pernikahan merupakan penyatuan dua individu yang akan membawa kepribadian yang sangat
berbeda untuk dapat disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan (Santrock, 2012). Menurut
Fatma & Sakdiyah (2015) individu dewasa yang memiliki kesiapan menikah cenderung
menjalani kehidupan pernikahan yang lebih bahagia dibandingkan dengan individu yang
tidak memiliki kesiapan sebelum memasuki kehidupan pernikahan. Kesiapan menikah pada
individu juga menjadi salah satu prediktor penting dalam kepuasan pernikahan di kemudian
hari (Wilis, 2019).
Kesiapan menikah menjadi salah satu faktor individu dalam menentukan usia ideal dirinya
untuk menikah (Sari & Sunarti, 2013). Hal ini yang menjadikan kesiapan menjadi penting
untuk dimiliki oleh individu dewasa awal sebelum memasuki kehidupan pernikahan yang
sesungguhnya. Menurut Duvall dan Miller (Sari & Sunarti, 2013) kesiapan menikah adalah
keadaaan siap atau bersedia dalam berhubungan dengan pasangan, siap menerima tanggung
jawab sebagai suami atau istri, siap terlibat dalam hubungan seksual, siap mengatur keluarga,
dan siap mengasuh anak.
Menurut Komnas Perempuan, data yang masuk pada pengadilan agama menunjukkan angka
perceraian makin melonjok tiap tahunnya. Pada tahun 2019 mengalami lonjakan tinggi dalam
kasus perceraian yang di proses oleh Pengadilan Agama, yakni 416,752 kasus. Data-data
perceraian yang telah masuk kedalam Pengadilan Agama kemudian dipisahkan dalam
beberapa kategori penyebab perceraian, terdapat 14 kategori perceraian yang di laporkan
khusus oleh Komnas Perempuan. Tiga faktor tertinggi penyebab perceraian yakni,
meninggalkan salah satu pihak mendapat posisi ke tiga dengan jumlah kasus 58,177, faktor
ekonomi menempati posisi ke dua teratas dengan jumlah kasus 115,639 dan perselisihan dan
pertengkaran terus menerus (tidak harmonis) menempati posisi paling atas dengan jumlah
kasus 218,979 (Komnas Perempuan, 2020).
Dikutip dari beritaproperti99.co, dari 34 provinsi yang terdapat di Indonesia, tujuh provinsi
yang menghasilkan angka perceraian tertinggi dengan angka statistik yang mengkhawatirkan.
Hal ini digali melalui data Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung. Sebagaimana
yang dihimpun tim beritagar.id tahun 2016 mengungkapkan Provinsi Banten dengan 10.140
perceraian, Jawa Timur dengan 86.491 perceraian, Jawa Barat dengan 75.001 perceraian,
Jawa Tengah dengan 71.373 perceraian, DKI Jakarta dengan 11.321 perceraian, Sumatera
Utara dengan 10.412 perceraian, dan Sulawesi Selatan dengan angka 12.668 perceraian.
Sebagaimana dapat diketahui data di atas, Pulau Jawa lebih mendominasi statistik angka
perceraian di Indonesia (Rahmatika, 2019). Masalah-masalah yang dapat menyebabkan suatu
perceraian dapat ditelusuri secara lebih lanjut bahkan sebagian besar berkaitan dengan
masalah ketidakpuasan pernikahan, yang ditandai oleh adanya ketidaksesuaian antara harapan
dengan realitas yang tampil selama pernikahan (Sanders, 2010).
Munawaroh, Rofiah, Kodir, & Muzayyanah (2016) yang menyatakan bahwa kurangnya
persiapan pasangan sebelum memasuki kehidupan pernikahan merupakan penyebab angka
perceraian terus meningkat. Dalam hal ini masalah kesiapan ini diperkuat dengan hasil dari
penelitian sebelumnya oleh Septiawan, Sari, Haryatiningsih (2015) yang menyatakan bahwa
salah satu penyebab perceraian adalah adanya kerentanan dalam diri pasangan suami isteri
dan juga kurangnya pemahaman terhadap tugas perkembangan dan pemahaman tentang relasi
pernikahan. Kesiapan menikah pada dasarnya penting untuk dipelajari oleh pasangan muda
yang hendak menikah, dikarenakan kesiapan menikah merupakan dasar dari pengambilan
keputusan dengan siapa individu pada saat menikah, kapan pernikahan tersebut
dilangsungkan dan apa alasan mereka menikah serta bagaimana perilaku mereka kemudian
dalam relasi pernikahan (Larson dan Lamont, 2005).
Masalah kesiapan menikah ini menjadi
hal yang sangat menentukan dan juga menjadi pondasi dari awal bagaimana kelak calon
pasangan suami isteri akan menjalani kehidupan pernikahannya
.Penelitian mengenai kesiapan menikah tergolong sedikit di Indonesia. Selain itu juga,
penelitian mengenai kesiapan menikah yang dapat dijadikan referensi cenderung cukup lama,
seperti penelitian Larson & Holmon (1994) atau Holman & Li (1997). Dalam hal ini semakin
berkembangnya hubungan pasangan di dalam pernikahan, serta semakin pentingnya
persiapan dalam pernikahan, maka dibutuhkan penelitian baru yang berhubungan dengan
kesiapan menikah.
Penelitian ini diambil berdasarkan fenomena yang telah ada dimana banyak muda-mudi yang
memilih untuk menikah di usia muda atau pada fase dewasa awal tanpa mempertimbangkan
kesiapan menikah dan juga kematangan emosi yang telah mereka miliki. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas komunikasi terhadap kesiapan
menikah pada dewasa awal. Manfaat penelitian dibagi menjadi 2 yakni manfaat teoritis dan
juga praktis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini yakni memberikan sumbangan pemikiran
bagi perkembangan keilmuan psikologi berupa hasil penelitian yang membahas tentang
pengaruh intensitas komunikasi terhadap kesiapan menikah bagi dewasa awal. Sedangkan,
manfaat praktis penelitian yakni bagi pasangan dewasa awal yang ingin melanjutkan
hubungan ke jenjang pernikahan, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menambah
pemahaman mengenai intensitas komunikasi dan kesiapan menikah, sehingga dapat mencapai
tujuan dan kebahagiaan dalam pernikahannya.
Kesiapan Menikah
Kesiapan menikah merupakan persepsi kemampuan individu untuk menjalankan peran dalam
kehidupan pernikahan, dan melihatnya sebagai aspek dari pemilihan pasangan dan proses
perkembangan hubungan (Holman dan Li, 1997). Perubahan zaman membuat kesiapan
menikah dalam hal ini menurut pandangan para ahli belum tentu sesuai dengan kesiapan
menikah yang dibutuhkan calon pasangan pada saat sekarang ini. Kesiapan menikah
merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi resiko terjadinya perceraian serta, dapat
mencapai kepuasan dan kesejahteraan pernikahan (
Mawaddah, Safrina & Mawarpuri, 2019
).
Larson dan Lamont (2005) mendefinisikan kesiapan menikah sebagai sebuah kesiapan dasar
yang dilakukan individu untuk menikah seperti memutuskan untuk dengan siapa ia menikah,
kapan, dan dimana, alasan ia harus menikah , serta apa yang harus dilakukan setelah
menikah. Kesiapan menikah akan membantu meningkatkan kemampuan individu dalam
mengatasi konflik, berkomunikasi dengan baik, serta meningkatkan kemampuan finansial
dari kemampuan mental (Tsania, Sunarti, dan Krisnatuti, 2015). Kesiapan menikah bagi
individu dewasa awal merupakan sebuah perkembangan kemampuan interpersonal,
komitmen jangka panjang pada orang lain, dan mengembangkan kemampuan care for others.
Dewasa awal yang siap menikah adalah yang mampu mengadopsi norma-norma sosial dalam
perilakunya, menyelesaikan pendidikan, memiliki pekerjaan tetap, serta mandiri secara
finansial (Carroll et al, 2009). Raditya (2013) Kesiapan menikah dapat dilihat dari aspek
pemilihan pasangan karena kesiapan menikah digunakan untuk menyeleksi pasangan dalam
rangka mendapatkan pasangan hidup yang tepat. Kesiapan menikah yang dimiliki oleh
individu biasanya dapat membayangkan dan memiliki pandangan kehidupan pernikahan yang
akan dijalani, merasa memiliki pengetahuan dan juga kecakapan yang akan digunakan dalam
kehidupan pernikahan, serta memiliki kualitas hubungan yang baik dengan pasangannya
selama menjalin hubungan sebelum pernikahan.
Kesiapan menikah adalah suatu kesiapan yang dimiliki oleh individu yang telah memiliki
pandangan terhadap pernikahan yang akan dijalani dan memiliki pengetahuan serta
kecakapan yang nantinya digunakan dalam kehidupan pernikahan. Hal ini dikarenakan setiap
individu akan membawa sikap yang berbeda dalam satu hubungan pernikahan, selain itu
kesiapan menikah juga dapat mempengaruhi terciptanya hubungan pernikahan yang baik dan
juga bahagia.
Kesiapan menikah biasanya dimiliki oleh individu yang memiliki bayangan bagaimana harus
menjalani kehidupan pernikahan, memiliki kecakapan dan juga pengetahuan yang dapat
digunakan dalam kehidupan pernikahan, serta memiliki kualitas hubungan yang baik dengan
pasangan selama menjalin hubungan sebelum pernikahan. Imanita (2018) berpendapat bahwa
kualitas hubungan dengan pasangan sebelum menikah (pacaran atau bertunangan) merupakan
prediktor yang kuat untuk melihat kualitas hubungan setelah menikah.
Holman dan Li (1997) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kesiapan
menikah yakni:
1. Proses interaksi pasangan, kualitas komunikasi dan juga kecocokan pandangan
terhadap pasangan
2. Latar belakang individu, yang berkaitan dengan latar belakang serta hubungan dengan
keluarga
3. Sifat dan sikap individu, yang berkaitan dengan kepribadian individu
Dukungan orang terdekat, yang berkaitan dengan persetujuan orang-orang terdekat seperti
keluarga atau teman-teman dekat terhadap pasangan yang dipilih.
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Larson & Holman (1994), terdapat tiga ketegori
yang mencakup faktor pranikah yakni: latar belakang dan kontekstual (status pernikahan
orang tua, dukungan orang tua dan mertua, usia ketika menikah, tingkat pendidikan,
pendapatan dan pekerjaan, kelas sosial, dan dukungan teman), kepribadian dan tingkah laku
individu (kesehatan emosional, kepercayaan diri, keterampilan interpersonal, dan kesehatan
fisik), dan proses interaksi pasangan (keserupaan status sosial ekonomi, agama, tingkat
pendidikan, nilai-nilai sikap, kepercayaan, orientasi peran gender dan keterampilan
komunikasi).
Sementara menurut Olson & Olson (1997) pasangan yang memiiki pernikahan berhasil
adalah pasangan yang reaistis akan tantangan dari pernikahan, memiliki komunikasi yang
baik, mampu menyelesaikan masalah dengan baik, menyukai kepribadian pasangannya,
setuju akan nilai-nilai agama dan etika dari pasanganya, memiliki hubungan peran yang
setara, dan memiliki keseimbangan yang baik antara pemanfaatan waktu uang untuk diri
sendiri dan untuk bersama.
Wiryasti (2004) mengungkapkan delapan aspek yang telah di rangkum atau dikembangkan
dari penjelasan Holman & Larson (1994) serta Olson & Olson (1997) yakni : (1) komunikasi,
kemampuan individu dalam mengekspresikan ide dan perasaan kepada pasangan dan juga
mampu mendengarkan ide dan perasaan yang disampaikan pasangan. (2) keuangan, hal-hal
yang berkaitan dengan mengatur ekonomi dalam rumah tangga. (3) anak dan gaya
pengasuhan, perencanaan untuk pasangan yang ingin memiliki anak dan juga cara
pengasuhan dan metode mendidik anak. (4) pembagian peran, persepsi dan sikap dlaam
memandang pembagian peran rumah tangga,dan jyga kesepakatan mengenai pembagian
peran ketika menjadi suami istri. (5) latar belakang pasangan dan reaksi dengan keluarga,
berkaitan dengan nilai-nilai dan sistem keluarga asal yang membentuk karakter individu dan
relasi antar anggota keluarga. (6) agama, berkaita dengan nilai religiusitas yang menjadi dasar
pernikahan. (7) minat dan gaya pemanfaatan waktu luang, sikap terhadap minat pasangan dan
kesepakatan mengenai pemanfaatan waktu luang bagi diri dan pasangan. (8) perubahan pada
pasangan dan pola hidup, persepsi dan juga sikap pasangan terhadap pola hidup yang mungin
berubah setelah menikah.
Hipotesis
Terdapat kesiapan menikah pada dewasa awal.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data-data yang dikumpulkan dan
juga diolah menggunakan teknik statistik. Jenis penelitian menggunakan non eksperimen dan
menggunakan teknik survey. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
kesipaan menikah pada dewasa awal yang dilengkapi dengan data, sehingga penelitian dapat
dipahami dan juga mendapatkan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
skala sebagai bahan pengambilan data.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini 400 orang yang berasal dari pulau jawa dengan cakupan provinsi Jawa
Timur, Banten, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan jenis kelamin
laki-laki dan perempuan berusia 20 sampai 40 tahun, yang sedang menjalin hubungan pacaran
atau bertunangan dan menjalin hubungan lebih dari 2 bulan.
Metode sampling yang digunakan adalah random sampling. Random sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata pada populasi.
Jumlah sample diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 5%
(Sugiono, 2011).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah kesiapan menikah. Kesiapan Menikah adalah
suatu kesiapan dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu sebelum melanjutkan ke jenjang
pernikahan, seperti halnya tanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga, mendidik anak
dan juga menjalin hubungan dengan orang baru dalam kehidupannya.
Variabel kesiapan menikah diukur dengan skala Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004)
yang diadaptasi dari penelitian Imanita (2018) dengan nilai reliabilitas 0,90. Skala ini diukur
dari aspek (1) komunikasi, (2) keuangan, (3) anak dan pengasuhan, (4) pembagian peran
suami dan istri, (5) latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga, (6) agama, (7) minat
dan gaya pemanfaatan waktu luang, (8) perubahan pasangan dan pola hidup. Skala ini
memiliki 36 item yang diberi nilai berdasarkan skala likert terdapat 4 skor pilihan jawaban
sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), dan sangat seuai (SS). Contoh item
kesiapan menikah “Saya dan pasangan telah membicarakan tentang cara pengelolaan
keuangan rumah tangga setelah menikah”
Setelah dilakukan try out kepada 50 orang responden untuk mengukur kembali validitas dan
reliabilitas alat ukur penelitian maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Peneliti
Alat Ukur
Jumlah Item Valid
Indeks Validitas
Indeks Reliabilitas
Berdasarkan hasil data try out, skala kesiapan menikah memiliki 11 item yang tidak valid dari
36 jumlah item awal, sehingga tersisa 25 item yang valid dan reliabel.
Prosedur dan Analisa Data
Pada prosedur penelitian ini terdiri dari tahap:
1. Tahap persiapan
Kegiatan diawali dengan mengumpulkan informasi, menggali lebih dalam tentang
permasalahan yang ada, menentukan topik dan juga variabel apa saja yang akan digunakan
dalam penelitian. Selain itu peneliti juga telah menentukan kriteria subjek yang akan
digunakan dalam penelitian beserta dengan jumlah subjek. Pada tahap ini peneliti melakukan
adaptasi instrumen intensitas komunikasi dan juga instrumen kesiapan menikah.
2. Proses Pengambilan Data
Pada tahapan ini peneliti telah melakukan penyebaran skala kedua variabel yang akan diteliti
yakni, skala Kesiapan Menikah dan juga skala Intensitas Komunikasi pada 400 subjek,
penyebaran skala dilakukan melalui google form yang disebarkan melalui media sosial
seperti whatsapp, instagram dan twitter peneliti.
3. Analisis Data dan Pembahasan
Setelah semua skala disebarkan dan telah didapatkan data yang diinginkan maka tahap
selanjutnya yakni dengan melakukan skoring pada kedua skala tersebut. setelah dilakukan
skoring, hasil tersebut kemudian di input ke dalam Microsoft Excel. Setelah seluruh data di
input kedalam excel kemudian skor akan diproses menggunakan SPSS statistic 17.0 dengan
menggunakan deskriptif statistik dan dilanjutkan dengan pembahasan dan kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan dewasa awal yang sedang menjalin hubungan
pacaran atau tunangan dengan usia 20-40 tahun dan menjalin hubungan selama 2 bulan
sampai lebih dari 1 tahun. Total subjek dalam penelitian ini adalah 400 orang pasangan
dewasa muda dengan kriteria yang telah disebutkan. Berikut adalah data demografi dalam
penelitian.
Grafik 1. Usia Responden
Berdasarkan dari grafik 2, dapat diketahui jumlah dewasa muda yang paling banyak menjadi
subjek penelitian berusia diantara 20-24 tahun, yakni sebanyak 332 responden, dengan
rata-rata usia subjek 22,67 tahun.
20-24 25-29
30-35 lebih 35 332
62
Grafik 2. Jenis Kelamin
Berdasarkan pada jenis kelamin dewasa muda, yang paling banyak menjadi subjek adalah
perempuan yaki 270 responden dibandingkan dengan laki-laki.
Grafik 3. Status Hubungan
Berdasarkan pada status hubungan, subjek penelitian ini lebih banyak pada status pacaran
yakni 302 responden dibandingkan dengan status tunangan.
Grafik 4. Lama Menjalin Hubungan
Berdasarkan pada lama hubungan, subjek penelitian lebih banyak pada lama hubungan lebih
dari 1 tahun yakni sebanyak 278 responden.
Tabel 2. Uji Kategorisasi Kesiapan Menikah
Mean
Sd
Kategori
Interval
Frekuensi Persentase
Kesiapan 106,20 10,302
Rendah
X < 72
-
- %
menikah
Sedang
72 ≤ X < 108
221
52,3 %
Tinggi
108 ≤ X
179
44,8 %
Laki-Laki Perempuan 130 270 Pacaran Tunangan 302 98 2 bulan > 2 bulan 1 tahun > 1 tahun 13 83 28 278Tabel 2, merupakan uji kategorisasi variabel kesiapan menikah bahwa skor kategori sedang
dengan jumlah responden sebanyak 221 (52,3%) dengan nilai mean 106,20 dan standart
deviation (SD) 10,30. Maka dapat disimpulkan bahwa dari 400 responden penelitian
memiliki kesiapan menikah yang sedang.
Selanjutnya peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan kolomogrov-smirnov
tes, data dikatakan normal apabila nilai P > 0,05. Hasil yang didapatkan setelah hasil uji
normalitas bahwa P = 0,468 yang berarti P > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
Tabel 3. Aspek Kesiapan Menikah
Aspek
Presentase
Kesiapan menikah
Komunikasi
14%
Keuangan
11%
Anak dan pengasuhan
10%
Pembagian peran suami dan
istri
12%
Latar belakang pasangan dan
relasi dengan keluarga
15%
Agama
15%
Minat dan gaya pemanfaatan
waktu luang
15%
Perubahan pasangan dan pola
hidup
8%
Total
100%
Berdasarkan tabel 3 mengenai presentase masing-masing aspek dari variabel kesiapan
menikah dapat dilihat bahwa jumlah presentase terdapat tiga aspek tertinggi yakni aspek latar
belakang pasangan dan relasi dengan kelarga, aspek agama, dan juga aspek minat dan gaya
pemanfaatan waktu luang dengan presentase 15%. Dilanjutkan pada komunikasi yakni
sebesar 14%. Lalu pembagian peran suami dan istri yakni sebsar 12%. Keuangan yakni
sebesar 11%. Anak dan pengasuhan yakni sebesar 10%. Lalu perubahan pasangan dan pola
hidup menjadi aspek yang memiliki jumlah presentase terendah yakni 8%.
DISKUSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah pada dewasa awal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dewasa awal yang memiliki kecenderungan siap untuk
menikah. Hal ini berdasarkan pada penelitian terdapat sekitar 44,8% responden yang
memiliki kesiapan menikah tinggi dan sebanyak 53,3% responden yang termasuk dalam
kategori sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar mempersepsikan dirinya telah
cukup siap dalam menjalin hubungan pernikahan. Usia kesiapan menikah rata-rata pada
subjek penelitian adalah 22 tahun. Pada usia tersebut, digolongkan pada masa emerging
adulthood. Di usia ini mereka akan belajar untuk bertangggung jawab baik pada bidang
pendidikan, pekerjaan, dan juga pernikahan (Badger, 2005). Menurut Puspitasari (1997)
menyatakan bahwa usia menikah, motivasi, karakteristik kepribadian, dan juga penyesuaian
diri mempengaruhi kesiapan menikah.
Berdasarkan dari jumlah responden sebanyak 400 responden, jumlah responden perempuan
lebih banyak yakni 270 responden dengan persentase 67,5%. Jika dilihat variabel kesiapan
menikah responden laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kesiapan menikah dengan
persentase sebesar 70% yang berarti bahwa mereka dianggap siap untuk menikah.
Berdasarkan variabel kesiapan menikah, sebanyak 67% responden berstatus berpacaran dan
sebanyak 72% responden berstatus bertunangan. Maka dapat disimpulkan bahwa mereka
yang menjalin hubungan dengan status tunangan lebih memiliki kesiapan menikah yang baik.
Begitu juga dengan berapa lama menjalin hubungan romantis sebanyak 69% responden telah
menjalin hubungan lebih dari 1 tahun, ini menunjukkan bahwa subjek cukup mengenal
pasanganya dan telah memikirkan aspek-aspek kesiapan pernikahan. Hal ini sesuai dengan
penelitian dari Sari & Sunarti (2013) yang mengatakan bahwa individu yang memiliki
pegalaman berpacaran mengajarkan individu untuk berkomitmen dan juga berkompromi
ketika membahas tentang isu pernikahan. Kemampuan tersebut akan meningkatkan kualitas
hubungan yang baik dengan pasangan ketika berpacaran/bertunangan yang nantinya akan
meningkatkan kesiapan menikah pada individu (Imanita, 2018).
Aspek yang dominan terkait kesiapan Menikah pada subjek penelitian adalah aspek latar
belakang pasangan dan relasi dengan kelarga, aspek agama, dan juga aspek minat dan gaya
pemanfaatan waktu luang. Latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga hal ini sangat
penting bagi pasangan untuk mengenal latar belakangan pasangan dengan baik. Hasil
penelitian Holman & Li (1997), menunjukkan bahwa semakin baik dukungan dari
orang-orang terdekat, maka semakin baik pula persepsi individu akan kesiapannya untuk menikah.
Hal ini dikarenakan karakteristik latar belakang dan dukungan dari orang-orang terdekat
dapat mempengaruhi proses interaksi pasangan, melalui peningkatan kualitas komunikasi dan
persetujuan pasangan, yang nantinya dapat berpengaruh pula terhadap persepsi individu akan
kesiapannya untuk menikah. Selanjutnya dengan aspek agama menjadi penting untuk
melanjutkan hubungan menuju ke jenjang kesiapan menikah. Kemudian dengan minat dan
gaya pemanfaatan waktu luang menjadi pertimbangan untuk waktu bersama dengan pasangan
agar lebih akrab dan lebih terjalin hubungan cinta yang diinginkan.
Holman dan Li (1997) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
kesiapan menikah yakni: (1) Proses interaksi pasangan, kualitas komunikasi dan juga
kecocokan pandangan terhadap pasangan (2) Latar belakang individu, yang berkaitan dengan
latar belakang serta hubungan dengan keluarga (3) Sifat dan sikap individu, yang berkaitan
dengan kepribadian individu.
Variabel lain yang mempengaruhi kesiapan menikah adalah kelekatan sebanyak 49% karena
kelekatan muncul apabila memiliki rasa percaya terhadap pasangan maka individu lebih
mudah memiliki kedekadan dan juga penyesuaian terhadap latar belakang pasangan,
memahami minat pasangan dan juga mendiskusikan terkait pembagian peran suami dan istri
(Wilis, 2019) dan komunikasi pranikah dan dukungan sosial 33% berpengaruh karena dalam
prosesnya kesiapan menikah tidak jalan dengan sendiri, untuk memutuskannya diperlukan
komunikasi yang baik tentang kehidupan pernikahan dan dukungan sosial memiliki peran
pada individu karena memiliki ikatan emosional yang kuat (Immanita, 2018).
Peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam penelitian ini adalah terbatasnya
jumlah penelitian mengenai kesiapan menikah sehingga referensi yang dipaparkan tidak
banyak penelitian baru.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian diterima yakni
terdapat kesiapan menikah pada dewasa awal. Hal tersebut dapat diartikan kesiapan menikah
maka semakin siap seseorang menuju ke jenjang pernikahan.
Implikasi penelitian bagi individu dewasa muda yang akan menuju ke jenjang pernikahan,
hendaknya dapat memperhatikan kesiapan menikah supaya lebih siap untuk menikah.
Pasangan yang akan menuju ke jenjang pernikahan biasanya membahas mengenai kebutuhan
ekonomi setelah menikah, rencana masa depan, menceritakan lebih dalam tentang keseharian
antar individu, menceritakan tentang keluarga ataupun kerabat. Hal ini dapat dijadikan
pandangan untuk pasangan yang akan melanjutkan ke jenjang pernikahan,
pembahasan-pembahasan apa yang seharusnya dipersiapkan sebelum menikah.
Penelitian ini memiliki manfaat yang dapat dijadikan sebagai edukasi oleh pasangan muda
dan juga masyarakat mengenai kesiapan sebelum menikah. Selain itu, dengan memperhatikan
aspek penting sebelum menikah yakni aspek komunikasi yang mampu mempererat hubungan
antar individu dan juga mampu menumbuhkan keyakinan yang kuat untuk dapat membangun
hubungan rumah tangga. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai kesiapan menikah
dan bagaimana pentingnya intensitas komunikasi pasangan dengan segala keterbatasan yang
ada. Ini menjadi saran bagi peneliti selanjutnya untuk mendalami lebih lanjut tentang faktor
lain yang mampu mempengaruhi kesiapan menikah.
DAFTAR PUSTAKA
Badger, S. (2015). Ready or not? Perceptions of marriage readiness among emerging adults.
Doctoral Dissertation. Brigham Young University.
Carroll, J. S., Badger, S., Willoughby, B. J., Nelson, L. J., Madsen, S. D., & McNamara
Barry, C. (2009). Ready or not? Criteria for marriage readiness among emerging
adults. Journal of adolescent research, 24(3), 349-375.
DeVito, J.A. (2010). Komunikasi antara manusia, edisi kelima. Tangerang: Karisma.
DeVito, Joseph A. (2009). Interpersonal communication. New York: Harper Collins College
Publisher.
Fatma, S.H., & Sakdiyah, E.H. (2015). Perbedaan kebahagiaan pasangan pernikahan dengan
persiapan dan tanpa persiapan pada komunitas young mommy Tuban. Jurnal psikologi
tabularasa, 10(1), 127886.
Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, Tomi-Ann. (2017). Teori kepribadian: theories of
personality, edisi-8. Jakarta: Salemba Humanika.
Handayani. (2014). Psikologi keluarga. Surabaya: Penerbit Unit Penelitian dan Publikasi
Psikologi.
Holman, T. B., & Li, B. D. (1997). Premarital factors influencing perceived readiness for
marriage. Journal of Family Issues, 18(2), 124-144.
Imanita, M.R. (2018). Hubungan antara komunikasi pranikah dan dukungan sosial dengan
kesiapan menikah. Tesis. Direktorat Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang.
Komnas Perempuan. (2020). Kekerasan Meningkat: Kebijakan Penghapusan Kekerasan
Seksual untuk Membangun Ruang Aman bagi Perempuan dan Anak Perempuan.
Komnas Perempuan. https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/2020/Catatan
Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan 2020.pdf
Kompas. (2011). Hasil sensus penduduk: laki-laki Indonesia enggan menikah di usia dini.
https://www.kompasiana.com/kadirsaja/551113c88133117741bc5fbc/hasil-sensus-penduduk-laki-laki-indonesia-enggan-menikah-di-usia-dini. (19 Agustus 2020)
Kompas.
(2011).
Inilah
penyebab
perceraian
tertinggi
di
Indonesia.
https://www.kompasiana.com/bangdepan/55094acaa3331122692e3965/inilah-penyebab-perceraian-tertinggi-di-indonesia. (19 Agustus 2020)
Larson, J. H., & LaMont, C. (2005). The relationship of childhood sexual abuse to the marital
attitudes and readiness for marriage of single young adult women. Journal of family
issues, 26(4), 415-430.
Larson, J., & Holman, T. (1994). Premarital predictors of marital quality and stability. Family
Relations, 43(2), 228-237. doi:10.2307/585327
Mawaddah, S., Safrina, L., & Mawarpuri, M. (2019). Perbedaan kesiapan menikah pada
dewasa awal ditinjau dari jenis kelamin di Banda Aceh. Jurnal empati, 8(1), 320-328.
Munawaroh, A.Q., Rofiah, N., Kodir, F.A., & Muzayyanah, I. (2016). Modul bimbingan
perkawinan untuk calon pengantin. Jakarta: Puslitbang Bimas Agama dan Layanan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Nurpratiwi, A. (2010). Pengaruh kematangan emosi dan usia saat menikah terhadap kepuasan
pernikahan pada dewasa awal. Skripsi. Jakarta: Universitas Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah
Olson, D., & Olson, A. (1997). Prepare/enrich program: version 2000. Preventive approaches
in couples therapy. 196-216
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human development, edisi 10:
perkembangan manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
Puspitasari, A. (1997). Adaptasu alat ukur kesiapan perkawinan California marriage readiness
evaluation (adaptasi, uji reliabilitas dan validitas pada kelompok sampel dewasa
muda). Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Raditya, P. H. (2013). Hubungan attachment dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang
sedang menjalani hubungan jarak jauh. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas
Indonesia.
Rahmatika, E. (2019). 7 provinsi dengan kasus perceraian tertinggi di Indonesia.
https://www.99.co/blog/indonesia/kasus-perceraian-tertinggi-di-indonesia/.
(09
Agustus 2020)
Republika. (2011). Duh ... tingkat perceraian Indonesia naik tiga kali lipat.
https://republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/15/lod7hk-duhtingkat-perceraian-indonesia-naik-tiga-kali-lipat. (19 Agustus 2020)
Sari, F., & Sunarti, E. (2013). Kesiapan menikah pada dewasa muda dan pengaruhnya
terhadap usia menikah. Jurnal ilmu keluarga & konsumen, 6(3), 143-153.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span development perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Sanders, K. M. (2010). Marital satisfaction across the transition to parenthood. Tesis.
University of Nebraska.
Schachtner, L. (2017). Premarital self-disclosure predicting distal marital outcomes. Thesis.
Kansas State University.
Septiawan S.K., Sari, Y., Haryatiningsih, R. (2015). Perceraian Suami Istri di Kota Bandung :
Studi Perilaku Komunikasi, Psikologi Perkembangan Dan Status Ekonomi Rumah
Tangga. Laporan Akhir Hibah Bersaing Tidak dipublikasikan. DIKTI
Shulman, S., & Connolly, J. (2013). The callenge of romantic relationships in emerging
adulthood: reconceptualization of the field. Emerging Adulthood 1(1) 27-39. doi:
10.1177/2167696812467330
Sugiono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tsania, N., Sunarti, E., dan Krisntuti, D. (2015). Karakteristik keluarga, kesiapan menikah
istri, dan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Jurnal ilmiah keluarga dan konseling,
8(1), 28-37. ISSN: 1907-6037.
Wilis, M. R. (2019). Hubungan kelekatan dengan kesiapan menikah pada individu dewasa
muda. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Wiryasti, C. H. (2004). Modifikasi dan uji validitas dan reabilitas inventori kesiapan
menikah. Tesis. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Lampiran 1. Blue Print Skala Sebelum dan Sesudah Try Out
NO
ASPEK
FAVORABEL
UNFAVORABEL
1
Komunikasi
3, 36
13,
18
,
26
2
Keuangan
1
8,
19
, 22
3
Anak dan Pengasuhan
4, 6
27,
31
4
Pembagian Peran Suami-Istri
11,
20
, 30
9, 21
5
Latar Belakang Pasangan dan
Relasi dengan Keluarga besar
7, 15, 24
10
, 12
6
Agama
2, 33
5
,
16
, 30
7
Minat dan Pemanfaatan waktu
luang
14,
17
,
25
23, 28
8
Perubahan pada pasangan dan poa
hidup
34
29,
35
Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Inventory Kesiapan Menikah
No
Item
rhitung Keterangan
Item 1
0,584
Valid
Item 2
0,635
Valid
Item 3
0,439
Valid
Item 4
0,446
Valid
Item 5
0,253
Tidak Valid
Item 6
0,348
Valid
Item 7
0,355
Valid
Item 8
0,459
Valid
Item 9
0,348
Valid
Item 10 0,220
Tidak Valid
Item 11 0,417
Valid
Item 12 0,471
Valid
Item 13 0,687
Valid
Item 14 0,425
Valid
Item 15 0,484
Valid
Item 16 0,213
Tidak Valid
Item 17 0,233
Tidak Valid
Item 18 0,243
Tidak Valid
Item 19 0,160
Tidak Valid
Item 20 0,179
Tidak Valid
Item 21 0,457
Valid
Item 22 0,374
Valid
Item 23 0,463
Valid
Item 24 0,384
Valid
Item 25 0,160
Tidak Valid
Item 26 0,124
Tidak Valid
Item 27 0,450
Valid
Item 28 0,468
Valid
Item 29 0,443
Valid
Item 30 0,539
Valid
Item 31 0,153
Tidak Valid
Item 32 0,552
Valid
Item 33 0,491
Valid
Item 34 0,325
Valid
Item 35 0,219
Tidak Valid
Item 36 0,418
Valid
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha
N of Item
.90
36
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Homepage: www.psikologiumm.ac.id:
e-email: Psikologi@umm.ac.id
KUESIONER PENELITIAN
Assalamulaikum wr. wb. Dengan hormat,
Saya Martha Puspita Wulandari mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang melakukan penelitian sebagai syarat kelulusan program S1 di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Untuk itu saya mohon kesediaan saudara/i mengisi kuesioner ini dengan menjawab semua pernyataan dengan jujur dan sesuai dengan keadaan saudara/i saat ini. Semua jawaban dan identitas saudara/i dijamin kerahasiaanya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr. wb. Hormat Saya, Martha Puspita W Identitas Nama / Inisial : Jenis Kelamnin : L / P Usia :
Sedang menjalin hubungan : Lama menjalin hubungan :
Petunjuk Pengisian Skala
1.
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Setiap pernyataan dalam kuisioner ini memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu:SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
2.
Jawablah setiap pernyataan dengan memberikan tanda cek (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan diri kalian di lembar jawaban yang telah disediakan.Contoh:
Lampiran 3.Skala
No PERNYATAAN SS S TS STS
NO
PERTANYAAN SS S TS STS1
Saya dan pasangan telah membicarakan tentang cara pengelolaan keuangan rumah tangga setelah menikah2
Saya dan pasangan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan3
Apapun reaksi pasangan, saya tetap berusaha untuk menyampaikan keinginan saya secara jujur4
Saya dan pasangan membicarakan mengenai pengaruh kehadiran anak terhadap hubungan Saya dan pasangan nantinya5
Nilai-nilai agama menjadi sumber perselisihan di antara saya dan pasangan6
Saya dan pasangan telah mendiskusikan kapan Saya dan pasangan memiliki anak7
Saya meminta pasangan untuk menceritakan latar belakang keluarga besarnya8
Saya dan pasangan tidak saling mengetahui kondisi keuangan masing-masing9
Saya dan pasangan belum membicarakan mengenai pembagian tugas terkait peran dalam rumah tangga Saya dan pasangan10
Masalah adat istiadat menjadi sumber perselisihan Saya dan pasangan11
Saya menyampaikan pada pasanganbahwa suami-istri memiliki kedudukan yang setara
12
Saya membatasi informasi mengenai latar belakang keluarga besar saya pada pasangan13
Saya malas menyampaikan pendapat pada pasangan karena takut dikritik olehnya14
Saya dan pasangan saling mendukung hobi masing-masing15
Saya dan pasangan berusaha saling menghargai kebiasaan keluarga besar masing-masing16
Saya dan pasangan mengabaikan penerapan nilai-nilai agama dalam hubungan Saya dan pasangan17
Saya dan pasangan sepakat untuk memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang dilakukan bersama-sama18
Saya sulit mengetahui apa yang sedang dirasakan pasangan, bila ia tidak mengatakannya19
Saya dan pasangan berbeda pendapat tentang cara pengelolaan keuangan20
Terkait dengan peran suami-istri, Sayadan pasangan sepakat untuk membatasi jam kerja
21
Saya dan pasangan menghindari pembicaraan mengenai pembagian peran suami-istri dalam kehidupan pernikahan22
Saya dan pasangan belum memikirkan cara mencari pendapatan setelah menikah nanti23
Saya dan pasangan sulit meluangkan waktu untuk pergi berdua saja24
Keluarga besar pasangan menyambut hangat setiap saya berkunjung25
Pasangan memberikan kebebasan bagi saya untuk melakukan kegiatan tanpa dirinya26
Saya langsung memberikan komentar terhadap pembicaraan pasangan, meskipun dia belum selesai bicara27
Saya dan pasangan belum membicarakan rencana pengasuhan anak28
Pasangan tidak suka jika saya melakukan suatu aktivitas tanpa dirinya29
Saya mengabaikan pendekatan agama sebagai cara untuk menyelesaikan masalah saya dengan pasangan30
Saya dan pasangan menghindari pembicaraan mengenai peran sebagai orang tua dalam mendidik anak karena akan terbentuk secara alami31
Saya dan pasangan memiliki kesamaan pandangan dalam melihat peran suami-istri32
Saya dan pasangan membicarakan rencana mengenai penanaman nilai-nilai agama pada anak-anak Saya dan pasangan kelak33
Saya tetap mendengarkan pasangan saya berbicara, meskipun topiknya tidak menarik34
Saya dapat mengatakan dengan bebas pada pasangan tentang perasaan saya35
Saya dan pasangan belumyang Saya dan pasangan inginkan
36
Saya dan pasangan sependapatmengenai cara pengelolaan keuangan rumah tangga setelah menikah
Lampiran 4. Deskripsi Subjek
Nama Usi a Jenis Kelamin Sedang menjalin hubungan? Lama menjalin hubunganKarina Giovanny 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Mutimatul 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Mela 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ilham Akbar Putra
Pratama 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ihza 20 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan
Rachmadi 24 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
D 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
devie 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ghina 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Ektha 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Pricillia 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan
FAD 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Michael setianto 22 Laki-laki Pacaran 1 tahun
Adiva 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Alifiralda Harera F 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Lintang 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Nisrina Azmi 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
mega 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Yuni 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Lidya Ananda 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Nia 23 Perempuan Pacaran 1 tahun
Eni 23 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Nadya 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Izatty qhoirina putri
sahara 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Satrio Agi Nugraha 26 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun Rizka ayu kartika 24 Perempuan Tunangan 1 tahun
Dindaa 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
RDM 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Tonny Eriyanto 26 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Pengs 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rizky ayu andarini 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Ayu 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Teja Pujawati 26 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan
Angelina 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Iki 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
Mohammad Roby
Ervananda 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Fh 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rivqi 23 Laki-laki Pacaran 2 bulan
Tansy 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Kavila dinda kinanti 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Alviragita 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Alfian maulana ibrahim 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
Rian dwi 23 Perempuan Pacaran 1 tahun
Chicie Arinda Widyati 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Cindi Ayu Saputri 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Devi Dellaneira 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Billa 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Imam muslih 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
Elinda Kartika Sari 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Mariana 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Airin 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Nadia M. 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Aisyah farida 30 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun Tri Suryo Laksono 32 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun Devi Tri Agustina 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Waheed 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Roihan 25 Laki-laki Pacaran 2 bulan
Riky harianto 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Sila 39 Perempuan Tunangan 1 tahun
NV 35 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ana 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Syahrul 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rira 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Muhammad Hilmy Hafizh 24 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ferie 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Alfi 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Lolita 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Vita Dwi anggraeni abidin 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan ANGGI TRILAKSONO 28 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun Alief Hasnan Yuliani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Ayunda fitria rahayu 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Indah 21 Perempuan Pacaran 2 bulan
Hairunnisa 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Fajriyani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Pratiwi Indah Lestari 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Luh Putu Ema Noviyanti 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Selfi Rizkianto 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Lia hidayatul hasanah 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Gadis Anantya 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
AR 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
jalu 22 Laki-laki Tunangan Lebih dari 2 bulan
Diyah 23 Perempuan Tunangan 1 tahun
Dila 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Romadloniyah ning tiyas 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
A 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Bikki Ulil 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
DODI FIRMANSYAH 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun Rika Saniyyah R 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Madisa 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Esti anggraeni 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Farid restu wijayanti 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
T 24 Perempuan Pacaran 1 tahun
R 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Iwan 24 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Zinnia 22 Perempuan Pacaran 1 tahun
S 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rani Ferlyana 21 Perempuan Pacaran 1 tahun
Septya 23 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Ergy 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Aruni Rahmaniar 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Hanong 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Liza Lusiyani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Nana 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Luckyta Citra Ayu
Paramitha 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Desi 21 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Ayu musfita sari 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Mucklis 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
riri 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Melati Ayusari 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Dina 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Atikah 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Riska Nur Aini 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Cahya Ramadhani Azhar 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Dyah 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
J 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Eka Fitri Valentina 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Muhammad Hafidh
Effendy 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Yoni Ariprayoga 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun Yovanka dinda 23 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Diona Verli 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Erli Isnaini 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Lidya 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Amelia permata 26 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Fitriani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Dewi rohmawati 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Rikza Nadia 22 Perempuan Pacaran 1 tahun
Alfathan 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Dea Rahmadani Ristanti 28 Perempuan Pacaran 2 bulan
Fafa 20 Perempuan Pacaran 1 tahun
Siska 21 Perempuan Pacaran 1 tahun
Amely 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
gaby 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Ny 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Andrean Shely Melawati 24 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Selly 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
AB 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
DP 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Dian Safitri 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Adika 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ayu Mega Pratiwi 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Tari 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
ASA ALFIYANA 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Nella Pramita Agustina 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Lily Dwi Jayanti 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Isya Marta Riyanto 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun Jihan Indah Sari 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Adinda Beauty Afnenda 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Gita Purnamasari 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Joko Setyo Darmanto 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan Yulia nur azizah 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun Afifatul Khoirunnisa' 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Derma Titah Religiani 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Dian Sari 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Nisa 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Kai 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
M Burhan Nurdin R 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Tiara 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
LUTFI YUSTIKA
WARDANA 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
KH 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Annisa rahma aryanti 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Dinda nadila azahra 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Supri 26 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Sulistiawati 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Amirall Ghaprank 20 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan Siti Laylatul Azizah 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Sukma 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Yefi Dwi Riviana 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Insan Maulana 20 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Annisa 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Bagus Purwoaji 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Titha 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ilham Syahmi 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Yogi 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Septian Dwi Intan
Maharani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Mawar 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Titik Dwi 24 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Cece 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Istiqomah NAA 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ika 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Aditya Wahyu K 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan LAILY FARHANA 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Nita 20 Perempuan Pacaran 2 bulan
DESTY DIAN ARISANDY 22 Perempuan Pacaran 1 tahun
Firmansyah t 23 Laki-laki Pacaran 1 tahun
Arditya Nur Achmadi 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan Signa Prakuswa 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun ADELLA TRISNAWATI 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Dewi Arfianita 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
aw 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Mutia putri 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rodhiyana Ainul Hidayati 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan Intan Permatasari 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun ANA ANDRIANA 24 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Dinda 20 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Nad 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Bachtiar 22 Laki-laki Pacaran 1 tahun
Raisa 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
chandra 22 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Diva setyo anjani 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Agus wibisono 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Annan 20 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
Vinta Arnella Ilmuvida 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Iyus 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Shofi Nur Rizki 20 Perempuan Pacaran 2 bulan
Ica 21 Perempuan Pacaran 2 bulan
Dewi rizka 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
riza 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
dody 24 Laki-laki Pacaran 2 bulan
Revina 21 Perempuan Pacaran 2 bulan
Akbar Bayu Aji Pradana 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Lala 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Feto 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rheina 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Andika Firman Syahputra 20 Laki-laki Pacaran 1 tahun
Safira 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rita 23 Perempuan Pacaran 1 tahun
Anggi Wahyu Febrian 22 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Dhia Balqis 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Fahrisal Rizky Setiawan 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ria 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Moya 23 Perempuan Tunangan 2 bulan
Nabilah Al Abidah 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Maulida 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Nova mirdava 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
aji 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
MN 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
NURUL LAILAH 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Adel 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
No Name 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Galuh 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Liz Erlyna 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Theta Trinanda Zaini 20 Perempuan Pacaran 1 tahun
Sheally Wahyuningtyas 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rara 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Ferry Dzaky Ramadhan 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Prila nanda 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Winda 22 Perempuan Pacaran 1 tahun
Dian 20 Perempuan Pacaran 2 bulan
Putu Lingga 23 Laki-laki Pacaran 1 tahun
Yoga 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Nichol 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Nadia Putri Arumsari 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Mila Ramadany 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
najwa 23 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Austin 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Arividya Prahastuti 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Nabilah Jasmine 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Aliyah Pramesti 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan M. Lutfi Alif 20 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan yasmin mumtaza 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Nisrina Farah Adani 20 Perempuan Pacaran 2 bulan
Fikri 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Elisa Nur Hidayah 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Febriana 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
Erina Rizkia 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Andhika 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
sagar 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
deon 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
bima 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Aldinoe 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Kamal faturrohman 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Edo 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Dio 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Rey 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Abi 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Randy 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Riski Puspandari 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan
Chan 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Agus 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Reynal 26 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
acin 27 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Chu 26 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Ajik 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Sarah 27 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan
Elwin dirgantara p 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
Ahmed Uwa 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Lintang Indra 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan
Nebula 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Saviera Poetrie 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Shafa 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Afifah Zahra 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Santi 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Fn 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Rachmawati Putri 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Unge 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Raka Bintang Prawira 24 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun
Bidari s 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan
Putri 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Adelya Rian 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
Handy 23 Laki-laki Pacaran 1 tahun
Joe 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Vira Ayunda Septiani 21 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun
dhika 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
anggoro dwi effendi 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
Maulidina 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun
zaki 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
ali 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
diki 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
raga 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
zabi 26 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun
fahmi 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun