• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL

SKRIPSI

Martha Puspita Wulandari

201610230311010

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI ... 4

METODE PENELITIAN ... 6

Rancangan Penelitian ... 6

Subjek Penelitian ... 6

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 6

Prosedur dan Analisa Data ... 7

HASIL PENELITIAN ... 7

DISKUSI ... 9

KESIMPULAN ...11

DAFTAR PUSTAKA ...11

(7)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Peneliti ... 6 Tabel 2. Uji Kategorisasi Kesiapan Menikah ... 8 Tabel 3. Aspek Kesiapan Menikah ... 9

(8)

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Usia Responden ... 7

Grafik 2. Jenis Kelamin ... 8

Grafik 3. Status Hubungan ... 8

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Blue Print Skala Sebelum dan Sesudah Try Out ...15

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas ...16

Lampiran 3.Skala ...17

Lampiran 4. Deskripsi Subjek...21

Lampiran 5. Skoring Penelitian ...29

Lampiran 6. Uji Normalitas ...59

Lampiran 7. Tabulasi Data Kesiapan Menikah ...60

Lampiran 8. Hasil Uji Verifikasi Data ...61

(10)

1

KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA AWAL

Martha Puspita Wulandari

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

marthapuspita22@gmail.com

Pernikahan merupakan suatu penyatuan dua individu yang akan membawa dua kepribadian

yang sangat berbeda untuk disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Sebelum menyiapkan

pernihakan sebaiknya pasangan menyadari bahwa pentingnya intensitas komunikasi yang

dilakukan oleh pasangan yang akan menikah dapat berpengaruh terhadap pernikahan yang

akan dijalani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan menikah pada

dewasa awal. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kuantitatif. Teknik

pengambilan sampel adalah Random Sampling sebanyak 400 subjek. instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skala kesiapan menikah. Analisis data yang digunakan

adalah deskriptif statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan menikah sangat

penting penting bagi seseorang yang akan menikah.

Kata Kunci : Kesiapan Menikah, Dewasa Awal.

Marriage is a union of two individuals who will bring two very different personalities to be

united in a marriage bond. Before prepare the wedding, couples better be aware that the

importance of communication made by the partner which will affect the marriage to be lived.

The purpose of this study was to determine the effect of communication intensity on readiness

to marry in early adulthood. This study uses a quantitative research approach. The sampling

technique was random sampling of 400 subjects. The instruments used in this study were the

communication intensity scale and the marriage readiness scale. The data analysis used was

simple linear regression test. The results showed that there was an effect of communication

intensity on marriage readiness. The value of β = 0.636 with a value of p = 0.000, it is known

that communication intensity has a positive effect on the readiness to marry in early

adulthood with a contribution of 40.4%, which means that the higher the intensity of

communication in early adult couples, then the higher the readiness to marry in the couple

early adulthood.

(11)

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani

kehidupannya dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Individu

mampu melakukan suatu hubungan dengan seseorang untuk meningkatkan ketertarikan

dengan orang tersebut, dimana hal itu muncul apabila terdapat kedekatan dan kenyamanan

antara satu sama lain, baik antara pria maupun wanita ataupun sebaliknya (Nurpratiwi, 2010).

Hal ini memunculkan istilah persahabatan, menyukai, mencintai dan juga hubungan intim

yang jauh lebih mendasar sebagai akibat yang ditimbulkan dari adanya ketertarikan terhadap

lawan jenis. Hubungan tersebut juga didasari oleh keinginan untuk dapat dicintai dan

mencintai. Didukung oleh pernyataan Levison yang berpendapat bahwa setiap orang mampu

membangun struktur kehidupan individu yang mewakili desain yang dimiliki oleh seseorang

untuk hidupnya. Dalam struktur tersebut, seseorang memiliki gagasan tentang pekerjaan,

hubungan cinta, perkawinan, anak, dan juga peran lain sebagai warga negara (Shulman &

Connolly, 2013).

Dewasa awal (young adulthood) merupakan masa dimana seseorang menginjak usia 20

sampai 40 tahun (Feist, Feist, & Roberts , 2017). Hal ini ditandai oleh eksperimen dan juga

eksplorasi, dimana banyak individu masih mengeksplor jalur karir yang ingin mereka ambil,

ingin menjadi individu yang seperti apa dan juga gaya hidup seperti apa, hidup melajang, dan

kemudian hidup bersama atau menikah (Santrock, 2012). Masa dewasa awal adalah masa

untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, namun terkadang juga menyisakan

sedikit waktu untuk hal lain (Santrock, 2012). Hal ini didukung oleh Erikson, dimana pada

masa dewasa awal ini individu diharuskan menghadapi fase perkembangan dimana individu

harus membangun hubungan dengan lawan jenis secara intim (Papalia, Olds, & Feldman,

2009).

Seperti yang diketahui bahwa banyak di kalangan muda-mudi yang melangsungkan

pernikahan di usia muda yakni pada tingkat dewasa awal. Hal ini diperkuat dengan bukti data

angka perceraian yang meningkat pada usia dewasa awal. Berdasarkan data dari Dirjen

Bimas Islam Kementrian Agama pada tahun 2010, diketahui bahwa dari 2 juta orang yang

melangsungkan pernikahan, terdapat 285.184 perkara perceraian (Kompasiana.com, 2011)

dimana hal tersebut merupakan penyumbang terbesarnya adalah pasangan muda atau dewasa

awal (Republika.co.id, 2011). Banyaknya pasangan muda yang bercerai ini sesuai dengan

banyaknya pasangan yang menikah diawal usia dewasa muda, hal ini dapat diketahui dari

hasil sensus penduduk tahun 2010 yang menyatakan bahwa rata-rata usia penduduk laki-laki

ketika menikah yakni 25,7 tahun dan rata-rata usia wanita ketika menikah yakni 22,3 tahun

(Kompasiana, 2011).

Menurut Handayani (2014) usia 20 sampai 25 tahun keatas merupakan usia ideal pada fase

dewasa awal untuk menikah. Saat individu memasuki usia atau fase pada tahap dewasa awal

mereka biasanya akan menjalani hubungan dengan lawan jenis seperti berpacaran (Santrock,

2003). Dalam menjalani hubungan tersebut hal yang dibutuhkan oleh dewasa muda yakni

suatu komitmen, dimana komitmen dalam hubungan juga menentukan seseorang meneruskan

untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Pernikahan merupakan penyatuan dua individu yang akan membawa kepribadian yang sangat

berbeda untuk dapat disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan (Santrock, 2012). Menurut

Fatma & Sakdiyah (2015) individu dewasa yang memiliki kesiapan menikah cenderung

menjalani kehidupan pernikahan yang lebih bahagia dibandingkan dengan individu yang

tidak memiliki kesiapan sebelum memasuki kehidupan pernikahan. Kesiapan menikah pada

individu juga menjadi salah satu prediktor penting dalam kepuasan pernikahan di kemudian

hari (Wilis, 2019).

(12)

Kesiapan menikah menjadi salah satu faktor individu dalam menentukan usia ideal dirinya

untuk menikah (Sari & Sunarti, 2013). Hal ini yang menjadikan kesiapan menjadi penting

untuk dimiliki oleh individu dewasa awal sebelum memasuki kehidupan pernikahan yang

sesungguhnya. Menurut Duvall dan Miller (Sari & Sunarti, 2013) kesiapan menikah adalah

keadaaan siap atau bersedia dalam berhubungan dengan pasangan, siap menerima tanggung

jawab sebagai suami atau istri, siap terlibat dalam hubungan seksual, siap mengatur keluarga,

dan siap mengasuh anak.

Menurut Komnas Perempuan, data yang masuk pada pengadilan agama menunjukkan angka

perceraian makin melonjok tiap tahunnya. Pada tahun 2019 mengalami lonjakan tinggi dalam

kasus perceraian yang di proses oleh Pengadilan Agama, yakni 416,752 kasus. Data-data

perceraian yang telah masuk kedalam Pengadilan Agama kemudian dipisahkan dalam

beberapa kategori penyebab perceraian, terdapat 14 kategori perceraian yang di laporkan

khusus oleh Komnas Perempuan. Tiga faktor tertinggi penyebab perceraian yakni,

meninggalkan salah satu pihak mendapat posisi ke tiga dengan jumlah kasus 58,177, faktor

ekonomi menempati posisi ke dua teratas dengan jumlah kasus 115,639 dan perselisihan dan

pertengkaran terus menerus (tidak harmonis) menempati posisi paling atas dengan jumlah

kasus 218,979 (Komnas Perempuan, 2020).

Dikutip dari beritaproperti99.co, dari 34 provinsi yang terdapat di Indonesia, tujuh provinsi

yang menghasilkan angka perceraian tertinggi dengan angka statistik yang mengkhawatirkan.

Hal ini digali melalui data Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung. Sebagaimana

yang dihimpun tim beritagar.id tahun 2016 mengungkapkan Provinsi Banten dengan 10.140

perceraian, Jawa Timur dengan 86.491 perceraian, Jawa Barat dengan 75.001 perceraian,

Jawa Tengah dengan 71.373 perceraian, DKI Jakarta dengan 11.321 perceraian, Sumatera

Utara dengan 10.412 perceraian, dan Sulawesi Selatan dengan angka 12.668 perceraian.

Sebagaimana dapat diketahui data di atas, Pulau Jawa lebih mendominasi statistik angka

perceraian di Indonesia (Rahmatika, 2019). Masalah-masalah yang dapat menyebabkan suatu

perceraian dapat ditelusuri secara lebih lanjut bahkan sebagian besar berkaitan dengan

masalah ketidakpuasan pernikahan, yang ditandai oleh adanya ketidaksesuaian antara harapan

dengan realitas yang tampil selama pernikahan (Sanders, 2010).

Munawaroh, Rofiah, Kodir, & Muzayyanah (2016) yang menyatakan bahwa kurangnya

persiapan pasangan sebelum memasuki kehidupan pernikahan merupakan penyebab angka

perceraian terus meningkat. Dalam hal ini masalah kesiapan ini diperkuat dengan hasil dari

penelitian sebelumnya oleh Septiawan, Sari, Haryatiningsih (2015) yang menyatakan bahwa

salah satu penyebab perceraian adalah adanya kerentanan dalam diri pasangan suami isteri

dan juga kurangnya pemahaman terhadap tugas perkembangan dan pemahaman tentang relasi

pernikahan. Kesiapan menikah pada dasarnya penting untuk dipelajari oleh pasangan muda

yang hendak menikah, dikarenakan kesiapan menikah merupakan dasar dari pengambilan

keputusan dengan siapa individu pada saat menikah, kapan pernikahan tersebut

dilangsungkan dan apa alasan mereka menikah serta bagaimana perilaku mereka kemudian

dalam relasi pernikahan (Larson dan Lamont, 2005).

Masalah kesiapan menikah ini menjadi

hal yang sangat menentukan dan juga menjadi pondasi dari awal bagaimana kelak calon

pasangan suami isteri akan menjalani kehidupan pernikahannya

.

Penelitian mengenai kesiapan menikah tergolong sedikit di Indonesia. Selain itu juga,

penelitian mengenai kesiapan menikah yang dapat dijadikan referensi cenderung cukup lama,

seperti penelitian Larson & Holmon (1994) atau Holman & Li (1997). Dalam hal ini semakin

berkembangnya hubungan pasangan di dalam pernikahan, serta semakin pentingnya

(13)

persiapan dalam pernikahan, maka dibutuhkan penelitian baru yang berhubungan dengan

kesiapan menikah.

Penelitian ini diambil berdasarkan fenomena yang telah ada dimana banyak muda-mudi yang

memilih untuk menikah di usia muda atau pada fase dewasa awal tanpa mempertimbangkan

kesiapan menikah dan juga kematangan emosi yang telah mereka miliki. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas komunikasi terhadap kesiapan

menikah pada dewasa awal. Manfaat penelitian dibagi menjadi 2 yakni manfaat teoritis dan

juga praktis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini yakni memberikan sumbangan pemikiran

bagi perkembangan keilmuan psikologi berupa hasil penelitian yang membahas tentang

pengaruh intensitas komunikasi terhadap kesiapan menikah bagi dewasa awal. Sedangkan,

manfaat praktis penelitian yakni bagi pasangan dewasa awal yang ingin melanjutkan

hubungan ke jenjang pernikahan, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menambah

pemahaman mengenai intensitas komunikasi dan kesiapan menikah, sehingga dapat mencapai

tujuan dan kebahagiaan dalam pernikahannya.

Kesiapan Menikah

Kesiapan menikah merupakan persepsi kemampuan individu untuk menjalankan peran dalam

kehidupan pernikahan, dan melihatnya sebagai aspek dari pemilihan pasangan dan proses

perkembangan hubungan (Holman dan Li, 1997). Perubahan zaman membuat kesiapan

menikah dalam hal ini menurut pandangan para ahli belum tentu sesuai dengan kesiapan

menikah yang dibutuhkan calon pasangan pada saat sekarang ini. Kesiapan menikah

merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi resiko terjadinya perceraian serta, dapat

mencapai kepuasan dan kesejahteraan pernikahan (

Mawaddah, Safrina & Mawarpuri, 2019

).

Larson dan Lamont (2005) mendefinisikan kesiapan menikah sebagai sebuah kesiapan dasar

yang dilakukan individu untuk menikah seperti memutuskan untuk dengan siapa ia menikah,

kapan, dan dimana, alasan ia harus menikah , serta apa yang harus dilakukan setelah

menikah. Kesiapan menikah akan membantu meningkatkan kemampuan individu dalam

mengatasi konflik, berkomunikasi dengan baik, serta meningkatkan kemampuan finansial

dari kemampuan mental (Tsania, Sunarti, dan Krisnatuti, 2015). Kesiapan menikah bagi

individu dewasa awal merupakan sebuah perkembangan kemampuan interpersonal,

komitmen jangka panjang pada orang lain, dan mengembangkan kemampuan care for others.

Dewasa awal yang siap menikah adalah yang mampu mengadopsi norma-norma sosial dalam

perilakunya, menyelesaikan pendidikan, memiliki pekerjaan tetap, serta mandiri secara

finansial (Carroll et al, 2009). Raditya (2013) Kesiapan menikah dapat dilihat dari aspek

pemilihan pasangan karena kesiapan menikah digunakan untuk menyeleksi pasangan dalam

rangka mendapatkan pasangan hidup yang tepat. Kesiapan menikah yang dimiliki oleh

individu biasanya dapat membayangkan dan memiliki pandangan kehidupan pernikahan yang

akan dijalani, merasa memiliki pengetahuan dan juga kecakapan yang akan digunakan dalam

kehidupan pernikahan, serta memiliki kualitas hubungan yang baik dengan pasangannya

selama menjalin hubungan sebelum pernikahan.

Kesiapan menikah adalah suatu kesiapan yang dimiliki oleh individu yang telah memiliki

pandangan terhadap pernikahan yang akan dijalani dan memiliki pengetahuan serta

kecakapan yang nantinya digunakan dalam kehidupan pernikahan. Hal ini dikarenakan setiap

individu akan membawa sikap yang berbeda dalam satu hubungan pernikahan, selain itu

kesiapan menikah juga dapat mempengaruhi terciptanya hubungan pernikahan yang baik dan

juga bahagia.

(14)

Kesiapan menikah biasanya dimiliki oleh individu yang memiliki bayangan bagaimana harus

menjalani kehidupan pernikahan, memiliki kecakapan dan juga pengetahuan yang dapat

digunakan dalam kehidupan pernikahan, serta memiliki kualitas hubungan yang baik dengan

pasangan selama menjalin hubungan sebelum pernikahan. Imanita (2018) berpendapat bahwa

kualitas hubungan dengan pasangan sebelum menikah (pacaran atau bertunangan) merupakan

prediktor yang kuat untuk melihat kualitas hubungan setelah menikah.

Holman dan Li (1997) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kesiapan

menikah yakni:

1. Proses interaksi pasangan, kualitas komunikasi dan juga kecocokan pandangan

terhadap pasangan

2. Latar belakang individu, yang berkaitan dengan latar belakang serta hubungan dengan

keluarga

3. Sifat dan sikap individu, yang berkaitan dengan kepribadian individu

Dukungan orang terdekat, yang berkaitan dengan persetujuan orang-orang terdekat seperti

keluarga atau teman-teman dekat terhadap pasangan yang dipilih.

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Larson & Holman (1994), terdapat tiga ketegori

yang mencakup faktor pranikah yakni: latar belakang dan kontekstual (status pernikahan

orang tua, dukungan orang tua dan mertua, usia ketika menikah, tingkat pendidikan,

pendapatan dan pekerjaan, kelas sosial, dan dukungan teman), kepribadian dan tingkah laku

individu (kesehatan emosional, kepercayaan diri, keterampilan interpersonal, dan kesehatan

fisik), dan proses interaksi pasangan (keserupaan status sosial ekonomi, agama, tingkat

pendidikan, nilai-nilai sikap, kepercayaan, orientasi peran gender dan keterampilan

komunikasi).

Sementara menurut Olson & Olson (1997) pasangan yang memiiki pernikahan berhasil

adalah pasangan yang reaistis akan tantangan dari pernikahan, memiliki komunikasi yang

baik, mampu menyelesaikan masalah dengan baik, menyukai kepribadian pasangannya,

setuju akan nilai-nilai agama dan etika dari pasanganya, memiliki hubungan peran yang

setara, dan memiliki keseimbangan yang baik antara pemanfaatan waktu uang untuk diri

sendiri dan untuk bersama.

Wiryasti (2004) mengungkapkan delapan aspek yang telah di rangkum atau dikembangkan

dari penjelasan Holman & Larson (1994) serta Olson & Olson (1997) yakni : (1) komunikasi,

kemampuan individu dalam mengekspresikan ide dan perasaan kepada pasangan dan juga

mampu mendengarkan ide dan perasaan yang disampaikan pasangan. (2) keuangan, hal-hal

yang berkaitan dengan mengatur ekonomi dalam rumah tangga. (3) anak dan gaya

pengasuhan, perencanaan untuk pasangan yang ingin memiliki anak dan juga cara

pengasuhan dan metode mendidik anak. (4) pembagian peran, persepsi dan sikap dlaam

memandang pembagian peran rumah tangga,dan jyga kesepakatan mengenai pembagian

peran ketika menjadi suami istri. (5) latar belakang pasangan dan reaksi dengan keluarga,

berkaitan dengan nilai-nilai dan sistem keluarga asal yang membentuk karakter individu dan

relasi antar anggota keluarga. (6) agama, berkaita dengan nilai religiusitas yang menjadi dasar

pernikahan. (7) minat dan gaya pemanfaatan waktu luang, sikap terhadap minat pasangan dan

kesepakatan mengenai pemanfaatan waktu luang bagi diri dan pasangan. (8) perubahan pada

pasangan dan pola hidup, persepsi dan juga sikap pasangan terhadap pola hidup yang mungin

berubah setelah menikah.

(15)

Hipotesis

Terdapat kesiapan menikah pada dewasa awal.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data-data yang dikumpulkan dan

juga diolah menggunakan teknik statistik. Jenis penelitian menggunakan non eksperimen dan

menggunakan teknik survey. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar

kesipaan menikah pada dewasa awal yang dilengkapi dengan data, sehingga penelitian dapat

dipahami dan juga mendapatkan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

skala sebagai bahan pengambilan data.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini 400 orang yang berasal dari pulau jawa dengan cakupan provinsi Jawa

Timur, Banten, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan jenis kelamin

laki-laki dan perempuan berusia 20 sampai 40 tahun, yang sedang menjalin hubungan pacaran

atau bertunangan dan menjalin hubungan lebih dari 2 bulan.

Metode sampling yang digunakan adalah random sampling. Random sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata pada populasi.

Jumlah sample diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 5%

(Sugiono, 2011).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah kesiapan menikah. Kesiapan Menikah adalah

suatu kesiapan dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu sebelum melanjutkan ke jenjang

pernikahan, seperti halnya tanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga, mendidik anak

dan juga menjalin hubungan dengan orang baru dalam kehidupannya.

Variabel kesiapan menikah diukur dengan skala Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004)

yang diadaptasi dari penelitian Imanita (2018) dengan nilai reliabilitas 0,90. Skala ini diukur

dari aspek (1) komunikasi, (2) keuangan, (3) anak dan pengasuhan, (4) pembagian peran

suami dan istri, (5) latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga, (6) agama, (7) minat

dan gaya pemanfaatan waktu luang, (8) perubahan pasangan dan pola hidup. Skala ini

memiliki 36 item yang diberi nilai berdasarkan skala likert terdapat 4 skor pilihan jawaban

sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), dan sangat seuai (SS). Contoh item

kesiapan menikah “Saya dan pasangan telah membicarakan tentang cara pengelolaan

keuangan rumah tangga setelah menikah”

Setelah dilakukan try out kepada 50 orang responden untuk mengukur kembali validitas dan

reliabilitas alat ukur penelitian maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Peneliti

Alat Ukur

Jumlah Item Valid

Indeks Validitas

Indeks Reliabilitas

(16)

Berdasarkan hasil data try out, skala kesiapan menikah memiliki 11 item yang tidak valid dari

36 jumlah item awal, sehingga tersisa 25 item yang valid dan reliabel.

Prosedur dan Analisa Data

Pada prosedur penelitian ini terdiri dari tahap:

1. Tahap persiapan

Kegiatan diawali dengan mengumpulkan informasi, menggali lebih dalam tentang

permasalahan yang ada, menentukan topik dan juga variabel apa saja yang akan digunakan

dalam penelitian. Selain itu peneliti juga telah menentukan kriteria subjek yang akan

digunakan dalam penelitian beserta dengan jumlah subjek. Pada tahap ini peneliti melakukan

adaptasi instrumen intensitas komunikasi dan juga instrumen kesiapan menikah.

2. Proses Pengambilan Data

Pada tahapan ini peneliti telah melakukan penyebaran skala kedua variabel yang akan diteliti

yakni, skala Kesiapan Menikah dan juga skala Intensitas Komunikasi pada 400 subjek,

penyebaran skala dilakukan melalui google form yang disebarkan melalui media sosial

seperti whatsapp, instagram dan twitter peneliti.

3. Analisis Data dan Pembahasan

Setelah semua skala disebarkan dan telah didapatkan data yang diinginkan maka tahap

selanjutnya yakni dengan melakukan skoring pada kedua skala tersebut. setelah dilakukan

skoring, hasil tersebut kemudian di input ke dalam Microsoft Excel. Setelah seluruh data di

input kedalam excel kemudian skor akan diproses menggunakan SPSS statistic 17.0 dengan

menggunakan deskriptif statistik dan dilanjutkan dengan pembahasan dan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan dewasa awal yang sedang menjalin hubungan

pacaran atau tunangan dengan usia 20-40 tahun dan menjalin hubungan selama 2 bulan

sampai lebih dari 1 tahun. Total subjek dalam penelitian ini adalah 400 orang pasangan

dewasa muda dengan kriteria yang telah disebutkan. Berikut adalah data demografi dalam

penelitian.

Grafik 1. Usia Responden

Berdasarkan dari grafik 2, dapat diketahui jumlah dewasa muda yang paling banyak menjadi

subjek penelitian berusia diantara 20-24 tahun, yakni sebanyak 332 responden, dengan

rata-rata usia subjek 22,67 tahun.

20-24 25-29

30-35 lebih 35 332

62

(17)

Grafik 2. Jenis Kelamin

Berdasarkan pada jenis kelamin dewasa muda, yang paling banyak menjadi subjek adalah

perempuan yaki 270 responden dibandingkan dengan laki-laki.

Grafik 3. Status Hubungan

Berdasarkan pada status hubungan, subjek penelitian ini lebih banyak pada status pacaran

yakni 302 responden dibandingkan dengan status tunangan.

Grafik 4. Lama Menjalin Hubungan

Berdasarkan pada lama hubungan, subjek penelitian lebih banyak pada lama hubungan lebih

dari 1 tahun yakni sebanyak 278 responden.

Tabel 2. Uji Kategorisasi Kesiapan Menikah

Mean

Sd

Kategori

Interval

Frekuensi Persentase

Kesiapan 106,20 10,302

Rendah

X < 72

-

- %

menikah

Sedang

72 ≤ X < 108

221

52,3 %

Tinggi

108 ≤ X

179

44,8 %

Laki-Laki Perempuan 130 270 Pacaran Tunangan 302 98 2 bulan > 2 bulan 1 tahun > 1 tahun 13 83 28 278

(18)

Tabel 2, merupakan uji kategorisasi variabel kesiapan menikah bahwa skor kategori sedang

dengan jumlah responden sebanyak 221 (52,3%) dengan nilai mean 106,20 dan standart

deviation (SD) 10,30. Maka dapat disimpulkan bahwa dari 400 responden penelitian

memiliki kesiapan menikah yang sedang.

Selanjutnya peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan kolomogrov-smirnov

tes, data dikatakan normal apabila nilai P > 0,05. Hasil yang didapatkan setelah hasil uji

normalitas bahwa P = 0,468 yang berarti P > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal.

Tabel 3. Aspek Kesiapan Menikah

Aspek

Presentase

Kesiapan menikah

Komunikasi

14%

Keuangan

11%

Anak dan pengasuhan

10%

Pembagian peran suami dan

istri

12%

Latar belakang pasangan dan

relasi dengan keluarga

15%

Agama

15%

Minat dan gaya pemanfaatan

waktu luang

15%

Perubahan pasangan dan pola

hidup

8%

Total

100%

Berdasarkan tabel 3 mengenai presentase masing-masing aspek dari variabel kesiapan

menikah dapat dilihat bahwa jumlah presentase terdapat tiga aspek tertinggi yakni aspek latar

belakang pasangan dan relasi dengan kelarga, aspek agama, dan juga aspek minat dan gaya

pemanfaatan waktu luang dengan presentase 15%. Dilanjutkan pada komunikasi yakni

sebesar 14%. Lalu pembagian peran suami dan istri yakni sebsar 12%. Keuangan yakni

sebesar 11%. Anak dan pengasuhan yakni sebesar 10%. Lalu perubahan pasangan dan pola

hidup menjadi aspek yang memiliki jumlah presentase terendah yakni 8%.

DISKUSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah pada dewasa awal. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dewasa awal yang memiliki kecenderungan siap untuk

menikah. Hal ini berdasarkan pada penelitian terdapat sekitar 44,8% responden yang

memiliki kesiapan menikah tinggi dan sebanyak 53,3% responden yang termasuk dalam

kategori sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar mempersepsikan dirinya telah

cukup siap dalam menjalin hubungan pernikahan. Usia kesiapan menikah rata-rata pada

subjek penelitian adalah 22 tahun. Pada usia tersebut, digolongkan pada masa emerging

adulthood. Di usia ini mereka akan belajar untuk bertangggung jawab baik pada bidang

pendidikan, pekerjaan, dan juga pernikahan (Badger, 2005). Menurut Puspitasari (1997)

menyatakan bahwa usia menikah, motivasi, karakteristik kepribadian, dan juga penyesuaian

diri mempengaruhi kesiapan menikah.

(19)

Berdasarkan dari jumlah responden sebanyak 400 responden, jumlah responden perempuan

lebih banyak yakni 270 responden dengan persentase 67,5%. Jika dilihat variabel kesiapan

menikah responden laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kesiapan menikah dengan

persentase sebesar 70% yang berarti bahwa mereka dianggap siap untuk menikah.

Berdasarkan variabel kesiapan menikah, sebanyak 67% responden berstatus berpacaran dan

sebanyak 72% responden berstatus bertunangan. Maka dapat disimpulkan bahwa mereka

yang menjalin hubungan dengan status tunangan lebih memiliki kesiapan menikah yang baik.

Begitu juga dengan berapa lama menjalin hubungan romantis sebanyak 69% responden telah

menjalin hubungan lebih dari 1 tahun, ini menunjukkan bahwa subjek cukup mengenal

pasanganya dan telah memikirkan aspek-aspek kesiapan pernikahan. Hal ini sesuai dengan

penelitian dari Sari & Sunarti (2013) yang mengatakan bahwa individu yang memiliki

pegalaman berpacaran mengajarkan individu untuk berkomitmen dan juga berkompromi

ketika membahas tentang isu pernikahan. Kemampuan tersebut akan meningkatkan kualitas

hubungan yang baik dengan pasangan ketika berpacaran/bertunangan yang nantinya akan

meningkatkan kesiapan menikah pada individu (Imanita, 2018).

Aspek yang dominan terkait kesiapan Menikah pada subjek penelitian adalah aspek latar

belakang pasangan dan relasi dengan kelarga, aspek agama, dan juga aspek minat dan gaya

pemanfaatan waktu luang. Latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga hal ini sangat

penting bagi pasangan untuk mengenal latar belakangan pasangan dengan baik. Hasil

penelitian Holman & Li (1997), menunjukkan bahwa semakin baik dukungan dari

orang-orang terdekat, maka semakin baik pula persepsi individu akan kesiapannya untuk menikah.

Hal ini dikarenakan karakteristik latar belakang dan dukungan dari orang-orang terdekat

dapat mempengaruhi proses interaksi pasangan, melalui peningkatan kualitas komunikasi dan

persetujuan pasangan, yang nantinya dapat berpengaruh pula terhadap persepsi individu akan

kesiapannya untuk menikah. Selanjutnya dengan aspek agama menjadi penting untuk

melanjutkan hubungan menuju ke jenjang kesiapan menikah. Kemudian dengan minat dan

gaya pemanfaatan waktu luang menjadi pertimbangan untuk waktu bersama dengan pasangan

agar lebih akrab dan lebih terjalin hubungan cinta yang diinginkan.

Holman dan Li (1997) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

kesiapan menikah yakni: (1) Proses interaksi pasangan, kualitas komunikasi dan juga

kecocokan pandangan terhadap pasangan (2) Latar belakang individu, yang berkaitan dengan

latar belakang serta hubungan dengan keluarga (3) Sifat dan sikap individu, yang berkaitan

dengan kepribadian individu.

Variabel lain yang mempengaruhi kesiapan menikah adalah kelekatan sebanyak 49% karena

kelekatan muncul apabila memiliki rasa percaya terhadap pasangan maka individu lebih

mudah memiliki kedekadan dan juga penyesuaian terhadap latar belakang pasangan,

memahami minat pasangan dan juga mendiskusikan terkait pembagian peran suami dan istri

(Wilis, 2019) dan komunikasi pranikah dan dukungan sosial 33% berpengaruh karena dalam

prosesnya kesiapan menikah tidak jalan dengan sendiri, untuk memutuskannya diperlukan

komunikasi yang baik tentang kehidupan pernikahan dan dukungan sosial memiliki peran

pada individu karena memiliki ikatan emosional yang kuat (Immanita, 2018).

Peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam penelitian ini adalah terbatasnya

jumlah penelitian mengenai kesiapan menikah sehingga referensi yang dipaparkan tidak

banyak penelitian baru.

(20)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian diterima yakni

terdapat kesiapan menikah pada dewasa awal. Hal tersebut dapat diartikan kesiapan menikah

maka semakin siap seseorang menuju ke jenjang pernikahan.

Implikasi penelitian bagi individu dewasa muda yang akan menuju ke jenjang pernikahan,

hendaknya dapat memperhatikan kesiapan menikah supaya lebih siap untuk menikah.

Pasangan yang akan menuju ke jenjang pernikahan biasanya membahas mengenai kebutuhan

ekonomi setelah menikah, rencana masa depan, menceritakan lebih dalam tentang keseharian

antar individu, menceritakan tentang keluarga ataupun kerabat. Hal ini dapat dijadikan

pandangan untuk pasangan yang akan melanjutkan ke jenjang pernikahan,

pembahasan-pembahasan apa yang seharusnya dipersiapkan sebelum menikah.

Penelitian ini memiliki manfaat yang dapat dijadikan sebagai edukasi oleh pasangan muda

dan juga masyarakat mengenai kesiapan sebelum menikah. Selain itu, dengan memperhatikan

aspek penting sebelum menikah yakni aspek komunikasi yang mampu mempererat hubungan

antar individu dan juga mampu menumbuhkan keyakinan yang kuat untuk dapat membangun

hubungan rumah tangga. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai kesiapan menikah

dan bagaimana pentingnya intensitas komunikasi pasangan dengan segala keterbatasan yang

ada. Ini menjadi saran bagi peneliti selanjutnya untuk mendalami lebih lanjut tentang faktor

lain yang mampu mempengaruhi kesiapan menikah.

DAFTAR PUSTAKA

Badger, S. (2015). Ready or not? Perceptions of marriage readiness among emerging adults.

Doctoral Dissertation. Brigham Young University.

Carroll, J. S., Badger, S., Willoughby, B. J., Nelson, L. J., Madsen, S. D., & McNamara

Barry, C. (2009). Ready or not? Criteria for marriage readiness among emerging

adults. Journal of adolescent research, 24(3), 349-375.

DeVito, J.A. (2010). Komunikasi antara manusia, edisi kelima. Tangerang: Karisma.

DeVito, Joseph A. (2009). Interpersonal communication. New York: Harper Collins College

Publisher.

Fatma, S.H., & Sakdiyah, E.H. (2015). Perbedaan kebahagiaan pasangan pernikahan dengan

persiapan dan tanpa persiapan pada komunitas young mommy Tuban. Jurnal psikologi

tabularasa, 10(1), 127886.

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, Tomi-Ann. (2017). Teori kepribadian: theories of

personality, edisi-8. Jakarta: Salemba Humanika.

Handayani. (2014). Psikologi keluarga. Surabaya: Penerbit Unit Penelitian dan Publikasi

Psikologi.

Holman, T. B., & Li, B. D. (1997). Premarital factors influencing perceived readiness for

marriage. Journal of Family Issues, 18(2), 124-144.

(21)

Imanita, M.R. (2018). Hubungan antara komunikasi pranikah dan dukungan sosial dengan

kesiapan menikah. Tesis. Direktorat Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Malang.

Komnas Perempuan. (2020). Kekerasan Meningkat: Kebijakan Penghapusan Kekerasan

Seksual untuk Membangun Ruang Aman bagi Perempuan dan Anak Perempuan.

Komnas Perempuan. https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/2020/Catatan

Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan 2020.pdf

Kompas. (2011). Hasil sensus penduduk: laki-laki Indonesia enggan menikah di usia dini.

https://www.kompasiana.com/kadirsaja/551113c88133117741bc5fbc/hasil-sensus-penduduk-laki-laki-indonesia-enggan-menikah-di-usia-dini. (19 Agustus 2020)

Kompas.

(2011).

Inilah

penyebab

perceraian

tertinggi

di

Indonesia.

https://www.kompasiana.com/bangdepan/55094acaa3331122692e3965/inilah-penyebab-perceraian-tertinggi-di-indonesia. (19 Agustus 2020)

Larson, J. H., & LaMont, C. (2005). The relationship of childhood sexual abuse to the marital

attitudes and readiness for marriage of single young adult women. Journal of family

issues, 26(4), 415-430.

Larson, J., & Holman, T. (1994). Premarital predictors of marital quality and stability. Family

Relations, 43(2), 228-237. doi:10.2307/585327

Mawaddah, S., Safrina, L., & Mawarpuri, M. (2019). Perbedaan kesiapan menikah pada

dewasa awal ditinjau dari jenis kelamin di Banda Aceh. Jurnal empati, 8(1), 320-328.

Munawaroh, A.Q., Rofiah, N., Kodir, F.A., & Muzayyanah, I. (2016). Modul bimbingan

perkawinan untuk calon pengantin. Jakarta: Puslitbang Bimas Agama dan Layanan

Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Nurpratiwi, A. (2010). Pengaruh kematangan emosi dan usia saat menikah terhadap kepuasan

pernikahan pada dewasa awal. Skripsi. Jakarta: Universitas Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah

Olson, D., & Olson, A. (1997). Prepare/enrich program: version 2000. Preventive approaches

in couples therapy. 196-216

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human development, edisi 10:

perkembangan manusia. Jakarta: Salemba Humanika.

Puspitasari, A. (1997). Adaptasu alat ukur kesiapan perkawinan California marriage readiness

evaluation (adaptasi, uji reliabilitas dan validitas pada kelompok sampel dewasa

muda). Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Raditya, P. H. (2013). Hubungan attachment dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang

sedang menjalani hubungan jarak jauh. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas

Indonesia.

Rahmatika, E. (2019). 7 provinsi dengan kasus perceraian tertinggi di Indonesia.

https://www.99.co/blog/indonesia/kasus-perceraian-tertinggi-di-indonesia/.

(09

Agustus 2020)

(22)

Republika. (2011). Duh ... tingkat perceraian Indonesia naik tiga kali lipat.

https://republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/15/lod7hk-duhtingkat-perceraian-indonesia-naik-tiga-kali-lipat. (19 Agustus 2020)

Sari, F., & Sunarti, E. (2013). Kesiapan menikah pada dewasa muda dan pengaruhnya

terhadap usia menikah. Jurnal ilmu keluarga & konsumen, 6(3), 143-153.

Santrock, J. W. (2012). Life-Span development perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.

Sanders, K. M. (2010). Marital satisfaction across the transition to parenthood. Tesis.

University of Nebraska.

Schachtner, L. (2017). Premarital self-disclosure predicting distal marital outcomes. Thesis.

Kansas State University.

Septiawan S.K., Sari, Y., Haryatiningsih, R. (2015). Perceraian Suami Istri di Kota Bandung :

Studi Perilaku Komunikasi, Psikologi Perkembangan Dan Status Ekonomi Rumah

Tangga. Laporan Akhir Hibah Bersaing Tidak dipublikasikan. DIKTI

Shulman, S., & Connolly, J. (2013). The callenge of romantic relationships in emerging

adulthood: reconceptualization of the field. Emerging Adulthood 1(1) 27-39. doi:

10.1177/2167696812467330

Sugiono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tsania, N., Sunarti, E., dan Krisntuti, D. (2015). Karakteristik keluarga, kesiapan menikah

istri, dan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Jurnal ilmiah keluarga dan konseling,

8(1), 28-37. ISSN: 1907-6037.

Wilis, M. R. (2019). Hubungan kelekatan dengan kesiapan menikah pada individu dewasa

muda. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang.

Wiryasti, C. H. (2004). Modifikasi dan uji validitas dan reabilitas inventori kesiapan

menikah. Tesis. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

(23)
(24)

Lampiran 1. Blue Print Skala Sebelum dan Sesudah Try Out

NO

ASPEK

FAVORABEL

UNFAVORABEL

1

Komunikasi

3, 36

13,

18

,

26

2

Keuangan

1

8,

19

, 22

3

Anak dan Pengasuhan

4, 6

27,

31

4

Pembagian Peran Suami-Istri

11,

20

, 30

9, 21

5

Latar Belakang Pasangan dan

Relasi dengan Keluarga besar

7, 15, 24

10

, 12

6

Agama

2, 33

5

,

16

, 30

7

Minat dan Pemanfaatan waktu

luang

14,

17

,

25

23, 28

8

Perubahan pada pasangan dan poa

hidup

34

29,

35

(25)

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Inventory Kesiapan Menikah

No

Item

rhitung Keterangan

Item 1

0,584

Valid

Item 2

0,635

Valid

Item 3

0,439

Valid

Item 4

0,446

Valid

Item 5

0,253

Tidak Valid

Item 6

0,348

Valid

Item 7

0,355

Valid

Item 8

0,459

Valid

Item 9

0,348

Valid

Item 10 0,220

Tidak Valid

Item 11 0,417

Valid

Item 12 0,471

Valid

Item 13 0,687

Valid

Item 14 0,425

Valid

Item 15 0,484

Valid

Item 16 0,213

Tidak Valid

Item 17 0,233

Tidak Valid

Item 18 0,243

Tidak Valid

Item 19 0,160

Tidak Valid

Item 20 0,179

Tidak Valid

Item 21 0,457

Valid

Item 22 0,374

Valid

Item 23 0,463

Valid

Item 24 0,384

Valid

Item 25 0,160

Tidak Valid

Item 26 0,124

Tidak Valid

Item 27 0,450

Valid

Item 28 0,468

Valid

Item 29 0,443

Valid

Item 30 0,539

Valid

Item 31 0,153

Tidak Valid

Item 32 0,552

Valid

Item 33 0,491

Valid

Item 34 0,325

Valid

Item 35 0,219

Tidak Valid

Item 36 0,418

Valid

Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha

N of Item

.90

36

(26)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Homepage: www.psikologiumm.ac.id:

e-email: Psikologi@umm.ac.id

KUESIONER PENELITIAN

Assalamulaikum wr. wb. Dengan hormat,

Saya Martha Puspita Wulandari mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang melakukan penelitian sebagai syarat kelulusan program S1 di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Untuk itu saya mohon kesediaan saudara/i mengisi kuesioner ini dengan menjawab semua pernyataan dengan jujur dan sesuai dengan keadaan saudara/i saat ini. Semua jawaban dan identitas saudara/i dijamin kerahasiaanya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum wr. wb. Hormat Saya, Martha Puspita W Identitas Nama / Inisial : Jenis Kelamnin : L / P Usia :

Sedang menjalin hubungan : Lama menjalin hubungan :

Petunjuk Pengisian Skala

1.

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Setiap pernyataan dalam kuisioner ini memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu:

SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

2.

Jawablah setiap pernyataan dengan memberikan tanda cek (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan diri kalian di lembar jawaban yang telah disediakan.

Contoh:

Lampiran 3.Skala

No PERNYATAAN SS S TS STS

(27)

NO

PERTANYAAN SS S TS STS

1

Saya dan pasangan telah membicarakan tentang cara pengelolaan keuangan rumah tangga setelah menikah

2

Saya dan pasangan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

3

Apapun reaksi pasangan, saya tetap berusaha untuk menyampaikan keinginan saya secara jujur

4

Saya dan pasangan membicarakan mengenai pengaruh kehadiran anak terhadap hubungan Saya dan pasangan nantinya

5

Nilai-nilai agama menjadi sumber perselisihan di antara saya dan pasangan

6

Saya dan pasangan telah mendiskusikan kapan Saya dan pasangan memiliki anak

7

Saya meminta pasangan untuk menceritakan latar belakang keluarga besarnya

8

Saya dan pasangan tidak saling mengetahui kondisi keuangan masing-masing

9

Saya dan pasangan belum membicarakan mengenai pembagian tugas terkait peran dalam rumah tangga Saya dan pasangan

10

Masalah adat istiadat menjadi sumber perselisihan Saya dan pasangan

11

Saya menyampaikan pada pasangan

bahwa suami-istri memiliki kedudukan yang setara

12

Saya membatasi informasi mengenai latar belakang keluarga besar saya pada pasangan

13

Saya malas menyampaikan pendapat pada pasangan karena takut dikritik olehnya

14

Saya dan pasangan saling mendukung hobi masing-masing

15

Saya dan pasangan berusaha saling menghargai kebiasaan keluarga besar masing-masing

16

Saya dan pasangan mengabaikan penerapan nilai-nilai agama dalam hubungan Saya dan pasangan

17

Saya dan pasangan sepakat untuk memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang dilakukan bersama-sama

(28)

18

Saya sulit mengetahui apa yang sedang dirasakan pasangan, bila ia tidak mengatakannya

19

Saya dan pasangan berbeda pendapat tentang cara pengelolaan keuangan

20

Terkait dengan peran suami-istri, Saya

dan pasangan sepakat untuk membatasi jam kerja

21

Saya dan pasangan menghindari pembicaraan mengenai pembagian peran suami-istri dalam kehidupan pernikahan

22

Saya dan pasangan belum memikirkan cara mencari pendapatan setelah menikah nanti

23

Saya dan pasangan sulit meluangkan waktu untuk pergi berdua saja

24

Keluarga besar pasangan menyambut hangat setiap saya berkunjung

25

Pasangan memberikan kebebasan bagi saya untuk melakukan kegiatan tanpa dirinya

26

Saya langsung memberikan komentar terhadap pembicaraan pasangan, meskipun dia belum selesai bicara

27

Saya dan pasangan belum membicarakan rencana pengasuhan anak

28

Pasangan tidak suka jika saya melakukan suatu aktivitas tanpa dirinya

29

Saya mengabaikan pendekatan agama sebagai cara untuk menyelesaikan masalah saya dengan pasangan

30

Saya dan pasangan menghindari pembicaraan mengenai peran sebagai orang tua dalam mendidik anak karena akan terbentuk secara alami

31

Saya dan pasangan memiliki kesamaan pandangan dalam melihat peran suami-istri

32

Saya dan pasangan membicarakan rencana mengenai penanaman nilai-nilai agama pada anak-anak Saya dan pasangan kelak

33

Saya tetap mendengarkan pasangan saya berbicara, meskipun topiknya tidak menarik

34

Saya dapat mengatakan dengan bebas pada pasangan tentang perasaan saya

35

Saya dan pasangan belum

(29)

yang Saya dan pasangan inginkan

36

Saya dan pasangan sependapat

mengenai cara pengelolaan keuangan rumah tangga setelah menikah

(30)

Lampiran 4. Deskripsi Subjek

Nama Usi a Jenis Kelamin Sedang menjalin hubungan? Lama menjalin hubungan

Karina Giovanny 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Mutimatul 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Mela 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ilham Akbar Putra

Pratama 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ihza 20 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan

Rachmadi 24 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

D 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

devie 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ghina 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Ektha 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Pricillia 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan

FAD 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Michael setianto 22 Laki-laki Pacaran 1 tahun

Adiva 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Alifiralda Harera F 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Lintang 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Nisrina Azmi 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

mega 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Yuni 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Lidya Ananda 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Nia 23 Perempuan Pacaran 1 tahun

Eni 23 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Nadya 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Izatty qhoirina putri

sahara 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Satrio Agi Nugraha 26 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun Rizka ayu kartika 24 Perempuan Tunangan 1 tahun

Dindaa 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

RDM 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Tonny Eriyanto 26 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Pengs 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rizky ayu andarini 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Ayu 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Teja Pujawati 26 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan

Angelina 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Iki 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

Mohammad Roby

Ervananda 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Fh 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rivqi 23 Laki-laki Pacaran 2 bulan

Tansy 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Kavila dinda kinanti 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Alviragita 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Alfian maulana ibrahim 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

Rian dwi 23 Perempuan Pacaran 1 tahun

Chicie Arinda Widyati 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Cindi Ayu Saputri 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Devi Dellaneira 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

(31)

Billa 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Imam muslih 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

Elinda Kartika Sari 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Mariana 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Airin 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Nadia M. 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Aisyah farida 30 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun Tri Suryo Laksono 32 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun Devi Tri Agustina 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Waheed 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Roihan 25 Laki-laki Pacaran 2 bulan

Riky harianto 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Sila 39 Perempuan Tunangan 1 tahun

NV 35 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ana 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Syahrul 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rira 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Muhammad Hilmy Hafizh 24 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ferie 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Alfi 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Lolita 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Vita Dwi anggraeni abidin 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan ANGGI TRILAKSONO 28 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun Alief Hasnan Yuliani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Ayunda fitria rahayu 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Indah 21 Perempuan Pacaran 2 bulan

Hairunnisa 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Fajriyani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Pratiwi Indah Lestari 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Luh Putu Ema Noviyanti 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Selfi Rizkianto 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Lia hidayatul hasanah 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Gadis Anantya 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

AR 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

jalu 22 Laki-laki Tunangan Lebih dari 2 bulan

Diyah 23 Perempuan Tunangan 1 tahun

Dila 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Romadloniyah ning tiyas 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

A 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Bikki Ulil 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

DODI FIRMANSYAH 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun Rika Saniyyah R 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Madisa 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Esti anggraeni 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Farid restu wijayanti 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

T 24 Perempuan Pacaran 1 tahun

R 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Iwan 24 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Zinnia 22 Perempuan Pacaran 1 tahun

S 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rani Ferlyana 21 Perempuan Pacaran 1 tahun

(32)

Septya 23 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Ergy 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Aruni Rahmaniar 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Hanong 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Liza Lusiyani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Nana 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Luckyta Citra Ayu

Paramitha 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Desi 21 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Ayu musfita sari 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Mucklis 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

riri 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Melati Ayusari 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Dina 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Atikah 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Riska Nur Aini 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Cahya Ramadhani Azhar 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Dyah 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

J 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Eka Fitri Valentina 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Muhammad Hafidh

Effendy 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Yoni Ariprayoga 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun Yovanka dinda 23 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Diona Verli 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Erli Isnaini 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Lidya 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Amelia permata 26 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Fitriani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Dewi rohmawati 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Rikza Nadia 22 Perempuan Pacaran 1 tahun

Alfathan 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Dea Rahmadani Ristanti 28 Perempuan Pacaran 2 bulan

Fafa 20 Perempuan Pacaran 1 tahun

Siska 21 Perempuan Pacaran 1 tahun

Amely 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

gaby 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Ny 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Andrean Shely Melawati 24 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Selly 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

AB 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

DP 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Dian Safitri 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Adika 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ayu Mega Pratiwi 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Tari 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

ASA ALFIYANA 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Nella Pramita Agustina 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Lily Dwi Jayanti 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Isya Marta Riyanto 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun Jihan Indah Sari 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Adinda Beauty Afnenda 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Gita Purnamasari 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

(33)

Joko Setyo Darmanto 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan Yulia nur azizah 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun Afifatul Khoirunnisa' 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Derma Titah Religiani 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Dian Sari 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Nisa 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Kai 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

M Burhan Nurdin R 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Tiara 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

LUTFI YUSTIKA

WARDANA 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

KH 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Annisa rahma aryanti 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Dinda nadila azahra 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Supri 26 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Sulistiawati 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Amirall Ghaprank 20 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan Siti Laylatul Azizah 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Sukma 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Yefi Dwi Riviana 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Insan Maulana 20 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Annisa 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Bagus Purwoaji 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Titha 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ilham Syahmi 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Yogi 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Septian Dwi Intan

Maharani 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Mawar 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Titik Dwi 24 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Cece 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Istiqomah NAA 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ika 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Aditya Wahyu K 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan LAILY FARHANA 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Nita 20 Perempuan Pacaran 2 bulan

DESTY DIAN ARISANDY 22 Perempuan Pacaran 1 tahun

Firmansyah t 23 Laki-laki Pacaran 1 tahun

Arditya Nur Achmadi 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan Signa Prakuswa 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun ADELLA TRISNAWATI 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Dewi Arfianita 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

aw 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Mutia putri 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rodhiyana Ainul Hidayati 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan Intan Permatasari 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun ANA ANDRIANA 24 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Dinda 20 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Nad 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Bachtiar 22 Laki-laki Pacaran 1 tahun

Raisa 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

chandra 22 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

(34)

Diva setyo anjani 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun Agus wibisono 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Annan 20 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

Vinta Arnella Ilmuvida 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Iyus 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Shofi Nur Rizki 20 Perempuan Pacaran 2 bulan

Ica 21 Perempuan Pacaran 2 bulan

Dewi rizka 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

riza 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

dody 24 Laki-laki Pacaran 2 bulan

Revina 21 Perempuan Pacaran 2 bulan

Akbar Bayu Aji Pradana 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Lala 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Feto 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rheina 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Andika Firman Syahputra 20 Laki-laki Pacaran 1 tahun

Safira 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rita 23 Perempuan Pacaran 1 tahun

Anggi Wahyu Febrian 22 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Dhia Balqis 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Fahrisal Rizky Setiawan 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ria 22 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Moya 23 Perempuan Tunangan 2 bulan

Nabilah Al Abidah 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Maulida 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Nova mirdava 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

aji 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

MN 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

NURUL LAILAH 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Adel 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

No Name 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Galuh 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Liz Erlyna 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Theta Trinanda Zaini 20 Perempuan Pacaran 1 tahun

Sheally Wahyuningtyas 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rara 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Ferry Dzaky Ramadhan 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Prila nanda 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Winda 22 Perempuan Pacaran 1 tahun

Dian 20 Perempuan Pacaran 2 bulan

Putu Lingga 23 Laki-laki Pacaran 1 tahun

Yoga 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Nichol 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Nadia Putri Arumsari 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Mila Ramadany 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

najwa 23 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Austin 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Arividya Prahastuti 25 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Nabilah Jasmine 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan Aliyah Pramesti 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan M. Lutfi Alif 20 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan yasmin mumtaza 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

(35)

Nisrina Farah Adani 20 Perempuan Pacaran 2 bulan

Fikri 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Elisa Nur Hidayah 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Febriana 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

Erina Rizkia 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Andhika 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

sagar 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

deon 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

bima 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Aldinoe 21 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Kamal faturrohman 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Edo 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Dio 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Rey 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Abi 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Randy 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Riski Puspandari 25 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan

Chan 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Agus 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Reynal 26 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

acin 27 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Chu 26 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Ajik 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Sarah 27 Perempuan Tunangan Lebih dari 2 bulan

Elwin dirgantara p 23 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

Ahmed Uwa 25 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Lintang Indra 22 Laki-laki Pacaran Lebih dari 2 bulan

Nebula 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Saviera Poetrie 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Shafa 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Afifah Zahra 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Santi 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Fn 24 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Rachmawati Putri 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Unge 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Raka Bintang Prawira 24 Laki-laki Pacaran Lebih dari 1 tahun

Bidari s 20 Perempuan Pacaran Lebih dari 2 bulan

Putri 22 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Adelya Rian 21 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

Handy 23 Laki-laki Pacaran 1 tahun

Joe 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Vira Ayunda Septiani 21 Perempuan Tunangan Lebih dari 1 tahun

dhika 23 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

anggoro dwi effendi 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Maulidina 23 Perempuan Pacaran Lebih dari 1 tahun

zaki 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

ali 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

diki 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

raga 24 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

zabi 26 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

fahmi 25 Laki-laki Tunangan Lebih dari 1 tahun

Gambar

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Peneliti ........................................................................
Grafik 1. Usia Responden
Tabel 2. Uji Kategorisasi Kesiapan Menikah
Tabel 3. Aspek Kesiapan Menikah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis jamur antagonis isolat lokal yang berasal dari isolasi tanah di daerah lahan pertanaman kentang Kecamatan

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah

kepercayaan (α) 5%, menunjukan bahwa keinginan untuk mengurangi kemacetan, tingkat pendidikan, rata-rata pengeluaran bahan bakar, tingkat pendapatan, dan durasi terkena

OM Berasal dari Kata AUM atau singkatan dari kata ANG UNG dan MANG yang merupakan aksara suci dari Tuhan yang Maha Esa dalam wujud Dewa Trimurti (Brahma = Ang, Wisnu = Ung, dan Siwa

Siswa memiliki kemampuan yang kurang baik untuk menafsirkan trend fashion, dan kemampuan mengekstrapolasi termasuk kedalam kategori cukup dengan frekuensi relatif

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (a) membandingkan data pengukuran kualitas air (suhu, kekeruhan, DO, pH, ammonia, nitrit, nitrat, total-P, Cu, Zn, Pb, Cr, silika)

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan model Altman (1968) dan Ohlson (1980) dalam memprediksi financial distress perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan