• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS AKUNTANSI ZAKAT DAN IMPLEMENTASINYA PADA LAZIS WAHDAH ISLAMIYAH MAKASSAR WENIARTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS AKUNTANSI ZAKAT DAN IMPLEMENTASINYA PADA LAZIS WAHDAH ISLAMIYAH MAKASSAR WENIARTI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PADA LAZIS WAHDAH ISLAMIYAH MAKASSAR

WENIARTI 1057 302440 11

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

(2)

iii

surat keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor :74 Tahun 1436H/ 2015 M, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Jumaat, 29 Agustus 2015/ 8 Dzulqaidah 1436 H.

Makassar, Agustus2015 PanitiaUjian:

1. PengawasUmum : Dr. IrwanAkib, M.Pd. ( ……….) (RektorUnismuh Makassar)

2. Ketua : Dr. Mahmud Nuhung, MA. ( ……….) (DekanFakultasEkonomidanBisnis)

3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM. ( ……….) (PD. I FakultasEkonomidanBisnis)

4. Penguji : 1 Dr. Mahmud Nuhung, MA. ( ……….)

: 2. Ismail Rasulong. SE. MM ( ……….)

: 3. Abd. Salam HB,SE. Mi. Ak (…..………..)

(3)

NAMA MAHASISWA : WENIARTI NO. STAMBUK : 10573 02440 11

FAKULTAS : EKONOMI

JURUSAN : AKUNTANSI

PERGURUAN TINGGI : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Telah diujikan pada tanggal 29 agustus 2015

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA Muttiarni.SE.M.Si.

KTAM: 497794 KTAM: 1172273

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA Ismail badollahi S,E.M.si.ak

(4)

vii

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

MOTTO & PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar belakang ...1

B. Rumusan masalah ...5

C. Tujuan penelitian ...5

D. Manfaat penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7

A. Konsep dasar zakat dan infak/sadaqah ...7

B. Syarat – syarat yang wajib zakat ...9

C. Penerimaan zakat ...11

D. Jenis zakat...12

E. Zakat uang simpanan atau deposito...18

F. Organisasi pengelola zakat ...21

G. Jenis’’ dana yang terdapat pd organisasi pengelola zakat ...24

H. akuntansi zakat ...25

I. Akuntansi zakat dalam persyaratan standar akuntansi No.PSAK 10931 J. Laporan keuangan amil ...39

(5)

viii

B. Metode Pengumpulan Data ...52

C. Jenis dan Sumber Data ...53

D. Sistematika Penelitian ...54

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat ...57

B. Struktur Organisasi ...59

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ...61

B. Pendistribusian dan Pendayagunaan Dana ZIS pada LAZIS Wahdahh C. Islamiyah Makassar ...66

D. Akuntansi Dana Zakat dan Infak/Sedekah pada LAZIS Wahdah E. Islamiyah Makassar ...70

F. Pembahasan ... 76

G. Analisis Penerapan Akuntansi Zakat Dana Infak/Sedekah pada H. Lazis Wahdah Islamiyah Makassar berdasarkan PSAK 109 ...82

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ...89

B. Saran ...91

DAFTAR PUSTAKA ...91

(6)

x

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar dan sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Muttiarni,SE,M.Si. sebagai pembimbing II yang telah membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menularkan ilmu pengetahuannya kepada penulis.

4. Pemimpin dan karyawan LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar yang telah menerima penulis untuk melaksanakan penelitian.

(7)

x doa dan dukungan moril kepada penulis.

7. Kepada kak biah dan s’kurus makasih yang uda setia menemani saat penelitian, rekan-rekan Mahasiswa baik secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan spirit bagi penulis selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran serta kritik yang konstruktif demi terciptanya karya yang lebih baik.

Wassalam.

Makassar, agus 2015

(8)

ANALISIS AKUNTANSI ZAKAT DAN IMPLEMENTASINYA PADA LAZIS WAHDAH ISLAMIYAH MAKASSAR

WENIARTI 105730244011

Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan akuntansi zakat dan infak/shadaqah berdasarkan PSAK 109 pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif (deskriptif) dan metode evaluatif. Data penelitian diperoleh dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Peneliti juga mengumpulkan literatur yang relevan dengan pembahasan peneliti. Temuan penelitian menunjukkan sistem pencatatan akuntansi terhadap dana zakat dan infak/shadaqah yang digunakan pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar berdasarkan single entry. Model ini mencatat satu kali penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam proses pelaporan keuangannya, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar hanya membuat Laporan Perubahan Dana. Hal ini dipengaruhi oleh metode pencatatan yang digunakan yaitu single entry sehingga sulit untuk menentukan pos-pos keuangan yang dibutuhkan dalam pelaporan keuangan lainnya seperti neraca. LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar belum menggunakan sistem double entry dan belum menghasilkan lima laporan keuangan menurut PSAK 109. Dengan demikian, pencatatan yang dilakukan oleh LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 109.

Kata kunci : zakat, infak/shadaqah, akuntansi zakat dan infak/shadaqah, PSAK 109

(9)

x

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.”

“Cinta terbesar dan hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas”

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan ibu tercinta beserta keluarga besarku, yang selalu mendoakan dan telah bersusah payah untuk menjadikan penulis jadi orang yang berguna dan semoga penulis bisa membuat kalian bangga dan bahagia.

I love you all,…..

2. Sahabat dan rekan-rekan yang pernah hadir dalam hari-hari yang telah penulis lewati. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan selalu membantu ketika penulis ada kesulitan dalam mengerjakan skripsi. Aku bangga punya kalian.,,,,

(10)

1 A. Latar belakang

Islam adalah agama yang memiliki ciri khas dari karakter “Tsabat wa Tathowur”berkembang dalam frame yang konsisten. Artinya islam tidak menghalangi adanya perkembangan-perkembangan baru selama hal tersebut masih berada dalam koridor yang syar’I dan tetap konsisten.

Demikian halnya dalam hal perekonomian, yang saat ini mengalami perkembangan pesat. meskipun demikian, yang menjad aturan wajib dalam islam tidak pernah bisa mengantikan dengan aturan manusia. seperti halnya rukun islam satu dari rukun tersebut adalah zakat yang merupakan salah satu syari’at islam dan menjadi sumber dana kegiatan masyarakat islam. ibadah zakat ini mempunyai wujud ketakwaan bagi yang menunaikan dan merupakan unsur kedermawaan dari kaum muslimin yang memperoleh rezki lebih dari Allah kepada saudara-saudaranya seiman yang tidak mampu.

Begitu pentingnya kedudukan zakat dalam islam,hal ini terlihat dari allah menyebutkan zakat dan shalat sebanyak 82 kali dalam AL-Quraan satunya dalam QS.AL.Baqarah: 43, yang artinya“ dan laksanakanlah shalat, tunaikan lah zakat,…”

Tradisisi pelaksanaan zakat dikalangan muslim indinesia sebenarnya sudah sangat lama sebagai bagian penting dari kesempurnaan pengalamaan ajaran agama islam.

(11)

namun baru zakat fitrah yang benar-benar secara luas dilaksanakan oleh masyarakat zakat. zakat maal yang seharusnya potensial kurang mendapatkan perhatian.

Penyebab rendahnya penerimaan zakat yang diperoleh adalah masih rendahnya kesadaran umat isalam dalam memberikan dan menyalurkan zakat mereka melalui lembaga amil zakat resmi karna kurangnya sosialisasi dan informasu dari badan zakat nasional. padahal penyaluran zakat melalui zakat oraganisasi pengelola zakat akan lebih tepat sasaran kepada mereka yang membutuhkan. selain itu, pengelolaan zakat pada lembaga amil zakat yang belum sepenuhnya efesien dan efektif. Hal ini menujukan bahwa regulasi dalam pengelolaan zakat belum maksimal.www.voaindonesia.com

Untuk itu, dalam mengoptimalkan pengelolaan dana zakat agar berdaya guna dan berhasil guna diperlukan regulasi manajemen zakat yang terstruktur dengan baik untuk melakukan pengakuan dan pengukuran, serta pencatatan. tujuan pencatatan pengelolaan dana zakat adalah sebagai sarana pertanggungjawaban kepada muzaki, masyrakat umum serta pemerintah. pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan harus mudah dipahami oleh semua pengguna laporan. maka dibutuhkan semua standar akuntansi pengelola zakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan UU peraturan zakat yang baru yang mengatur tentang pengelolaan zakat yaitu UU No.23 Tahun 2011. dalam pasal 5 ayat (1) dikemukakan bahwa untuk

(12)

melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk BAZNAS. dan pasal 17 utnuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan penyalagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ selanjuntnya dapat mempertegas fungsi BAZNAS dan LAZ dikemukakan dalam pasal 7 ayat 1. dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 BAZNAS menyelenggarakan fungsi perencanaan, pelaksanaan pengendalian serta pelaporan dan pertanggung jawaban atas pengelolaan zakat.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut diatas, dibutuhkan akuntansi zakat secara sederhana melakukan fungsi pencatatan dan pelaporan. selain itu, akuntansi zakat berfungsi memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, tepat, efesien, dan efektif ataas zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakaf yang dipercayakan kepada organisasi atau lembaga pengelola zakat. tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control) untuk kepentingan internal organisasi.

Damping itu,akuntansi zakat juga memberikan informasi yang memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat (manajemen) untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola secara tepat dan efektif program dan penyalagunaan zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakaf yang menjadi wewenang dan memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat untuk melaporkan kepada public (masyarakat) atas hasil operasi dan penggunaan dan public dan umat. tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).

(13)

Lembaga amil zakat di Indonesia saat ini sendiri telah mengalami perkembangan salah satunya adalah lembaga amil zakat Wahdah Islamiyah Makassar. LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar. Lazis Wahdah Islamiyah Makassar adalah lembaga amil zakat amil Wahdah Islamiyah Makassar. Lazis Wahdah Islamiyah Makassar adalah lembaga amil, zakat, infak, dan sedekah, yang berada dibawah naungan ormas islam wahdah islamiyah yang telah resmi berdiri sejak tahun 1422H/2002M, dengan badan hokum yang diterbitkan oleh direktorat jendral kesatuan bangsa dan politik depertemen dalam negri, di Jakarta No.57/D.III.2/VI.2008. selama itu pula lembaga ini mendapat kepercyaan dari berbagai pihak untuk menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana yang telah terkumpul sesuai dengan syariat islam.www.Laziswahdah.com

Sesuai dengan undang-undang zakat No.23 Tahun 2011, Lembaga amil zakat harus terdaftar sebagai organisasi kemasyrakatan islam (ormas islam) yang mengelola bidang pendidikan, dakwah dan social. sebagai slah satu lembaga Amil Zakat Nasional. maka dalam mmenjalankan semua program pengelolaan dana zakat harus senantiasa mengacuh pada standar yang telah dibuat pemerintah.

Mengingat juga bahwa Lembaga Amil Zakat adalah lembaga public dan juga memiliki tanggung jawab untuk melaporkan pelaksanaan pengelolaan zakat kepadah pemerintah (UU No.23 pasal 7 ayat 3 ). maka diperlukan standarisasi pelaporan agar public dan pemerintah dapat melihat dan menilai kenerja tersebut. maka sehubungan dengan hal tersebut IAI mengeluarkan standar yang mengatur hal tersebut yaitu pernyataan standar akuntansi keuangan 109 (PSAK109) tentang akuntansi zakat dan infak/shadaqah. pernyataan ini bertujuan untuk mengatur

(14)

pengakuan, pengukuran, penyajian, pengunkapan transaksi zakat dan infak/shadaqah. berlakunya standar ini lebih memudahkan bagi semua organisasi bagi semua pengelola zakat dan infak/shadaqah. berlakunya standar ini lebih memudahkan bagi semua organisasi pengelola zakat untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pengelolaan zakatnya.

Namun setelah PSAK 109 ini disahkan pada oktober 2011 lalu, belum semua organisasi pengelola zakat mengaplikaikan secara keseluruhan isi dari PSAK ini. maka, berdasarkan uraian diatas peneliti ini mengkaji tentang penerapan implementasi akuntansi zakat dan infak/sadaqah pada laziz wahdah islamiyah Makassar dan menganalisis kesesuaian penerapan akuntansi zakat dan infak/sadaqah tersebut dengan ketentuan yang telah tercantum dalam PSAK 109,melalui sebuah penelitian dengan judul.”Analisis Akuntansi Zakat dan Implementasinya pada Lazis Wahdah Islamiyah Makassar”

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana kesesuain penerapan akuntansi zakat dan infak/shadaqah pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dengan PSAK 109

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk menganalisis kesesuaian penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Shadaqah

(15)

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat :

1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini menjadi sebuah media utuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku perkulihan dengan fakta yang ada dilapangan dalam rangka memecahkan masalah secara ilmia 2. Bagi LAZIS wadah Islamiyah Makassar di harapkan hasil penelitian ini

dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan Lazis Wahdah Islamiyah Makassar khususnya dalam hal penerapan akuntansi zakat dan infak/shadakah

(16)

7 A. Konsep dasar dan infak/shadaqah

1. Pengertian zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dari zakat yag berarti berkah, tumbuh, dan baik. tetapi maraji yang kuat yaitu menurut Wahadi dan lain-lain, kata dasar zakat, berarti bertambah dan tumbuh, banyak, membuat lebih berarti, dan melidungi kekayaan itu dari kebinasaan.demikian nawawi mengutip dari pendapat wahidi (Qardhawi,2007:34). zakat dari segi istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah deserahkan kepada orang-orang yang baik.

Zakat mengandung makna thara (bersih), pertumbuhan dan berkah. seperti yang terkandung dalam firman Allah:

“ambilah zakat dan harta mereka guna mebersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka…”(Qs.AT.Taubat:103)

Para ahli berpendapat bahwa zakat itu dinamakan zakat karna didalamnya ada takziyah (penyucian) jiwa, harta, dan masyaraka. sedangkan makna zakat secara syar’I adalah bagian tertentu dari harta yang tertentu, yang dibayarkan pada orang yang tertentu yang berhak menerimanya sebagai ibadah dan ketaatan kepaada allah subuhanahu wa ta’ala.

Sedangkan makna zakat dalam UU No.23 tahun 2011 pasal 1 ayat 2 adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberihkan yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.

(17)

pengertian diatas hampir sama yang terdapat dalam PSAK 109 yang menyebutkan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariat utnuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu(harta) untuk kepentingan sesuatu. menurut terminology syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan islam. infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh rizki sebanyak ia kehendaki.allah member kebebasan kpeda pemiliknya utnuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaik yang diserahkan.

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. adapun secar terminology syariat sedekah makana asalnya adalah tahiqiqu sya’in bisya’I atau menetapkan/menerapkan sesuatu pada sesuatu. sifatnya sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarattertentu pada penegeluaranya baik mengenai jumlah, waktu dan kadarnya.

Menurut Ali dalam Sulhantifah (2006:11), zakat mempunyai kesamaan dengan infak dan sedekah. yaitu ibadah atau perbuatan yang berkaitan dengan harta. namun, terdapat perbedaan antara zakat dengan infak dan sedeqah. perebedaan tersebut adalah:

1. Dari segu hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi islam yang telah memenuhui ketentuan, sedangkan sedekah dan infak hukumnya sunah.

(18)

2. Zakat mempunyai fungsi yang jelas untuk mensucikan atau membersihkan harta dan jiwa pemberinya. pengeluaran zakat dilakukan dengan ara-caraa dan syarat-syarat tertentu, baik mengenai jumlah, waktu maupun kadarnya.

3. Infak dan sedekah bukan merupakan suatu kewajiban. yang sifatnya sukarelah dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengelurannya, baik menegenai jumlah waktu maupun kadarnya.

B. Syarat-syarat yang wajib zakat

Membayar zakat hukumnya wajib, artinya orang yang tidak membayar zakat mendapat dosa dari Allah, sebagaimana firmanya dalam surat AT-Taubat:103 dengan memenuhui syarat harta yang harus dipenuhui sebelum diambil zakatnya. dalam buku kecil panduan zakat Lazis Baitul Hikma, syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain:

1. Milik penuh (almilkuttam)

Harta yang dimiliki secara penuh yang memungkinkan pemiliknya menggunakan dan mengambil manfaat secara penuh serta dibawah control dan kekuasaannya. Harta yang dimiliki secara penuh tersebut mestilah didapatkan melalui proses yang dibenarkan oleh syara, sebab harta yang diperoleh dengan cara yang haram, zakat tidak wajib atas harta tersebut karna harta tersebut harus dikembalikan kepada yang berhak/ahli warisnya .

a. Berkembang (Annma)

Yang dimaksud dengan harta berkembang adalah harta yang dapat bertambah dan berkembang bila diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang

(19)

dan dapat member keuntungan seperti pertanian, perdagangan, ternak, emas, perak.

b. Cukup Nishab

Yang dimaksud “ cukup nishab”adalah telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syra’.

c. Lebih dari kebutuhan pokok (Alhajattul Ashliyyah)

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.jika kebutuhan minimal tersebut taka pat dipenuhui,maka yang bersangkutan tidak dapat hidup dengan baik (layak), seperti belanja sehari-hari, pakaian, dan pendidikan.

d. Bebas dari hutang

Orang yang memiliki hutang akan terbatas dari mengeluarkan zakat, jika hutang tersebut untuk memenuhui kebutuhan primer, sebab orang yang mempunyai hutang bukanlah orang yang kaya. zakat hanya diwajibkan bagi orang-orang yang kaya.

e. Sudah satu tahun (Al-Haul)

f. Persyartan kepemilikan sudah berlalu selama 12 bulan qomariyah hanya berlaku untuk ternak, uang, dan harta benda yang diperdagangkan. Tapi hasil pertanian,buah-buahan, riqaz (barang temuan) tidak dipersyaratkan setahun.

(20)

C. Penerimaan zakat

Orang yang berhak menerima zakat adalah berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an surat At Taubat ayat 60 artinya :

“sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang kafir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”

menurut Rahman dalam bukunya Doktrin Ekonomi Islam (1995:295-306),orang-orang yang berhak menerima zakat dapat di kategorikan sebagai berikut:

a) Fakir, yaitu orang yang sangat miskin dan hidup menderitayang tidak memiliki apa-apauntuk hidup

b) Miskin, yaitu orang yang mempunyai barang atau pekerjaan tetapi slalu kekurangan /tidak mencukupi kebutuhan hidup

c) Amil, yatu pengumpul zakat

d) Muallaf, yaitu orang yang baru memeluk agama islam yang mungkin kehilangan hartanya sehingga memerlukan peningkatan dan bantuan e) Memerdekakan budak,yaitu budak yang tealh dijanjikan merdeka oleh

tuannya, jika sanggup dengan membayar tebusan sejumlah uang

f) Orang yang berhutang,yaitu orang yang menanggung hutang yang melebih harta yang dimilikinya

(21)

g) Fisabilillah, orang yang mengabdi untuk islam dengan tujuan mempertahankan agama dan melakukan perbuatan baik yang dianjurkan oleh agama

h) Ibnu sabil (musafir ), orang yang terlantar dalam perjalanan dan tidak dapat menggunakan hartanya karena jauh dari tempat tinggalnya.

D. Jenis Zakat a. Zakat fitrah 1. pengertian

Zakat fitra adalah zakat ( shadaqah) jiwa, istilah tersebut diambil dari kata fitra yang merupakan asal dari kejadian. dari Ibnu Umar radhiallahu anhu beliau berkata:

“Rasulullah Shallahu ‘alahi’ Wasallam memfarduhkan zakat fitrah 1 sah’dari kuram atau gandum atas budak, orang merdeka, laki-laki dan perempuan ,anak kecil dan oang tua dari seluruh kaum muslimin. An beliau perintahkan supaya dikeluarkan kaum muslimin. dan beliau perintahkan supaya dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk shalat ‘led.”(HR.Bukhori)

Besaran yang harus dikeluarkan adalah 2,176 kg. 2. Waktu pembayaran

a. Wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir bulan rahmadan

b. Boleh mendahulukan atau mempercepat pembayaran zakat fitrah dan waktu wajib tersebut

(22)

3 .Zakat maal

a. Pengertian

Zakat maal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

b. Macam-Macam Zakat Maal

Ada beberapa jenis harta yang tergolong dalam zakat maal. dalam panduaan zakat praktis PKPU, macam-macam harta yang termasuk dalam zakat maal anatara lain:

a) Zakat Emas dan Perak

Syariat islam memandang emas dan perak merupakan harta yang potensial disamping dapat berfungsi sebagai perhiasaan yang indah, emas juga dapat berfungsi sebagai alat tukar dari masa kemasa. oleh sebab itu syariat islam memandang perlunya dikeluarkan zakat emas dan perak ini. Seperti yang terkandung dalam firman Allah, yang artinya:

“…dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakannya dijalan allah maka berikanlah kabar gembira kepada mereka (bahwa mereka mendapat )adzab yang pedih (QS.9:34)

a. Ketentuan zakat emas dan perak c. Zakat Emas

a. Nishab zakat emas 85 gram emas

(23)

c. Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%

d. Perhiasan yang wajib dikeluarkan zakat adalah perhiasan yang disimpan dan tidak dipakai, selain itu maka tidak wajib dikeluarkan zakat.

d. Zakat Perak

a. Nishab zakat perak adalah 595 gram

b. Haul selama 1 tahun

c. Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%

d. Cara penghitungan sama dengan penghitungan zakat emas.

e. Zakat Pertanian

Firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala, yang artinya :

Hai orang- orang yang beriman nafkahkanlah (zakat) dari sebagian hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian hasil bumi yang kami (Allah) keluarkan untuk kalian.” (QS.Al-Baqarah: 267).

Ketentuan zakat pertanian :

‘’Nishab zakat pertanian adalah 653 kg beras. Dari Jabir, Rasulullah Shallahu„Alaihi Wasallam bersabda : “Tidak wajib dibayar zakat pada kurma yang kurang dari 5 ausuq...” (HR. Muslim).

Ausuq jamak dari wasaq, 1 wasaq = 60 sha‟, sedangkan 1 sha‟ = 2,176 kg, maka 5 wasaq adalah 5x 60 x 2,176 = 652,8 kg.

(24)

1. Kadarnya sebanyak 5% jika menggunakan irigasi atau 10% dengan pengairan alami (tadah hujan). Hadits NabiShallahu „Alaihi wa Sallam yang diairi dengan air hujan, mata air dan tanah zakatnya sepersepuluh (10%), sedangkan yang disirami zakatnya seperduapuluh (5%)…”

2. Dikeluarkan ketika panen, sesuai dengan firman Allah:…Dan bayarkanlah zakatnya di hari panen …” (QS. 6 : 34)

f. Zakat Perniagaan

Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Abu Daud dari Samurah bin Jundub radhiallahu anhu, ia berkata:

“Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan zakat dari barang yg kami siapkan untuk perdagangan.”

Ketentuan zakat perniagaan :

a. Nishab zakat niaga adalah senilai dengan 85 gram emas

b. Usaha tersebut telah berjalan selama satu tahun

c. Kadar yang dikelaurkan adalah 2,5%

d. Dapat dibayarkan dengan uang atau barang

(25)

5. Zakat Profesi (penghasilan)

Zakat profesi atau zakat pendapatan adalah zakat harta yang dikeluarkan dari hasil pendapatan seseorang atau profesinya bila telah mencapai nishab. Seperti karyawan, dokter, notaris dan lain-lain. Zakat atas penghasilan wajib bagi setiap muslim sesuai dengan firman Allah Subahanahu wa Ta‟ala :

“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, …”(Q.S. Al Baqarah : 267 )

Dan juga dalam hadits dari Rasulullah Shallallahu, alahi wa Sallam ketika beliau mengutus Mu‟adz ke Yaman yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, yang artinya :

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka untuk membayar zakat harta yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin di kalangan mereka” (Muttafaqun „Alaihi)

Dari dalil-dalil diatas sudah terlihat bahwa zakat atas hasil usaha wajib bagi setiap muslim. Hal ini juga sejalan dengan tuntutan Islam yang menanamkan nilai-nilai kebaikan, kemauan berkorban, belas kasihan dan suka memberi dalam jiwa seorang Muslim. Untuk itu, Rasulullah Shalllahu‟alaihi wa Sallam dalam haditsnya mewajibkan kepada setiap orang Muslim mengorbankan sebagian hartanya, penghasilannya, atau apa saja yang ia korbankan. (Qardhawi, 2007:478)

Berkaitan dengan pelaksanaan zakat profesi ini, terdapat perbedaan pendapat dari para ulama dalam hal waktu pengeluaran zakatnya para ulama

(26)

mutaakhirin seperti Yusuf Al Qaradhawi menegaskan bahwa zakat penghasilan itu hukumnya wajib pada saat memperolehnya, meskipun belum mencapai satu tahun. Hal ini mengacu pada pendapat sebagian sahabat yaitu Ibnu Abbas, dimana Abu Ubaid meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang seorang laki-laki yang memperoleh penghasilan, “Ia mengeluarkan zakatnya pada hari memperolehnya”. Demikian pula halnya pendapat dari shahabat Ibnu Mas‟ud dan Mu‟awiyah yang mengenakan zakat saat memperoleh penghasilan.

Tanpa persyaratan setahun bagi harta penghasilan akan lebih menguntungkan pemasukan zakat secara pasti dan pengelolaannya dilihat dari pihak orang yang wajib mengeluarkan zakat dan dari segi administrasi pemungutan zakat karena bagi yang berpendapat satu tahun sebagai syarat zakat, menyebabkan setiap orang yang mendapatkan penghasilan sedikit atau banyak berupa gaji, honorarium atau penghasilan kekayaan tidak bergerak, atau jenis pendapatan lain , harus menentukan masa jatuh tempo pengeluaran setiap jumlah kekayaannya kemudian bila sampai masa tempo setahunnya dikeluarkannlah zakatnya. Ini berarti, bahwa seorang muslim kadang-kadang bisa mempunyai berpuluh-puluh masa tempo masing-masing kekayaannya yang diperoleh pada waktu yang berbeda-beda. Ini sulit sekali dilakukan dan sulit bagi pemerintah memungut dan mengatur zakat yang dengan demikian tidak bisa terpungut dan sulit terlaksana(Al-Qardhawia,2007:479)

Di indinesia,ada beberapa lembaga keulamaan yang mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk mengeluarkan fatwa tentang persoalan konteporer yang dihadapi umat islam, diantaranya yang peranh mengemukakan

(27)

adalah tentang zakat profesi . majelis ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa No.3 Tahun 2003, menegaskan bahwa semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas 85 gram. Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan “penghasilan” adalah adalah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain-lain yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai atau karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya.

Adapun waktu pelaksanaannya, zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup nishab. Jika tidak mencapai nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu tahun kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup nishab, dengan kadar penghasilannya sebesar 2,5%.

E. Zakat Uang Simpanan atau Deposito 1. Uang simpanan

Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai nishab dan berjalan selama 1 tahun. Besarnya nishab senilai 85 gram emas. Kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%. Landasan hukum zakat uang simpanan terdapat dalam hadits RasulullahShallallahu „alaihi wa Sallam :

“Tidak ada bagi pemilik harta simpanan yang tidak menunaikan zakatnya, kecuali dibakar diatasnya di Neraka Jahannam”. (HR. Muslim).

(28)

2. Deposito

Zakat simpanan deposito dihitung dari nilai pokoknya. Misalnya seorang yang memiliki deposito pertanggal Rp 10.000.000 dengan jumlah bagi hasil selama setahun adalah Rp 350.000,- maka zakatnya adalah Rp 10.350.000 x 2.5 % = Rp 258.750.

3. Zakat Perusahaan

dalam penghitung zakat perusahaan, ketentuan dan cara menghitung zakatnya disetarakan dengan zakat perdagangan. kewajiban zakat perusahaan didukung sebuah hadist riwayat Bukhari dari anas bin Malik, bahwasanya abubakar menulis surat kepadanya yang berisikan pesan tentang zakat binatang ternak yang didalamnya ada unsur syrikah .

sebagian surat itu antara lain: “…Jangan dipisahkan sesuatu yang telah tergabung (berserikat), karena takut mengeluarkan zakat. Dan apa-apa yang telah digabungkan dari dua orang yang telah berserikat (berkongsi), maka keduanya harus dikembalikan (diperjuangkan) secara sama” Teks hadist tersebut sebenarnya, berkaitan dengan perkongsian zakat binatang ternak, akan tetapi ulama menerapkannya sebagai dasar qiyas (analog) untuk perkongsian yang lain, seperti perkongsian dalam perusahaan. Dengan dasar ini, maka keberadaan perusahaan sebagai wadah usaha di pandang sebagai syakhsiah hukmiyah (badan hukum). Para individu di perusahaannya, segala kewajiban ditanggung bersama dan hasil akhirpun dinikmati bersama, termasuk di dalamnya kewajiban kepada Allah, yakni zakat harta. (binadhuafa.org)

(29)

4. Zakat Investasi

zakat investasi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil investasi,seperti

mobil, rumah, dan tanah yang disewakan. dengan demikian zakat invetasi dikeluarkan dari hasilnya bukan dari modalnya.

5. Zakat peternakan Syarat-syarat ternakan:

1. Mencapai nishab

2. Telah dimiliki setalah satu tahun 3. Digembalakan

4. Tidak dipekerjakan

Jenis-jenis zakat peternakan

a. Zakat unta Nishab zakat 5-9 1 ekor kambing 10-14 2 ekor kambing 15-19 3 ekor kambing 20-24 4 ekor kambing

25-35 1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih) 36-45 1 ekor anak unta betina(berumur 2 tahun lebih) 46-60 1 ekor anak unta betina(berumur 3 thun lebih) 61-75 1 ekor anak unta betina(berumur 4 tahun lebih)

(30)

76-90 2 ekor anak unta betina(berumur 2 tahun lebih) 91-120 2 ekor anak unta betina(berumur 3 tahun lebih)

b. Zakat Kambing

Nishab Zakat

40 - 120 1 ekor kambing

121 - 200 2 ekor kambing

201 - 300 3 ekor kambing

Setiap bertambah 100 ekor 1 ekor kambing

c. Zakat Sapi

Nishab Zakat

30 - 39 1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun 40 - 59 1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun

60 - 69 2 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun 70 - 79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan

umur 1 tahun

F. Organisasi Pengelola Zakat

a. Defenisi Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi pengelola zakat adalah institusi yang bergerak di bidang pengelola zakat, infak, dan sedekah. Sedangkan definisi pengelola zakat menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap

(31)

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Dalam peraturan perundang-undangan diakui adanya dua jenis Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) 2. Badan Amil Zakat

Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk Badan Amil Zakat Nasional. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. (pasal 6 UU No.23 tahun 2011).

Dalam melaksanakan tugas, BAZNAS menyelenggarakan fungsi :

a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. 3. Lembaga Amil Zakat

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin dari pemerintah dan harus memenuhi syarat berikut :

a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;

b. berbentuk lembaga berbadan hukum; c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS; d. memiliki pengawas syariat;

(32)

e. memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan melaksanakan kegiatannya;

f. bersifat nirlaba;

g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan

h. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. 4. Persyaratan Lembaga pengelola zakat

Al-Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat (2007:551-552), menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat harus :

a) Beragama Islam. Zakat adalah urusan utama kaum muslimin. Yang tremasuk rukun Islam, karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim.

b) Mukallaf; orang dewasa yang sehat akal dan pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus umat.

c) Memiliki sifat amanah dan jujur. Sifat ini penting karena berkaitan dengan keprcayaan umat.

d) Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melaksanakan sosilaisasi segala sesuatu yang berkaitan dng zakat kepada masyarakat.

e) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

(33)

G. Jenis-jenis Dana yang terdapat pada Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi Pengelola Zakat dapat menerima dan mengelola berbagai jenis dana. Dengan demikian di OPZ terdapat berbagai jenis dana, antara lain:

a) Dana Zakat

Berkaitan dengan masalah akuntansi, maka dana zakat dapat dibagi lagi menjadi: 1) Dana Zakat Umum, yaitu zakat yang diberikan oleh para muzakki kepada OPZ tanpa permintaan tertentu, 2) Dana Zakat dikhususkan, yaitu zakat yang diberikan oleh muzakki kepada OPZ dengan permintaan tertentu. Misalnya permintaan untuk disalurkan kepada anak yatim, untuk program beasiswa, dan lain-lain.

b) Dana Infak/Sedekah

Dana Infak adalah mengeluarkan sebagian harta untuk dipergunakan di jalan kebaikan yang besarnya tidak ditentukan sebagaimana zakat. Sedangkan sedekah mempunyai pengertian yang luas dibanding infak, tidak hanya berasal dari harta. Misalnya dalam sebuah hadits dikatakan bahwa senyum dan menyingkirkan duri dari jalan termasuk sedekah. Namun untuk kepentingan akuntansi, sedekah dianggap sama dengan infak, baik yang ditentukan penggunannya maupun yang tidak. Sehingga dana infak/sedekah pun dapat dibagi menjadi:

- Dana infak/sedekah umum, yaitu infak/sedekah yang diberikan para donatur kepada OPZ tanpa persyaratan apapun.

(34)

Dana waqaf menurut seorang ulama yang bernama Abu Zahrah adalah “menghalangi atau menahan tashorruf (berbuat) terhadap sesuatu yang manfaatnya diberikan kepada pihak-pihak tertentu dengan tujuan berbuat kebaikan. Oleh karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lainnya, maka untuk kepentingan akuntansi dapat dibuat jenis dana tersendiri, yaitu dana waqaf.

d) Dana Pengelola

Yang dimaksud dengan dana pengelola di sini adalah hak amil yang dipergunakan untuk membiayai operasional lembaga. Dana ini dapat bersumber dari hak amil dari dana zakat, bagian tertentu dari dana infak/sedekah, sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan syari‟at Islam .

H. Akuntansi zakat

1. Devinisi akuntansi zakat

Pengertian akuntansi secara umum adalah suatu proses pencatatan, pengklasifikasian, pemrosesan, peringkasan, penganalisian dan pelaporan kejadian (transaksi) yang bersifat keuangan. daalam pengertian lain akuntansu didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa untuk memberikan inforamsi kuantitatif terutama yang bersifat financial kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut untuk pembuatan keputusan.

Pengertian akuntansi tersebut dapat dirumuskan dari dua sudut pandang ,yaitu pengertian dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi, dan dari sudut pandang proses kegiatannya.informasi yang dihailkan akuntansi diperlukan untuk

(35)

a. membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan oleh manajemen

b. pertanggungjawaban organisasi kepada para muzakki, badan pemerintah untuk kepentingan pajak , dan pihak-pihak lain yang terkait.

Apabila ditinjau dari sudut kegiatanya,akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan dan keuangan suatu organisasi. Berkaitan daengan zakat,defenisi akuntansi zakat adalah bingkai pemikiran dan aktivasi yang mencangkup dasar-dasar akuntansi dan proses-proses operasional yang berhubungan dengan penentuan, penghitungan dan penilaian harta an pendapatan yang wajib dizakati. Menetapkan kadar zakatnya dan pendistribusian hasilnya kepada pos-posnya sesuai dengan hokum dan dasar-dasar syariat islam.

Akuntansi zakat terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan inforamsi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi zakat merupakan alat inforamasi antara lembaga pengelolaan zakat zebagai manajemen dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan inforamasi tersebut. Bagi manajemen, akuntansi zakat digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan, pembuatan program, alokasi anggaran, evaluasi kinerja,dan pelaporan kinerja. Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi zakaat dibutuhkan dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat berupa laporan alokasi zakat, laporan sumber dan pengguna dana, laporan aktivitas, dan neraca. Laporan keuangan zakat merupakan bagian penting dari proses akuntanbilitas public (konsep amanah).

(36)

Akuntansi zakat juga erat kaitanya dengan system pencatatan zakat.secara umum,system pencatatan transaksi ekonomi ada 2 yaitu single entry dan double entry. menurut halim ( 2007:43), system pencatatan single entry sering juga disebut tata buku tunggal atau tata buku. Dalam sisitem ini,pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambanya kas dan di catat padaa akun penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurannya kas dan dicatat pada akun penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya ks dan dicatat pada sisi pengeluaran.jadi dalam system ini pencatatan hanya dilakukan satu kali. System pencatatan single entry ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami, namun system ini mempunya kelemahan, antara lain kurang memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan, sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi serta sulit untuk melakukan mengontrolan.

Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat system pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan tersebut. sistem ini disebut system pencatatan double single system pencatatan double entry inilah yang sering disebut akuntansi.menurut system ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. pencatatan dengan sistemm ini disebut dengan istilah menjurnal. Sisitem ini akan mempermudah penyusunan laporan keuangan karna perhitungan yang akurat.dan berkesinambungan. sehungga diakhir periode dapat dinilai sejauh mana kinerja yang telah dicapai. dan dapat menjadi acuan untuk mengelola zakat dan infak/sedekah selanjtnya.

(37)

2. Tujuan Akuntansi Zakat

Tujuan akuntansi zakat adalah untuk meberikan inforamasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efesien, dan efektif atas zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakaf yang dipercayakan kepada organisasi atau lembaga pengelola zakat. tujuan ini berkaitan denga pengendalian manajemen (management control) untuk kepentingan internal organisasi .

`Disamping tujuan tersebut akuntansi zakat juga memberikan informasi yang memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat (manajemen) untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakaf yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat untuk melaporkan kepada publik (masyarakat) atas hasil operasi dan penggunaan dana publik (dana ummat). Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability). 3 . Teknik Akuntansi Zakat

Pada dasarnya terdapat beberapa teknik akuntansi yang biasa diadopsi oleh organisasi baik yang bersifat mencari laba (profit motive) maupun lembaga non profit seperti lembaga pengelola zakat, yayasan, LSM, partai politik, dan sebagainya. Teknik akuntansi tersebut yaitu akuntansi anggaran, akuntansi komitmen, akuntansi dana, akuntansi kas, dan akuntansi akrual.

Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak berarti menolak penggunaan teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat menggunakan teknik akuntansi yang berbeda-beda, bahkan dapat menggunakan

(38)

kelima teknik tersebut secara bersama-sama. Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitmen berbeda satu dengan lainnya karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya (time of recognition).

Untuk kepentingan zakat, teknik yang sering digunakan adalah teknik akuntansi kas dan akuntansi dana karena beberapa alasan. Pertama, pengelolaan zakat tidak melibatkan rekening utang-piutang dan persediaan, sehingga penggunaan teknik akuntansi kas sudah cukup memadai. Kedua, akuntansi dengan basis kas cukup sederhana dan mudah, sehingga personil yang tidak

berlatar belakang pendidikan tinggi akuntansi dapat melakukannya. Namun bukan berarti tidak butuh seorang akuntan. Jika hendak menciptakan lembaga pengelola zakat yang baik, maka perlu akuntan untuk mendesain sistem akuntansi dan sistem informasi manajemen.

Penggunaan akuntansi dana juga sangat mungkin karena pengelolaan zakat melibatkan alokasi zakat untuk pos-pos tertentu yang meliputi beberapa asnaf (golongan). Penjelasan mengenai konsep akuntansi kas dan akuntansi dana adalah sebagai berikut:

4. Akuntansi Dana (Fund Accounting)

Pada organisasi pengelola zakat masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber dana dan alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran sangat penting dalam organisasi sektor publik. Dalam tahap awal perkembangan akuntansi dana, pengertian “dana(fund)” dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap-tiap dana tersebut harus ditempatkan pada laci (cash drawer) secara terpisah, beberapa pengeluaran harus diambilkan dari satu laci dan pengeluaran

(39)

lain dari laci yang lainnya. Namun saat ini, “dana” dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk sumber daya nonkas dan utang diperhitungkan di dalamnya. Akuntansi dana melihat bahwa unit pelaporan harus diperlakukan sebagai dana (fund) dan organisasi harus dilihat sebagai satu dana atau satu rangkaian dana. Hal ini berarti jika suatu organisasi dilihat sebagai suatu rangkaian dana (series of fund), maka laporan keuangan organisasi tersebut merupakan penggabungan (konsolidasi) dari laporan keuangan dana yang menjadi bagian organisasi.

Sistem akuntansi yang dilakukan dengan menggunakan konsep dana memperlakukan suatu unit organisasi sebagai entitas akuntansi (accounting entity) dan entitas anggaran (budget entity) yang berdiri sendiri. Penggunaan akuntansi dana merupakan salah satu perbedaan utama antara akuntansi untuk lembaga nonprofit dengan akuntansi bisnis. Sistem akuntansi dana dibuat untuk memastikan bahwa uang ummat dialokasikan atau didistribusikan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Sistem akuntansi dana adalah metode akuntansi yang menekankan pada pelaporan pemanfaatan dana, bukan pelaporan organisasi itu sendiri.

5. Akuntansi Kas

Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima dan pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Banyak organisasi nonprofit menggunakan akuntansi kas karena akuntansi kas relatif lebih sederhana dan tidak menyita banyak waktu. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil dan obyektif. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat

(40)

mencerminkan kinerja yang sesungguhnya karena dengan cash basis tidak dapat diukur tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas dengan baik.

I . Akuntansi Zakat dalam Pernyataan Standar Akuntansi No 109 (PSAK 109)

a. Karakteristik

1. zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oelh muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secar langsung.ketentuan zakat mengatur mengenai persyratan nisbab, hattul (baik yang periodic maupun yang tidak periodic), tariff zakat (qadar), dan peruntukannya.

3. Infak.sedekah merupakan donasi sukarela,baik ditentukan maupun tidak detentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah.

4. Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.

b. pengakuan dan pengukuran a.Zakat

1. pengakuan awal

a). penerimaan zakat diakui pada zaat kas atau asset lainya diterima.

b). zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambahan dana zakat :

jia dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima kas-dana zakat xxx

(41)

dana zakat xxx

jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar asset nonkas tersebut asset nonkas xxx

dana zakat xxx

c). penentuan nilai wajar asset non kas yang diterima menggunakan harga pasar.jika harga pasar tidak tersedia, maka maka mengunakan metode penentuan nilai wajar lainya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relavan.

d). zakat yang diterima diakui sebagai dana amil dan dana zakat untuk bagian nominal.

Jurnal:

Dana zakat xxx

Dana zakat-amil xxx

Dana zakat-non amil xxx

e). penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil. f). jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran

zakat melalui amil maka asetzakat yang diterima salurannya diakui sebagai dana zakat. jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah /fee maka diakui sebagai penambah dana amill.

Jurnal saat mencatat penerimaan fee: Kas-dana zakat xxx

(42)

2. pengukuran setelah pengakuan awal

a) jika terjadi penurunan nilai zakat nonkas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlukan sebagai pengurang dan zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut.

b) Penurunan nilai asset zakat diakui sebagai

Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelainan amil. Jurnal:

Dana zakat-non amil xxx

Asset nonkas xxx

Kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebabkan oleh kelainan amil Jurnal:

Dana-amil kerugian xxx

Asset nonkas xxx

3. Penyaluran zakat

Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar,jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas.

Jurnal:

Dana zakat-non amil xxx

Kas-dana zakat xxx

Jumlah tercatat,jika dalam bentuk asset nonkas Dana zakat-non amil xxx

(43)

C. infak/sedekah a) Pengakuan awal

1. Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar Jumlah yang diterima,jika dalam bentuk kas:

Kas-dana infak/sedekah xxx

Dana infak sedekah xxx

Nilai wajar, jika dalam bentuk non kas:

Asset nonkas(nilai wajar)-lancar dana infak xxx Asset nonkas(nilai wajar)-lancar dana kas xxx

Dana infak/sedekah xxx

2. Penentuan nilai wajar asset nonkas yang diterima menggunkan harga pasar untuk asset non kas tersebut. jika harga pasar tersebut tidak tersedia, maka dapat mengunkan metode penentuan nilai wajar lainya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relavan.

3. Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah.

Jurnal:

Dana infak/sedekah xxx

Dana infak/sedekah amil xxx Dana infak/sedekah-nonamil xxx

(44)

4. Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk para penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.

D. Pengukuran setelah pengakuan awal

1. Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau asset nonkas dapat berupa asset lancer atau tidak lancer.

2. Asset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamankan untuk dikelola dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaanya dan diakui sebagai asset tidak lancar infak/sedekah. penyusunan dari asset tersebut diperlukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat apabila pengunaan atau pengelola asset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.

Jurnal saat mengakui penyusutan asset tidak lancar

Dana-non amil xxx

Akumulasi penyusutan asset non lancar xxx

3. Amil dapat pula menerima asset nonkas yang dimaksudkan oleh pemeberi untuk segera disalurkan.aset seperti ini diakui sebagai asset lancar.aset ini dapat berupa bahan habis pakai,seperti bahan makanan, atau asset yang memiliki umur ekonomi panjang, seperti mobil ambulanc

4. Asset nonkaa lancar dinilai sebesar nilai perolehan sedangkan asset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan PSAK yang relavan 5. Penurunan nilai asset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:

Pengurang dana infak/sedekah,jika terjadi bukan disebabkan oleh kelalaian amil

(45)

Jurnal:

Dana infak/sedekah-nonamil xxx

Asset nonkas-dana infak/sedekah xxx

6. Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk asset(nonkas)tidak lancar yang dikelola oleh amil ,maka asset tersebut tersebut harus dinilai sesuai dengan PSAK yang relavan

7. Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal.hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah

Jurnal:

Kas/piutang-infak/sedekah xxx

Dana infak/sedekah xxx

8. Penyaluran infak/sedekah

a) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar:

Jumlah yang diserahkan,jika dalam bentuk kas Jurnal:

Dana infak/sedekah-non amil xxx

Kas-dana infak/sedekah xxx

Nilai tercatat asset yang diserahkan,jika dalam bentuk asset nonkas Jurnal:

Dana infak/sedekah-non amil xxx

(46)

b) Penyaluran infak/sedekah kepda amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah panjang amil tidak akan menerima kembali asset infak/sedekah yang disalurkan tersebut.

Jurnal:

Dana infak/sedekah xxx

Kas-dana infak/sedekah xxx

c) Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak sedekah.

Jurnal:

Piutang-dana infak/sedekah xxx

Kas-dana infak/sedekah xxx

d) Dana nonhalal

Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional.penerimaan nonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.

Penerimaan nonhalal diakui sebagai dana nonhalal,yang terpisah dari dana zakat,dana infak/sedekah dan dana amil. aset nonhalal disalurkan sesuai dengan syariah.

(47)

1. Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana nonhalal secara terpisah dalam neraca(laporan posisi keuangan)

2. Pengunkapan

Amil harus mengungkapan hal-hal berikut terikat dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada:

a. Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerimaan.

b. Kebijakan pembagian antara dana amil dana dana non amil atas penerimaan zakat, seperti presentase pembagian, alasan, dana konsitensi kebijakan. c. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat

berupa asset nonkas.

d. Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dana jumlah dana yang diterima langsung mustahiq, dan

e. Hubungan istemewa anatara amil dan mustahiq yang meliputi: -Sifat hubungan istimewa

-Jumlah dan jenis asset yang disalurkan dan

-Presentase dari asset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode

e) Infak sedekah

a. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:

(48)

i. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan utnuk penerimaan infak/sedekah berupa asset nonkas

ii. Kebijakan pembagian antara dana amil dan non amil atas penerimaan infak/sedekah,seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan,

iii. Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerimaan,

iv. Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak lansung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada maka harus diungkapkan jumlah dana presentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaoran serta alasannya,

v. Penggunaan dana infak/sedekah menjadi asset kelolaan yang diperuntukkan bagi yang berhak,jika ada,jumlah dan presentase terhadap seluruh pengunaan dana infak/sedekah serta alasanya

vi. Rincian jumlah penyaluran dana infak/sedekah yang mencakup jumla beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung oleh penerima infak/sedekah,

vii. Hubungan istimewa antara amil dan penerima infak/sedekah yang meliputi

- Sifat hubungan istimewa

- Jumlah dan jenis asset yang disalurkan;dan

- Presentase dari asset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selam periode

(49)

b. Selain membuat pengunkapan di pragraf diatas,amil mengungkapkan hal-hal berikut:

- Keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijkan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya;dan

- Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dana infak/sedekah.

I. Laporan keuangan amil a. Komponen laporan keuangan

Komponen laporan keuangan yang lengkap dari amil terdiri dari : 1. Neraca(laporam posisi keuangan)

2. Laporan perubahan dana

3. Laporan perubahan asset kelolaan 4. Laporan arus kas, dan

5. Catatan atas laporan keuangan. 1.Neraca(laporan posisi keuangan)

Entitas amil menyajikan pos-pos dalam neraca (laporan posisi keuangan dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

a. Asset

i. Kas dan setara kas ii. Instrument keuangan

iii. Piutang

(50)

b. Kewajiban

i. Biaya yang masih harus dibayar ii. Kewajiban imblan kerja

c. Saldo dana i. Dana zakat

ii. Dana infak/sedekah iii. Dana amil

(51)

Tabel 1

Neraca (laporan posisi keuangan) BAZ’’xxx”

Per 31 desember 2xx2

Keterangan Rp Keterangan Rp

Asset Asset lancar Kas dan setara kas Instrument keuangan Piutang

Asset tidak lancar Asset tetap Akumulasi penyusutan Kewajiban xxx xxx xxx xxx (xxx)

Kewajiban jangka pendek Biaya yang harus dibyar Kewajiban jangka panjang Jumlah kewajiban Saldo dana Dana zakat Dana infak/sedekah Dana amil Dana nonhalal Jumlah dana xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Jumlah asset Xxx Jumlah kewajiban dan

saldo dana

xxx

Sumber : Laporan perubahan dana Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK 109)

(52)

2. Laporan perubahan dana

Amil menyajikan laporan perubahan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil,dan dana nonhalal. penyajian laporan perubahan dana mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:

a. Dana zakat

i. Penerimaan dana zakat - Bagian dana zakat - Bagian amil ii. Penyaluran dana zakat

- Entitas amil lain - Mustahiq lainya iii. Saldo awal dana zakat iv. Saldo akhir dana zakat b. Dana infak/sedekah

i. Penerimaan dana infak/sedekah

- Infak/sedekah terikat (muqayadah) - Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah) ii. Penyaluran dana infak/sedekah

- Infak/sedekah terikat (muqayadah) - Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah) iii. Saldo awal dana amil

(53)

iv. Saldo akhir dana infak/sedekah

c. Dana amil

i. Penerimaan dana amil

- Bagian amil dari dana zakat

- Bagian amil dari dana infak/sedekah - Penerimaan lainya

ii. Pengunaan dana amil

- Beban umum dan administrasi iii. Saldo awal dana amil

iv. Saldo akhir dana amil d. Dana non halal

i. Penerimaan dana nonhalal - Bunga bank - Jasa giro

- Penerimaan nonhalal lainya ii. Penyaluran dana nonhalal

iii. Saldo awal dana nonhalal iv. Saldo akhir dana nonhalal

(54)

Tabel 2

Laporan perubahan dana BAZ”XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 desember 2xx2

Keterangan Rp

Dana Zakat Penerimaan

Penerimaan dari muzakki muzakki entitas

muzakki individual Hasil penempatan

Jumlah penerimaan dana zakat

Bagian amil atas penerimaan dana zakat

Jumlah penerimaan dana zakat setelah bagian amil

Penyaluran Fakir-Miskin Riqab xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx)

(55)

Gharim Muallaf Sabilillah Ibnu sabil

Jumlah penyaluran dana zakat Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir (xxx) (xxx) xxx xxx xxx xxx xxx DANA INFAK/SEDEKAH Penerimaan

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah

Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah

Bagian amil atas penerimaan dana infak/sedekah

Hasil pengelolaan

Jumlah penerimaan dana infak/sedekah

Penyaluran

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah

Infak/sedekah tidak terikat atau

xxx xxx (xxx) xxx xxx (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx

(56)

mutlaqah

Alokasi pemanfaatan aset kelolaan (misalnya beban penyusutan dan penyisihan)

Jumlah penyaluran dana infak/sedekah Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir xxx xxx xxx xxx xxx DANA AMIL Penerimaan

Bagian amil dari dana zakat

Bagian amil dari dana infak/sedekah Penerimaan lainnya

Jumlah penerimaan dana amil

xxx xxx xxx xxx

Sumber : Laporan perubahan dana Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK 109)

3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Entitas amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup tetapi tidak terbatas pada:

(a) Aset kelolaan yang termasuk aset lancar

(57)

(c) Penambahan dan pengurangan (d) Saldo awal

(e) Saldo akhir

Tabel 3

Laporan Perubahan Aset Kelolaan BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2 Saldo

awal

penambah an

Pengurangan Penyisahan Akumulasi penyusutan Saldo akhir Dana infak/ sedekah - aset kelolaan lancar (misal piutang bergulir) xxx xxx xxx xxx xxx xxx Dana infak/ sedekah - aset kelolaan tidak lancar (misal rumah sakit atau sekolah) xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Sumber : Sumber : Laporan perubahan dana Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK 109)

(58)

4. Laporan arus kas

Entitas amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2:laporan arus kas dan PSAK yang relavan.

5.Catatan atas laporan keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai denngan PSAK 101:penyajian laporan keuangan syariah dan PSAK yang relavan.

(59)

K. Kerangka pikir

L. Hipotesisi

Hipotesisi yang diajukan dalam penelitian ini yaitu analisis akuntansi zakat dan implementasinya pada wahdah islamiyah Makassar sama dengan PSAK 109 tentang akuntasi zakat, infaq, dan shodaqoh

Lembaga Amil Zakat Wahdah Islamiyah

Laporan perubahan dana

Zakat terbagi dua yaitu -Zakat fitra

-zakat maal

Penerapan PSAK 109

Hasil komparatif antara PSAK 109 dengan lembaga amil zakat wahdah islamiyah

(60)

51 A. Lokasi penelitian

Objek penelitian ini adalah Lazis Wahdah Islamiyah Makassar, yang secara khusus memberikan layanan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana kemanusiaan. penelitian ini dilaksankan di Lazis Wahdah Islamiyah Makassar selama 2 bulan yang berlokasi di Jln. Raya Antang Komp. Ruko Wahdah No.1, Makassar.

B. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik atau cara-cara yang digunakan melalui :

a. Penelitian lapangan ( Field Research), yaitu penelitian dilakuka lansung ke objek penelitian dengan tujuan menggambarkan semua fakta yang terjadi pada objek penelitian, agar permasalahan dapat diselesaikan. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengan melaksanakan penelitian lapangan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara, dilakukan dengan melakukan Tanya jawab langsung terhadap pihak-pihak yang bersangkutan,guna mendapatkan data dan keterangan yang berlandaskan pada tujuan penelitian

2. Observasi atau pengamatan langsung pada objek penelitian untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi/kondisi).

3. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dan dokumen yang relavan dengan penelitian ini

(61)

- Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulakan literatul-literatur yang relavan dengan permasalahan penelitian yang dapat berupa buku,majalah,surat kabar,tulisan-tulisan ilmiah untuk mendapat kejelasan konsep.

- Penelitian dengan internet, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengakses website dan situs-situs yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

C. Jenis dan sumber data 1. Jenis data

a. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang merupakan kumpulan data non angka yang bersifat deskriptif, seperti : b. Gambaran umum perusahaan (LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar)

termasuh sejarah dan perkembangan serta struktur organisasi dan pembagian tugas.

c. Dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah pokok penelitian penelitian, seperti laporan keuangan, pencatatan akuntansi, serta kebijakan akuntansi zakat dan infak/sedekah perusahaan

2. sumber data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah

a. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), dalam hal ini data yang dianalis yang diperoleh dari hasil

(62)

wawancara ataupun observasi langsung pada objek penelitian. Data-data tersebut seperti hasil wawancara dengan pimpinan atau pihak manajemen LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dan laporan keuangan perusahaan.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada, seperti gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, dan sebagainya. Serta data yang diperoleh dari literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti buku teks tentang lembaga amil zakat.

3 Metode analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif komparatif yakni mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan objek penelitian yang sesungguhnya untuk mengetahui dan menganalisis tentang penerapan akuntansi zakat objek penelitian kemudian dibandingkan dengan standar yang ada. Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan penerapan akuntansi zakat dan infak/shadaqah pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan membandingkan akuntansi zakat dan infak /shadaqah yang diterapkan pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dengan PSAK 109.

(63)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejara singkat Lazis Wahdah Islamiyah makassar

1. Profil dan sejarah Singkat Lembaga Amil Zakat Wahdah Islamiyah Makassar

Lazis Wahdah Islamiyah Makassar adalah lembaga amil zakat dan infak/sedakah yang berada dibawah naungan Ormas Islam Wahdah Islamiyah.Lembaga ini telah resmi berdiri sejak tahun 1442H/2002M, dengan badan hukum yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Kesatuan Bangsa dan politik Depertemen Dalam Negri, di Jakarta No 57/D.III.2/VI/2008.Hal tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang Zakat No 23 Tahun 2011 bahwah Lembaga Amil Zakat harus terdaftar sebagai organisasi kemasyrakatan islam (Ormas Islam) yamg mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. Berangkat dari kesadaran akan problematika ummat islam yang begitu kompleks, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar memposisikan diri dalam kegiatannya menghimpun dana-dana zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana halal lainnya dari kaum muslimin baik perorangan, instansi dan perusahaan kemudian menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya.

Sejak berdirinya hingga sekarang, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar telah mengalami perkembangan yang signifikan. Perkembangan yang sangat menonjol dapat dilihat sejak tahun 2015. Hal ini nampak dengan adanya

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang selain mengajarkan potensi akademik juga mengajarkan pendidikan nilai moral melalui kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat dan di era informasi yang begitu melimpah ruah seperti saat ini, serta perkembangan teknologi yang sangat

Judul Skripsi : Penetapan Kadar Campuran Kloramfenikol dan Prednisolon dalam Sediaan Krim secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, digunakan satu metode penelitian, yaitu penelitian hukum normatif.. Penelitian menarik asas hukum,

Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada tanggal 1 Januari 2010 dan atau yang memenuhi

Penelitian ini bertujuan untuk membuat system informasi di unit Pelayanan Markas (YANMA) Polda Bengkulu dengan bahasa pemrograman PHP dan MySQL.Sistem informasi

kaitanya dengan pengharaman anak. 2) Ibu yang menyusui dalam kondisi hidup. Jika ASI tersebut dipompa ketika ibu itu masih hidup, kemudian setelah ibu itu

Kertas kerja ini hanya tertumpu kepada tulisan ketatanegaraan bercirikan sejarah yang dihasilkan di pusat penulisan Johor-Riau seperti Sulalat al-Sala tin, Peringatan