BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan secara terperinci mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan sesuai dengan topik penelitian.
Sistematika penulisan pada bab ini terbagi menjadi tujuh bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang jenis dan metode penelitian, bagian kedua menggambarkan tentang indikator dan variabel penelitian, bagian ketiga menjelaskan tentang populasi dan sampel penelitian, bagian keempat menjelaskan tentang teknik pengumpulan data, bagian kelima tentang alat dan bahan pengumpulan data, bagian keenam menggambarkan tentang teknik analisis data yang digunakan, dan pada bagian terakhir menggambarkan tentang alur pemikiran penelitian.
A. Jenis Penelitian
Untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang penulis ketengahkan, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, melalui metode survei terhadap fenomena-fenomena yang terkait dengan topik penelitian.
Menurut Tika (2005 : 4) yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah:
Penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi dan analisis. Penelitian deskriptif ini perlu memanfaatkan ataupun menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik maupun sosial yang dipersoalkan. Hasil penelitiannya adalah difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.
25
Adapun yang dimaksud dengan metode survei dalam penelitian ini Menurut Tika (2005 : 6) adalah
suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu bersamaan.
Data dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti.
Sesuai dengan ungkapan di atas, penelitian ini lebih difokuskan untuk mengungkapkan potensi-potensi yang dimiliki Kelurahan Jelekong, untuk selanjutnya dianalisis bagaimana strategi yang tepat dalam mengembangkan daerah penelitian menjadi desa wisata.
B. Variabel Penelitian
Sutrisno Hadi dalam Arikuto (2005:116) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi, sedangkan yang dimaksud dengan gejala disini adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Dalam mengembangkan desa wisata ada beberapa indikator perwujudan desa wisata yang harus harus dipenuhi, diantaranya aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat dan upacara, serta indikator penunjang pariwisata lain seperti aksesibilitas, amenities, masyarakat, wisatawan dan pengelola pariwisata
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel tunggal yaitu potensi pengembangan desa wisata di Kelurahan Jelekong beserta indikatornya yang mengacu pada ungkapan di atas. Adapun indikator dan variabel penelitian ditampilkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
No Indikator
Variabel
Indikator Aspek
1 Kriteria Perwujudan Desa Wisata
a. Aspek fisik: tanah, air, iklim b. Sosial: penduduk, pola usaha c. Biotis: hewan dan tumbuhan
d. Tipologis: letak, luas dan batas desa e. Tata ruang
f. Tata bangunan
g. Budaya: pola hidup, kesenian h. Kerajinan
i. Cerita rakyat j. Upacara
Potensi Kelurahan Jelekong dalam mendukung perwujudan
desa wisata 2 Aksesibilitas a. Kualitas jalan raya
b. Lebar jalan aya
c. Frekuensi transportasi umum d. Kualitas jalan akses
e. Lebar jalan akses
f. Kelengkapan fasilitas lalu lintas g. Jenis angkutan ke tempat wisata 3 Amenitis
(Fasilitas Wisata)
a. Sarana : Jenis sarana yang boleh ada di lokasi dan jenis sarana yang boleh tidak ada di lokasi
b. Prasarana : Listrik, Air bersih,
komunikasi, fasilitas kesehatan, fasilitas keamanan.
4 Masyarakat a. Pengetahuan masyarakat b. Sikap masyarakat dalam
pengembangan desa wisata c. Partisipasi masyarakat dalam
pengembangan desa wisata 5 Wisatawan a. Karakteristik wisatawan
b. Motivasi wisata
c. Aktivitas wisata yang sering dilakukan 6 Pemerintah
dan Pengelola pariwisata
a. Kebijakan b. Promosi
c. Event Pariwisata
d. Kendala pengembangan
e. Upaya pengembangan oleh pengelola
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti atas semua kasus individu dan gejala yang ada di daerah penelitian (Sumaatmadja, 1988 : 112).
Adapun populasi dalam penelitian ini, meliputi seluruh gejala yang berada di Kelurahan Jelekong yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, populasi terbagi menjadi dua, yaitu populasi wilayah yang meliputi seluruh gejala lingkungan fisik, aksesibilitas, sarana dan prasarana di Kelurahan Jelekong, sedangkan populasi manusianya meliputi seluruh masyarakat di Kelurahan Jelekong
Tabel 3.2
Jumlah populasi wilayah dan manusia di Kelurahan Jelekong
No Populasi Wilayah Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Kepala Keluarga
1 RW 01 : Giriharja 2404 647
2 RW 02 : Cikadu 2078 475
3 RW 03 : Nanggrang 2802 758
4 RW 04 : Batu Gajah 1421 384
5 RW 05 : Gugunungan 1688 473
6 RW 06 : Sartembong 1120 314
7 RW 07 : Cangkring 1 1534 371
8 RW 08 : Kampung Lio 717 193
9 RW 09 : Lembur Tengah 1116 240
10 RW 10 : Giri Harja Indah 1206 310
11 RW 11 : Komp. GBA 592 145
12 RW 12 : Sukajadi 1 1240 316
13 RW 13 : Sukajadi 2 941 262
14 RW 14 : Margaluyu 754 216
15 RW 15 : Cangkring 2 1393 362
Jumlah 21006 5466
Sumber : Monografi Kelurahan Jelekong Tahun 2011
2. Sampel
Seperti halnya populasi, sampel dalam penelitian yang penulis lakukan terbagi menjadi dua, yaitu sampel wilayah dan sampel manusia.
a. Sampel Wilayah
Sampel wilayah dalam penelitian ini yaitu RW 01 Giriharja dan RW 14 Margaluyu-Gentong, alasan pemilihan daerah-daerah ini sebagai sampel wilayah karena di daerah tersebut memiliki keunikan atraksi wisata yang meliputi kondisi lingkungn fisik, sosial dan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain di Kelurahan Jelekong.
Sampel wilayah penelitian disajikan dalam tebel 3.3 dan gambar 3.1 Tabel 3.3
Sampel wilayah di Kelurahan Jelekong
No Sampel Wilayah Jumlah Penduduk Jumlah KK
1 RW 01 : Giriharja 2404 647
2 RW 14 : Margaluyu 754 216
Jumlah 3158 863
Sumber : Data Monografi 2011
1) Giriharja sebagai lokasi pengembangan wisata seni-budaya
Daerah ini terkenal dengan produk unggulan masyarakatnya yaitu berupa lukisan dan wayang golek yang sangat menarik, selain itu pola kehidupan masyarakat yang unik dan beragam atraksi wisata yang dapat disuguhkan, sehingga menambah daya tarik daerah ini.
2) Margaluyu-Gentong sebagai lokasi pengembangan agrowisata Daerah Gentong memiliki daya tarik melalui potensi alamnya yang unik seperti gua dan curug. Di daerah ini pun kita dapat menikmati kesejukan dan keindahan alam serta beragam aktivitas outboand.
b. Sampel Manusia
Pada penelitian ini, metode pengambilan sampel penduduk yang digunakan adalah melalui sampel proporsional (proporsional sampling). Menurut Arikunto (2002:116), “sampel proporsional merupakan pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah yang ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah”.
Adapun untuk menentukan banyaknya sampel manusia dari setiap sampel wilayah penulis menggunakan persamaan yang dikemukakan Dixon dan B. Leach dalam Tika (2005 : 25) untuk menentukan besarnya sampel. Persamaannya adalah sebagai berikut:
=
... (1) Keterangan :
n : Jumlah sampel
Z : Tingkat Kepercayaan (confidence level) dinyatakan dalam persen dan nilai conversinya dapat dicari dalam tabel statistik pada lampiran
V : Variabilitas (dalam persen) dihitung dengan rumus:
= 100 −
Dimana p = persentase karakteristik sampel yang dianggap benar C : Batas kepercayaan (confidence limit) dalam persen.
Confidence limit adalah perbedaan rata-rata sampel dengan rata- rata yang diharapkan untuk memperoleh nilai populasi.
Jumlah seluruh sampel penduduk dari enam sampel wilayah dalam penelitian ini, diperoleh dengan menggunakan persamaan di atas, melalui langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Menentukan persentase karakteristik (P)
=ℎ
ℎ 100% = 863
3158 100%
= 27,33 %
b) Menentukan variabilitas (V)
= 100 − = 27,33100 −27,33
= 27,33 72,67 = √1986,0711 = 44,565
c) Menentukan jumlah sampel (n), dimana Z = Convidence level atau tingkat kepercayaan 95% besarnya 1.96, dan C = Conviden limit atau batas kepercayaan, besarnya 10.
= ,- . /
0 = ,1,96 44,565 10 /0
= 76,296
d) Menentukan jumlah sampel yang dikoreksi dengan rumus:
n2= n 1 + nN Keterangan:
n’ : Jumlah sampel yang telah dikoreksi (dibetulkan)
n : Jumlah sampel yang dihitung berdasarkan persamaan (1) N : Jumlah populasi (Kepala Keluarga)
n2= n
1 + nN= 76,296 1 + 76,296863 n2= 76,296
1 + 0,0884 = 76,296 1,0884 n2= 70,099 = 70 (dibulatkan)
Sampel proporsional digunakan karena jumlah kepala keluarga di setiap wilaya sampel tidak sama, hal ini bertujuan agar tidak ada penumpukan pengambilan sampel dalam satu wilayah. Jumlah sampel manusia dari tiap sampel wilayah ditunjukan pada tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4
Jumlah sampel wilayah dan manusia di Kelurahan Jelekong
No Sampel Wilayah
Sampel Manusia Jumlah
penduduk
Jumlah KK
Besar Sampel (KK)
1 RW 01 : Giriharja 2404 647 52
2 RW 14 : Margaluyu 754 216 18
Jumlah 3158 863 70
Sumber : Data Monografi dan Hasil Penelitian 2011
Dari tabel 3.4 di atas, kita dapat melihat bahwa besarnya sampel manusia dari setiap sampel wilayah dalam penelitian ini, berjumlah 70 KK, hal tersebut sesuai dengan teori sampling yang diungkapkan dalam Tika (2005 : 25), yang menyatakan bahwa:
Sampai saat ini belum ada ketentuan yang jelas tentang batas minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan mewakili suatu populasi yang akan diteliti. Kendati demikian, dalam teori sampling dikatakan bahwa sampel yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal adalah 30
Apabila melihat besarnya sampel dalam penelitian ini yang berjumlah 70 KK, penulis rasa besarnya sampel sudah dapat mewakili distribusi normal, sesuai dengan pernyataan di atas.
Selain sampel penduduk, penulis pun mengambil sempel wisatawan sebanyak 30 orang, menggunakan metode accidental sampling, dan sampel responden pengelola pariwisata.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diharapkan, maka dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data melalui teknik sebagai berikut:
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data yang aktual dan langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang berkaitan dengan atraksi, fasilitas dan aksesibilitas Kelurahan Jelekong dalam pengembangannya sebagai desa wisata, adapun instrument penelitian yang digunakan adalah cheklist.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari responden untuk melengkapi data yang telah ada mengenai atraksi, fasilitas dan aksesibilitas desa wisata di Kelurahan Jelekong.
3. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan digunakan untuk melengkapi data sekunder yang mendukung terhadap permasalahan yang diteliti melalui litelatur dari buku-buku, internet, media cetak maupun dari sumber lain.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data berupa visualisasi yang diambil dari fenomena yang ada pada objek penelitian. Studi dokumentasi ini digunakan untuk memberi gambaran dan memperkuat data mengenai fenomena yang diteliti, berdasarkan keadaan nyata di lapangan.
E. Alat dan Bahan Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, yang menjadi alat dan bahan pengumpul data antara lain:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1208-634 Pakutandang 2. Peta Geologi, Geomorfologi dan Tanah Kelurahan Jelekong 3. Alat survei lapangan (alat pengukur jarak dan kamera)
4. Pedoman wawancara, adalah alat yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan wawancara terhadap responden.
5. Angket, adalah alat untuk mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada responden tentang objek yang diteliti.
6. Cheklist lapangan, adalah alat untuk mengecek kondisi atraksi, fasilitas dan aksesibilitas pariwisata.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Nasution (2002 : 126), Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, thema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara beberapa konsep.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Nasution, bahwa analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan, maka seluruh data yang telah diperoleh harus diolah terlebih dahulu agar mudah untuk dianalisis.
Adapun analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teknik Pengharkatan (scoring)
Untuk menganalisis potensi Kelurahan Jelekong dalam pengembangannya sebagai desa wisata, penulis menggunakan teknik pengharkatan, teknik ini digunakan untuk memberikan nilai pada masing- masing karakteristik parameter dari indikator-indikator agar dapat dihitung nilainya serta data ditentukan peringkatnya. Adapun parameter yang dinilai adalah indikator perwujudan desa wisata yang meliputi aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat dan upacara, serta indikator penunjang pariwisata lain seperti aksesibilitas, sarana dan prasarana wisata.
Peringkat masing-masing indikator diurutkan menjadi beberapa kategori, mulai nilai harkat tertinggi yang bernilai 5 hingga nilai harkat terendah yang bernilai 1, pengharkatan tersebut akan menentukan potensi pengembangan desa wisata di Kelurahan Jelekong.
Kriteria pengharkatan diperoleh melalui adaptasi dari berbagai sumber diantaranya kriteria perwujudan desa wisata dari Wiendu dan daftar penilaian objek wisata yang dikeluarkan oleh Disbudpar. Adapun kriteria pengharkatan tiap parameter dari variabel dalam penelitian ini ditunjukan dalam tabel berikut.
Indikator Sub Indikator Harkat
5 4 3 2 1
Fisik
Kesuburan tanah Kemiringan lereng
Sangat Subur 0 - 8%
Subur 9 - 15%
Sedang 16 - 25%
Kurang 26% -
40%
Tidak
> 41%
Kondisi Air Sangat
Melimpah Melimpah Sedang Sulit Sangat Sulit
Iklim Panas Sedang Sejuk Dingin Kutub
Sosial
Pola Usaha: Menggarap sawah, kebun, bercocok tanam, membuat kerajinan tangan, lainnya
Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
Biotis
Jenis-jenis hewan
domba, ayam, itik, bebek, kuda, kerbau, sapi, burung
Ada 7 Ada 5-6 Ada 3-4 Ada 1-2 Tidak ada Penghijauan/ Tumbuhan hutan,
perkebunan, ladang, semak belukar, sawah, lainnya
Baik merata Ada >3
Cukup baik Ada 3
Sedang Ada 2
Kurang
Ada 1 Tidak ada
Tipopogis Letak dalam per-
kampungan
dekat per- kampungan
ditengah- tengah
dekat dgn perkotaan
di dalam perkotaan
Luas 20-30 ha 30-50 ha 50-70 ha 70-100 ha >100 ha
Tata Ruang
Letak desa wisata dari fasilitas perkotaan modern
Sangat
Jauh Jauh Cukup Dekat Sangat
dekat
Tata Bangunan
Keberadaan dan dominasi bentuk rumah: rumah panggung, rumah gebyog, rumah semi permanen, rumah permanen
Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
Elemen penunjnag rumah:
saung , lisung, lumbung padi, kolam dan pancuran, kandang
Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
Budaya
Kekhasan pakaian: ikat kepala, celana pangsi dan kampret, terumpah, kebaya dan karembong
Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada Adat istiadat
adat perkawinan, adat khitanan, adat kematian, adat tujuh bulanan, adat menjelang dewasa, adat membuat rumah, adat mengolah sawah, adat panen
Ada 7 Ada 5-6 Ada 3-4 Ada 1-2 Tidak ada
Kesenian: calung, jaipong,
ronggeng, wayang golek, lainnya Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada Arena kesenian: padepokan,
sanggar seni, lapangan terbuka, gedung pertunjukan, lainnya
Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
Kerajinan
Makanan olahan khas Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
Home Industry Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
Produk pertanian segar Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada Cerita
Rakyat
Legenda benih padi, Legenda upacara adat, Legenda penanaman padi, Legenda waditra , lainnya
Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
Upacara Adat
Rayagung akbar, Upacara hajat bumi, Upacara labuh bumi, Upacara bubur suro, lainnya
Ada > 3 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada Sumber : Wiendu Nuryati 1993 dan hasil pengolahan 2011
Harkat kelas dan kriteria aksesibilitas
No Indikator Harkat
5 4 3 2 1
1 Kualitas jalan raya Sangat Baik Hotmix
Baik Aspal
Sedang Berbatu
Rusak Berbatu
Sangat Rusak Tanah '2 Lebar jalan raya >10 m 8 – 10 m 6 – 8 m 6 - 3 m < 3 m
3 Frekuensi transportasi umum
Sangat Tinggi
>25 kali
Tinggi 17 - 24 kali
Sedang 9 – 16 kali
Kurang
< 9 kali
Tidak ada
4 Kualitas jalan akses Sangat Baik Hotmix
Baik Aspal
Sedang Berbatu
Rusak Berbatu
Sangat Rusak Tanah 5 Lebar jalan akses >10 m 8 – 10 m 6 – 8 m 6 - 3 m < 3 m 6
Kelengkapan fasilitas (meliputi rambu-rambu lalulintas dan marka jalan)
Sangat
Lengkap Lengkap Sedang Kurang
Lengkap
Tidak Lengkap
7
Jenis angkutan ketempat wisata (Bus, Angkot, Angkutan Pedesaan, Ojeg, Becak, Delman, lainnya)
> 6 5 – 6 3 – 4 1 – 2 Tidak ada
Sumber: Disbudpar dan hasil pengolahan 2011
Tabel 3.7
Harkat kelas dan kriteria sarana
No Indikator Harkat
5 4 3 2 1
1
Sarana yang boleh ada di lokasi Akomodasi (penginapan), Tempat parkir, Rumah makan, Pintu gerbang, Kios Makanan dan Minuman, WC Umum, Pos Keamanan, Pos P3K, Toko Cinderamata, Gallery, Padepokan/Tempat Pementasan
Ada > 7 Ada 5-6 Ada 3 – 4 Ada 1-2 Tidak ada
2
Saran yang boleh tidak ada di lokasi Akomodasi (hotel berbintang), Restoran besar, Tourist information center, Shelter
Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
Sumber: Disbudpar dan hasil pengolahan 2011
Tabel 3.8
Harkat kelas dan kriteria prasarana
No Indikator Parameter penilaian dan harkat kelas
5 4 3 2 1
1 Listrik Sangat Baik,
PLN
Baik, PLN
Sedang Genset
Kurang
Genset Tidak ada
2 Air bersih Baik, PAM Baik,
sumber lain
Sedang,
agak jauh Kurang Tidak ada
3 Telekomunikasi Ada, baik Ada, Cukup Ada,
Sedang Kurang Tidak ada 4 Fasilitas kesehatan Tersedia baik
dekat
Tersedia cukup dekat
Tersedia sedang
Tersedia
Jauh Tidak ada 5 Fasilitas keamanan Tersedia baik
dekat
Tersedia cukup dekat
Tersedia sedang
Tersedia
Jauh Tidak ada Sumber: Disbudpar dan hasil pengolahan 2011
Nilai tiap kriteria dalam penelitian ini ditetapkan dengan scoring, skor terendah untuk keseluruhan aspek yaitu 1 dan tertinggi 5. Sedangkan skor (harkat) berkisar antara 1 sampai 5 dimana besarnya nilai masing- masing kriteria merupakan jumlah dari nilai tiap-tiap parameter yang berkaitan. Setelah dilakukan pengharkatan terhadap potensi kawasan wisata langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap pengembangan desa wisata sesuai indikator yang telah ditentukan.
Tabel 3.9
Nilai kesesuaian untuk Kriteria Perwujudan Desa Wisata
No Indikator Sub Indikator Skor (Harkat)
Rendah Tinggi 1 Aspek Fisik
Kesuburan tanah dan kemiringan 1 5
Kondisi air 1 5
Iklim 1 5
2 Sosial Pola usaha 1 5
3 Biotis Jenis-jenis hewan 1 5
Penghijauan/ Tumbuhan 1 5
4 Tipologis Letak 1 5
Luas 1 5
5 Tata Ruang Tata Ruang 1 5
6 Tata Bangunan Keberadaan dan bentuk rumah 1 5
Elemen penunjnag rumah 1 5
7 Budaya
Kekhasan pakaian 1 5
Adat istiadat 1 5
Kesenian 1 5
Arena kesenian 1 5
8 Kerajinan
Makanan olahan khas 1 5
Home Industry 1 5
Produk pertanian segar 1 5
9 Cerita Rakyat Berbagai Cerita Rakyat 1 5
10 Upacara Adat Berbagai Upacara Adat 1 5
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Pengolahan 2011
Tabel 3.10
Nilai kesesuaian untuk Faktor Aksesibilitas
No Indikator Skor (Harkat)
Rendah Rendah
1 Kualitas jalan raya 1 5
2 Lebar jalan raya 1 5
3 Frekuensi transportasi umum 1 5
4 Kualitas jalan akses 1 5
5 Lebar jalan akses 1 5
6 Kelengkapan fasilitas Lalu lintas 1 5
7 Jenis angkutan ketempat wisata 1 5
Jumlah 7 35
Sumber : Data Hasil Pengolahan 2011
Tabel 3.11
Nilai kesesuaian untuk Faktor Sarana Wisata
No Indikator Harkat
Rendah Tinggi 1 Jenis sarana yang boleh ada di lokasi
Akomodasi (penginapan), Tempat parkir, Rumah makan, Pintu gerbang, Kios Makanan dan Minuman, WC Umum, Pos Keamanan, Pos P3K, Toko Cinderamata, Galeri, Padepokan/Tempat Pementasan
1 5
2 Jenis saran yang boleh tidak ada di lokasi Akomodasi (hotel berbintang), Restoran besar, Tourist information center, Shelter
1 5
Jumlah 2 10
Sumber : Data Hasil Pengolahan 2011
Tabel 3.12
Nilai kesesuaian untuk Faktor Prasarana Wisata
No Indikator Harkat
Rendah Tinggi
1 Listrik 1 5
2 Air bersih 1 5
3 Telekomunikasi 1 5
4 Fasilitas kesehatan 1 5
5 Fasilitas keamanan 1 5
Jumlah 5 25
Sumber : Data Hasil Pengolahan 2011
Selanjutnya untuk mengetahui kelas potensi pengembangan desa wisata dari tiap-tiap kriteria perwujudan desa wisata dilakukan dengan menentukan panjang interval dari hasil perhitungan skor masing-masing variabel dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan Subana dalam Riki (2010:45) sebagai berikut:
5 = 6 Ketarangan: 7
P : Panjang Interval R : Rentang Jangkauan K : Banyaknya Kelas
Berdasarkan persamaan di atas kemudian ditentukan kelas- kelas potensi pengembangan desa wisata dengan ketentuan yang ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 3.13
Kriteria Penentuan Kelas Potensi Pengembangan Desa Wisata Berdasarkan Kriteria Perwujudan Desa Wisata
Kelas Tingkat Penilaian
Rentang
Skor Pemerian
I Tinggi/Sangat
Potensial 73,4 - 100
Suatu daerah yang memiliki kondisi lingkungan alam, sosial dan budaya yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan.
II Sedang/Cukup
Potensial 46,7 – 73,3
Suatu daerah yang memiliki kondisi lingkungan alam, sosial dan budaya yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan.
III Rendah/Kurang
Potensial 20 – 46,6
Suatu daerah yang memiliki kondisi lingkungan alam, sosial dan budaya yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan.
Sumber : Sunarto dan hasil pengolahan 2011
Tabel 3.14
Kriteria Penentuan Kelas Potensi Pengembangan Desa Wisata Berdasarkan Faktor Aksesibilitas
Kelas Tingkat Penilaian
Rentang
Skor Pemerian
I Tinggi/Sangat
Potensial 25,7 - 35
Suatu daerah yang memiliki kondisi aksesibilitas yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
II Sedang/Cukup
Potensial 16,4 – 25,6
Suatu daerah yang memiliki kondisi aksesibilitas yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
III Rendah/Kurang
Potensial 7 – 16,3
Suatu daerah yang memiliki kondisi aksesibilitas yang kurang potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
Sumber : Sunarto dan hasil pengolahan 2011
Tabel 3.15
Kriteria Penentuan Kelas Potensi Pengembangan Desa Wisata Berdasarkan Faktor Sarana Wisata
Kelas Tingkat Penilaian
Rentang
Skor Pemerian
I Tinggi/Sangat
Potensial 7,4 - 10
Suatu daerah yang memiliki kondisi sarana wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
II Sedang/Cukup
Potensial 4,7 – 7,3
Suatu daerah yang memiliki kondisi sarana wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
III Rendah/Kurang
Potensial 2 – 4,6
Suatu daerah yang memiliki kondisi sarana wisata yang kurang potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
Sumber : Sunarto dan hasil pengolahan 2011
Tabel 3.16
Kriteria Penentuan Kelas Potensi Pengembangan Desa Wisata Berdasarkan Faktor Prasarana Wisata
Kelas Tingkat Penilaian
Rentang
Skor Pemerian
I Tinggi/Sangat
Potensial 18,4 - 25
Suatu daerah yang memiliki kondisi prasarana wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
II Sedang/Cukup
Potensial 11,7 – 18,3
Suatu daerah yang memiliki kondisi prasarana wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
III Rendah/Kurang
Potensial 5 – 11,6
Suatu daerah yang memiliki kondisi prasarana wisata yang kurang potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata berdasarkan parameter yang ditetapkan.
Sumber : Sunarto dan hasil pengolahan 2011
2. Analisis Persentase
Analisis persentase digunakan untuk mengetahui kecenderungan- kecenderungan dari jawaban responden, terutama untuk menganalisis sikap dan partisipasi masyarakat untuk menghitung perolehan nilainya, digunakan persamaan sebagai berikut:
5 = 8
9 :;;%
Keterangan :
P : Persentase jawaban responden f : Frekuensi tiap kategori jawaban N : Jumlah keseluruhan responden 100% : Bilangan konstanta
Setelah perhitungan telah selesai, maka hasil perhitungan tersebut dikategorikan dalam kriteria sebagai berikut
: 0 % : tidak ada
15 – 24 % : sebagian kecil
25 – 49 % : hampir setengahnya
50 % : setengahnya
51 – 74 % : sebagain besar
75 – 99 % : hampir seluruhnya
100 % : seluruhnya (Sumber : Arikunto dalam Riki (2011:37))
3. Analisis SWOT
Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih luas.
Dengan metode analisis ini penulis berusaha untuk mengkaji potensi geografis yang mendukung keberadaan wisata serta berusaha mempertemukan seluruh aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat di kawasan tapak pengembangan desa wisata.
Formula SWOT dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan masukan, petunjuk, dan pengarahan bagi pengambilan keputusan atau kebijakan dalam pengembangan desa wisata di Kelurahan Jelekong.
Matriks SWOT disusun berdasarkan hasil skoring dari faktor- faktor strategis yang dianggap dapat mewakili unsur-unsur yang dinilai dalam pengembangan desa wisata Jelekong, sehingga akan melahirkan 4 alternatif strategi yang dapat disarankan, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT, yang ditunjukan dalam tebel 3.17.
Tabel 3.17 Matrik SWOT
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
OPPORTUNIES (O)
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS (T)
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI TW Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman Sumber : Rangkuti 2009:31
IFAS EFAS
G. Alur Prosedur Penelitian
Gambar 3.2 Alur Prosedur Penelitian Kelurahan Jelekong sebagai salah satu
daerah pengembangan desa wisata
Masalah Penelitian
Metode Deskriptif
Populasi dan Sampel
RW 01. Giriharja RW 14. Margaluyu (Gentong)
Atraksi Wisata
Aksesibi litas
Sarana Prasarana
Sikap dan Partisipasi
Pengharkatan dan Pembobotan
Potensi Pengembangan Desa Wisata
Persentase
Dukungan, kendala dan upaya pengelolaan
SWOT
Strategi Pengembangan Desa Wisata
Kesimpulan dan Rekomendasi
Segmentasi Wisatawan
Pengelola Wisata