• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil prosduksi perhektar yang lebih tinggi.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarahkan pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di afrika. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa

(2)

sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas Perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke Negara - negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda.

Memasuki masa pendudukan jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949. Padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.0000 ton minyak sawit.

Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat (PIR-bun). Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi.

(3)

Para investor menginvestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Potensial area perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Pengembangan perkebunan tidak hanya diarahkan pada sentra - sentra produksi seperti Sumatera dan Kalimantan, tetapi daerah potensi pengembangan seperti Sulawesi dan Irian Jaya terus dilakukan. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 1998 tercatat lebih dari 84 produsen minyak kelapa sawit, sedangkan jumlah pabrik mencapai 205 pabrik kelapa sawit (crude palm oil, CPO ) mencapai 8.074 ton/TBS/ tahun yang tersebar hampir seluruh potensi di Indonesia. (Yan Fauzi, 2002).

Kelapa Sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai

Dura(D), Tenera(T), dan Pisifera(P). Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara

memotong buahnya secara memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18%. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang tebal serta dipakai oleh dura dan persifera, memliki cangkang tipis dengan cincin serat yang sekeliling biji, serta ekstraksi minyak sekitar 22-25%. Persifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial.

Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulanan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar (TBS). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3 - 14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15 - 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 - 15 TBS pertahun dengan berat 4 - 40 kg pertandan tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000 - 3000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10 - 20 g.

(4)

TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan Inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel . Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia . Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal.

Peningkatan produksi bahan mentah berupa minyak mentah kelapa sawit telah membuka peluang pula untuk pengembangan industri hilir. Dengan demikian nilai tambah akan diperoleh sekaligus akan menambah lapangan kerja baru. Sebagian produksi minyak sawit di ekspor guna mengisi pasar sekaligus mempertahankan pasar Internasional dimana saham Indonesia sekitar 20 - 25%. Upaya ini dipertahankan sebagai sumber devisa. Meskipun sumbangannya hanya 1 - 2% saja namun pengaruhnya cukup besar dipasar internasional. Komoditi ini juga merupakan komoditi yang diperhitungkan dalam 10 bahan pokok. Tinggginya harga minyak goreng dapat mempengaruhi tingakat inflasi. Komoditi ini merupakan komoditi yang cukup tangguh mengahadapi situasi iklim. (Naibaho.,P. 1996 )

(5)

2.2 Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingnya. Secara ringkas, tahap- tahap proses pengolahan tandan buah segar sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut :

2.2.1. Stasiun Penerimaan Buah

Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang (weight bridge ) dan ditampung sementara di penampungan buah ( loading

ramp).

a. Jembatan Timbang

Tujuan dilakukannya penimbangan bagi kebun adalah untuk mengetahui produktivitas kebun sehingga memerlukan data berat, asal kebun , bagian , blok. Setiap truk uang mengangkut TBS ke pabrik ditimbang terlebih dahulu di jembatan timbang (bridge weighing) untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto ) dan sesudah dibongkar ( tarra). Selisih antara bruto dengan tarra adalah jumlah TBS yang diterima di PKS (netto).

b. Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk. Loading Ramp merupakan suatu

(6)

bangunan dengan lantai berupa kisi- kisi plat basi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450. Kisi – kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Kotoran yang jatuh kemudian ditampung dalam pembuangannya. (Pahan ,I. 2007).

2.2.2 Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)

TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus di dalam stelizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada Umumnya tekanan uap yang digunakan 2,5 atmosfer dengan suhu 125oC. Perebusan terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. ( Yan Fauzi, 2002).

Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, pertama - tama buah direbus dalam ketel rebusan dengan tujuan:

a.Menghentikan aktifitas enzim

Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidasi yang tetap bekerja dengan buah sebelum enzim dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami kememeran (luka) . Untuk mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam persentase yang relative

(7)

kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50oC. Oleh sebab itu perebusan pada suhu 120oC akan menghentikan kegiatan enzim.

b.Melepaskan buah dari tandan dan inti cangkang

Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit , buah perlu dilepaskan dari tandan dengan perebusan.

c.Menurunkan kadar air

Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu

dengan cara penguapan baik pada saat perebusan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehinga terbentuk rongga-rongga kosong sehingga mempermudah proses pengempaan.

d.Melepaskan serat dan biji

Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dan biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji.

e.Membantu Proses Pelepasan Inti dari cangkang

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lengkang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik .(Naibaho.P., 1996)

(8)

2.2.3 Pelepasan buah

TBS yang telah direbus dimasukkan kedalam mesin pelepas buah (Threser). Thresser berfungsi untuk memisahkan berondolan dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjang kosong ke empaty bunch conveyor. Tandan akan terpental ke luar dan buah akan keluar dari mesin melalui kisi- kisi, kemudian masuk ke bottom fruit conveyer. Dari bottom fruit conveyor masuk ke fruit elevator, jatuh ke top fruit conveyor dan selanjutnya ke distributor fruit conveyor untuk dibagikan ke digester.

2.2.4 Pelumatan

Buah yang masuk kedalam digester, diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik bila isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinu melaui lubang digester terhambatnya pengeluaran minyak menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efektivitas pelumatan pisau digester suhu masa digester harus selalu dipertahankan pada suhu 90 - 95oC. (Perdamean ,.M. 2008).

2.2.5 Pengeluaran Minyak

Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari buah secara bertahap dengan bantuan pisau pelempar dari ketel adukan. Alat yang digunakan dalam proses ini disebut screw press, yakni alat penekan berputar berlawanan arah. Massa buah akan tertekan ke ujung screw dan minyak akan keluar melalui dinding silinder yang berlubang. Minyak yang di hasilkan di tampung di sebuah talang (crude oil tank)

(9)

melalui saringan getar (vibrating screen) dan dipompakan ke stasiun pemurnian (klarifikasi). Biji dan serabut yang berbentuk gumpalan diteruskan ke cake breaker

conveyer dan dipisahkan di pericarper . Biji dikirim ke tempat penampungan biji (nut

silo) , sedangkan serabut (fibre) dikirim ke ketel uap sebagai bahan bakar.

2.2.6 Pemurnian Minyak (Klarifikasi)

Stasiun pemurnian yaitu satasiun pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran- kotoran seperti padatan, lumpur dan air.

1. Tujuan Pemurnian

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan ( solid), lumpur (sludge ), maupun air. Tujuan dari pembersihan /pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan

kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. ( Pahan .I, 2007)

2. Tahap –Tahap Pemurnian

Adapun tahap - tahap pemurnian minyak untuk mendapatkan minyak yang berkualitas dan memenuhi standard haruslah melewati beberapa alat pendukung yaitu:

(10)

2.1 Tangki Pemisahan Pasir ( Sand Trap Tank)

Sand trap berfungsi untuk menangkap pasir. Adanya pasir mempengaruhi

proses di sludge separator, karena dapat merusak nozzle dan piringan (disk). Di dalam sand trap terdapat sekat / baffle yang fungsinya untuk mengarahkan aliran minyak kasar ke dasar tangki sehingga memungkinkan pasir yang terdapat pada minyak kasar mengendap. Pengendapan padatan lebih baik jika pembersihan dasar tangki dilakukan secara terjadwal. Hal ini jarang dilakukan karena sludge yang berada di dasar tangki mengandung minyak yang tinggi oleh sebab itu disarankan agar sand trap dilengkapi dengan tangki pengencer untuk mengutip minyak yang terdapat dalam sludge.

Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan adalah suhu minyak kasar 95 - 115

o

C. Pembuangan pasir secara rutin seiap 4 jam dan hindarkan minyak jangan sampai terbawa.

2.2 Saringan Bergetar (Vibrating Screen )

Untuk memisahkan serat- serat halus dan kotoran kasar yang terikut dengan minyak dilakukan dengan penyaringan pada ayakan / saringan getar. Benda- benda padat berupa ampas yang di saring pada saringan ini dikembalikan ketimba buah untuk di proses kembali. Cairan minyak yang di tampung dalam tangki kasar. Dimana minyak kasar yang sudah diendapkan pada sand trap tank dialirkan ke vibrating

screen untuk disaring lebih lanjut, dengan tujuan untuk memisahkan benda- benda

(11)

2.3 Tangki/Pompa Minyak Kasar (Crude Oil Tank/Pump)

Tangki Minyak kasar adalah tangki penampung minyak kasar yang telah disaring untuk kemudian dipompakan kedalam tangki pisah (Continues Clarifier

Tank) dengan pompa minyak kasar. Crude Oil Tank (COT) berfungsi untuk

mengendapkan partikel – pertikel yang tidak larut dalam saringan bergetar. Karena tangki ini ukurannya kecil yaitu 10 M3 dengan massa tunggu 30 - 45 menit untuk PKS 30 ton /jam, dimana COT ini berfungsi untuk mengendapkan pasir atau lumpur partikel besar, sedangkan untuk memisahkan partikel halus kurang berhasil.

Fungsi utamanya oil tank adalah menampung minyak dari ayakan sebelum dipompakan pada voorcheider atau oil settling tank, yang di tempatkan tepat di bawah ayakan getar, sehingga minyak dari ayakan getar langsung di tampung.

Pemisahan minyak lebih sempurna jika panas minyak dipertahankan 80oC, Oleh sebab itu dalam COT dipasang alat pipa coil pemanas. Pemanasan dilakukan dengan closed steam dan open steam. (Naibaho.,P. 1996)

2.4 Tangki Pemisah (Continous Settling Tank)

Minyak yang berada dalam tangki ini masih bercampur dengan, lumpur air, dan kotoran lainnya (sludge). Continous settling tank berfungsi untuk memisahkan sludge dari minyak dengan memanfaatkan prinsip perbedaan berat jenis (minyak berada di bagian atas ). Minyak bersih akan di alirkan ke top oil tank sedangkan

sludge akan dialirkan ke sludge tank. Pemisahan sludge berjalan dengan baik yaitu

(12)

mengalir dari bak yang satu ke bak yang lainnya melaui dasar tangki sedangkan fase ringan mengalir dari bagian atas.

Minyak yang terdapat di bagian atas dikutip dengan menggunakan talang pengutip atau skimmer dan kemudian dikumpulkan dan dialirkan ke oil tank masa tunggu dari cairan CST dipengaruhi oleh ukurun CST dan jumlah cairan minyak yang di tampung dalam CST. (Naibaho.P., 1996)

2.5 Oil Tank

Oil tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan sebagai bak

penampungan sebelum minyak masuk ke oil purifier. Dimana alat OT dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga 90oC. Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan kotoran ringan dengan cara pengendapan yaitu zat yang memiliki berat jenis yang lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh pada perlakuan selanjutnya, karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu pada oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti oil purifier dan vacuum dryer. Temperatur pada oil tank mencapai 90 - 95oC sehingga air menguap. Karena minyak masih mengandung air dan kotoran, maka perlu diolah lagi sampai kadar air dan kotorannya sekecil mungkin. (Naibaho.P., 1996)

(13)

2.6 Oil Purifier

Proses ini merupakan proses pembersihan lanjutan berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya - gaya sentrifugal. Dengan gerakan 7500 putaran permenit, kotoran dan air yang berat jenisnya lebih berat daripada minyak akan berada di bagian luar. Minyak yang ada di bagian tengah dapat keluar menuju vacuum dryer.

Dimana suhu minyak dalam oil purifier 90 - 95oC dan setelah minyak dialirkan ke alat vacum dryer untuk dikeringkan, sedangkan kotoran dialirkan ke parit yang kemudian dikumpulkan di fat fit. (Sunarko. 2007)

2.7 Vacum Dryer

Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standart. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injector untuk menurunkan tekanan dalam minyak, pengisian minyak kedalam alat ini tidak dapat dilakukan dengan bantuan pompa akan tetapi masuknya minyak didasarkan ada kevacuman alat pengering. Oleh sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan tekanan uap memerlukan perhatian yang serius dalam pengaturan kapasitas dan mutu minyak produksi.

Pemisahan air (bahan yang mudah menguap) dari minyak dalam alat vacum

dryer dipengaruhi oleh :

Suhu minyak; pemisahan air atau bahan mudah menguap semakin efektif bila suhu minyak semakin tinggi. Pemanasan dalam vacum dryer tidak terjadi, sehingga yang menentukan suhu minyak adalah suhu perlakuan pada oil purifier.

(14)

Kehampaan udara; bahan lebih mudah menguap apabila dalam keadaan hampa udara. Kehampaan udara tergantung dari kemampuan steam injector atau pompa vacum. Juga dipengaruhi dari debit minyak masuk.

Interaksi suhu minyak dan kehampaan; hal ini berinteraksi penting terhadap pengurangan kadar air atau bahan mudah menguap. Vacum dryer dianggap bekerja baik bila suhu diatas 70oC dengan tekanan di bawah 50 TORR.

Pengaturan kapasitas alat; semakin tinggi kapasitas alat yang sama maka penguapan air semakin lambat dan menghasilkan minyak bermutu jelek. (Naibaho.P.,1996)

Melalui Nozzle minyak disemburkan kedalam bejana sehingga penguapan air menjadi lebih sempurna. (Perdamean ,M., 2008).

Di vacum dryer sendiri minyak diuapkan dengan sistem pengabutan minyak . Minyak yang sudah bebas air dipompakan ke tangki penimbunan malalui flow meter. (Sunarko., 2007)

2.8 Penimbunan Minyak Produksi

Minyak yang terkumpul di dasar bejana akan disalurkan ke pompa di lantai bawah, selanjutnya dipompakan ke tangki timbun . Suhu penyimpanan hendaknya 40 -50 oC.

2.9 Fat pit

Fat pit merupakan bak penampuk sludge, tumpahan minyak dan air cucian

(15)

setelah dilihat banyak terjadi ketidakseimbangan antar unit pengolah yang menyebabkan banyak minyak tumpah yang tidak dapat dikutip dalam unit pengolah, maka dimasukkan sebagai alat pengolah. Pada bak fat pit harus disediakan pipa pemanas sehingga mudah terjadi proses pemisahan minyak

2.3 Kadar Air

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat di dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang tergantung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektivitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang mutunya tinggi.

Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat kecil (< 0,15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang demikian kecil akan memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau tidak enak (ketengikan) akibatnya mutu minyak menjadi turun.

Jika kadar air dalam minyak sawit ( >0,15%) maka akan mengakibatkan hidrolisa minyak, dimana hidrolisa minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.

(16)

Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan, maka harus dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak. (Gunawan E, 2004)

2.4 Pengaruh Kadar Air terhadap Mutu Minyak sawit

Untuk mencegah proses hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga cruide palm oil (CPO) tersebut mengandung kadar zat menguap kadar air sebesar 0,1%.

Pengaruh dari kelebihan kadar air yang terdapat pada minyak sawit mentah adalah sebagai berikut:

1. Karena dengan tingginya kadar air pada CPO secara otomatis akan mengganggu proses pemucatan dan akan mempengaruhi warna dari CPO yaitu merah akan semakin meningkat /semakin besar sehinnga demikian kualitas CPO semakin menurun.

2. Karena dengan semakin besarnya kadar air yang terkandung dalam CPO secara otomatis kadar asam lemak bebas akan semakin besar pula dan hal ini akan mengakibatkan turunnya mutu dari CPO.

Dengan menaiknya kadar air pada CPO maka akan mengakibatkan terganggunya pemucatan CPO. Dengan terganggunya proses pemucatan pada CPO maka secara otomatis akan mempengaruhi kualitas dari produksi dan akan mengganggu kesinambungan proses. (Ritonga.M.Y. 1999).

(17)

2.5 Standard Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas warna dan bilangan peroksida. (Ketaren.S,2008)

Kualitas minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar asam lemak bebas (alb), kandungan air, dan mudah tidaknya minyak tersebut di jernihkan. Minyak kelapa sawit yang baik adalah yag memliki kadar alb, air, dan bahan-bahan kotoran lainnya sangat rendah . Arnott (1963) mengkategorikan kandungan bahan – bahan yang dapat merusak kualitas minyak kelapa sawit. (lihat table).

Tabel.2.1.Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit

Bahan Sangat rendah(%)

Rendah(%) Sedang(%) Tinggi(%)) Sangat tinggi(%) ALB <2.0 2,0-2,7 2,8-3,7 3,8-5,0 >5,0 Kadar air <0,1 0,1-0,19 0,2-0,39 4,0-0,6 >0,6 Kadar kotoran <0,005 0,005-0,001 0,010-0,025 0,026-0,05 >0,05 (Sunarko.2007)

Kebutuan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian , kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan, rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor .

(18)

Faktor yang secara langsung berkaitan dengan mutu minyak sawit seperti dalam table 2.2.

Tabel 2.2.Standar Mutu Minyak Sawit

Karakteristik Minyak sawit (%) Keterangan

Asam lemak bebas 5 Maksimal

Kadar kotoran 0,02 Maksimal

Kadar air 0,17 Maksimal

Bilangan Iodin 51 Minimum

Bilangan Peroksida 5,0 Maksimal

Gambar

Tabel 2.2.Standar Mutu Minyak Sawit

Referensi

Dokumen terkait

Para remaja cenderung ingin selalu mengikuti perkembangan mode yang sedang populer agar tampil modis, salah satunya adalah model rambut Hal ini dilakukan karena para remaja

Alhamdulillah, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah swt, Tuhan Semesta Alam serta seruan bagi Umat Nya, berkat kasih sayang dan atas petunjuk-Nya Penulis dapat

memberikan pengetahuan tetapi juga pengajaran nilai dan norma untuk mengubah perilaku peserta didik menjadi lebih baik dan memberikan nasehat jika peserta didik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku konsumsi makanan berisiko, konsumsi minuman beralkohol, dan stres dengan kejadian hipertensi pada laki- laki

Keterangan yang diperoleh dari studi aliran daya adalah besar dan sudut fasa tegangan pada setiap bus dan daya nyata dan reaktif yang mengalir pada setiap saluran4. Dalam

Halaman ini digunakan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah swt dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan dan penyusunan laporan

Relasi politisi dengan birokrasi di Trenggalek lebih kepada keputusasaan politisi terhadap upaya peningkatan kinerja birokrasi, sehingga politisi berusaha melakukan

Unika Jaya selama Masa Sanggah dari tanggal 13 Juni 2013 sampai dengan tanggal 17 Juni 2013 dan sanggahan tersebut sudah dijawab oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pengadilan