4 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan
asuhan keperawatan pada Gastroenteristis. Konsep penyakit akan diuraikan definisi, etiologi
dan cara penanganan secara medis. Asuhan kepetawatan akan diuraikan masalah masalah
yang muncul pada penyakit Gastroenteristik dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri
dari pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Gastroenteritisadalah kehilangan cairan ataupun elektrolit secaraberlebih yang terjadi karena frekuensi BAB satu kali atau lebih dalam satu hari dengan bentuk tinja yang encer ataupun cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83).
Gastroenteritisadalah peradanganselaput lendir lambung danusus halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan juga diare yang berakibatkehilangan cairan elektrolit yang dapat menimbulkan dehidrasi dan gejalaketidakseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz.2002).
Gastroenteritis adalah buang air besar yang encer lebih dari 3 kali sehari terdapat atau tanpa lendir ataupun darah ( Murwani, 2009).
Dari pendapat diatas maka disimpulkan gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit ( jamur, cacing, protozoa). Gastroenteritis bisa di tandai dengan muntahdan diare yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natriumdan kalium yang akhirnya menimbulkan cairan di dalam tubuh terlalu asam atau dapat jugaterjadi kekurangan cairan atau dehidrasi (Setiati, 2009).
2.1.2. Klasifikasi Diare
Penggolongan diare berdasarkan lama waktu terjadinya diare terdiri dari : 2.1.2.1 Diare akut
Diare akut yaitu jumlah waktu buang air besar yang meningkat dalam satu hari dan konsistensi tinja yang lembek ataupun cair dan datangnya tiba tiba dan juga berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari. Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu BAB terus menerus yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa atau kadang kadang berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan jumlah banyaknya cairan yang hilang dari tubuh pasien, tingkat penyakit diare akut bisa dibedakan melalui empat macam, yaitu: (1) Diare yang tidak disertai dehidrasi, (2) Diare yang disertaidengan
5 dehidrasi tetapi ringan, yakni apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare yang disertai dengan dehidrasi sedang, yakni apabila cairan yang hilang sekitar 5-8% dari berat badan, (4) Diare yang disertai dengan dehidrasi berat, yakni apabila cairan yang hilang bisa lebih dari 8-10%.
2.1.2.2 Diare persisten
Diare persisten adalah BAB terus menerus selama 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
2.1.2.2 Diare kronik
Diare kronis perupakan diare yang terkadang hilang dan terkadang timbul, dan juga berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten ataupun gangguan metabolisme yang menurun. Waktu terjadinya diare kronik yakni lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah BAB terus menerus yang bersifat menahun atau berkepanjangan dan berlangsung selama lebih dari 2 minggu.
2.1.3 Etiologi
Faktor penyebab daridiare adalah: 2.1.3.1 Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi yang terjadi di saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputiinfeksi internal adalah sebagai berikut:
1). Infeksi bakteri, seperti bakteri vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor,versinia aoromonas dan sebagainya.
2). Infeksi virus, yaitu entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis) 3). Infeksi parasit, seperti cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
b. infeksi parenteral : infeksi yang terjadi di luar saluran pencernaan, seperti : OMA,tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.
2.1.3.2 Faktor malabsorbsi:
1). Malabsorbsi karbohidrat yaitu malabsorbsi disakarida, seperti kurangnya toleran dari sistem pencernaan terhadap laktosa, maltosa,dan sukrosa. Malabsorbsi mosiosakarida, seperti intoleransi glukosa, fruktosa, dangalatosa.
2). Malabsorbsi lemak 3). Malabsorbsi protein 4). Faktor makanan
Contohpenyebab dari faktor makanan yaitu makanan yang sudah basi, beracun dan yang alergi terhadap makanan.
6 5). Faktor psikologis
Contoh dari faktor psikologis yakni rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada anak tetapi bisa terjadi pada orangdewasa). (Mansjoer arief, 2000)
2.1.4 Patofisologi
Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnyadiare adalah: 2.1.4.1 Gangguan sekresi
Gangguan sekresi bisa terjadi akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus yang bisa menyebabkanpeningkatan sekresi, air maupun elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare terjadi akibat peningkatan isi rongga usus.
2.1.4.2. Gangguan osmotik
Gangguan yang terjadi karena terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapatdi serap yang akan mengakibatkan tekanan osmotik pada rongga usus bertambah, sehinggaterjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi dari rongga ususyang terlalu berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannyasehingga terjadi diare.
2.1.4.3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltikusus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yangselanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Cecyly Betz (2002), Tanda dan Geajala dari Diare ditandai dengan: 1. Konsistensi feces cair dan frekuensi BAB dalam satu hari semakin sering 2. Muntah (umumnya tidak berlangsung lama)
3. Demam (bisa terdapat demam, bisa pula tidak)
Demam merupakan keadaan dimana suhu tubuh meningkat, normal dari suhu tubuh usia anak berkisar antara 36.5 – 37.5 C
4. Kram abdomen, tenesmus
Tenesmus adalah rasa ketika ingin buang air besar terus menerus atau bisa juga merasa belum tuntas buang air besar meskipun di usus sebenarnya sudah kosong.
5. Membran mukosa kering
6. Fontanel cekung (hanya terjadi pada bayi) 7. Berat badan menurun
7 Malaise merupakan suatu kondisi di mana tubuh terasa lemas, pusing, dan tidak enak badan. Setiap orang pernah merasakan malaise, terutama orang yang sedang sakit. Ini terjadi karena malaise memang merupakan sinyal jika tubuh seseorang sedang tidak fit.
2.1.6Komplikasi
Menurut Ngastiah (2005), Komplikasi dari diare adalah sebagai berikut: 1. Dehidrasi
Dehidrasi adalah keadaan yang sangar berbahaya karena bisa menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan juga kematian apabila tidak segera diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonsisitas plasma dapatberupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik atau dehidrasi hipotonik. Sedangkan, menurut derajat dehidrasinya bisatanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasisedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010)
Dari komplikasi diare, tingkatan dehidrasi dapat di klasifikasikansebagai berikut : 1) Dehidrasi ringan
Dehidrasi bisa dikatakan ringan apabila kehilangan cairan hanya 2 – 5% dari berat badan sebelum dire dengan gambaran klinik turgor kulitkurang elastis, suara serak, penderita belum mengalami tanda tanda syok.
2) Dehidrasi sedang
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
3) Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku sampai sianosis.
2. Kejang
Kejang adalah gejala yang timbul dari efek langsung atau tidak langsung dari penyakit sistem saraf pusat atau disfungsi otak.
3. Bakterikimia 4. Malnutrisi
Malnutrisi adalah kondisi gizi dari tubuh seseorang yang tidak seimbang. Ini berarti malnutrisi tidak hanya mengacu pada kondisi kekurangan asupan makan.
5. Hipoglikemia
Gula darah rendah atau hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula di dalam darah berada di bawahnormal.
8 Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan yang terjadi ketika tubuh tidak dapat mencerna laktosa, yaitu salah satu bentuk gula yang terdapat pada susu dan produk olahannya.
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diaremeliputi: 1. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikanperoral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL danglukosa untuk diare akut.
1). Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengankebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairansetampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikantergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengankehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
(1). Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral. (2). Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari. (3). Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit peroral.
2. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolitdan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
1). Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2). Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin
ekstrak beladora, opium loperamia tidak di gunakan untukmengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diaresehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yangjelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg /kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakitseperti OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
9 2.1.8. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dari diare adalah: 1. Pemeriksaan tinja
2. Makroskopis dan mikroskopis
3. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
4. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
5. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
6. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
7. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
8. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik
2.1.9 Dampak Masalah
Dampak masalah yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan, kecemasan dan rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,selain itu juga berdampak pada status ekonomi klien karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. (Mutaqqin,2008)
2.2 Konsep Dasar Defisit Nutrisi Pada Anak 2.2.1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah substansi organik dan non organik yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik. Nutrisi berfungsi sebagai suber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit (Mubarak & Chayatin, 2009).
Defisit nutrisi pada diare adalah asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (PPNI,2017).
2.2.2 Tanda dan Gejala
Menurut PPNI (2017) tanda dan gejala defisit nutrisi adalah : 1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. 2. Nafsu makan menurun
10 3. Bising usu hiperaktif
4. Membran mukosa pucat 5. Serum albumin turun 6. Diare
2.2.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Diare
Untuk mencegah kurangnya nutrisi dan membantu menaikkan daya tahan tubuh , pasien diare harus segera diberikan makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali.
Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan yang menyebabkan malabsorbsi harus dihindarkan.
Untuk membantu mengembalikan daya tahan tubuh yang menurun selama diare sebenarnya jumlah kalori perlu ditambah 30% dan protein juga dinaikkan. Disamping itu anak perlu diberikan banyak minum (Ngastiah, 2005).
2.2.4 Penyebab Kekurangan Nutrisi Pada Anak Saat Diare
Menurut Susilaningrum (2013), kekurangan nutrisi pada anak diare adalah sebagai berikut :
1. Makanan sering dihentikan karena takut diare bertambah banyak.
2. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik usus.
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan 2.3.1 Pengkajian
Menurut Wong (2009), pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dari mengenal keadaan umum dan perilaku anak. Keadaan umum anak yang dapat diperiksa meliputi mengkaji dehidrasi seperti berkurangnya haluran urin, membran mukosa kering, turgor kulit yang jelek, kuliy yang pucat dan kering. Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai kemungkinan penyebabnya, seperti pengenalan makanan baru, kontak dengan agen yang menular. Riwayat alergi, penggunaan obat maupun makanan dapat menunjukkan kemungkinan alergi.
Menurut Hidayat (2008), pengkajian tentang diare dapat dilihat dari tanda dan gejala berikut, frekuensi buang air besar pada bayi dan anak lebih dari tiga kali dalam sehari, berbentuk cair terkadang disertai darah ataupun lendir, nafsu makan menurun, dan adanya tanda dehidrasi.Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya turgor kuli yang buru,
11 membran mukosa kering, perubahan tanda tanda vital yakni peningkatan nadi dan pernafasan.
2.3.2Diagnosa keperawatan
Sebelum membuat diagnose keperawatan maka data yang terkumpul didentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa, pengelompokan dan menentukan diagnose.
Diagnose keperawatan adalah keputusan/kesimpulan yang terjadi dari hasil pengkajian keperawatan. Diagnose keperawatan yang muncul pada demam typoid dibuat berdasarkan manifestasi klinik yang ada, lalu di modifikasi ke permasalahan penyakit pencernaan yang sesuai menurut Marlyn E Dongoes (2000) adalah sebagai berikut :
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi diusus
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan elektrolit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus
5. Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan elektrolit 2.3.4 Perencanaan keperawatan
Berdasarkan diagnose keperawatan secara teoritis, maka rumusan diagnose keperawatan pada klien dengan demam gastroenteristik adalah sebagaia berikut:
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflmasi di usus
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan diare berkurang
Kriteria hasil : frekuensi BAB normal <3 kali/hari, konsitemsi feses normal (lunak dan berbentuk), tidak ada lender/darah, turgor kulit elastis, CRT <3 detik
Rencana keperawatan : 1). BHSP
Rasional : untuk menjalin hubungan saling percaya antara pasien dan keluarga 2). Obesrvasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum px
3). Ajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi dan konsistensi dari feses
Rasional : agar dapet mengetahui perkembangan kesehatan px 4). Jelaskan pada pasien penyebab diare
Rasional : agar pasien dapat mengetahui penyebab dari diarenya 5). Pantau intake makanan yang masuk
Rasional : untuk mengetahui intake makanan yang masuk 6). Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
12 Rasional : untuk proses penyembuhan pasien
2.Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan anoreksia mual muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan tidak terjadi kesimbangan cairan dan elektrolit.
kriteria hasil : turgor kulit meningkat, wajah tidak Nampak pucat, tanda –tanda dehidrasi tidak ada, mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal, ttv dalam batas normal
rencana keperawatan :
(1). Kaji turgor, membrane mukosa dan pengisian kapiler
Rasional : indicator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan (2). Observasi tanda – tanda vital
Rasional : menunjukan keadekuatan volume sirkulasi (3). Monitor pemasukan cairan secara oral
Rasional : keseimbangan cairan negative terus menerus, menurunkan haluaran renal dan kosentrasi urine menunjukan
(4). Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga Rasional : untuk mempermudak pemberikan cairan (minum) pada pasien.
(5). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan parental
Rasional : diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan menurunkan efek samping merugikan, misalnya : mual,muntah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan klien dapat menunjukan pemasukan makanan yang adekuat.
kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan, tidak ada tanda – tanda mal nutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
rencana keperawatan :
(1). Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat
(2). Timbang berat badan klien setiap 2 hari.
Rasional : untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan (3). Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
13 Rasional : untuk menghindari mual dan muntah
(4). Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat
Rasional : untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan
(5). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral
Rasional : antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang 4.Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapan nyeri pasien berkurang.
Kriteria hasil : klien tamapk rileks, mampu mengontrol nyeri, mampumengenali nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Rencana keperawatan :
(1). Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya, dan instensitas karakteristik nyeri
Rasional : perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit/terjadi komplikasi
(2). Monitor tanda – tanda vital
Rasional : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan. (3). Ajarkan teknik relaksasi pada klien
Rasional : mengurangi rasa nyeri pada pasien
(4). Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya, dan instensitas karakteristik nyeri
Rasional : Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor yangmemperberat (seperti stress, tidak toleran terhadap makanan) ataumengidentifikasi terjadinya komplikasi, serta membantu dalammembuat diagnosis dan kebutuhan terapi.
(5). Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian obat analgetik. Rasional : Analgetik dapat membantu menurunkan nyeri.
5. Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan elektrolit
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan tidak terjadi syok
Kriteria hasil : nadi dalam batas normal. Irama jantung dalam batas yang diharapkan, mata cekung tidak ditemukan, demam tidak ditemukan, hematocrit DBN.
Rencana keperawatan : 1). Monitor TTV
14 2). Monitor status cairan, input output
Rasional : untuk mengetahui penurunan produksi urine 3). Anjurkan pasien untuk lebih banyak minum
Rasional : meningkatkan volume intravaskuler yang dapat meningkatan perfusi jaringan 4). Obeservasi terhadap tanda – tanda dehidrasi
Rasional : dehidrasi merupakan awal tetjadinya syok bila dehidrasi tidak ditangani secara baik 5). Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan