1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang aktivitas utamanya adalah melakukan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, untuk kemudian langsung dijual kepada konsumen tingkat akhir atau diolah menjadi produk lain. Berdasarkan Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM LK) tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik tahun 2002, aktivitas perusahaan yang tergolong dalam industri manufaktur mempunyai tiga kegiatan utama yaitu: (a) kegiatan untuk memperoleh atau menyimpan input atau bahan baku; (b) kegiatan pengolahan/pabrikasi/perakitan atas bahan baku menjadi barang jadi; (c) kegiatan menyimpan atau memasarkan barang jadi.
Persaingan industri manufaktur di Indonesia semakin ketat, hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode ke periode semakin bertambah. Berdasarkan data BEI sampai bulan Agustus 2014 tercatat ada 135 perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur (terlampir dalam lampiran 1.1). Kemudian perusahaan-perusahaan tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok/sektor yang terdiri dari industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi, dan aneka industri. Industri dasar dan kimia meliputi; industri semen; industri keramik, industri porselen, industri kaca, industri logam, industri kimia, industri plastik dan kemasan, industri pakan ternak, dan industri pulp dan kertas. Industri barang konsumsi mencakup industri rokok, industri farmasi, dan industri kosmetika. Aneka industri mencakup industri mesin dan alat berat; industri otomotif dan komponennya, industri perakitan (assembling). industri tekstil dan garmen, industri sepatu dan alas kaki lain, industri kabel misalnya kabel listrik dan kabel telepon (elektrik), dan industri barang elektronika.
2 Mengutip pendapat Cyrillus Harinowo, seorang komisaris independen BCA dan Unilever Indonesia, bahwa industri manufaktur di Indonesia mulai bangkit. Sebagian produknya telah berhasil menguasai pangsa pasar dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun di prediksi akan menjadi nomor tiga paling kuat di dunia setelah Cina dan India. Menurutnya, beberapa industri manufaktur bidang consumer goods yang terdaftar di BEI telah menjadi produk-produk mendunia.
Menurut Berita Resmi Statistik No. 60/08/Th. XVII tanggal 4 Agustus 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) naik 4,57% dan Industri Manufaktur Kecil (IMK) naik 4,07% dari triwulan II-2013. Pertumbuhan produksi IBS (y-on-y) pada triwulan II-2014 (y-on-(y-on-y) mengalami kenaikan sebesar 4,57% terhadap triwulan II-2013, triwulan I-2014 (y-on-y) mengalami kenaikan sebesar 3,51% terhadap triwulan I-2013, pada triwulan IV-2013 mengalami kenaikan sebesar 1,50% terhadap triwulan IV-2012, pada triwulan III-2013 mengalami kenaikan sebesar 7,21% terhadap triwulan III-2012, pada triwulan II-2013 mengalami kenaikan 6,77% terhadap triwulan II-2012.
Secara lebih rinci, pada triwulan II 2014, jenis-jenis industri manufaktur yang pengalami pertumbuhan produksi (y-on-y) dan persebarannya secara geografis di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Produksi Jenis-Jenis Industri Manufaktur dan Persebaran Geografis No Jenis Industri Persentase Kenaikan (%) No Lokasi Geografis Persentase Kenaikan (%) 1 Mesin dan perlengkapan yang tidak termasuk dalam lainnya
12,05 1 Papua Barat 26,14
2 Makanan 11,27 2 Papua Barat 19,38
3 Farmasi, produk obat kimia, dan obat
tradisional 9,04 3 Sulawesi Barat 18,42 4 Kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 8,34 4 Jawa Timur 15,82 (bersambung)
3 Tabel 1.1 (sambungan)
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 60/08/Th. XVII tanggal 4 Agustus 2014
Persaingan di industri manufaktur tersebut menuntut perusahaan untuk lebih berkompetitif, tidak hanya mampu menghasilkan produk unggulan, tetapi mampu berorientasi kepada konsumen, artinya kebijakan yang berkaitan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan harus dibuat dengan mempertimbangkan posisi konsumen sebagai pihak akhir yang memberikan kontribusi paling signifikan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Salah satu kebijakan manajemen terkait dengan orientasi kepada konsumen adalah diperlukannya inovasi secara berkesinambungan terutama dalam sistem dan produk.
Tuntutan tersebut juga menjadi kesempatan bagi manajemen untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan. Hal ini didukung oleh pendapat Lazonick (2011) dalam Nord, (2011) yakni ”Fundamental to capitalistic growth is No Jenis Industri Persentase
Kenaikan (%) No
Lokasi Geografis Persentase Kenaikan
(%) 5 Kayu, barang dari kayu, dan gabus (tidak
termasuk furniture) dan barang anyaman dari
bambu, rotan, dan sejenisnya 8,07
5 Sumatera Barat 14,14 6
Bahan kimia, dan barang dari bahan kimia 7,73 6
Nusa Tenggara Timur 11,64 7 Pengolahan lainnya 6,78 7 Sulawesi Tenggara 11,25 8 Pengolahan tembakau 6,75 8 Bengkulu 10,56 9 Kertas dan barang dari kertas 6,70 9 DIY 10,17 10 Pakaian jadi 5,65 10 Jawa Tengah 9,97 11 Peralatan listrik 4,81
12 Furniture 4,72
13 Logam dasar 4,12
14 Minuman 2,96
15 Kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer 2,76 16 Karet, barang dari karet, dan plastik 1,81 17 Barang galian bukan logam 1,00
4 innovation.” Bagaimana hubungan antara pertumbuhan (growth) dan inovasi (innovation), dapat dijelaskan oleh pendapat berikut:
Innovation is the process that generates goods and services that are better quality and lower prices than their predecessors. Therefore, if a firm explores innovation, then they will be inevitably lead themselves to an efficient allocation of society’s resources and growth within the firm will occur. Innovation does not only improve a firm’s profitability but also the quality of life for all consumers in the economy (Nord, 2011)
Kegiatan riset dan pengembangan (Research and Development / R&D) merupakan inisiasi dari kegiatan inovasi yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 19 Revisi 2009 tentang Aset Tidak Berwujud, riset adalah penelitian yang orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah yang baru. Pengembangan adalah penerapan hasil riset atau pengetahuan lain ke dalam suatu rencana atau desain untuk menghasilkan, bahan, alat produk, proses, sistem atau jasa, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 yang secara rutin melakukan dan mengeluarkan biaya untuk kegiatan riset dan pengembangan.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Kebutuhan manusia saat ini sudah semakin kompleks dan bervariasi. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi dalam produk, sistem, teknologi dan aspek-aspek lainnya. Tentu saja hal ini adalah sebuah tantangan tersendiri bagi perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur kini mengubah orientasinya, dari orientasi kepada perusahaan atau pemegang saham menjadi orientasi kepada konsumen. Perusahaan dituntut menjadi lebih peka dalam melihat peluang dan merealisasikannya ke dalam bentuk inovasi. Perusahaan dapat memanfaatkan inovasi sebagai cara untuk mendapatkan laba yang lebih besar dan mempertahankan keberlangsungan perusahaan.
5 Pada tingkatan mikro, khususnya dalam perusahaan manufaktur, inovasi diwujudkan dalam kegiatan riset dan pengembangan (Research and Development / R&D). Menurut PSAK 20 Revisi 2000 tentang Biaya Riset dan Pengembangan, riset didefinisikan sebagai penelitian yang orisinal yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah yang baru. Sedangkan pengembangan adalah penerapan hasil riset atau pengetahuan lain ke dalam suatu rencana atau desain untuk menghasilkan bahan, alat, produk, proses, sistem, atau jasa sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian.
Dalam melakukan riset dan pengembangan, perusahaan tentu mengeluarkan sejumlah dana dari mulai perencanaan riset sampai pembebanan biaya riset dan pengembangan ke harga pokok. . Terdapat dua metode akuntansi atas biaya R&D yakni diakui sebagai beban operasional atau dikapitalisasi sebagai aset tetap tidak berwujud yang dapat diamortisasi selama umur manfaat. Perusahaan dapat memilih metode akuntansi atas biaya R&D sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang telah di tetapkan oleh standar (Kieso et,al, 2012:136).
Pada hakekatnya R&D di implementasikan dengan harapan agar perusahaan mendapatkan pengetahuan baru yang dapat direalisasi sehingga dapat menambah jumlah pendapatan dan return perusahaan. Kim, seorang peneliti Samsung Inc, mengatakan,” R & D titik kunci bertahan dalam persaingan global, banyak kemajuan luar biasa seperti komputasi mobile berkat kemajuan teknologi
informasi didukung peningkatan pengeluaran pada
penelitian”(www.tabloidpulsa.co.id ,2014). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas R&D memiliki korelasi dengan profitabilitas perusahaan karena aktivitas R&D bertujuan untuk menambah pendapatan perusahaan. Pengeluaran atas aktivitas R&D juga diharapkan sebanding dengan profitabilitas perusahaan. Hal ini berarti perusahaan berharap agar apabila pengeluaran perusahaan untuk R&D semakin besar, maka profitabilitas perusahaan pun akan bertambah sebanding dengan pengeluaran R&D.
6 Terdapat beberapa fenomena yang berkaitan dengan korelasi antara biaya R&D dengan profitabilitas, baik yang menunjukkan keberhasilan maupun yang kegagalan. Salah satu fenomena kegagalan R&D terhadap profitabilitas adalah produk Tara Nasiku yang dikeluarkan oleh Unilever. Seperti diberitakan dalam situs marketing.co.id, Produk Tara Nasiku muncul dengan kategori baru ditengah-tengah membludaknya produk makanan yang ada di pasar, oleh karena itu Tara Nasiku langsung dikenal oleh konsumen ketika pertama kali diluncurkan. Akan tetapi Tara Nasiku gagal di pasaran karena dirasa tidak mampu memberikan benefit sehingga tidak dianggap penting oleh konsumennya, padahal Unilever menghabiskan lebih dari 100 miliar rupiah untuk melaksanakan kegiatan riset dan pengembangan produk tersebut (www.marketing.co.id , 2014).
Kesalahan produk Tara Nasiku kemudian dicoba untuk diperbaiki oleh Garudafood yang mengeluarkan Nasi Instan dengan melakukan sejumlah inovasi tambahan dari sisi rasa, penyajian, dan kepraktisan. Akan tetapi produk ini pun gagal di pasaran karena memiliki harga yang relatif mahal, yakni mencapai Rp 4.000an, padahal harapan masyarakat adalah produk ini memiliki harga yang tidak jauh berbeda dengan mie instan (www.businesslounge.com, 2014). Adanya perbedaan harga yang signifikan antara Nasi Instan dengan harga pasaran mie instan dapat mengindikasikan bahwa perusahaan mungkin membuat kebijakan yang kurang tepat dalam pembebanan biaya R&D ke harga pokok produksi. Secara implisit, pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D dan berbagai kebijakan terkait merupakan kewenangan manajemen sepenuhnya, sehingga sangat dimungkinkan perusahaan memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam menetapkan kebijakan-kebijakannya. Misalnya ketika perusahaan menangguhkan biaya R&D menjadi aset tetap tidak berwujud (intangible asset), maka perusahaan akan melakukan amortisasi atas biaya R&D selama masa manfaat. Perusahaan bebas untuk membuat kebijakan masa manfaat biaya R&D yang akan diamortisasi tersebut. Dalam kasus ini, salah satu indikasi mahalnya harga jual Nasi Instan adalah mahalnya harga pokok produksi yang disebabkan oleh adanya komponen biaya amortisasi atas R&D yang dibebankan terlalu besar karena masa manfaat yang kurang lama.
7 Bahkan beberapa perusahaan tetap melaksanakan kegiatan R&D walaupun net profit margin (NPM) bernilai negatif. Sebagaimana diberitakan Huffington Post yang dimuat dalam inilah.com, lembaga ekonomi 24/7 Wall St. mengkaji 50 perusahaan yang berada dalam indeks S&P 500. Delapan perusahaan yang terbanyak mengeluarkan biaya R&D dalam tahun fiskal 2012 dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2
8 Perusahaan yang Paling Banyak Mengeluarkan Biaya R&D di Amerika Serikat No Company NPM Net Income(US $) R&D Spending (US $) Industry 1 Advanced Micro Devices
(AMD) -15% -739 million 1,3 million Semiconductor 2
Hewlett-Packard -12% -13,4 billion 3,4 billion
Computer Systems 3
Applied
Materials -5% -392 million 1,3 billion Semiconductor 4
Forest
Laboratories -1% -32 million 964 million
Drug Manufacturer 5 Amazon.com 0% -87 million 5,0 million - 6 Dow Chemical 2% 1,3 million 1,7 million - 7 Electronic Arts 3% 98 million 1,2 million Video Games
8 Dell 3% 1,9 billion 1,2 billion
Computer Hardware Sumber : www.inilah.com, 2014
Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa empat perusahaan di Amerika Serikat yang paling banyak mengeluarkan biaya R&D melaporkan kerugian bersih yang besar juga. Net Profit Margin (NPM) perusahaan juga bernilai negatif dengan dilaporkannya kerugian tersebut. Apabila di telaah lebih lanjut, dapat diketahui bahwa NPM adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan yang didapat dengan cara membanding antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan (Kasmir, 2010:115).
8 Kerugian bersih yang dilaporkan oleh perusahaan dapat mengindikasikan dua penyebab kegagalannya. Kegagalan yang pertama adalah kegagalan dalam hal pemasaran produk tersebut. Kegagalan yang kedua adalah karena kesalahan perusahaan dalam memilih metode akuntansi atas biaya R&D
Secara akuntansi, kerugian tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D yang membebankan seluruh atau sebagian besar biaya R&D menjadi biaya operasional, sehingga biaya operasi perusahaan semakin besar dan dapat menyebabkan laba perusahaan berkurang secara signifikan bahkan menjadi rugi.
Dalam penelitian ini, pemilihan metode akuntansi berarti adanya kesempatan bagi perusahaan untuk memilih metode akuntansi yang sesuai atas aktivitas penelitian dan pengembangan yang dilakukan dengan batasan dan kriteria yang sudah ditetapkan dalam PSAK. Perusahaan perlu memperhatikan batasan dan kriteria yang telah diatur dalam PSAK sebelum memilih metode akuntansi atas biaya penelitian dan pengembangan.
Menurut PSAK 19 (IAI, 2012) pada tahap riset sebuah proyek internal, entitas tidak dapat menunjukkan telah adanya suatu aset tidak berwujud yang akan dapat menghasilkan manfaat ekonomis masa depan. Dengan demikian, pengeluaran untuk penelitian atau riset selalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Pada tahap pengembangan, entitas baru dapat mengkapitalisasi biaya-biaya aktivitas pengembangan menjadi asset tetap tidak berwujud dan dapat disusutkan sesuai dengan umur ekonomis asset tersebut. Entitas dapat mengidentifikasi aset tidak berwujud dan menunjukkan bahwa aset tersebut akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomis masa depan. Hal itu dimungkinkan karena tahap pengembangan suatu proyek lebih maju dibandingkan dengan tahap riset.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat ditemukan adanya korelasi positif antara pengeluaran R&D terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dalam return dan profitabilitas. Lantz, et al. (2005) dalam Gamayuni (2010) menyatakan bahwa pengeluaran R&D selain berpengaruh terhadap nilai pasar
9 perusahaan juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dalam income dan return. Chan et al. (1990) dalam Gamayuni (2010) menjelaskan bahwa harga pasar saham suatu perusahaan bereaksi positif ketika perusahaan tersebut mengumumkan kenaikan pengeluaran R&D. Canibano, Garcia-Ayuso and Sanchez (2000) dalam Gamayuni (2010) membuktikan adanya peningkatan return disebabkan oleh peningkatan pengeluaran R&D. Jika Intellectual Capital (IC) merupakan sumberdaya yang terukur untuk peningkatan competitive advantages, maka IC akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005) dalam Gamayuni (2010). Ulum, Ghozali, dan Chariri (2008) dalam Gamayuni (2010), membuktikan bahwa IC berpengaruh postif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (diwakili oleh RoA, rasio dari total pendapatan terhadap nilai buku dari total aset, tingkat pertumbuhan). Erawati dan Sudana (2005) dalam Gamayuni (2010) menyatakan bahwa intangible asset bersama-sama dengan tangible asset merupakan satu kesatuan yang menentukan nilai perusahaan dan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Suharli dan Arisandi (2009) menjelaskan bahwa pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D berpengaruh secara signifikan terhadap Price Earnings Ratio (PER). Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga didapatkan fakta bahwa hanya sebagian kecil perusahaan di Indonesia yang telah melakukan R&D dan belum menjadi suatu kewajiban, sehingga pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D hanya merupakan kebijakan yang immaterial yang tidak mempengaruhi laba perusahaan secara signifikan.
Di sisi lain, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jake Nord (2011) menjelaskan bahwa peningkatan kegiatan R&D belum tentu meningkatkan nilai saham perusahaan, tetapi di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang menghabiskan lebih banyak uang dalam kegiatan R&D akan mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang lebih lincah (volatile).
Kafouros (2005) dalam Nord (2011) menjelaskan bahwa semakin tinggi investasi pada kegiatan R&D, semakin baik juga produktivitas perusahaan. Kedua
10 penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda karena masing-masing penelitian memiliki fokus yang berbeda. Kafouros (2005) berfokus pada produktivitas, sedangkan Nord (2011) berfokus pada profitabilitas.
Hajiheydari et al (2011) mencoba untuk meneliti efektivitas biaya R&D terhadap profitabilitas pada perusahaan farmasi multinasional. Berdasarkan fenomena yang disampaikan, biaya R&D bisa mencapai 24% dari pendapatan tahunan. Setelah dilakukan penelitian, didapat hasil bahwa ada relasi yang positif dan kuat antara biaya R&D dan profitabilitas pada perusahaan-perusahaan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan fenomena praktis di masyarakat, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : Kajian Empiris Pemilihan Metode Akuntansi atas Biaya Research and Development (R&D) terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yakni sebagai berikut:
a. Bagaimana pemilihan metode akuntansi dan biaya R&D, dan profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013?
b. Bagaimana pengaruh secara simultan pemilihan metode akuntansi dan biaya R&D terhadap profitabilitas perusahaan?
c. Bagaimana pengaruh secara parsial pemilihan metode akuntansi dan biaya R&D terhadap profitabilitas perusahaan:
a. Bagaimana pengaruh pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D terhadap profitabilitas perusahaan?
b. Bagaimana pengaruh biaya R&D terhadap profitabilitas perusahaan?
11
1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D dan biaya R&D pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2013;
b. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D dan biaya R&D terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2013; dan
c. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D dan biaya R&D terhadap profitabilitas, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2013; dan
2. Untuk mengetahui pengaruh biaya R&D terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2013.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diperoleh beberapa kegunaan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan antara lain :
a. Aspek Teoritis
Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar pemikiran atau bahan studi perbandingan dan merupakan media referensi untuk penelitian tentang biaya R&D.
b. Aspek Praktis 1. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D serta memberikan masukan untuk pengambilan
12 keputusan, sehingga pengguna laporan keuangan lebih mencermati laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan; dan
2. Bagi Institut Akuntan Indonesia (IAI)
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam menyusun Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tentang biaya riset dan pengembangan.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Untuk mempermudah dalam memberikan arahan dan gambaran materi yang terkandung dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sitematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini menguraikan landasan teori yang akan digunakan sebagai acuan dasar bagi penelitian khususnya mengenai pengaruh pemilihan metode akuntansi atas biaya R&D dan biaya R&D terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, tinjauan umum mengenai variabel dalam penelitian, pengembangan kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.
13
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan pembahasan hasil dari analisis penelitian, serta pengujian dan analisis hipotesis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian. Selain itu, disajikan keterbatasan serta saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya