Modul ke:
Fakultas
Program Studi
MANAJEMEN
PERSEDIAAN
Penilaian dan Pengendalian Persediaan • Penilaian Persediaan • Pengendalian Persediaan Dr. Sawarni Hasibuan, M.T.
03
Ekonomi dan Bisnis Manajemen www.mercubuana.ac.idPenilaian Persediaan: Pendekatan Cost
•
Defenisi Persediaan:
1. Penentuan jumlah persediaan yang akan disajikan di Neraca (Penilaian Persediaan)
2. Penentuan laba-rugi periodik (income determination), yaitu melalui proses mempertemukan antara kos barang yang dijual dengan hasil penjualan
•
Penggolongan Persediaan
Perusahaan Jasa
9 tidak punya persediaan
Perusahaan Dagang
9 Persediaan Barang Dagangan adalah aktiva dalam bentuk siap dijual kembali kepada pelanggan
Perusahaan Manufaktur
9 Bahan Baku (Raw Material)
9 Barang Dalam Proses (Goods in Process) 9 Barang Jadi (Finished Goods)
•
Tujuan pokok akuntansi terhadap persediaan:
semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan.
•
Masalah dalam penilaian persediaan
1. Menentukan dan mengidentifikasi fisik (baik jenis maupun kuantitas) 2. Menentukan kos yang akan dipakai sebagai dasar penilaian terhadap
persediaan
Ad.1. Masalah fisik
Pada akhir periode tahun buku, ada kemungkinan (a) perusahaan menguasai/memegang barang yang bukan miliknya dan (b) Memiliki barang yang tidak berada di perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya ketelitian di dalam penentuan hak kepemilikan. Berkaitan dengan hal ini perlu diperhatikan item-item berikut ini:
Barang Konsinyasi (Consigned Goods)
Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya utk barang yang sifatnya consigment out, yang s.d. tgl neraca belum terjual harus dicantumkan di Neraca.
Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Masalah kepemilikannya sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob Destination.
Ad. 1. Fob Shipping Point
Berdasarkan perjanjian ini, apbl ada barang yang masih dalam perjalanan diakui menjadi milik pembeli. Sehingga harus tampak di Neraca
Ad. 2. Fob Destination
Berdasarkan perjanjian ini, barang yang dibeli secara sah menjadi milik pembeli saat barang tsb sampai di gudang pembeli. Barang dalam perjalanan tidak boleh diakui sebagai hak milik.
Sistem pencatatan (administrasi) persediaan:
1. Sistem fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan. Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan
2. Sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan. Penghitungan fisik persediaan menjadi tidak wajib diselenggarakan (mandatory procedure).
Contoh kasus:
Berikut ini data penjualan, pembelian dan persediaan barang
dagangan PT. Asyik, untuk periode tahun buku yang berakhir pada tgl 31 Desember 2014 sbb:
-Persediaan awal 1500 unit @ Rp. 450 -Pembelian, 2000 unit @ Rp. 450 -BTUD 3500 unit
-Penjualan 2250 unit @ Rp. 750 -Persediaan Akhir 1250 unit
+
-Dari kasus di atas, maka jurnal yang harus dibuat adalah sbb:
Uraian Jurnal Transaksi
Sisten fisik Sistem perpetual Pembelian 2000 unit @ Rp 450 Pembelian
Utang dagang
Persd. Brg dag Utang dagang Penjualan 2250 unit @ Rp 750 Piutang dagang
Penjualan Piutang dagang Penjualan HPP Pers Brg Dag Menutup buku:
Membebankan persd. awal ke R/L R/L
Persd Brg Dag (awal)
-Mencatat persediaan akhir tahun Persd Brg Dag (akhir)
R/L -Rp. 900.000 Rp. 900.000 Rp. 1.687.500 Rp. 1.687.500 Rp. 1.012.500 Rp. 675.000 Rp. 562.500
Dari jurnal tadi, bisa dibuat laporan Rugi-Laba (Partial) sbb:
Sistem Fisik
Penjualan ……… Rp. 1.687.500 Harga Pokok Penjualan (HPP)
Persediaan awal…………Rp. 675.000 Pembelian ………. 900.000 + BTUD……….. 1.575.000 Persediaan akhir……….. 562.500
-HPP ……… Rp. 1.012.500 Laba Kotor Penjualan ……… Rp. 675.000
Sistem perpetual
Penjualan ………Rp. 1.687.500 Harga Pokok Penjualan ………… 1.012.500 Laba Kotor penjualan ……… 675.000
Asumsi Aliran Biaya (Cost Flow Assumption)
Perusahaan memiliki persediaan yang cukup banyak. Persediaan didapat dari beberapa pembelian yang telah dilakukan, dengan waktu dan kos yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam penilaian kos persediaan harus didasarkan pada asumsi aliran kos.
Asumsi aliran biaya ada 4 metode, yaitu:
1. Identifikasi khusus
2. FIFO (First In First Out) 3. LIFO (Last In First Out) 4. Rata-rata (Average)
Contoh Kasus:
Dari perushaan PT. “Happy” pada Desember 2014 diperoleh informasi tentang persediaan sebagai berikut:
1/12 – Persediaan awal Rp. 1000 unit @Rp. 500 10/12 – Pembelian 800 unit 550 20/12 – Pembelian 700 unit 600 18/12 – Penjualan 900 unit
27/12 – Penjualan 500 unit Ditanya:
Berapakah jumlah/nilai persediaan (akhir) dalam unit dan Rupiah ? (Gunakan metode Fisik dan Perpetual FIFO, LIFO, Average)
Pengaruh Ausumsi Aliran Kos terhadap Laporan Keuangan
Cost Flow Neraca Rugi/Laba
FIFO Menggambarkan nilai yang mendekati harga pasar
(harga yang bisa direalisir)
Menggambarkan harga
pokok penjualan yang tidak sebanding dengan harga pasar. Dalam hal ini laba dinilai terlalu besar
LIFO Menggambarkan nilai
persediaan yang terlalu kecil Menggambarkan harga pokok penjualan yang mendekati harga pasar. Dalam hal ini laba dinilai wajar
Average Menggambarkan nilai
persediaan yang terlalu kecil tetapi lebih besar daripada LIFO
Menggambarkan harga pokok penjualan yang mendekati harga pasar, tetapi lebih kecil daripada LIFO. Dalam hal ini laba dinilai lebih besar daripada LIFO, tetapi lebih kecil dari FIFO
Pengendalian Persediaan
• Perusahaan harus dapat mempertahankan suatu jumlah
persediaan yang optimum yang dapat menjamin kebutuhan
bagi kelancaran kegiatan dalam jumlah dan mutu yang tepat
serta dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Syarat-syarat Dalam Sistem Persediaan
Pengendalian
• Gudang yang luas
• Sentralisasi kekuasaaan dan tanggungjawab dibagian gudang
• Sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan barang
• Pengawasan mutlak atas pengeluaran barang
• Pencatatan jumlah barang yang dipesan, barang keluar dan sisa
barang
• Perencanaan untuk mengganti barang yang keluar, rusak, usang dan
baranglama (out of date)
Tujuan Pengendalian Persediaan
• Menjaga agar persediaan selalu ada, sehingga kegiatan
produksi tidak terhenti
• Menjaga agar jumlah persediaan tidak besar, sehingga biaya
yang timbul juga tidak besar
Pengendalian Persediaan
Administrasi Persediaan
• Masalahyang timbuladalah:
– Prosedur pembelian, penerimaan, penyimpanan dan pemakaian – Pembukuan dan Inventarisasi
– Pengawasan( Fisik, Akuntansi dan Jumlah yang dibutuhkan)
Pencatatan dalam Pengendalian Persediaan
• Permintaan untukdibeli • Laporanpenerimaan • Catatanpersediaan • Daftarpermintaanbahan • Perkiraanpengawasan
PerputaranPersediaan(Inventory Turn Over)
• Persediaan bahan baku
• Persediaan barang setengah jadi • Persediaan barang jadi
Keuntungan Pengendalian Persediaan
1. Pengadaan dan Penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan dalam
kuantitas dan kualitas
2. Memininumkan penanaman modal / investasi bahan
3. Terjaminnya barang yang diterima sesuai dgn spesifikasi purchase
order
4. Terlindung dari pencurian, kerusakan dan kerusakan mutu
5. Dapat melayani produksi dengan bahan-bahan yang dibutuhkan
pada waktu, tempat serta mencegah penyalahgunaan dan
penyelewengan
6. Pencatatan persediaan yang akurat tentang barang masuk, keluar
dan penggunaannya.
Sistem Pengendalian Persediaan
•
Metode garis merah – red line method
•
Metode dua peti – two bin method
•
Sistem pengendalian persediaan dengan
komputer – Computerized inventory control
system
1. Analisis ABC
• Merupakan penerapan persediaan dengan menggunakan prinsip
Pareto yaitu membagi persediaan ke dalam 3 kelompok
berdasarkan nilai volume tahunan dalam jumlah uang. Untuk
menentukan nilai tahunan dari volume dalam analisis ABC dengan cara mengukur permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per unit.
• Cara mengelompokkannya :
a) Persediaan kelompok A adalah persediaan yang jumlah nilai uang per tahunnya tinggi, tetapi biasanya volumenya kecil.
b) Persediaan kelompok B adalah persediaan yang jumlah nilai uang per tahunnya sedang, tetapi biasanya volumenya sedang. c) Persediaan kelompok C adalah persediaan yang jumlah nilai
uang per tahunnya rendah, tetapi biasanya volumenya besar.
• Dengan pengelompokan tersebut maka cara pengelolaan
masing-masing akan lebih mudah sehingga peramalan, pengendalian fisik, keandalan pemasok dan pengurangan besar stock pengaman dapat menjadi lebih baik.
2. Pencatatan yang Akurat
• Keakuratan catatan mengenai persediaan ini penting dalam
sistem produksi sehingga memungkinkan perusahaan untuk
fokus pada persediaan yang dibutuhkan dan memberi
keyakinan
tentang
segala
sesuatu
yang
terjadi
pada
persediaan.
• Dengan demikian perusahaan dapat membuat keputusan
mengenai pemesanan, penjadwalan serta pengangkutannya
.
3. Penghitungan Siklus (Cycle Counting)
• Usaha membuat catatan persediaan yang akurat harus
dilakukan dengan cara catatan atau arsip harus diverifikasi
melalui pemeriksaan atau audit yang berkelanjutan. Audit
seperti itu disebut sebagai penghitungan siklus. Disamping itu
penghitungan siklus menggunakan pengelompokan lewat
analisis ABC.
Teknik Mengawasi Persediaan Jasa
• Ada kecenderungan anggapan bahwa perusahaan yang bergerak di
sektor jasa tidak ada persediaan, kenyataannya tidak demikian. Contohnya seperti dalam bisnis ritel ataupun pedagang besar, persediaan menjadi hal yang amat penting.
• Dalam jasa makanan persediaan menjadikan keberhasilan atau
kegagalan. Persediaan yang tidak terpakai nilainya menjadi hilang, sedang yang rusak, dicuri atau hilang sebelum dijual merupakan kerugian. Biasanya disebut sebagai penyusutan atau penyerobotan yang pada umumnya ditentukan dalam persentase.
• Pengaruh kerugian terhadap profitabilitas sangat substansial,
konsekuensinya keakuratan dan pengendalian persediaan sangat penting.
Dalam hal ini teknik yang diterapkan mencakup:
a) Pemilihan karyawan, pelatihan dan disiplin yang baik, walaupun tidak mudah tetapi sangat penting .
b) Pengendalian yang ketat atas kiriman barang yang datang. Penerapannya misalkan dengan pemakaian system barcode yang dapat dirancang secara komputerisasi.
c) Pengendalian yang efektif atas semua barang yang keluar dari fasilitas. Bisa dilakukan dengan barcode maupun garis magnetic ataupun pengamatan langsung melalui kaca satu arah, video atau pengawasan oleh manusia.
Reference
Heizer, J. & Render B. (2014). Operation Management. 11th ed. Pearson
Education, Inc.
Indrajit Eko, Djokopranoto, 2010, Manajemen Persediaan, Grasindo, Jakarta Jacobs, F.R & Chase R.B. (2010). Operation and Supply Chain Management.
13th Ed. Mc Graw-Hill Irwin.
Mulyanto, S. 2007. Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Ristono, A. (2009). Manajemen Persediaan. 2008. Yogyakarta: Graha Ilmu. Russel, R. & Taylor, B.W. (2010). Operation Management, 7th Ed. John Wiley &
Son.
Zulfikarizah Fien, 2005, Manajemen Persediaan, UMM Press, Malang Yamit, Z. (2008). Manajemen Persediaan. Edisi 1. Yogyakarta: Ekonisia.