• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masyarakat kini menghadapi persaingan dunia kerja hingga bekerja dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) shift kerja merupakan kerja bergilir di luar jam kerja normal baik itu bergilir atau berotasi dengan sifat kerja atau permanen. Penerapan sistem jadwal kerja shift disebabkan oleh keadaan industri, cara kerja, prinsip ekonomi dari masing-masing instansi atau perusahaan (Windawarti, 2011). Sistem kerja shift diterapkan pada berbagai sektor kerja, produksi barang maupun jasa. Terdapat sekitar 10-20% proporsi pekerja dengan sistem shift di seluruh negara industri (Cardozo et al., 2013). Pengaturan mengenai jam kerja hingga sistem kerja shift di Indonesia telah diatur dalam UU Ketengakerjaan No 13 tahun 2013.

Pada umumnya, manusia bekerja di pagi dan siang hari, sementara malam hari merupakan waktu yang digunakan untuk tidur dan mengistirahatkan kerja organ tubuh. Menurut konsep irama sirkadian tubuh manusia, fungsi tubuh meningkat pada pagi hari, melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari. Ritme atau irama sirkadian adalah jam biologis tubuh dalam mereguasi tidur, pencernaan, metabolisme, sekresi hormonal, suhu tubuh, kerja kardiovaskuler dan berbagai fungsi tubuh (Kuswadji, 1997). Pada individu yang bekerja dengan sistem kerja shift pola irama sirkadian tubuhnya dapat terganggu akibat jam kerja dan jam tidur yang

(2)

berubah-ubah. Menurut Windawarti (2011), bekerja dengan sistem shift menjadi faktor utama yang berpengaruh dalam kesehatan dan keselamatan kerja, karena berhubungan dengan perubahan irama sirkadian yang mengatur fungsi tubuh.

Mengutip data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Sistem kerja shift menyebabkan pergeseran waktu biologis tubuh sehingga juga menurunkan kinerja serta berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat meningkatkan kasus kecelakaan kerja. Menurut Saftarina dan Hasanah (2014) pekerja shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami cedera atau kecelakaan. Beberapa penyebab hal tersebut adalah paparan senyawa beracun, penurunan kualitas tidur, perubahan kebiasaan makan, peningkatan kelelahan serta insomnia, gangguan kesehatan individu serta gangguan kehidupan sosial pekerja (Zamanian et al., 2014).

Pekerja shift dapat memliki gangguan tidur serta penurunan kualitas tidur. Kuswadji (1997) menyatakan bahwa 60-80% pekerja shift akan mengalami gangguan tidur. Penelitian Zamanian, et al.. (2012) menunjukkan gangguan pada pekerja shift di personil petugas keamanan berupa gangguan tidur dan kelelahan. Sementara menurut Saftarina dan Hasanah (2014) pada perawat shift mengalami lebih banyak gangguan pola tidur (84,3%) dibandingkan pada perawat non shift (15,6%). Beberapa penelitian telah mengangkat buruknya kualitas tidur sebagai faktor pemicu beragam gangguan kesehatan

(3)

(Manik, 2012 dan Hasiana, 2013). Kualitas tidur dipengaruhi oleh penyakit, obat-obatan, stress, lingkungan dan motivasi (Alimul, 2006). Pemilihan bekerja dengan sistem shift menjadi salah satu faktor motivasi dari memburuknya kualitas tidur individu.

Gizi pada pekerja juga mempunyai peranan penting dalam mendukung upaya perlindungan terhadap pekerja (Rosyida, 2010). Dukungan terhadap gizi pada pekerja dapat dilakukan dengan memenuhi atau memerhatikan asupan makan pekerja. Penelitian Novanda (2014) memperlihatkan pekerja mengalami defisit asupan makan di tempat kerja yaitu hanya memenuhi 61% rata-rata kebutuhan kalori kerja. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Luckyarno (2016) yaitu rata-rata pemenuhan kebutuhan asupan makan sehari pekerja kurang karena hanya memenuhi sekitar 56% kebutuhan sehari. Namun pada pekerja shift, menurut Noer (2014), sebagian besar pekerja shift (71.8%) mengkonsumsi energi lebih dari 100%. Diketahui, selain menurunnya kualitas tidur, pada pekerja shift juga terjadi perubahan kebiasaan makan. Jadwal makan yang tidak teratur dapat mengakibatkan asupan makan yang kurang bahkan berlebih. Menurut Waterhouse (2003) dalam Atkinson dan Davenne (2007), penetuan waktu dan jenis asupan makan pada pekerja shift lebih dipengaruhi oleh kesempatan untuk makan pada jam kerja tersebut daripada rasa lapar saat bekerja.

Beberapa penelitian menjelaskan pengaruh pengaturan tidur terhadap status gizi yang dapat dilihat berdasarkan asupan gizi individu. Asupan makan adalah zat gizi maupun non gizi dari makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh dalam sehari-hari. Jumlah asupan makan seseorang harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi, apabila asupan

(4)

makan seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan gizinya makan status gizi akan menggambarkan kelebihan maupun kekurangan gizi. Pada penelitian Manik (2012) diketahui individu dengan IMT obesitas memiliki jam tidur kurang dari 7-8 jam per hari. Sementara berbagai penelitian sejak tahun 1960, pada proporsi masyarakat Amerika Serikat melaporkan inidividu dengan jam tidur kurang dari 7 jam per malam juga mengalami obesitas.

Asupan makan berhubungan dengan nafsu makan berupa rasa lapar, keinginan untuk makan, rasa puas untuk makan, serta rasa kenyang. Nafsu makan tersebut diatur oleh otak melalui neuropeptida dan hormon (Bender, 2008). Faktor individual yang mempengaruhi asupan antara lain nafsu makan, kebiasan makan, psikologis, rasa bosan dan gangguan kesehatan. Sementara itu, penurunan jam tidur juga dapat merubah kadar leptin dan ghrelin sehingga asupan makan menjadi berlebih (Lumeng et al., 2007 dan Robbins, 2007 dalam Putri, 2012). Beberapa penelitian pada pekerja shift menunjukkan terdapat perubahan kadar hormon yang meregulasi metabolisme sehingga berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makan akibat adanya gangguan tidur (Crispim et al.., 2011, Gonnissen et al.., 2012 dan Silva et al.., 2016).

Salah satu unit kerja di lingkungan kampus UGM yang menerapkan sistem kerja shift adalah PK4L. Petugas PK4L atau Pusat Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan UGM memiliki sistem rotasi kerja atau shift. Sistem shift pada petugas PK4L dibagi berdasarkan waktu kerja shift kerja pagi, siang dan malam, shift kerja tersebut berbentuk rotasi shift kerja setiap minggu. Jam kerja setiap shift sekitar 8 jam/shift selama 5-6 hari kerja. Kegiatan pemantauan kesehatan pada petugas PK4L telah rutin

(5)

dilakukan berupa pengukuran antropometri pada rangkaian tes kesemaptaan jasmani serta pengecekan laboratorium darah untuk petugas yang berusia di atas 40 tahun. Namun belum diketahui status gizi dan faktor-faktor yang menyebabkan tingkat status gizi tersebut. Penyedian fasilitas makan untuk pekerja shift petugas PK4L UGM berupa penyelenggaraan makan juga belum terfasilitasi.

Kesehatan para pekerja petugas PK4L berperan dalam kegiatan pengawasan, penjagaan ketertiban dan keamanan di lingkungan kampus harus terjaga selama 24 jam. Selain itu, bagian PK4L UGM juga merupakan unit yang bertanggung jawab dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di kampus UGM, sehingga kesehatan para petugas seharusnya menjadi perhatian utama sebagai pelaksana K3 di lingkungan kampus. Pemantauan kesehatan para petugas PK4L menjadi tanggung jawab bersama karena berada di lingkungan kampus UGM. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kualitas tidur terhadap nafsu makan dan asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan kualitas tidur terhadap nafsu makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM?

2. Apakah terdapat hubungan kuantitas tidur terhadap nafsu makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM?

3. Apakah terdapat hubungan kualitas tidur terhadap asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM?

(6)

4. Apakah terdapat hubungan kuantitas tidur terhadap asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM

5. Apakah terdapat hubungan nafsu makan terhadap asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap nafsu makan dan asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pada pekerja shift petugas PK4L UGM

b. Untuk menganalisis hubungan kualitas tidur dengan nafsu makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM

c. Untuk menganalisis hubungan kuantitas tidur dengan nafsu makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM

d. Untuk menganalisis hubungan kualitas tdiur dengan asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM

e. Untuk menganalisis hubungan kuantitas tidur dengan asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM

f. Untuk menganalisis hubungan nafsu makan dengan asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM

(7)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikant informasi dan pengetahuan mengenai hubungan kualitas tidur terhadap nafsu makan dan asupan makan pada pekerja shift petugas PK4L UGM

2. Manfaat Praktisi

Memberikan informasi kesehatan sebagai landasan dalam pembuatan kebijakan pada instansi untuk petugas PK4L UGM

E. Keaslian Penelitian

1. Crispim, et al.. (2011) dengan judul penelitian Hormonal Appetite Control is Altered by Shift Work: A Preliminary Study di Brazil.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi konsentrasi leptin dan ghrelin dan tingkat nafsu makan pada pekerja laki-laki dengan jadwal shift berbeda. Berdasarkan penelitian ini diketahui nafsu makan pekerja shift pada shift pagi, siang dan malam berbeda. Secara umum, nafsu makan pekerja terendah yaitu pada pekerja shift pagi.

Persamaan dengan penelitian ini:

a. Subjek penelitian yang merupakan pekerja shift laki-laki

b. Variabel tingkat nafsu makan yang dinilai menggunakan kuesioner Perbedaan dengan penelitian ini:

a. Subjek dibedakan berdasarkan jadwal shift pagi, siang dan malam b. Penilaian nafsu makan juga menggunakan sampel darah untuk

(8)

c. Pada penelitian ini subjek yang berpartisipasi, dijaga asupan makan, tingkat aktivitas dan pola tidurnya selama 24 jam saat pengambilan data

2. Gonnissen, et al.. (2012) dengan judul penelitian Effects of Sleep Fragmentation on Appetite and Related Hormone Concentrations Over 24 H in Healthy Men di Inggris.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh fragmentasi dari durasi tidur terhadap nafsu makan dan konsentrasi hormon selama 24 jam yang mengatur keseimbangan energi pada laki-laki sehat. Hasil dari penelitian ini, diketahui keadaan tidur yang terfragmentasi dalam semalam dapat menyebabkan fase tidur REM yang berkurang akibat konsentrasi insulin yang menurun di pagi hari dan meningkat di sore hari, sementara kadar GLP-1 menurun, serta keinginan untuk makan pada malam hari meningkat. Sehingga hasil tersebut mengarah pada peningkatan asupan makan dan keseimbangan energi yang positif.

Persamaan dengan penelitian ini:

a. Subjek penelitian yang merupakan laki-laki dewasa

b. Variabel bebas yang digunakan yaitu kualitas tidur (fragmentasi tidur) dan salah satu variabel terikat merupakan nafsu makan dengan kuesioner VAS

Perbedaan dengan penelitian ini:

a. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental

b. Kualitas tidur atau catatan tidur dinilai menggunakan polysomnographic BrainRT (OSG BVBA)

(9)

c. Pada penelitian ini dinilai juga kadar hormon melalui sampel darah dan saliva

3. Saftarina dan Hasanah (2014) dengan judul penelitian Hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur pada Perawat Instalasi Rawat Inap di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung 2013.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur pada perawat Instalasi Rawat Inap di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung. Hasil penelitian, didapatkan perawat dengan shift kerja yang paling banyak menyebabkan gangguan pola tidur pada pekerja adalah shift malam (75,8%), kemudian shift pagi (7,2%). Perawat shift yang mengalami gangguan pola tidur (84,3%) dan non shift (15,6%). Berdasarkan hasil analisa diketahui tidak ada hubungan signifikan antara shift kerja dengan gangguan pola tidur.

Persamaan dengan penelitian ini:

a. Desain penelitian yaitu analitik observasional dengan cross sectional b. Penelitian untuk mengetahui gambaran pola tidur pada pekerja shift

Perbedaan dengan penelitian ini:

a. Penelitian ini hanya melihat pengaruh kerja dengan sistem shift terhadap gangguan tidur

b. Subjek pada penelitian merupakan perawat dan tidak dijelaskan karakteristik jenis kelamin subjek

4. Silva, et al.. (2016) dengan judul penelitian The Association Between Anxiety, Hunger, the Enjoyment of Eating Foods and the Satiety After Food Intake in Individuals Working a Night Shift Compared with After

(10)

Taking a Nocturnal Sleep: a Prospective and Observational Study di Brazil.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan persepsi subjektif dari makanan dan tingkat kecemasan pada subyek yang sama setelah bekerja shift malam dan tidur malam (nokturnal), serta untuk menyelidiki hubungan antara respon terhadap makanan dan tingkat kecemasan pada kedua kondisi tersebut. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bekerja shift malam meningkatkan rasa lapar dan kecemasan, selain itu kecemasan dapat mempengaruhi respon terhadap konsumsi makanan.

Persamaan dengan penelitian ini:

a. Subjek pada penelitian ini merupakan petugas keamanan kampus dengan sistem kerja shift

b. Penelitian ini melihat pengaruh antara kerja shift malam dan tidur secara normal (nokturnal) terhadap persepsi subjektif terhadap makanan

c. Variabel persepsi terhadap makanan dinilai menggunakan kuesioner VAS

Perbedaan dengan penelitian ini:

a. Desain penelitian sama secara observasional namun prospektif b. Penelitian juga melihat hubungan kerja shift malam dan tidur normal

dengan tingkat kecemasan dan pengaruhnya terhadap respon subjektif makanan

c. Evaluasi variabel tidur menggunakan tiga catatan harian individual saat kerja shift malam dan tidak

(11)

d. Evaluasi variabel asupan makan menggunakan food diary record selama 6 hari

5. Trisnawati (2010) dengan judul penelitian Kualitas Tidur, Status Gizi dan Kelelahan Kerja pada Pekerja Wanita Industri Tekstil di Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kualitas tidur dan status gizi dengan kelelahan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara kualitas tidur dengan kelelahan kerja, antara status gizi dengan kelelahan kerja. Terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja diantara ketiga shift kerja dengan pengukuran waktu reaksi. Faktor kualitas tidur merupakan faktor yang paling berperan dalam menentukan terjadinya kelelahan kerja dibandingkan faktor status gizi.

Persamaan dengan penelitian ini:

a. Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional

b. Variabel bebas yang dianalisa kualitas tidur dengan menggunakan kuesioner PSQI

Perbedaan dengan penelitian ini:

a. Subjek merupakan pekerja wanita status menikah di industri tekstil b. Variabel bebas lain yang dianalisa status gizi sementara variabel

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa jenis gaya kognitif yang dikemukakan oleh para ahli, Kagan (Santrock, 2010) mengelompokkan gaya kognitif siswa yang disebut dengan gaya kognitif impulsif dan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa modul asam basa berbasis inkuiri terbimbing dilengkapi soal-soal tipe HOTS untuk peserta didik kelas XI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh komitmen organisasi dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja akuntan publik dengan sikap perubahan sebagai

Sejalan dengan kesimpulan di atas, disarankan: pertama, bagi masyarakat hendaknya lebih berusaha untuk mempelajari dan memahami ilmu kewarisan dan bagi para pihak yang

Program aplikasi ini dibuat dengan menggunakan program Macromedia Flash 5.0 adalah sebuah program aplikasi untuk belajar Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan komputer yang

Tebing Tinggi (ANTARA) - Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PMK) menggelar lomba inovasi Teknologi Tepat Guna

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “PENGARUH

Warna tanah merupakan pernyataan: (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan drainase dan aerasi tanah dalam hubungan dengan hidrasi, oxidasi dan proses pelindian,