BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dengan pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5.8%. Untuk meningkatkan lebih lanjut tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, Pemerintah Indonesia telah mendorong pembangunan infrastruktur yang merupakan salah satu prasyarat dasar pembangunan ekonomi suatu negara.
Pada tahun 2011, Pemerintah telah mengeluarkan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015 (MP3EI). Master Plan tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dengan PDB per capita yang mencapai US$ 15.000 pada tahun 2025. Target yang ditetapkan tersebut merupakan empat kali lipat dari tingkat PDB per capita Indonesia saat ini yang berada pada kisaran US$ 3.500.
Guna mencapai target tersebut, MP3EI menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur dengan penekanan pada enam (6) koridor ekonomi yakni: Sumatera, Jawa-Bali, Jakarta, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Namun demikian, Pemerintah Indonesia memiliki keterbatasan dalam membiayai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur. Bappenas memperkirakan total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur secara nasional untuk tahun 2015 hingga 2020 adalah sebesar Rp. 7,200 triliun
1.
1 Investor Daily, 13 Desember 2014.
Dari keseluruhan anggaran tersebut, pemerintah melalui BUMN hanya dapat mendukung sebesar Rp. 2,200 trilliun
2.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah, diperlukan pendekatan alternatif dalam pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur diantaranya melalui keterlibatan sektor swasta melalui Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau Public-Private Partnership (PPP).
Salah satu prioritas MP3EI yang diharapkan dapat dibangun melalui skema KPS adalah penguatan jaringan transportasi diantaranya pembangunan jalan tol.
Mengingat luasnya wilayah Indonesia dan terdiri atas setidaknya 5 pulau besar dengan panjang lebih dari 1000 km per pulaunya, Indonesia seyogyanya memiliki infrastruktur jalan tol yang panjang
3. Pada saat ini, menurut informasi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), panjang keseluruhan jalan tol yang beroperasi di Indonesia adalah sebesar 1370.53 KM dimana sebagian besar berada di pulau Jawa
4.
Rostiyanti, Tamin, et al.
5menguraikan sejarah pembangunan jalan tol di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1978 dengan pembangunan Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi). Panjang Jalan Tol Jagorawi adalah 59 Km dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah melalui PT. Jasa Marga. Selama
2 Ibid.
3 Bambang Suprayitno, 2012, “Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi Dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur Jalan Tol yang Memadai di Indonesia”, Jurnal Economia, Vol. 8, No. 1, hlm. 71.
4 BPJT, http://bpjt.pu.go.id/konten/progress/beroperasi, 30 Nov 2014.
5 Rostiyanti, Tamin, et. al., 2012, “Kerangka Pengukurang Kinerja Sistem Penyelenggaraan Jalan Tol Melalui Kerjasama Pemerintah Swasta di Indonesia”, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 11, No. 2.
periode 1978 hingga 1988, tingkat pertumbuhan jalan tol hanya mencapai 26,88Km/tahun. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengikutsertakan pihak swasta dalam pengelolaan jalan tol melalui skema KPS. Dalam periode 1988-2004, PT. Jasa Marga berperan sebagai regulator sekaligus operator jalan tol. Namun demikian, dalam periode tersebut, tingkat pertumbuhan jalan tol menurun menjadi 23Km/tahun. Untuk itu, guna menggenjot pertumbuhan jalan tol, pemerintah telah memisahkan peran regulator dengan operator jalan tol. Sejak tahun 2004, Pemerintah telah mengambil alih kembali peran regulator melalui pembentukan BPJT.
Pemerintah terus meningkatkan kerangka hukum penyelenggaraan jalan, termasuk jalan tol, diantaranya melalui Undang-undang (UU) Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa peraturan perundangan mengenai KPS antara lain Peraturan Presiden (Perpres) No. 67 tahun 2005 yang telah beberapa kali diubah dan terakhir melalui Perpres No. 66 Tahun 2013 mengenai Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, dan UU Nomor 2 Tahun 2012 mengenai Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum beserta peraturan turunannya.
Dalam implementasinya, masih terdapat kendala yang kerap dihadapi oleh investor untuk membangun jalan tol di Indonesia. Kendala terbesar yang kerap keluhkan investor adalah hambatan dalam pembebasan tanah.
Meskipun demikian, terdapat juga keberhasilan pembangunan jalan tol
melalui skema KPS. Salah satu contoh yang sukses tersebut adalah pembangunan
Jalan Tol Bali Mandara yang menghubungkan daerah pariwisata Nusa Dua,
bandara Ngurah Rai serta pelabuhan Tanjung Benoa dengan panjang 12.7 Km yang dibangun dalam jangka waktu 2 tahun. Jalan tol tersebut merupakan yang pertama kali dibangun di atas laut di Indonesia. Total keseluruhan investasi konstruksi tol dimaksud mencapai Rp. 2,4 triliun dimana 30% diantaranya berasal dari PT. Jasa Marga dan 70% lainnya berasal dari pinjaman sindikasi perbankan yakni Bank Mandiri, BCA, BRI, BTN dan BNI. Pembangunan jalan tol tersebut dilakukan oleh PT. Jasamarga Bali Tol yang merupakan konsorsium PT. Jasa Marga dengan 7 (tujuh) BUMN yakni PT. Angkasa Pura I, PT. Pelindo III, PT. Pengembangan Pariwisata Bali, PT. Adhi Karya, PT. Hutama Karya dan Wijaya Karya.
6Kesuksesan pembangunan Jalan Tol Bali Mandara telah memicu pemerintah untuk mempertimbangkan pembangunan serupa di Pulau Jawa untuk Jalan Tol Lintas Jawa khususnya sektor Semarang-Surabaya. Beberapa pertanyaan yang timbul dari perkembangan tersebut antara lain mengenai kesuksesan implementasi KPS dalam pembangunan Jalan Tol Bali Mandara, serta pembagian tugas antara Pemerintah dan badan usaha dalam hal pembangunan jalan tol tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut selanjutnya menjadi dasar penyusunan thesis ini.
Analisa hukum yang akan dititikberatkan dalam thesis ini adalah pada implementasi KPS dalam pembangunan Jalan Tol Bali Mandara, peran dan tanggung jawab pihak pemerintah dan swasta dalam pembangunan tersebut serta kelebihan proyek dimaksud jika dibandingkan dengan pembangunan jalan tol lainnya.
6 Karim, 2014, “Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara” Makalah, Denpasar.