Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk mata pelajaran IPA di tingkat SD/ MI menyatakan bahwa “ Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi,serta menanamkan kebiasaan berfikir dan berperilaku yang kritis,kreatif dan mandiri”. Dalam kehidupan nyata, Pada abad 21 ini dalam kehidupan nyata ditandai oleh pesatnya perkembangan dan teknologi yang diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat.Fakta menunjukkan berbagai tindakan manusia memberikan dampak yang besar pada berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk memahami IPA dan teknologi, mampu berpikir logis , kritis, kreatif, dapat berargumentasi secarabenar, dan yang tidak kalah penting adalah kemampuan berpikir secara komprehensifdalam memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sesuai dengan Permendiknas di atas, maka dalam pembelajaran IPA, siswa harus dapat mengaplikasikan ilmu pengatahuan dan teknologidalam dunia nyata.
Menurut kurikulum 2006,menyatakan bahwa IPA diperlukan dalam kehidupan
sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan manusia malalui pemecahan masalah yang dapat
diintensifikasikan.Penerapan IPA yang perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan.Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan
pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Konsep Salingtemas
diaplikasikan bahwa dalam pembelajaran IPA, siswa tidak hanya belajar sains,tetapi siswa
juga belajar tentang lingkungannya, perkembangan teknologi dan juga belajartentang
kehidupan sosialnya dengan masyarakat.Mata pelajaran IPA adalah program untuk
menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah pada
siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang Pencipta (Depdikbud
(2)
1993/1994: 97).Ivan Pavlov (dalam Ahmad Rifa’I 2010:108) mengemukakan pendapat tentang stimulus dan responyaitu “untuk menimbulkan Respon Berkondisi(RB) atau respon yang diinginkan ditempuh dengan jalan memberikan stimulus Berkondisi(SB) berbarenganatau sebelum diberikan Stimulus Alamiah(SA).Pemberian stimulus –stimulus tersebut dilakukan secara berulang kali,sehingga pada akhirnya akan terbentuk respon berkondisi, sekalipun tidak diberikan stimulus alamiah”.
Dalam dunia pendidikan, pernyataan tersebut dapat diwujudkan dengan belajar sambil bermain atau PAKEM(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).Artinya dalam belajar , siswa tidak sedang dalam belajar,melainkan siswa merasabahwa mereka sedang bermain sesuai sifat khas anakusia SD, tetapi dalam permainan tersebut tersirat muatan- muatan pelajaran.Menurut pernyataan di atas, mata pelajaran kedudukannya sebagai SBatau stimulus yang diinginkan, bermain sebagai SA,sedangkan senang dan paham terhadap pelajaran sebagai RB atau respon yang diinginkan.Pembelajarannya yaitu apabila mata pelajaran diberikan berbarengan dengan permainan, maka siswa akan merasa senang dan paham dengan materi yang tersirat didalamnya.Karena sifat alami anak adalah bermain. Dengan konsep tersebut, maka pembelajaran IPA akan lebih bermakna dan kehidupan bermasyarakatnya juga dapat terjalin dengan baik.
Pembelajaran di SDN Bandar 02 masih berpusat pada guru. Guru masih menggunakan metode ceramah,sehingga siswa kurang maksimal dalam menerima pelajaran. Pembelajaran seharusnya lebih banyak melibatkan siswa, sehingga pembelajaran yang dialami siswa akan menjadi bermakna.Pada kenyataan di lapangan, anak usia SDakanlebih mudah memahami sesuatu dengan cara belajar sambil bermain.
Ciri khas anak usia SD adalah bermain, sehingga tugas pendidik yaitu harus dapat
mengarahkan ciri khas anak tersebut kedalam permainan yang didalamnya memuat materi
pelajaran . Dalam kenyataannya model mengajar satu arah menyebabkan siswa tidak aktif,
hanya duduk diam mendengar ceramah guru, bicara sendiri, yang mana menyebabkan
ketidaktertarikan siswa pada mata pelajaran IPA. Dalam kondisi yang seperti ini perlu
diperkuat dengan adanya pembaharuan model yang bias menimbulkan peran aktif siswa
dalam pembelajaran. Proses pembelajaran siswa diharapkan nantinya bisa aktif dalam
(3)
ranah afektif dan psikomotorik, sehingga pembelajaran IPA menjadi lebih menarik, menyenangkan dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan hasil observasi awal dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1.1
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Siswa Kelas 4 Semester I SDN Bandar 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Tahun 2013- 2014
No Ketuntasan Frekwensi Presentase
1 Tuntas 17 37%
2 Belum tuntas 30 63%
Rata-rata 54
Skor maksimum 80
Skor minimum 30
Dari tabel 1.1didapatkan bahwa hasil balajar siswa kelas 4semester ISDN Bandar 02 belum optimal, yaitu hanya 17 dari 47 siswa (37%) yang mendapatkan nilai >
63 atau yang mengalami belajar tuntas, sedangkan 30 dari 47 siswa(63%) yang lain mendapat nilai <63 atau yang belum mengalami belajar tuntas. Pencapaian nilai terendah siswa adalah 30 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa 80 dengan nilai rata-rata kelas 54.
Proses pembelajaran baik apabila minimal 75% siswa dalam satu kelas mampu menerima pelajaran dari guru. Jadi dari kondisi tersebut mengidikasikan pembelajaran IPA belum efektif.
Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan cara memperbaiki
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Cooperative Learning
tipe Make A Match. Menurut Trianto (2007;4) pembelajaran kooperatif muncul dari konsep
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Berarti pembelajaran kooperatif memberikan
kesempatan kepada anak untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran dalam Lie, Anita(2010. Salah satu keunggulan Make A
(4)
Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topikdalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan model Make A Match secara sistematis yaitu guru menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dankartu yang berisi jawabannya, siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai –reward, kartu dikumpul dan dicetak. Untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi,refleksi, dengan demikian siswa belajar IPA tidak hanya mendengengarka dan guru menerangkan di depan kelas saja namun diperlukan keaktifan siswa dalam IPA.Alternatif tindakan pemecahan masalah dengan menggunakan penerapan model Make A Match tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA .
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. 63 % dari 47 siswa kelas 4 SD Negeri Bandar 02 belum dapat mencapai KKM yang ditetapkan.
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran hanya diam saja, dan tidak dilibatkan dalam pembelajaran. Bahkan siswa cenderung mengantuk. Siswa terlihat pasif.
3. Dalam pembelajaran di kelas, guru hanya mengacu kepada banyaknya materi yang diberikan siswa, sehingga guru menyampaikan materi dengan metode ceramah terus. Keadaan inilah yang menjadikan siswa jenuh, tidak terdorong untuk trlibat berpikir. Siswa menjadi tidak kreatif apabila menghadapi permasalahan yang ada. Siswa menjadi diam saja, ketika harus menyampaikan pendapat. Tragisnya kondisi ini tidak pernah terjadi, karena memang guru mendominasi situasi pembelajaran. Pembelajaran lebih berpusat pada guru.
4. Guru tidak pernah membuat variasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang terjadi monoton dengan ceramah saja.
Dari kekurangan yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA tentang Struktur tumbuhan dengan fungsinya. Proses pembelajaran belum efektif karena hasil belajar siswa rendah. Untuk itu penulis akan memokuskan pada penggunaan alat peraga / media dengan menggunakan model Cooperaitve Learning Make A Match. Alternatif tindakan pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match yaitu :
1. Membangun pengatahuan dasar siswa melalui pengalaman yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengemukakan strategi pembelajaran untuk merangsang minat dan motivasi siswa dalam belajar :
a.
a.
a.a. Menggunakan metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi misalnya metode : ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok dan lain- lain.
b.
b.
b.b. Menggunakan media pembelajaran CD Interaktif dan media grafis untuk melengkapi penyampaian materi.
c.
c.
c.c. Memberikan contoh- contoh untuk memperjelas konsep yang diutarakan.
d.
d.
d.d. Melakukan tehnik bertanya untuk melibatkan siswa.
3.
3.
3.3. Melakukan refleksi di akhir pertemuan pembelajaran . Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman belajar yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian- kejadian antara peristiwa- peristiwa pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Tujuan yang dirumuskan dalam penelitian adalah untuk mengetahui apakah
peningkatan hasil belajar IPA materi Struktur tumbuhan dengan fungsinya dapat dilakukan
(6)
melalui teknik pembelajaran Cooperative tipe Make A Match bagi siswa kelas 4 SD Negeri Bandar 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester I TahunPelajaran 2013/2014.