• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal BIOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal BIOS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

email: [email protected]

Jurnal BIOS

http://jurnal.ikipmumaumere.ac.id/index.php/bios

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dalam meningkatkan hasil belajar siswa Sma Muhammadiyah Maumere

Mariana Sada

1

, Y. Dua Solo

2

Informasi artikel ABSTRAK Sejarah Artikel :

Diterima Revisi Dipublikasikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa SMA Muhhammadiyah Maumere pada pokok bahasan sistem ekskresi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Siklus I, tahap perencanaan: peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS, soal tes siklus, lembar observasi, dan mengelompokan siswa. Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan model pembelajaran think talk write. Tahap observasi: mengamati aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar berlangsung sesuai dengan indikator penilaian pada lembar observasi. Tahap refleksi: menganalisis hasil observasi dan hasil tes siklus I. Siklus II, tahap perencanaan sama dengan siklus I, juga menyampaikan hasil tes siklus meningkatkan bimbingan kepada siswa yang kurang aktif dan memotivasi semangat kerja sama dalam kelompok. Tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi sama dengan siklus I. Hasil tes siklus dan hasil observasi aktivitas siswa setiap siklus dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dalam meningkatkan hasil belajar. Hasil observasi siklus I: siswa kurang aktif, kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat, kurang bertanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan soal, kurang aktif berdiskusi, belum dapat merangkum dan menulis kembali materi yang dipelajari, pemahaman materi masih rendah. Siklus II: siswa terlihat lebih antusias, sudah berani mengemukakan pendapat dan bertanya mengenai materi yang kurang jelas, sudah dapat merangkumkan dan menulis kembali materi berdasarkan hasil diskusi secara jelas dan terperinci. Dengan demikian peningkatan hasil belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 59,37%

mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 87,50%. Hasil tersebut menunjukan bahwa jumlah siswa dalam kelas sudah dapat menyerap materi sebesar 87,50%

dari jumlah siswa keseluruhan melebihi ketatapan ketuntasan kelas sebesar 80%

dengan nilai rata-rata kelas mencapai lebih besar dari 75. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa SMA Muhammadiyah Maumere.

Keywords : Learning Model TTW

Learning Outcomes

The Application Of Cooperative Learning Model Think Talk Write Type In Improving Student Learning Results Of Muhammadiyah Maumere High School.

This study aims to determine the application of think-talk-type cooperative learning models to the improvement of biology learning outcomes of Muhummadiyah Maumere high school students on the subject of the excretion system. This type of research is a classroom action research (CAR) carried out in 2 cycles. Each cycle consists of four stages, namely planning, implementing actions, observing and reflecting. Cycle I, planning stage: researchers prepare learning tools in the form of lesson plans, worksheets, cycle test questions, observation sheets, and classifying students. The implementation phase of the action is carried out in accordance with the think talk write learning model. Observation stage: observing student activities during the teaching and learning activities taking place in accordance with the assessment indicators on the observation sheet. Reflection stage: analyzing the results of observations and the results of the first cycle test. Cycle II, the planning stage is the same as the first cycle, also conveys the results of the cycle test to increase guidance to students who are less active and motivate the spirit of teamwork in groups. The implementation phase, observation stage and reflection stage are the same as cycle I. The results of the cycle test and the results of the How to Cite : ABSTRACT

Sada, M., & Solo, Y. D.

(2019). Penerapan model

pembelajaran kooperatif

tipe Think Talk Write

dalam meningkatkan

hasil belajar siswa Sma

Muhammadiyah

Maumere. Jurnal BIOS,

4(1), pp. 11-17.

(2)

12 | Jurnal BIOS

of research with a cooperative learning model think talk write type in improving learning outcomes. The results of observations of the first cycle: students are less active, less confident in expressing opinions, less responsible and disciplined in working on problems, less active in discussions, unable to summarize and rewrite the material being studied, understanding of the material is still low. Cycle II:

students look more enthusiastic, have the courage to express opinions and ask questions about unclear material, have been able to summarize and rewrite the material based on the results of the discussion clearly and in detail. Thus the increase in learning outcomes classically in the first cycle of 59.37% had an increase in the second cycle of 87.50%. These results indicate that the number of students in the class has been able to absorb material by 87.50% of the total number of students exceeding the grade completeness limit of 80% with an average grade reaching more than 75. Based on these results it can be concluded that the application of the learning model cooperative think talk write type can improve biology learning outcomes of Muhammadiyah Maumere high school students.

Alamat korespondensi:

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Maumere, NTT, Indonesia

E-mail:

[email protected]; [email protected]

Copyright © 2019 IKIP Muhammadiyah Maumere

PENDAHULUAN

Kualitas pendidikan sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan pengajaran dapat dilakukan terhadap berbagai komponen seperti siswa, guru, indikator pembelajaran, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi.

Peningkatan kualitas belajar siswa tentunya tidak terlepas dari upaya meningkatkan kualiatas pembelajaran di sekolah. Misalnya dengan adanya penataran guru, penyediaan buku paket, dan alat-alat laboratorium.

Berdasarkan hasil evaluasi, upaya-upaya tersebut ternyata belum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal sebagaimana yang diharapkan ( Depdikbud, 1999 ).

Berlakunya Kurikulum 2004 Berbasis Kompotensi yang telah direvisi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) menuntut paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran pada jenjang pendidikan formal.

Perubahan tersebut harus diikuti pula oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Salah satu inovasi menarik yang mengiringi perubahan paradigma pembelajaran ditemukan dan diterapkannya berbagai model pembelajaran yang inovatif dan konstruktif antara lain seperti; model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berdasarkan masalah, model pembelajaran inkuiri, dan

berbagai model lainnya yang dapat mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkrit dan mandiri.

Berdasarkan hasil pengamatan SMA Muhamadiyah Maumere, penulis menemukan bahwa proses pembelajaran biologi di kelas masih terpusat pada guru, siswa pada umumnya cenderung pasif dimana siswa hanya memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru serta mengeksplorasi buku paket yang telah disediakan kemudian melakukan latihan- latihan soal, kesempatan bagi siswa untuk diskusi sangat kurang. Selain itu kemampuan berpikir siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-soal biologi. Interaksi antara guru dan siswa selama proses belajar mengajar sangat kurang. Akibatnya kegiatan belajar mengajar yang dirasakan siswa menjadi kurang bermakna dan kurang menarik. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang kurang bergairah dan kurang bersemangat selama mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

Dampak dari berbagai permasalahan di atas, menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di sekolah tersebut. Hal ini ditunjukan dengan adanya perolehan nilai ulangan harian siswa kelas XI IPA sebanyak 32 orang dimana yang dapat mencapai nilai ketuntasan maksimum yaitu 75 sebanyak 17 orang atau sebesar 53,12% sedangkan yang belum mencapai nilai ketuntasan maksimum sebesar 46,87%.

Ketika proses belajar mengajar

berlangsung, terjadi interaksi antara guru

(3)

Jurnal BIOS | 13 dengan peserta didik serta antara peserta didik

dengan peserta didik. Dalam interaksi tersebut diharapkan peserta didik harus lebih aktif, guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi anak didik dalam mengembangkan potensinya.

Agar pembelajaran terpusat pada siswa maka perlu diterapkan model pembelajaran yang inovatif. Dengan adanya berbagai model pembelajaran yang inovatif, diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Ketika siswa merasa telah terlibat dalam suatu proses pembelajaran, maka akan timbul kepercayaan diri dan semangat belajar lebih sehingga dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Salah satu model pembelajaran inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Model pembelajaran TTW pertama kali diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin (1996). TTW merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan mengembangkan teknik berpikir, berbicara dan menulis. Alur pembelajarannya dimulai dari keterlibatan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 orang siswa secara heterogen untuk berpikir dan berbicara setelah proses membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama temannya sebelum menulis (Yamin dan Ansari, 2008).

Pada tahap berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks soal, kemudian membuat catatan kecil dari apa yang telah dibaca. Catatan siswa tersebut dibuat dengan bahasanya sendiri, berupa apa yang diketahui dan tidak diketahui dari teks soal. Membuat catatan dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis Yamin dan Ansari (2008). Hal ini diperjelas oleh Arends (1997 dalam Fatmawati, 2010) yang mengatakan bahwa berpikir adalah salah satu kemampuan untuk menganalisa, mengkritik, dan menarik kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pendapat.

Seseorang perlu berpikir agar dapat menggunakan informasi yang dimiliki dengan baik jika informasi yang diperoleh tidak lengkap. Adanya pertanyaan-pertanyaan dari guru membuat siswa mulai mengembangkan cara-cara berpikir tertentu di bawah bimbingan guru.

Pada tahap berbicara (talk), para siswa berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata

dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperoleh pada tahap think kepada teman-teman diskusi sekelompoknya yaitu dengan membahas hal-hal yang diketahui dan tidak diketahuinya.

Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Siswa diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang ada dalam LKS. Selain itu juga dapat membantu guru untuk mengetahui pemahaman siswa dalam belajar, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.

Komunikasi dalam metode TTW memungkinkan siswa untuk terampil berbicara.

Proses Komunikasi dipelajari siswa dalam kehidupan sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Komunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar dalam kelas, hal ini dapat terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi sekaligus dapat berpikir bagaimana cara mengungkapkannya dalam tulisan Yamin dan Ansari (2008).

Tahap yang terakhir dalam pembelajaran TTW adalah tahap menulis (write) yaitu menuliskan hasil diskusi secara individual. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bermanfaat bagi guru untuk dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Sudjana (2000) mengatakan menulis adalah suatu bentuk manifestasi dari kemampuan dan keterampilan menyimak, berbicara dan membaca. Aktivitas menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah.

Dengan keterampilan menulis, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui menulis siswa dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi yang terdapat di dalam dirinya serta dapat mengetahui seberapa jauh pengetahuannya mengenai suatu topik yang dipelajari.

Menurut Silver dan Smith (1996) dalam

Yamin dan Ansari (2008) peranan dan tugas

guru dalam mengefektifkan penggunaan

pembelajaran TTW adalah: 1) Mengajukan

pertanyaan dan tugas yang mendatangkan

keterlibatan dan menantang setiap siswa untuk

(4)

14 | Jurnal BIOS

berpikir; 2) Mendengarkan secara hati-hati ide siswa; 3) Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan; 4) Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi; 5) Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dalam kesulitan; 6) Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Maumere pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa tes tertulis pada setiap akhir siklus dan observasi. Tes tertulis dilaksanakan pada akhir kegiatan pemebelajaran dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar berupa soal dalam bentuk pilihan ganda dan essay test. Soal yang digunakan sebagai tes hasil belajar terlebih dahulu diujikan pada kelas uji coba, dengan jumlah soal uji coba pada siklus I sebanyak 30 nomor dan siklus II sebanyak 15 nomor. Hasil uji coba soal tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan jumlah soal yang dapat digunakan sebagi tes hasil belajar, dimana soal yang digunakan merupakan soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang sedangkan soal dengan tingkat kesukaran mudah dan sukar akan dibuang atau diganti dengan soal yang baru. Sedangkan kegiatan observasi dilakukan oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar observasi

yang telah disediakan beserta petunjuk pengisisannya.

Adapun kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ketuntasan belajar siswa secara individu sudah mencapai nilai kriteria kentuntasan minimum (KKM) yaitu 75 atau sudah dapat menyerap materi sebesar ≥ 75% . 2. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal

apabila minimal 80% siswa memperoleh nilai 75 atau lebih pada tes hasil belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus 1sebesar 76,28 28 dengan kentuntasan belajar secara klasikal sebesar 59,37% dimana hasil ini masih belum mencapai kriteria keberhasilan karena jumlah siswa dalam kelas belum dapat menyerap materi sebesar 80% dari jumlah siswa keseluruhan dengan nilai rata-rata kelas belum mencapai 75. Bila dilihat dari perolehan nilai secara individu dari 30 siswa di kelas XI IPA pada siklus I sebanyak 19 orang mendapat nilai ≥ 75 atau 59,37%

siswa tuntas.

Pada siklus II hasil belajar yang diperoleh rata-rata hasil belajar siswa adalah 81,22 dengan kentutasan 87,50%. Bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I terdapat peningkatan yang cukup memuaskan dimana jumlah siswa yang tuntas meningkat dari 19 orang menjadi 28 orang siswa yang tuntas,dengan rata-rata kelas terjadi kenaikan sebesar 4,9 dan ketuntasan kelas naik sebesar 28,13%.

Hasil analisis kerja siswa baik berupa perolehan skor nilai secara kelompok maupun hasil observasi aktivitas belajar mengalami peningkatan pada setiap siklus. Untuk mengetahui perolehan skor nilai dan hasil observasi aktivitas siswa secara kelompok dengan menggunakan model pembelajaran TTW dapat disajikan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 8. Skor nilai rata-rata yang diperoleh setiap kelompok pada siklus I dan siklus II.

Kelompok

Siklus I Siklus II

Nilai Tingkat penguasaan

Nilai Tingkat penguasaan

I 79 Sedang 84 Tinggi

II 83 Tinggi 87 Tinggi

III 78 Sedang 85 Tinggi

IV 80 Sedang 85 Tinggi

V 85 Tinggi 90 Tinggi

VI 85 Tinggi 89 Tinggi

(5)

Jurnal BIOS | 15 Berdasarkan tabel1 di atas terlihat

bahwa nilai yang diperoleh pada siklus I sudah cukup baik namun belum merata untuk semua kelompok karena masih ada kelompok yang tingkat penguasaannya sedang. Hal ini disebabkan karena sebagian siswa menunjukan sikap kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, siswa juga kurang bertanggung jawab dan bekerja sama dalam mengerjakan LKS yang diberikan, siswa belum maksimal memanfaatkan sumber belajar serta keaktifan siswa seperti membaca dan menulis masih sangat rendah. Selain itu juga disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan masih baru,sehingga siswa belum terbiasa membaca dan membuat catatan kecil terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS. Dari tabel di atas tingkat penguasaan kelompok I, III dan IV dikatakan sedang karena nilai yang diperoleh berada

sedikit di atas nilai standar ketuntasan minimum siswa yakni 75, sedangkan tingkat penguasaan kelompok II, V dan VI dikatakan tinggi karena nilai yang diperoleh lebih dari 75.

Sedangkan pada siklus II, terlihat bahwa nilai yang diperoleh oleh setiap kelompok sudah meningkat dengan tingkat penguasaan tinggi karena setiap kelompok memperoleh nilai di atas 75. Hal ini disebabkan karena antusias siswa dalam mengikuti pelajaran semakin meningkat yang ditunjukan dengan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran sudah terlihat sejak guru memberikan apersepsi, diskusi kelompok dan tanya jawab saat presentasi. Selain itu juga siswa sudah berani bertanya baik kepada teman maupun kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti atau belum jelas.

Peningkatan nilai yang diperoleh siswa juga dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa yang ditunjukan pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I dan II N

o

Indikator Penilaian

Siklus I Siklus II

Kelompok Kelompok

I II III IV V VI I II III IV V VI

1. Keantusiasan dalam belajar

2,6 2,6 2,5 2,3 3,0 3,1 3,0 3,4 3,1 3,1 3,6 3,6 2. Partisipasi

dalam diskusi

2,4 2,6 2,5 2,5 2,8 2,8 3,2 3,6 3,3 3,3 3,8 3,8 3. Lembar kerja

siswa

2,8 3,0 2,6 2,6 3,4 3,6 3,0 3,6 3,1 3,3 3,8 3,5 4. Pemahaman

materi

2,8 3,0 2,8 2,8 3,2 3,5 3,4 3,6 3,3 3,0 3,8 3,8

Rata-rata 2,6 2,8 2,6 2,5 3,1 3,2 3,1 3,5 3,2 3,1 3,7 3,6

Keterangan Cukup Baik cukup cukup baik baik baik baik baik baik baik baik .

Berdasarkan data tabel 1dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I berkisar antara 2,5 – 3,2 sedangkan pada siklus II nilai aktivitas siswa berkisar antara 3,1 – 3,7. Nilai tersebut menunjukan adanya peningkatan baik nilai setiap aspek indikator penilaian maupun nilai rata-rata. Pada siklus I terlihat bahwa aktivitas siswa pada kelompok I, III dan IV berada dalam kategori cukup sedangkan kelompok II, V dan VI berada pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena kelompok yang berada pada kategori cukup anggota kelompoknya kurang aktif berpartisipasi dalam mengikuti pemebelajaran. Pada aspek

keantusiasan dalam belajar terlihat siswa belum dapat memanfaatkan buku sumber secara maksimal serta kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan guru maupun teman sangat kurang. Siswa cenderung untuk menghindari menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu juga, pada aspek pemahaman materi siswa belum dapat menyimpulkan dan merangkum materi yang sudah dipelajari secara terperinci dengan baik.

Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa

pada siklus II menunjukan bahwa setiap

kelompok mengalami peningkatan aktivitas

untuk setiap indikator penilaian. Perolehan nilai

setiap indikator penilaian untuk keantusiasan

(6)

16 | Jurnal BIOS

dalam belajar, partisipasi dalam kelompok diskusi, pemahaman materi dan lembar kerja siswa semua kelompok berada pada kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa keterlibatan siswa dalam mengarahkan perhatian pada kegiatan pembelajaran, ikut serta dalam kegiatan proses belajar dan semangat mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada siklus I baik perolehan skor nilai maupun hasil aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini ditunjukan dengan perolehan skor nilai yang diperoleh setiap siswa masih belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum yakni sebesar 75. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 59,37% (19 siswa yang tuntas) dengan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 71,28 (tingkat penguasaan sedang). Rendahnya skor nilai yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh hasil observasi aktivitas siswa. Pada siklus I ini aktivitas siswa masih rendah berada pada kategori cukup. Hal ini ditunjukan dengan sikap siswa untuk terlibat secara aktif selama proses pembelajaran belum diikuti oleh seluruh siswa, ini disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model pembelajaran TTW. Siswa kurang menunjukan sikap tanggung jawab dan displin waktu dalam mengerjakan LKS yang diberikan sehingga dalam menyelesaikan LKS tidak tepat waktu dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi masih rendah. Selain itu, siswa belum berani/kurang percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi maupun menyakatan pendapat baik dalam diskusi kelompok maupun pada saat diskusi kelas, hal ini terlihat pada saat prsentasi kurang adanya tanggapan dan penambahan jawaban karena sebagian siswa sibuk dengan kelompokya masing-masing sehingga tidak memperhatikan penjelasan atau informasi dari teman.

Kemapuan siswa untuk bertanya dan merangkum/menuliskan hasil diskusi secara terperinci masih sangat kurang serta siswa belum dapat memanfaatkan sumber belajar secara maksimal. Berdasarkan hasil skor nilai dan hasil aktivitas siswa dalam pebelajaran yang belum mencapai target yang diharapkan maka, penelitian ini dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan harapan terjadi peningkatan baik skor nilai maupun aktivitas belajar siswa.

Pada siklus II, hampir semua aspek penilaian mengalami peningkatan dari siklus sebelumya. Dimana setiap siswa mampu

mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan. Keberhasilan siswa ini juga dipengaruhi oleh perubahan aktivitas siswa yang meningkat dari siklus sebelumnya. Sikap antusias siswa untuk terlibat secara aktif selama proses pembelajaran sudah diikuti oleh seluruh siswa. Hal ini ditunjukan dengan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah terlihat sejak guru memberikan apersepsi, diskusi kelompok, tanya jawab saat presentasi dan menulis hasil diskusi secara individual.

Siswa sudah berani mengemukakan pendapat saat diskusi, berani bertanya kepada teman saat presentasi, berani bertanya kepada guru dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Siswa telah memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan LKS, dimana soal- soal LKS dapat dikerjakan dengan baik dan benar sesuai pertanyaan dan diselesaikan tepat waktu sehingga pemahaman siswa terhadap materi sudah lebih baik. Pada siklus II ini, peneliti lebih banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada kelompok yang kurang aktif dan kurang serius dalam mengikuti pembelajaran dan memberikan bimbingan kepada siswa yang nilainya kurang pada tes siklus I.

Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan model pembelajaran TTW disebabkan karena penerapan model pembelajaran ini dapat mengakomodasi keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran melalui berpikir, berbicara dan menulis yaitu keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Selain itu, pembelajaran kooperatif TTW dapat mendidik siswa menjadi mandiri dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri, karena belajar sendiri mempunyai pengaruh yang baik terhadap kemampuan dalam memahami suatu konsep.

Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (1979) dalam Prasetyo (2011) yang mengatakan jika siswa aktif melibatkan dirinya dalam menemukan suatu prinsip dasar, maka siswa itu akan mengerti konsep tersebut lebih baik, lebih lama dan mampu menggunakan konsep tersebut dalam konteks yang lain.

Menurut Porter (1992) dalam Prasetyo

(2011) mengatakan bahwa pembelajaran TTW

merupakan pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk

memulai belajar dengan memahami

(7)

Jurnal BIOS | 17 pemasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat

secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. Sedangkan menurut Chatarina (2004), mengatakan bahwa pembelajaran TTW merupakan strategi pembelajaran yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran TTW dapat mendorong siswa untuk berpikir, aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, saling berinteraksi,berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat/informasi orang lain dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Hal ini senada dengan teori belajar konstruktivisme menurut Tytler dalam Kuswari (2008) yang mengatakan bahwa belajar adalah keterlibatan anak secara aktif membangun pengetahuannya melalui berbagai jalur seperti membaca, berpikir, mendengar, berdiskusi, mengamati dan melakukan eksperimen terhadap lingkungan serta melaporkannya. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif TTW dapat mningkatkan hasil belajar siswa secara efektif.

Dan dikembangkan dengan baik dalam pembelajaran IPA . Hal ini terlihat dari sikapsiswa yang sudah memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab dalam mengerjakan LKS sehingga dapat diselesaikan tepat waktu, adanya interaksi baik dengan teman maupun

guru, sudah percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi serta berani mengemukakan pendapat dan saling menanggapi jawaban dari kelompok lain DAFTAR PUSTAKA

Chatarina, Reviea. 2004. Model-Model

Pembelajaran Efektif.

http://chatarina.blogspot.com//model- model pembelajaran efektif.pdf.

(diakses pada tanggal 26 April 2018) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

1999. Penelitian Tindakan Kelas.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jakarta

Fatmawati, Dwitya. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write Untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Biologi Siswa Kelas X-1 SMA AL Islam Surakarta. http://id.journals pendidikan.org/wiki/volume 1/html.

(diakses tanggal 8 Maret 2018) Kuswari, Usep. 2009. Model Pembelajaran

Menulis dengan Teknik Think Talk Write.http://id.journals

pendidikan.org/wiki/volume

1/html.(diakses tanggal 8 Maret 2018)

Prasetyo, Erphan. 2011. Metode Pembelajaran Think-Talk-Write. hhtp://unsuer.

blogspot. com/2011/07/metode think- talk-write-ttw.html. (diakses pada tanggal 26 April 2018)

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Aglesindo. Bandung

Yamin, Martinis dan Ansari, Bansu. 2008.

Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Gaung Persada Press.

Jakarta

Gambar

Tabel 8. Skor nilai rata-rata yang diperoleh setiap kelompok pada siklus I dan  siklus II
Tabel 2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I dan II  N  o  Indikator  Penilaian   Siklus I  Siklus II  Kelompok  Kelompok  I  II  III  IV  V  VI  I  II  III  IV  V  VI  1

Referensi

Dokumen terkait

Responden kelompok perlakuan mendapatkan konseling gizi tentang diet DM dari petugas gizi sebanyak 3 kali selama penelitian dibandingkan kelompok kontrol yang hanya

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, peneliti dapat membuktikan bahwa variabel skeptisisme profesional, independensi, dan

Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI): Kajian Tentang Metode dan Cabaran Penyediaannya’ ini adalah kajian yang penting kerana ia merupakan satu usaha yang

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa pemanfaatan media jejaring sosial berbasis komputer oleh siswa di

Hasil penelitian Tossige-Gomes (2014) menyebutkan peningkatan jumlah absolut neutrofil dan monosit, kecuali limfosit, berpendapat bahwa beberapa leukositosis diamati

Penelitian ini mendefinisikan 14 poin kekuatan dan 7 poin kelemahan, serta 5 poin peluang dan 4 poin ancaman yang dimiliki Pantai Logending, skor terbesar IFAS dengan poin

Analisis hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terhadap semua variable yang terkait pada model pembelajaran berbasis konstruktivistik dan kemampuan spatial