MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Keuangan
PERENCANAAN KEUANGAN
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen S1
04
Kode MK? Helsinawati, SE, MMAbstract Kompetensi
Berdasarkan hasil analiasa biaya modal perusahaan dapat mengambil keputusal tentang kelayakan suatu investasi yang akan dilakukan.
Diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan membuat analisa biaya Modal
PERENCANAAN KEUANGAN
Perencanaankeuntungan ( profit planning).
1. Pengertian Perencanaan keuangan
Perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk menganggarkan laporan keuangan baik neraca, laporan laba rugi maupun cashflow perusahaan pada masa yang akan datang. Perencanaan keuangan terdiri dari perencanaan keuangan jangka pendek maupun perencanaan keuangan jangka panjang. Untuk memprakirakan pendapatan, pertama,yaitu memprakirakan volume penjualan. Prakiraan volume penjualan harus mencakup permintaan. Aspekteknis proses pasokan perlu dipikirkan, termasuk tenaga kerja,kebutuhan alat, dan waktu serta transportasi selama tahapan-tahapan pemasokan.Suatu perencanaan keuangan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan /organisasi karena, memuat misi dan tujuan usaha, cara kerja dan rincian keuangan, susunan menajemen dan bagaimana cara mencapai tujuan usahanya sehingga hal tersebut mempengaruhi kinerja perusahaan.
Perencanaan atau proyeksi keuangan merupakan perencanaan dalam pembuatan laporan keuanagan yang diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang.
Perencanaan keuangan dimaksudkan untuk memperkirakan bagaimana posisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang baik jangka pendek, maupun jangka pajang termasuk didalamnya perkiraan tentang berapa banyak pendanaan internal dan eksternal yang harus diperoleh. Perencanaan adalah suatu proses penetapan tujuan-tujuan dan mengembangkan cara-cara untuk mencapainya. Dengan kata lain, perencanaan menunjukkan usaha-usaha perusahaan untuk memperkirakan kejadian-kejadian sekaligus penanganannya.
Perencanaan keuangan adalah salah satu tugas manajer keuangan yang penting.
Output dari suatu perencanaan keuangan disebut sebagai anggaran (budget ), yaitu suatu rencana kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam angka. Anggaran yang dihasilkan merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dan sekaligus berfungsi sebagai alat koordinasi dan pengendali kegiatan perusahaan. Ada dua perencanaan keuangan yang penting diperhatikan dalam penyusunan anggaran, yaitu Perencanaan kas (cash budget ) dan Perencanaankeuntungan ( profit planning).
2. Model Perencanaan Keuangan
Ramalan penjualan akan menjadi penggerak yang artinya pengguna model perencanaan akan memberikan nilai ini, dan kebanyakan nilai lainnya akan dihitung berdasarkan atas
nilai penjualan Perencanaanakan berfokus pada proyeksi penjualan di masa akan datang dan syarat pendanaan yang dibutuhkan untuk mendukung penjualan tersebut.Sering kali ramalan penjualan akan diberikan dalam bentuk tingkat pertumbuhan dalam penjualan dan bukannya dalam satu angka penjualan yang eksplisit. Ramalan yang sempurna tentu tidak mungkin sebab penjualan bergantung pada kondisi ekonomi di masa depan yang tidakpasti.
A. Peramalan Laporan Keuangan : 1. Laporan pro forma
Laporan pro forma merupakan rencanakeuangan yang memiliki ramalan neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus.
2. Pendekatan Persentase Penjualan
Jumlah pinjaman jangka panjang adalah sesuatu yang ditentukan oleh manajemen,dan ini tidak harus berhubungan langsung dengan tingkat penjualan.Jika diberikan suatu ramalan penjualan, kita akan dapat menghitung berapa banyak pendanaan yang akan dibutuhkan oleh perusahaan untuk meramalkan tingkat penjualan yangdiramalkan.Model perencanaan yang diuraikan didasarkan atas pendekatan persentase penjualan (percentage of sales approach).
Syarat perencanaan Keuangan
a. Jangka waktu
Jangka waktu dapat dibedakan antara keputusan jangka pendek dan jangka waktu yang lebih panjang
b. Menyeluruh
Perencanaan menyeluruh dengan mengkombinasikan keputusan-keputusan penganggaran modal menjadi suatu proyek besar
c. Asumsi dan skenario
Berikut ini adalah contoh proyeksi laporan keuangan tahun 2016 dan 2017, dengan asumsi dan scenario tercermin dalam % . Tahun 2015 dijadikan sebagai tahun dasar dalam menganalisa perencanaan. Dimana data tahun 2016 dibandingkan dengan data tahun 2015 (tahun 2016 dibagi tahun 2015) dan tahun 2017 dibandingkan dengan data tahun 2015 (tahun 2017 dibagi tahun 2015)
PT. ABC
PROYEKSI NERACA
PER 31 DESEMBER
PROYEKSI DALAM Rp dan (%)KODE REK NAMA REKENING TH 2015 (Rp) TH 2016 (Rp) % TH 2017 (Rp) %
100,00,000 AKTIVA
110,00,000 AKTIVA LANCAR
110,01,000 KAS
69,268,900
114,315,565 165%
115,229,651 166%
110,02,000 BANK
110,02,001 BANK BNI
750,447,099
825,491,809 110%
908,040,990 121%
110,02,002 BANK BCA
648,392,871
713,232,158 110%
784,555,374 121%
110,02,003 BANK MUAMALAT
837,882,500
921,670,750 110%
1,420,434,096 170%
110,03,000 PIUTANG
-
110,03,010 PIUTANG DAGANG
274,000,000
356,200,000 130%
463,060,000 169%
110,03,020 PIUTANG USAHA
65,000,000
100,000,000 154%
130,000,000 200%
110,03,030 PIUTANG KARYAWAN 20,000,000
25,000,000 125%
27,500,000 138%
110,04,000 BIAYA DIBAYAR DIMUKA 235,000,000
258,500,000 110%
284,350,000 121%
110,05,000 PERSEDIAAN
270,000,000
351,000,000 130%
456,300,000 169%
110,06,000 PPN MASUKAN
28,243,775
123,591,000 438%
160,668,300 569%
TOTAL AKTIVA LANCAR
3,198,235,145
3,789,001,282 118%
4,750,138,411 149%
120,00,000 AKTIVA TETAP
120,01,000 TANAH
1,500,000,000
1,500,000,000 100%
1,500,000,000 100%
120,02,000 BANGUNAN
2,500,000,000
2,500,000,000 100%
2,500,000,000 100%
120,03,000 MESIN
450,000,000
675,000,000 150%
675,000,000 150%
120,04,000 KENDARAAN
650,000,000
975,000,000 150%
975,000,000 150%
120,05,000 INVENTARIS KANTOR
360,150,000
540,225,000 150%
600,000,000 167%
120,20,000 AKM PENYUSUTAN
(1,582,060,000)
(2,520,105,000) 159%
(3,470,105,000) 219%
TOTAL AKTIVA TETAP
3,878,090,000
3,670,120,000 95%
2,779,895,000 72%
130,00,000 AKTIVA LAIN LAIN (INVESTASI)
70,000,000
750,000,000 1071%
1,500,000,000 2143%
TOTAL AKTIVA 7,146,325,145
8,209,121,282 115%
9,030,033,411 126%
200,00,000 HUTANG
210,00,000 HUTANG LANCAR
210,01,000 HUTANG DAGANG
151,950,000
136,755,000 90%
150,430,500 99%
210,02,000 HUTANG USAHA
93,000,000
83,700,000 90%
92,070,000 99%
210,03,000 HUTANG BIAYA
25,100,000
20,570,000 82%
22,627,000 90%
210,04,000 BIAYA YG MSH HRS DIBAYAR
26,400,000
18,480,000 70%
20,328,000 77%
210,05,000 HUTANG BANK JANGKA PENDEK
150,000,000
120,000,000 80%
96,000,000 64%
210,06,000 HUTANG LANCAR LAINNYA
3,810,500
2,667,350 70%
2,934,085 77%
210,07,000 PPN KELUARAN
425,650,000
389,220,000 91%
428,142,000 101%
TOTAL HUTANG LANCAR
875,910,500
771,392,350 88%
848,531,585 97%
220,00,000 HUTANG JK PANJANG
220,01,000 HUTANG HIPOTIK
1,100,000,000
880,000,000 80%
704,000,000 64%
220,02,000 HUTANG OBLIGASI
200,000,000
160,000,000 80%
128,000,000 64%
TOTAL HUTANG JK
PANJANG
1,300,000,000
1,040,000,000 80%
1,144,000,000 88%
TOTAL HUTANG
2,175,910,500
1,811,392,350 83%
1,992,531,585 92%
300,00,000 MODAL
300,01,000 MODAL DISETOR
1,500,000,000
1,500,000,000 100%
1,650,000,000 110%
300,02,000 DEVIDEN
(170,000,000)
(182,020,732) 107%
(253,987,483) 149%
300,03,000 LABA DITAHAN
2,736,178,545
3,640,414,645 133%
5,079,749,664 186%
300,04,000 LABA TAHUN BERJALAN 904,236,100
1,439,335,019 159%
2,388,933,046 264%
TOTAL MODAL
4,970,414,645
6,397,728,932 129%
7,037,501,825 142%
TOTAL HUTANG &
MODAL
7,146,325,145
8,209,121,282 115%
9,030,033,410 126%
PT ABC
PROYEKSI LAPORAN LABA RUGI PERIODE JANUARI S/D DESEMBER
KODE REK NAMA REKENING TH 2015 TH 2016 (Rp) % TH 2017(Rp) %
400,00,000 PENJUALAN
400,01,000 PENJUALAN TUNAI 1,876,500,000
2,439,450,000 130%
3,171,285,000 169%
400,02,000 PENJUALAN KREDIT
2,665,000,000
3,464,500,000 130%
4,503,850,000 169%
400,10,000 POTONGAN PENJUALAN
(250,000,000)
(275,000,000) 110%
(357,500,000) 143%
400,20,000 RETUR PENJUALAN
(35,000,000)
(38,500,000) 110%
(50,050,000) 143%
TOTAL PENJUALAN
4,256,500,000
5,590,450,000 131%
7,267,585,000 171%
500,00,000 HARGA POKOK PENJUALAN
500,10,001 PERSEDIAAN AWAL BAHAN BAKU
35,000,000
45,000,000 129%
58,500,000 167%
500,10,002 PEMBELIAN BAHAN BAKU
950,700,000
1,235,910,000 130%
1,606,683,000 169%
500,10,003 PERSEDIAAN AKHIR BAHAN BAKU
(45,000,000)
(58,500,000) 130%
(76,050,000) 169%
500,20,000 BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG
500,000,000
650,000,000 130%
845,000,000 169%
500,30,000 BIAYA OVERHEAD PABRIK 135,800,000
135,800,000 100%
176,540,000 130%
500,40,001 PERSEDIAAN AWAL BARANG DALAM PROSES
75,000,000
150,000,000 200%
195,000,000 260%
500,40,002 PERSEDIAAN AKHIR BARANG DALAM PROSES
(150,000,000)
(195,000,000) 130%
(253,500,000) 169%
500,50,001 PERSEDIAAN AWAL BARANG JADI
85,000,000
75,000,000 88%
97,500,000 115%
500,50,002 PERSEDIAAN AKHIR BARANG JADI
(75,000,000)
(97,500,000) 130%
(126,750,000) 169%
TOTAL HARGA POKOK
PENJUALAN
1,511,500,000
1,940,710,000 128%
2,522,923,000 167%
LABA KOTOR
2,745,000,000
3,649,740,000 133%
4,744,662,000 173%
600,00,000 BIAYA OPERASIONAL
600,00,001 BIAYA GAJI &
TUNJANGAN
350,000,000
385,000,000 110%
423,500,000 121%
600,00,002 BIAYA TRANSPORT
125,000,000
137,500,000 110%
151,250,000 121%
600,00,003 BIAYA KENDARAAN
65,000,000
71,500,000 110%
78,650,000 121%
600,00,004 BIAYA LISTRIK
45,000,000
49,500,000 110%
54,450,000 121%
600,00,005 BIAYA TELEPON
75,000,000
82,500,000 110%
90,750,000 121%
600,00,006 BIAYA AIR
65,000,000
71,500,000 110%
78,650,000 121%
600,00,007 BIAYA PERJALANAN DINAS
28,500,000
31,350,000 110%
34,485,000 121%
600,00,008 BIAYA ENTERTAINMENT 45,700,000
50,270,000 110%
55,297,000 121%
600,00,009 BIAYA ALAT TULIS KANTOR
36,512,000
40,163,200 110%
44,179,520 121%
600,00,010 BIAYA KONSULTAN
56,000,000
61,600,000 110%
67,760,000 121%
600,00,011 BIAYA REPARASI &
MAINTENANCE
65,389,000
71,927,900 110%
79,120,690 121%
600,00,012 BIAYA PENYUSUTAN
792,030,000
938,045,000 118%
950,000,000 120%
600,00,013 BIAYA IKLAN & PROMOSI 13,479,000
14,826,900 110%
16,309,590 121%
600,00,014 BIAYA PANTRY
28,500,000
31,350,000 110%
34,485,000 121%
600,00,015 BIAYA ADMINISTRASI 13,500,000
14,850,000 110%
16,335,000 121%
TOTAL BIAYA
OPERASI
1,804,610,000
2,051,883,000 114%
2,175,221,800 121%
LABA OPERASI (EBIT)
940,390,000
1,597,857,000 170%
2,569,440,200 273%
600,00,016 BIAYA BUNGA
75,000,000
217,367,082 290%
239,103,790 319%
LABA SEBELUM PAJAK (EBT)
865,390,000
1,380,489,918 160%
2,330,336,410 269%
600,00,017 BIAYA PAJAK
8,653,900
13,804,899 160%
23,303,364 269%
LABA SETELAH PAJAK (EAT)
856,736,100
1,366,685,019 160%
2,307,033,046 269%
700,00,000 PENDAPATAN LAIN LAIN
700,10,000 BUNGA JASA GIRO
35,600,000
45,000,000 126%
50,000,000 140%
700,20,000 PENDAPATAN LAINNYA 65,000,000
75,000,000 115%
80,000,000 123%
TOTAL PENDAPATAN
LAIN LAIN
100,600,000
120,000,000 119%
130,000,000 129%
800,00,000 BIAYA LAIN LAIN
800,10,000 PAJAK JASA GIRO
12,500,000
6,750,000 54%
7,500,000 60%
800,20,000 SELISIH KURS
35,000,000
35,000,000 100%
35,000,000 100%
800,30,000 BIAYA LAINNYA
5,600,000
5,600,000 100%
5,600,000 100%
TOTAL BIAYA LAIN LAIN
53,100,000
47,350,000 89%
48,100,000 91%
LABA BERSIH
904,236,100
1,439,335,019 159%
2,388,933,046 264%
4 Tingkat Pertumbuhan dan Pendanaan
Pada tingkat pertumbuhan rendah, jumlah dana yang tersedia dari sumber internal (yakni dengan menggunakan laba ditahan) mungkin melampaui jumlah investasi dalam aset
yang dibutuhkan. Namun saat tingkat pertumbuhan meningkat,sumber dana dari dalam perusahaan tidak akan cukup dan perusahaan harus mencari dana dari pasar uang dan modal.Mengamati hubungan antara tingkat pertumbuhan dengan pendanaan eksternal yang diperlukan merupakan alat yang berguna dalam perencanaan jangka panjang.
Metode Persentase Penjualan
Berdasarkan pendekatan ini, besarnya persentase kerugian penghapusan piutang ditetapkan berdasarkan rata-rata piutang penjualan kredit selama periode yang sama. Rumus untuk menentukan persentase taksiran piutang tak tertagih, sebagai berikut :
Total Piutang tak tertagih periode tertentu Taksiran penghapusan piutang = X 100%
Total penjualan kredit periode tertentu
Pencatatan jurnal taksiran piutang tak tertagih sebagaiberikut : Kerugian Penghapusan Piutang Rp. xxx (Debet)
Cadangan Penghapusan Piutang Rp. xxx (kredit)
contoh dari penjualan kredit tahun 2015 ditaksir penghapusan kerugian piutang sebesar 2 % dari piutang dagang 274,000,000 = 2% x 274,000,000 = 5.480.000,-
Kerugian Penghapusan Piutang Rp. 5.480.000,- (Debet)
Cadangan Penghapusan Piutang Rp. 5.480.000,- (kredit)
ANALISIS BREAK EVEN
Analisis Breakeven digunakan untuk menentukan jumlah penjualan (dalam Rp atau unit) yang menghasilkan EBIT (Earning Before Interest and Tax atau laba bersih sebelum bunga dan pajak) sebesar 0. Dengan kata lain Breakeven Point (BEP) adalah suatu titik yang menunjukkan tingkat penjualan yang menyebabkan perusahaan tidak untung dan juga tidak rugi.
Formula BEP : F BEP dalam unit =--- P – V
BEP (Rp) = BEP (unit) x harga jual Dimana :
F = total Fixed cost (biaya tetap) P = harga jual per unit
V = variable cost (biaya variable) per unit Contoh :
Diketahui harga jual per unit = P = Rp. 10, biaya variable per unit = V = Rp. 6 biaya tetap total = F = Rp. 100.000 F 100.000
BEP = --- = --- = 25.000 unit atau Rp. 250.000 P - V 10 – 6
a. Analisis penggunaan modal
Analisis Breakeven digunakan dalam analisis penggunaan atau penggunaan modal sebagai metode pelengkap untuk metoda-metoda lain yang menggunakan pendekatan “discounted cashflows” seperti NPV atau IRR
b. Kebijakan harga
Harga jual dari suatu produk baru dapat ditentukan guna mencapai tingkat EBIT yang diinginkan. Selain itu analisis breakeven memberikan gambaran sejauh mana harga jual dapat diturunkan tanpa menyebabkan kerugian (EBIT yang negative)
c. Negosiasi kontrak karyawan
Efek dari kenaikan biaya variable akibat kenaikan upah karyawan terhadap jumlah breakeven (BEP) dapat dianalisis
d. Struktur biaya
Alternatif mengurangi biaya variable dengan konsekuensi kenaikan biaya tetap dapat dievaluasi. Misal suatu perusahaan yang ingin memilih padat karya (biaya variable tinggi, biaya tetap rendah) atau padat modal (biaya variable rendah, biaya tetap tinggi) dapat menggunakan analisis breakeven untuk melihat efek dari ke-2 alternatif tersebut terhadap EBIT Dan BEP
e. Keputusan pendanaan
Analisis terhadap struktur biaya perusahaan memberikan informasi tentang proporsi biaya operasi tetap yang ditanggungkan pada penjualan. Jika proporsi ini terlalu tinggi, perusahaan dapat memutuskan untuk tidak menambah biaya tetap.
1. RISIKO BISNIS DAN RISIKO FINANSIAL
Dalam mempelajari teknik penggunaan modal, kita mendefinisikan Risiko sebagai variabilitas dari keuntungan atau pendapatan yg diharapkan terjadi. Karena perhatian kita saat ini difokuskan pada keputusan pendanaan investasi.
Variasi arus pendapatan yang disebabkan oleh : 1. keterbukaan perusahaan terhadap risiko bisnis
2. keputusan perusahaan yg menimbulkan risiko finansial 1. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis adalah ketidakpastian pada perkiraan pendapatan operasi perusahaan dimasa mendatang. Risiko Bisnis mewakili tingkat risiko dari operasi-operasi perusahaan yg tidak menggunakan hutang.
Risiko bisnis ini diukur dengan deviasi standar dari ROE (Return On Equity).
Risiko bisnis dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Variabilitas permintaan. Semakin pasti permintaan untuk produk perusahaan, cateris paribus, semakin rendah risiko bisnis.
b. Variabilitas Harga. Semakin mudah harga berubah, semakin besar risiko bisnis.
c. Variabilitas biaya input. Semakin tidak menentukan biaya input, semakin besar risiko bisnis
d. Kemampuan menyesuaikan harga jika ada perubahan biaya. Semakin besar kemampuan ini, semakin kecil risiko bisnis
e. Tingkat penggunaan biaya tetap (Operating Leverage).
Semakin tinggi operating leverage, semakin besar risiko bisnis. Pada umumnya, semakin besar biaya tetap, biaya variabel cenderung mengecil (misal : investasi pada mesin mahal akan mengruangi jam kerja karyawan). Sebaliknya biaya tetap yg kecil pada umumnya membawa konsekuensi biaya variabel yang besar.
Perusahaan A : memiliki biaya tetap besar, biaya variabel relatif kecil Perusahaan B : memiliki biaya tetap kecil dan biaya variabel relatif besar.
2. Risiko Finansial
Risiko Finansial adalah risiko tambahan pada perusahaan akibat keputusan menggunakan hutang atau risiko yg ditimbulkan dari penggunaan hutang (Financial Leverage)
Risiko Financial = σ ROE(L) − σ ROE(U ) Dimana :
σ ROE(L) = Risiko perusahaan yg menggunakan hutang (Leverage Firm)
σ ROE(U ) = Risiko perusahaan yg tdk menggunakan hutang (Unliverage Firm) atau risiko bisnis
σ ROE(L) adalah lebih besar dari σ ROE(U ). Perhatikan ilustrasi berikut :
Modal perusahaan Rp. 1.000.000,00. Perusahaan tidak menggunakan hutang. EBIT = Rp.
400.000,00 dan pajak 20 %.
EBIT Rp 400.000 Bunga Rp 0
---
EBT Rp. 400.000
Pajak (20%) Rp 80.000 ---
EAT Rp 320.000
EAT 320.000
ROE = --- = ---= 32 % MS 1.000.000
Jika perusahaan menggunakan hutang sehingga struktur modal menjadi 50% modal sendiri dan 50% hutang. Biaya hutang (Kd) = 24 %, maka
EBIT Rp. 400.000 (tdk berubah) Bunga (24%) Rp. 120.000
--- EBT Rp. 280.000 Pajak (20%) Rp. 56.000
--- EAT Rp. 224.000 EAT 224.000
ROE = --- = ---= 44,8 % MS 500.000
Penggunaan hutang meningkatkan ROE perusahaan sebesar 12,8 %. Namun demikian penggunaan hutang juga meningkatkan risiko pada pemegang saham (equity investor).
Seandainya EBIT tidak Rp. 400.000 tapi hanya Rp. 200.000 (ini mungkin saja terjadi karena ketidakpastian dalam bisnis).
Satu hal penting yg perlu diperhatikan dalam penggunaan hutang adalah : penggunaan hutang akan meningkatkan ROE hanya jika tingkat keuntungan pada aktiva (diukur dg EBIT / Total aktiva) lebih besar dari biaya modal (biaya hutang).
BREAK POINT LABA DITAHAN
Dalam praktiknya, ketika perusahaan memperoleh lebih banyak dana selama satu periode waktu tertentu, biaya utang, saham preferen, serat ekuitas saham biasa mulai meningkat, dan ketika hal ini terjadi, biaya rata rata tertimbang setiap modal dolar baru juga meningkat. Jadi, jika perusahaan tidak bisa mempekerjakan jumlah tenaga kerja yang tidak terbatas pada tingkat upah yang konstan, maka mereka juga tidak dapat memperoleh jumlah modal yang tidak terbatas dengan jumlah biaya yang konstan. Pada saat tertentu, biaya dari setiap dolar baru akan meningkat.
Langkah pertama untuk menentukan saat dimana MCC mulai meningkat , perhatikan walaupun neraca perusahaan menunjukan total modal jangka panjang sebesar
$1.690.000.000, namun semua modal ini diperoleh di masa lalu, dan telah diinvestasikan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi. Modal baru (marjinal) akan diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan utang/ saham preferen/ ekuitas saham biasa sebesar 45/2/53. Karenanya, jika allied ingin mendapatkan $1.000.000 modal baru, maka modal tersebut harus terdiri dari $450.000 utang, $20.000 saham preferen, dan $530.000 ekuitas saham biasa.
Ekuitas saham biasa baru bisa berasal dari dua sumber;
(1) Laba ditahan, yang didefinisikan sebagai bagian laba tahun ini yang diputuskan akan ditahan dalam bisnis oleh manajemen dan tidak digunakan sebagai deviden (tetapi bukan laba datahan masa lalu, karena laba tersebut diinvestasikan dalam pabrik, peralatan, persediaan, dan lainnya)
(2) Hasil dari penjualan saham biasa baru
Utang akan memiliki suku bunga sebesar 10 % dan biaya setelah pajak sebesar 6 %, sedangkan saham preferen memiliki biaya sebesar 10,3%. Biaya ekuitas saham biasa akan sebesar ks= 13,4% selama ekuitas tersebut dihasilkan dari laba ditahan, tetapi biayanya akan meningkat menjadi ke= 14% setelah perusahaan menggunakan seluruh laba ditahannya sehingga membuat perusahaan menggunakan seluruh laba ditahannya sehingga membuat perusahaan harus menjual saham biasa baru.
Biaya modal rata-rata tertimbang Allied, apabila ia menggunakan laba ditahan baru ( laba ditahan tahun ini, bukan tahun sebelumnya) dan juga menggunakan saham iasa baru, ditunjukan dalam tabel 9.1.. kita melihat bahwa biaya rata rata tertimbang setiap dolar adalah
10% selama laba ditahan digunakan, tetapi WACC meningkat menjadi 10,3% segera setelah perusahaan kehabisan laba ditahan dan terpaksa menjual saham biasa baru.
Tabel 9.1 WACC Allied dengan menggunakan Laba Ditahan Baru dan Saham Biasa Baru 1. WACC apabila Ekuitas berasal dari Laba Ditahan Baru
Bobot X Komponen Biaya
= Produk
Hutang 0,45 6 % 2,7 %
Saham Preferen 0,02 % 10,3 % 0,2 %
Ekuitas saham biasa
(laba ditahan) 0,53
%
13,4 7,1 %
1,00 WACC= 10,0 %
2. WACC apabila Ekuitas Berasal dari Penjualan Saham Biasa Baru
Bobot X Komponen Biaya
= Produk
Hutang 0,45 6 % 2,7 %
Saham Preferen 0,02 % 10,3 % 0,2 %
Ekuitas saham biasa (saham biasa baru)
0,53
%
14.0 7,4 %
DAFTAR PUSTAKA
Arthur J. Keown, David F. Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty. 2002. Introduction Financial Management. Prentice- Hall, Inc.
Weston, J Fred and Eugene F Brigham, 2004. Managerial Finance, Tenth Edition, Dryden Press, Hinsdale Illinois.
Siswandi, 2010, Manajemen Keuangan, Lentera Ilmu Cendikia.