• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAKHRIJ HADITS MEMBACA BASMALAH SEBELUM BERWUDHU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TAKHRIJ HADITS MEMBACA BASMALAH SEBELUM BERWUDHU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)TAKHRIJ HADITS MEMBACA BASMALAH SEBELUM BERWUDHU Imam Bukhori dalam kitab Shahihnya membuat judul bab pada Kitab Wudhu, Bab “ !         .

(2)  ” (Membaca Basmalah dalam semua keadaan dan ketika berhubungan badan). Disini Imam Bukhori ingin menjelaskan bahwa seandainya berhubungan badan saja diperintahkan untuk membaca Basmalah, padahal itu adalah kegiatan antara sesama pasangan suami-istri, maka tentunya pada saat akan bersuci lebih utama untuk membaca “Basmalah”. Terlebih lagi terdapat hadits khusus yang berbunyi :. -    /0 - . ( ,  )  *! + (  '   $# & % % "  “Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak mengucapkan Basmalah”. Barangkali Imam Bukhori menganggap hadits ini tidak memenuhi syarat beliau, sehingga tidak dimasukkan dalam kitab shahihnya, namun secara fiqih pengamalan beliau setuju untuk membaca Basmalah ketika bersuci atau berwudhu. Artikel ini akan membahas jalan-jalan dari hadits ini beserta komentar terhadap sanadnya serta kesimpulan hukum status haditsnya, Insya Allah. Hadits ini diriwayatkan dari beberapa jalan dari beberapa sahabat, diantaranya yaitu : 1. Abu Sa’id Al-Khudriy  Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam ”As-Sunan” (no. 429), Imam Darimi dalam “As-Sunan” (no.716), Imam Abdu bin Humaid dalam “Al Musnad” (no. 913), Imam Abu Ya’la dalam “Al Musnad” (no. 1023), Imam Ibnu Abi Syaibah dalam “Mushonaf” (1/13), semuanya dari jalan Robiih bin Abdur Rokhman bin Abi Sa’id Al Khudri dari Bapaknya dari Kakeknya (Abu Sa’id ) secara marfu’ Kedudukan sanadnya : Robiih, dinilai oleh Imam Abu Zur’ah “Syaikhun”. Imam Ibnu Adiy menilainya, ‘aku berharap ia tidak mengapa’, kemudian ia ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban. Namun Imam Ahmad mengatakan bahwa ia tidak dikenal, bahkan Imam Bukhori menilainya ‘Mungkarul Hadits’ (Tahdzibain). Abdur Rokhman bin Abi Said (w. 111 H), seorang Tabi’I ditsiqohkan oleh Imam Nasa’I termasuk perowi Muslim (Al-Wafiy bil Wafiyaat 6/70). Kesimpulannya : Haditsnya Hasan, atau minimalnya dapat dijadikan penguat..

(3) 2. Said bin Zaid  Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam As-Sunan” (no. 25), Imam Ibnu Majah dalam “As-Sunan” (no. 430), Imam Baihaqi dalam “As-Sunan” (no. 195), Imam Thoyalisi dalam “Al Musnad” (no. 237), Imam Ibnu Abi Syaibah dalam “Mushonaf” (1/13) dari jalan Abu Tsiqool Tsamaamah bin Wail dari Robaah bin Abdur Rokhman bin Abi Sufyan bin Khuwaithib dari neneknya (bintu Sa’id bin Zaid) dari Bapaknya Said bin Zaid , secara marfu’ Kedudukan sanad : Abu Tsiqool, Tabi’I Shoghir, ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban, Imam Bukhori mengatakan tentangnya : ‘fii haditsihi nadhor’ (haditsnya perlu dipertimbangkan) (tahdzibain). Robaah (w. 132 H) Tabi’I shoghir, hanya ditsoqohkan oleh Imam Ibnu Hibban. Neneknya, disebutkan Imam Ibnu Hibban dalam “Ats-Tsiqoot” (no. 6463). Kesimpulannya : sekurang-kurangnya Haditsnya dapat dijadikan penguat. 3. Aisyah  Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah dalam “Mushonaf” (1/13) dari jalan ‘Abdah bin Sulaiman dari Haritsaah bin Abi Rijaal dari ‘Amaarah bintu Abdur Rokhman ia berkata :. D C+ A& B 2& 0 ?@ > " : 1 (, - ; 9 ;  ,: 789 16 5 34 12, " $ &  GH + 2& B F $E ‘aku bertanya kepada Aisyah  bagaimana tatacara sholat Rasulullah ?’, Aisyah  menjawab : ‘Beliau  jika hendak berwudhu meletakkan tangannya di air, lalu membaca tasmiyah, kemudian berwudhu dan menyempurnakan wadhunya”. Kedudukan sanad : ‘Abdah (w. 187 H), dinilai Al-Hafidz dalam “At Taqriib” ‘tsiqoh tsabat’. Haritsaah (w. 148 H), didhoifkan oleh Imam Ahmad, Imam Ibnu Ma’in, Imam Abu Zur’ah dan Imam Abu Hatim. Imam Bukhori menilainya ‘Mungkarul Hadits’, sedangkan Imam Nasa’i menilainya ‘Matrukul Hadits’. (Tahdzibain). ‘Amaraah (w. 98 H atau 106 H) dinilai tsiqoh oleh Al-Hafidz dalam “At Taqriib”, dipakai oleh Bukhori-Muslim. Kesimpulannya : haditsnya sangat lemah..

(4) 4. Abu Bakar  Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah dalam “Mushonaf” (1/13) dari jalan Kholaf bin Kholifah dari Laits dari Husain bin ‘Amaarah dari Abu Bakar , beliau berkata :. N "@ )IM+ L ; (, )*+ L 2& 0 ?@ - C K )IJ -4 & D ; (, )*B H/ 2& 0 ?@ $E -9O “Jika seorang hamba berwudhu, sebutlah nama Allah dalam wudhunya, niscaya akan suci semua jasadnya. Jika berwudhu, tapi tidak menyebut nama Allah, tidak akan suci, kecuali sekedar yang terkena air saja”. Kedudukan sanad : Kholaf (w. 181 H), perowi Muslim, dikatakan oleh Al-Hafidz dalam “At Taqriib”, ‘shoduq, berubah hapalannya pada akhir usianya’. Laits bin Sa’ad (93 atau 94 H – 175 H), seorang Imam Ahli hadits yang masyhur dijadikan hujjah oleh Imam Bukhori-Muslim. Husain, aku belum menemukan biografinya. Kesimpulan : aku masih tawaquf. 5. Dari Bapaknya Abu Sabroh  Diriwayatkan oleh Imam Abu Nu’aim dalam “Al Ahad” (no. 803), Imam Thobroni dalam “Al Kabir” (no. 18206) dari jalan Yahya bin Abdullah bin Yazid bin Abdullah bin Unais dari Isa bin Abi Sibroh dari Bapaknya dari kakeknya dalam hadits yang panjang, namun terdapat penyebutan hadits dalam pembahasan bab ini. Kedudukan sanad : Yahya, dipuji oleh Imam Ahmad dan menilainya tidak mengapa, ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban (Tahdzibain). Isa bin Abi Sabroh dari Bapaknya dari Kakeknya, aku belum menemukan biografinya. Kesimpulan : aku masih tawaquf. 6. Dari Sahal bin Sa’ad  Diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam “Al Kabiir” (no. 5567) dari jalan Muhammad bin Ismail bin Muslim bin Abi Fudaik dari Ubay bin Abbas bin Sahal bin Sa’ad dari Bapaknya (Abbas) dari kakeknya (Sahal ). Imam Ibnu Majah dalam “As-Sunan” (no. 432), Imam Baihaqi dalam “As-Sunan”. (no. 4137) meriwayatkan dari jalan Abdul Muhaimin bin Abbas bin Sahal bin Sa’ad dari Bapaknya dari kakeknya.

(5) Kedudukan sanad : Ibnu Abi Fudaik (w. 200 H), perowi Bukhori-Muslim, dinilai shoduq oleh Al-Hafidz dalam “At Taqriib”. Ubay, perowi Bukhori, dinilai Imam Ahmad ‘mungkarul hadits’, Imam Ibnu Ma’in melemahkannya, kemudian Imam Bukhori hanya mengeluarkan satu hadist darinya dan menilainya, ‘laisa bilqowiy’ (tidak kuat) (Tahdzibain). Abdul Muhaimin (w. >170 H), dinilai dhoif oleh Al Hafidz dalam “At-Taqriib”. Bapaknya (Abbas bin Sahal) (w. 120 H) Tabi’I shoghir, perowi Bukhori-Muslim dinilai tsiqoh oleh Al Hafidz dalam “At-Taqriib”. Kesimpulan : sanadnya Hasan, Insya Allah, karena sekalipun Ubay perowi yang lemah, namun ia meriwayatkan dari bapaknya, sehingga memungkinkan riwayatnya dapat diterima, begitulah yang dilakukan Imam Bukhori dalam kitab shahihnya, meriwayatkan dari Ubay bin Abbas dengan sanad seperti itu dari bapaknya dari kakeknya. 7. Dari Abu Huroiroh  Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam “As-Sunan” (no. 101), Imam Ibnu Majah dalam “As-Sunan” (no. 431), Imam Baihaqi dalam “As-Sunan” (no. 186), Imam Abu Ya’la dalam “Al Musnad” (no. 6278), Imam Thobroni dalam “Al Kabiir” (no. 1167) dari jalan Ya’qub bin Salam dari Bapaknya dari Abu Huroiroh . Kedudukan sanad : Ya’qub, dinilai majhul hal oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib”. Bapaknya Salamah, dinilai Layyinul hadits (lunak hadisnya) dalam “At-Taqriib” juga. Dalam sunan Baihaqi terdapat jalan lain dari Ayyub bin Najaar dari Yahya bin Abi Katsir dari Abu Salamah dari Abu Huroiroh  bahwa Nabi  bersabda :. 2!

(6) & + (  ' N .9  N P -    - . ( ,  )  *! + (  ' N 2

(7) & 0 N “tidak ada wudhu yang tidak menyebut nama Allah atasnya dan tidak ada sholat bagi yang tidak berwudhu”. Kesimpulan : sanadnya lemah, namun masih bisa dijadikan penguat. Kedudukan sanad : Ayyub, perowi Bukhori-Muslim, dinilai tsiqoh oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib”. Yahya (w. <132 H), Tabi’I Shoghir, perowi Bukhori-Muslim, dinilai tsiqoh oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib”. Abu Salamah bin Abdur Rokhman bin ‘Auf (w. 94 atau 104 H), Tabi’I wasith, perowi Bukhori-Muslim, seorang yang tsiqoh sebagaimana penilaian Al Hafidz dalam “At-Taqriib”. Namun Imam Baihaqi menilai riwayat ini terdapat cacat karena Ayyub tidak pernah.

(8) meriwayatkan dari Yahya kecuali 1 hadits yaitu tentang ‘bertemunya Nabi Adam  dengan Nabi Musa ’, sehingga sanad hadits ini terputus. Kesimpulan : sanadnya lemah, namun masih bisa dijadikan penguat. Kesimpulan akhir pembahasan hadist ini adalah hadits ini minimalnya Hasan dengan adanya penguat-penguatnya, sehingga masing-masing jalan, sekalipun terdapat kritikan padanya , namun saling menguatkan satu sama lainnya. Diantara para ulama yang menshahihkan hadits ini adalah : 1. Imam Ibnu Abi Syaibah penulis Mushonaf, beliau berkata sebagaimana dinukil dalam “An-Nidhom” (1/52) :. - (, - ; 9 R >O  1HQ “Telah tetap bagi kami, bahwa Nabi  mengatakan hal tersebut”. 2. Imam Al Hakim dalam Mustadroknya. 3. Imam Adz-Dzhahabi menyetujuinya dalam “At Talkhiish”. 4. Imam Al Mundziri dalam “At Targhiib” dinukil perkataanya oleh “An-Nidhom” (1/53) :. 7  ` _0 I)J 7)^_ &/ 0 \]B [N ' IN ZT ( + " > >@ IB YV: X U+VW >O ST" “Tidak diragukan lagi, bahwa hadits yang datang tentang hal ini, sekalipun tidak selamat dari kritikan, namun ia saling menguatkan dengan banyaknya jalan sehingga menjadi kuat”. 5. Pakarnya hadits terutama ilmu mustholah, Imam Ibnu Sholah, beliau berkata sebagaimana dinukil Al Hafidz dalam “An-Nataaij” (1/237) :. (O ; P%' c   U+c - 1H^+ N I ab 1HQ “Tetaplah hadist ini dengan penggabungan jalannya sehingga haditsnya Hasan. Wallahu A’lam”. 6. Pakarnya hadits, Al Hafidz Ibnu Hajar, beliau berkata dalam “At Talkhish” :. 8 i 9O - >O  0 7  IN gh U+VW  f >O )de “Dhohirnya bahwa terkumpulnya hadits-hadits ini menguatkannya menunjukkan bahwa hadits ini memiliki asal”. 7. Imam Ibnu Abdil Hadi dalam “Taftih Tahqiq” (masalah no. 33). 8. Imam Suyuthi. 9. Imam Shon’ani dalam “Subulus Salam”. 10. Lajnah Daimah Saudi Arabia yang diketuai oleh Imam Ibnu Baz. 11. Pakar hadits abad ini, Imam Al-Albani dalam beberapa kitabnya. 12. Syaikh Sayyid Sabiq dalam “Fiqhus Sunnah”. 13. Syaikh Syu’aib Arnauth dalam “Taliq Musnad Ahmad”.. yang.

(9) 14. Dll. Adapun ditinjau dari segi fikih, maka kami nukilkan dari fatwa berikut ini :. $ &  D   (_ n21241 (: j, .o $ &  D   (_ N ; 9 R ' w%: b  , P v K u@ tO rNs `d*B . $ &  D   (_ D $ / 5 q ;  c . w*N)  |}9 D {HW -  (25) w*N)  C: ( -    - . ( ,  )  *! + (  '   $# & % % " ) :  -6O (, - >O u@ tO rNs ' +: ƒ/B3 SN ‚ O  4W (IN $ / : I `d? .(145/1) ~E : )e6 : V2 v K r    , . HK 1  $ &  ', 'N ,   w*N)  C: ( -% . „ ) N O   2!

(10) & 0 ) : - [B $# &  8 i K: ( . (, - ; 9 R >O : IN n1 @ ( %  ?@  %N ‰ ' +*. Iˆ+O + ) : u/0 ;   u@ 7:T@ *d . (247) w*N)  |}9 D {HW -}}9 (302) ; )NO  B  . 6/74E ( '  H/ _ ! @ ( _  K% : O ( _ , Ž$)%   } %  N   B )  ! @ ( _ + + O ( _ d K% %   ‹ Œ! B 7 8

(11) Š D |&O P *d 'N  O ”‚ U+c *d (856) VV O ’:  . (346/1) w   ‘ : )e6 .   7 89 ˆ( 0 " I

(12) 6@ :   ( .,  -    -% . .9  - .  ,% : .>O 7 ) + ) d% ƒO ' / B . $ &  D    K r  " . . '  H/ _ ! @ -   K :  - , O!)  |   + '  [ B )  ! @ - +  + -% I K   ‹  B .K 

(13) • -% . C% ) N O   $# & % % ! G H. +% 

(14)  (    O ƒ[IH ’—_ '  : )e6 . v K r  + – P   (, - ; 9 R )*+ (B . U+c . . (44/1) Y)* HK 16  P   -B )*+ L (, - ; 9 R $ &  ‚9 '+* 'N i˜^ >O : IN n2 (145/1) ~E )e6 . N ' ƒ)š c 'N ˜^ C: q  [ *d . (130/1) A E ™)3 : )e6 . ’ B : )e6 . ;  It: ž ^ '   P (d)@ '   >œ3 '+)9/E 'N C: q . (128/1) ›Š6s  'N -  , w* U+c ' $"jd KO . (300 P 130/1) A E ™)3 P (39/2) (d)@ '   Ÿ3 : ž ¡    K  ' tO rNs ¢, . :•H w  ƒ[IH tO rNs (IN $ / 'N  -‚/& . 5/& U+c >O : W : )e6 . (145/1) ~E £d K V,@ - i^+ IB (O " P U+ *d D 1H^+  : [B P $ &  D   . (72/1) ˜Hc ¤œ0 P (343/1)  ‘ P (43/1) ƒ[IH ’—_ '  P (347/1)  ‘ : )e6 . |}9 $ & " C/N  . N $ & " : C/ B |9 >@ U+c >O : {^  ¥ *d  . (O ; . v K "   H} ,  + -6]B n|9 >@n U+cB ¦ *d  . (146/1) ~E „) + "O (  ¨ W P   C*v >0s  Q - ‚6  Y

(15) B -6O ˜Œ P |}9 C§ & B ( + L ( E 2& 0  ‫ى‬Soal no. 21241 Hukum Tasmiyah pada saat Wudhu Apa hukum membaca Basmalah ketika akan berwudhu?.

(16) Jawab : Alhamdulillah. Para Ulama berbeda pendapat tentang hukum membaca Basmalah ketika akan berwudhu. Imam Ahmad berpendapat wajib, berdalil dengan riwayat dari Nabi  bahwa Beliau  bersabda : “Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak membaca Basmalah”. (HR. Tirmidizi, dihasankan oleh Al-Albani dalam “Shahih Tirmidzi”. Lihat Al Mughni 1/145). Mayoritas ulama diantaranya, Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Syaf’I serta satu riwayat dari Imam Ahmad, berpendapat bahwa membaca Basmalah sunah diantara sunah-sunah wudhu bukan wajib. Mereka berdalil tentang tidak wajibnya yaitu, 1. Bahwa Nabi  mengajari seseorang berwudhu lalu bersabda : “berwudhulah sebagaimana diperintahkan oleh Allah ” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani dalam “Shahih Tirmidzi” (no. 247). Hal ini mengisyaratkan kepada Firman Allah  : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (Al Maidah : 6) (lihat Al Majmu karya Nawawi 1/346). Imam Abu Dawud telah meriwayatkan (no. 856) hadits ini dengan lafadz yang lebih lengkap yang menjelaskan bahwa tidak wajibnya membaca Basmalah ketika berwudhu. Dari Abu Huroiroh  bahwa Rasulullah  bersabda : “tidak sempurna sholat kalian, sampai menyempurnakan wudhunya sebagaimana yang Allah  perintahkan, maka membasuh wajahnya dan kedua tangannya sampai siku dan mengusap kepalanya dan kedua kakinya sampai kedua mata kaki..” (Al Hadits). Dalam riwayat ini, Nabi  tidak menyabutkan Basmalah, yang menunjukkan tidak wajibnya (lihat Sunan Kubro karya Baihaqi 1/44). 2. Banyak perowi yang meriwayatkan sifat wudhu Nabi  tidak menyebutkan Basmalah padanya, sekiranya hal tersebut wajib tentu akan disebutkan. (lihat Syaroh Mumti’ 1/130). Ini adalah pendapat pilihannya ulama Hanabilah seperti Al Khiroqiy dan Ibnu Qudamah (lihat Al Mughni 1/145 dan Al Inshof 1/128). Pendapat ini juga dipilih oleh kalangan ulama kontemporer seperti guru kami Syaikh Muhammad bin Ibrohim dan Syaikh Muhammad bin Utsaimin (lihat fatawa Syaikh Muhammad bin Ibrohim 2/39 dan Syaroh Mumti’ 1/130 & 300). Mereka para ulama yang berpendapat sunah, menjawab dalil ulama yang mewajibkannya dengan dua jawaban : 1. Hadits tentang Tasmiyah dhoif. Didhoifkan oleh banyak ulama, diantaranya Imam Ahmad, Imam Baihaqi, Imam Nawawi dan Imam Al Bazar. Imam Ahmad ditanya tentang hadits Tasmiyah pada saat berwudhu, beliau menjawab : ‘tidak tetap (shahih) hadits tentangnya, aku tidak.

(17) mengetahui haditnya memiliki sanad yang bagus (lihat Al Mughni 1/145). (lihat juga Sunan Kubro karya Baihaqi 1/43, Al Majmu 1/343. Talkhisul Khobiir 1/72). 2. Seandainya haditsnya shahih, maka makna “tidak ada wudhu yang sempurna”, bukan maknanya “tidak sah wudhunya”. Oleh karenanya jika haditsnya shahih maka ini menunjukkan disunnahkannya Tasmiyah bukan diwajibkan. Wallahu A’lam. Berdasarkan pemaparan diatas, sekiranya seorang Muslim berwudhu tidak membaca Basmalah, maka wudhunya tetap sah. Namum ia terluput dari mendapatkan ganjaran, karena mengerjakan sunnah ini. Maka yang lebih berhati-hati seorang Muslim tidak meninggalkan membaca Basmalah”..

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas air baku (TDS) RO tahap 1 (desalinasi) bervariasi sesuai dengan musim, jika musim hujan TDS air baku menjadi rendah sampai 500 mg/l karena resapan air hujan ke sumur air

Standar kelima menyatakan bahwa diagnosis tuberkulosis paru, BTA negative harus berdasarkan criteria berikut: Negatif paling kurang pada 3 kali pemeriksaan (termasuk minimal 1

Hampir 8 tahun PT Sarana Bitung Utama menjadi perusahaan monopoli pendistribusi aspal curah, sampai pada akhirnya pada tahun 2004 hadir dua pesaing baru yang

Dari skema pengolahan ubi kayu menjadi Aci dan Rasi menunjukkan belum adanya sentuhan teknologi seperti pengecilan ukuran menggunakan blender, pengepresan,

Pada pengujian kadar glukomanan metode kolorimetri denngan reagen 3,5-DNS, sampel tepung konjak yang akan dianalisis dipreparasi terlebih dahulu dengan cara diaduk

Dengan tujuan pengadaan air untuk air minum dan air irigasi serta untuk pemeliharaan sungai, maka Sungai Ayung dipilih untuk pengembangan sungai dari sumber daya air yang layak

Sehubungan dengan perancangan visual branding kawasan agrowisata Condet, pesan yang ingin disampaikan menggunakan pendekatan persuasif bahwa Condet merupakan salah

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan menginterpretasikan angka ketercapaian indikator kapitasi berbasis komitmen pelayanan dan