• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. EFEKTIFITAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF GLYPHOSAT TERHADAP GULMA ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. EFEKTIFITAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF GLYPHOSAT TERHADAP GULMA ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT OLEH:"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

EFEKTIFITAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF GLYPHOSAT TERHADAP GULMA ALANG-ALANG

(Imperata cylindrica L.) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

OLEH:

ARNILA SARI 14 22 04 01 62

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2017

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIFIAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF GLYPHOSAT TERHADAP GULMA ALANG-ALANG

(Imperata cylindrica L.) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

TUGAS AKHIR

Disusun oleh:

ARNILA SARI 14 22 04 01 62

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untukMenyelesaian Studi Di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

Pada

Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan Telah Diperiksa dan Disetujui oleh:

Tanggal lulus: 2 Agustus 2017

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Judul Tugas Akhir : EFEKTIFITAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF GLYPHOSAT TERHADAP GULMA ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT .

Nama Mahasiswa : Arnila Sari

NIM : 14 22 04 01 62

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diuji oleh Tim Penguji dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Kelulusan

Disahkan oleh:

Tim Penguji

1. Sri Muliani, S.P., M.P.

2. Ir.Miss Rahma Yassin, M.,Si.

3. Nildayanti, S.P., M.Si.

4. Dr. Kafrawi, S.P., M.P.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala kasih karunia, dan hidayah-Nyalah sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah mengasuh, segenap keluarga yang selalu membantu baik moril maupun materil, serta kepada Ibu Sri Muliani, S.P., M.P. dan Ir. Miss Rahma Yassin,M., Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, petunjuk serta bimbingan kepada penulis. Melalui kesempatan ini pula, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. H. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dan Bapak Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, serta teman-teman sealmamater Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis sangat harapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Pangkep, 02 Agustus 2017

Arnila Sari

(5)

iv

Abstrak

ARNILA SARI (1422040162). Efektifias herbisida berbahan aktif glyphosat terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica L.) pada perkebunan kelapa sawit di bawah bimbingan Sri Muliani dan Miss Rahma Yassin .

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas herbisida berbahan aktif

glyphosat terhadap pengendalian gulma Alang-alang (Imperata cylindrica L.),

Percoban ini dilakukan di areal perkebunan PT Sarana Prima Multi Niaga

Kabuaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, berlangsung pada bulan

Januari sampai Februari 2017, Pada percobaan ini dosis yang digunakan adalah

100 mL.15 L

-1

dan 120 mL.15 L

-1

. Hasil percobaan menunjukan bahwa dosis 120

mL.15 L

-1

memerlukan waktu yang lebih singkat yaitu 7 hari untuk mematikan

gulma alang-alang dibandingkan dengan dosis 100 mL. 15 L

-1

yang memerlukan

waktu 12 hari.

(6)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Morfologi Gulma ... 3

2.2. Klasifikasi Gulma Imperata cylindrica L ... 5

2.3. Herbisida ... 7

2.4. Cara pengendalian Imperata cylindrica L ... 7

III.METODOLOGI ... 9

3.1. Waktu dan Tempat ... 9

3.2. Alat dan Bahan ... 9

3.3. Metode Pelaksanaan... 9

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

5.1. Kesimpulan ... 13

5.2. Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN ... 15

RIWAYAT HIDUP

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Gulma Imperata cylindrica L ... 6

2. Tingkat Kematian Gulma Dengan Dosis yang Berbeda ... 12

(8)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Herbisida Prima UP 480 AS ... 16

2. Keadaan Gulma Sebelum Penyemprotan ... 16

3. Keadaan Gulma Hari Ke-1 Setelah Penyemprotan ... 17

4. Keadaan Gulma Hari Ke-3 Setelah Penyemprotan ... 17

5. Keadaan Gulma Hari Ke-5 Setelah Penyemprotan ... 18

6. Keadaan Gulma Hari Ke-7 Setelah Penyemprotan ... 18

7. Keadaan Gulma Hari Ke-10 Setelah Penyemprotan ... 19

8. Keadaan Gulma Hari Ke-12 Setelah Penyemprotan ... 19

(9)

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.

Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkaitan dengan proses produksi suatu tanaman pertanian, keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan (Nugroho, 2011) . Gulma perkebunan, termasuk perkebunan kelapa sawit, mampu menjadi kompetitor utama dalam merebutkan unsur hara, air, ruang tumbuh dan cahaya matahari.

Beberapa spesies gulma juga dapat memproduksi zat-zat racun (Alelopati) yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman utama. Keberadaan gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian-kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus dikendalikan (Hamid, 2010).

Di perkebunan kelapa sawit, gulma merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Dalam arti luas gulma adalah semua jenis tumbuhan yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak dikehendaki dalam pengelolaan perkebunan. Jika gulma tidak dikendalikan maka gulma dan tanaman kelapa sawit akan bersaing mendapatkan unsur hara, selain itu tempat berkembang biaknya hama dan penyakit (Shari, 2010).

Masalah gulma sebenarnya masalah yang tidak akan pernah tuntas bagi petani, gulma yang tidak terkendali dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 80%.

Sifat kerugian yang timbul oleh gulma meskipun tidak melonjak, tetapi bersifat relatif tetap dan sangat dipengaruhi oleh jenis gulma, lamanya terjadi persaingan oleh gulma, sifat dan umur tanaman pokok, serta faktor lingkungan.

pengendalian gulma merupakan praktek budidaya yang penting pada usahatani

tanaman kelapa sawit. Secara umum biaya untuk mengendalikan gulma pada

tanaman kelapa sawit adalah tertinggi kedua setelah pemupukan (Azahari, 2004).

(10)

2

Karena sifatnya yang sangat merugikan maka alang-alang perlu dikendalikan.

Pengendalian alang-alang ini bertujuan untuk pemeliharaan tanaman pokok agar tanaman pokok tetap berproduksi dengan baik. Pada perkebunan kelapa sawit pengendalian gulma dilakukan pada piringan dan gawangan, Salah satu gulma

yang cukup dominan pada areal perkebunan PT SPMN adalah gulma Imperata cylindrica L . Gulma Imperata cylindrica L. merupakan gulma yang

pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat karena menghasilkan biji yang banyak dan memiliki akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan tanah (SOP, 2016). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu upaya untuk mengendalikan gulma alang-alang dengan menggunakan herbisida berbahan aktif glyphosat.

1.2. Tujuan dan kegunaan

Percoban ini bertujuan untuk mengetahui dosis herbisisda berbahan aktif glyphosat dapat efektif dalam mematikan gulma alang-alang.

Hasil dari percobaan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam

pengendalian gulma alang-alang pada perkebunan kelapa sawit.

(11)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi gulma Imperata cylindrica L.

Berikut adalah bagian-bagian dari tanaman alang-alang yang dibahas lebih mendetail :

a. Daun (Folium)

Menurut Damaru (2011), daun alang-alang termasuk daun tunggal (folium simplex) dengan tipe daun tak lengkap karena hanya terdiri dari 2 bagian saja, yaitu pelepah atau upih (vagina) berwarna putih keunguan dan helaian daun (lamina), sehingga disebut daun berupih atau daun berpelepah. Ada lidah-lidah atau ligula pada perbatasan upih daun dengan helaian daun. Daun alang-alang mempunyai sifat sebagai berikut :

1) Bangun daun (circumscriptio) : daun tidak ada yang lebar dan termasuk tipe pita (lingulatus).

2) Bentuk ujung daun (apex folii) : tipe runcing (acutus).

3) Bentuk pangkal daun (basis folii) : tipe meruncing (acuminatus) 4) Susunan tulang daun (nervatio) : tipe sejajar (rectinervis).

5) Tepi daun (margo folii) : tipe rata (integer).

6) Daging daun (intervenium) : tipis seperti kertas (papyraceus)

7) Warna daun : hijau dengan permukaan atas lebih gelap dari permukaan bawah

8) Permukaan daun : licin (laevis) b. Batang (Caulis)

Alang-alang merupakan tanaman yang jelas berbatang dengan tipe batang rumput (calmus) dengan ciri-ciri tidak keras, mempunyai ruas-ruas dan berongga.

Batang alang-alang mempunya sifat Bentuk batang bulat (teres), Sifat

permukaan batang licin (laevis), Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),

Percabangan pada batang batang pokok tidak terlihat jelas (SOP, 2016)

(12)

4

c. Akar (Radix)

Sistem pengakaran berupa sistem serabut, yang muncul dari nodus atau buku- buku batang. Panjangnya ± 5 cm, sistem pengakaran ini ditunjang oleh rimpang yang kuat, sehingga alang-alang sulit dicabut. Rimpang yang tumbuh secara agresif, tumbuhan tahunan (parennial) yang kuat dengan percabangan terbenam dalam tanah (yang panjangnya dapat mencapai 1 m), berdaging, rimpangnya bersisik (Anonim, 2008)

d. Bunga (Flos)

Alang-alang mempunyai bunga yang majemuk, bentuk bulir (spica) tanpa mahkota bunga, agak menguncup, bertangkai panjang, setiap bulir berekor puluhan helai rambut putih sepanjang 8-14 mm, mudah diterbangkan angin, panjang 6-28 cm, setiap cabang memiliki 2 bulir, cabang 2,5-5 cm, tangkai bunga 1-3 mm, gluma 1; ujung bersilia, 3-6 urat, Lemma 1 (sekam); bulat telur melebar, silia pendek 1,5-2,5 mm. Lemma 2 (sekam); memanjang, runcing 0,5-2,5 mm.

Palea (sekam); 0,75-2 mm. Benang sari: kepala sari 2,5 - 3,5 mm, putih kekuningan atau ungu. Putik: kepala putik berbentuk bulu ayam.

Penyerbukannya dibantu oleh angin (Rismunandar, 2000) e. Biji (Semen)

Biji jarang, panjang sekitar 11 mm, warnanya coklat tua. Biji yang sudah tua

mudah diterbangkan angin, tersebar dan yang akhirnya menjadi tumbuhan baru

(Anonim, 2010).

(13)

5

2.2. Klasifikasi Gulma Imperata cylindrica L.

I. cylindrica L. merupakan tumbuhan yang dikenal sebagai gulma, tumbuhan yang merumput dengan tunas yang merayap di dalam tanah. Klasifikasi gulma I.

cylindrica L. yaitu sebagai berikut (Pramono, 2002) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida SubKelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Imperata

Spesies : Imperata cylindrica L.

Alang-alang adalah jenis rumput menahun dengan tunas panjang menjalar di bawah tanah. Tanaman ini memiliki ujung (pucuk) tunas runcing dan tajam seperti ranjau duri yang muncul dari dalam tanah, alang-alang berbatang pendek, menjulang naik keatas tanah, dan tingginya berkisar 0,2-1,5 m. Bunganya terkadang memiliki rambut di bawah buku yang berwarna merah keunguan (Agus, 2010).

Tanaman yang mudah tumbuh menjadi banyak ini dapat ditemukan pada ketinggian 1-2.700 mdpl, tumbuh tegak dengan tinggi 80-180 cm, dan lebar 5-18 mm. Alang-alang tumbuh liar di hutan, tepi jalan dan di kebun kelapa sawit (Dalimartha, 2006).

I. cylindrica L. juga merupakan rumput yang tumbuh tegak berumpun rapat,

yang mempunyai dua buah benang sari dalam satu bunga, berkembang biak

dengan biji dan akar rimpang atau rhizome. Rhizome pada umumnya

berkembang pada kedalaman 0-20 cm dalam permukaan tanah. Tumbuhan ini

mengeluarkan zat alelopati yang merupakan zat penghambat tumbuh bagi

tanaman lain dan dapat menekan pertumbuhan serta menurunkan produksi

tanaman kurang lebih 20%. Pada perkebunan kelapa sawit, gulma ini

(14)

6

digolongkan sebagai gulma pengganggu nomor satu (SOP, 2016). Gulma I .cylindrica L. dapat dilihat pada (Gambar 1).

Gambar 1. A) Pokok I. cylindrica L. , B) Bunga I. cylindrica L. , C) Akar I.

cylindrica L.

2.3. Herbisida

Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan, mematikan, atau menghambat pertumbuhan gulma tampa mengganggu tanaman pokok (Sukma, 2002). Sedangkan menurut Riadi (2011) herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan.

Ada dua jenis herbisida yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik, pada pengendalian gulma I. cylindrica L. digunakan herbisida sistemik. Herbisida sistemik adalah herbisida yang dialirkan dari tempat terjadinya kontak pertaman dengan herbisida kebagian lainnya, biasanya akan menuju pada titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuh palin aktif berlangsung.

Herbisida jenis ini dapat diapalikasikan melalui tajuk maupun tanah, karena herbisida masuk melalui daun maupun akar, dan ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman dan mengganggu physiologis tanaman sehingga menyebabkan kematian ( Sembodo, 2010).

A B C

(15)

7

Herbisida sistemik yang digunakan di PT Sarana Prima Multi Niaga adalah herbisida yang mengandung bahan aktif glyphosat, biasanya berwarna cerah atau kuning. Pengendalian secara kimia atau herbisida merupakan pengendalian yang paling efektif dibanding dengan pengendalian yang lainnya, selain itu pengendalian dengan herbisida menghemat tenaga kerja dan waktu. Herbisida prima UP bersifat sistemik, mengendalikan gulma dengan cara menghambat proses metabolisme protein (S0P, 2016).

2.4.Cara Pengendalian I. cylindrica L.

Pengendalian gulma di Indonesia umumnya dilakukan secara manual, namun hal tersebut tidak didukung oleh tenaga kerja yang siap pada saat pengendalian gulma harus dilakukan sehingga membuat pengendalian gulma terhambat. Selain itu, permasalah gulma semakin besar karena umumnya petani mempersiapkan lahan dengan cara mengolah tanah secara intensif. pengendalian secara manual tersebut akan tidak menjadi efektif bila lahan pertanaman cukup luas, maka penggunaan herbisida diharapkan dapat mengurangi tenaga kerja, tepat waktu, dan efektif untuk mematikan gulma (Listyobudi, 2011)

Menurut Emanuel (2004), mengatakan bahwa pengendalian untuk gulma

seharusnya dilakukan pada pagi hari atau cuaca dalam keadaan cerah, dan jangan

melakukan penyemprotan disaat hujan, karena herbisida tidak dapat bekerja

secara efektif. Waktu aplikasi herbisida juga mempengaruhi efektifitas

pengendalian gulma. Penyemprotan yang segera diikuti oleh hujan akan

mengakibatkan herbisida tercuci, sehingga efek berkurang sebab partikel herbisida

belum sempat berpenetrasi kedalam kutikula daun. Waktu melakukan

penyemprotan sebaiknya didukung oleh faktor cuaca yang menguntungkan,

sehingga tidak terjadi pencucian herbisida. Untuk keberhasilan penyemprotan,

selang waktu turunnya hujan setelah aplikasi menjadi faktor yang penting

diperhatikan. Pada petunjuk teknis pemakaian herbisida, sebagian mencantumkan

tenggang waktu minimal turunya hujan setelah aplikasi, tetapi petunjuk tersebut

masih perlu diuji kebenaranya (Amalia, 2012).

(16)

8

III. METODOLOGI

3.1. Waktu Dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2017, bertempat di perkebunan kelapa sawit PT Sarana Prima Multi Niaga, Desa Karang Sari, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu knapsack sprayer, ember, sarung tangan plastik, kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah herbisida Prima UP 480 AS, dan Air.

3.3.Metode Pelaksanaan

a. Observasi lapangan, dilakukan dengan mengamati secara langsung areal yang akan disemprot, dan penyemprotan dilakukan setelah memperole izin dari perusahaan.

b. Pelaksanaan penyemprotan

Penentuan dosis, dosis herbisida Prima UP yang digunakan yaitu 100

mL.15 L

-1

dan 120 mL.15 L

-1

, pencampuran herbisida dilakukan dengan

menggunakan air sebanyak 15 liter untuk masing-masing dosis herbisida,

herbisida yang telah dicampur untuk selanjutnya disemprotkan kegulma sesuai

dengan dosis yang telah ditentukan dan penyemprotan dilakukan sebanyak satu

kali, parameter pengamatan meliputi, kondisi gulma sebelum dan setelah

penyemprotan, dengan cara mengamati warna daun, batang daun, dan waktu

kematian gulma.

Gambar

Gambar  1.  A)  Pokok  I.  cylindrica  L.  ,  B)  Bunga  I.  cylindrica  L.  ,  C)  Akar  I

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kaitannya dengan remaja yang merupakan siswa SMA yang dihadapkan dengan adanya perbedaan kelas sosial dilingkungan sekolahnya dan munculnya berbagai tuntutan

(1) Setiap pengumpulan dana yang dilakukan Pemuda atau Organisasi Kepemudaan dari Pelaku Usaha dan/atau Masyarakat untuk penyelenggaraan program dan/atau kegiatan

Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan,

Bilamana tanah lempung dipergunakan sebagi liner yang berfungsi untuk mencegah meresapnya leachate limbah padat ke air tanah, liner yang bersangkutan harus dibuat

Penggunaan lahan pada tahun 1970-an masih didominasi oleh adanya hutan sebesar 42,7 % dari total luas lahan yang ada di Kecamatan Sumberjaya, pada tahun 1978-an perubahan

Dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan atas obyek pertanggungan dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, apabila obyek pertanggungan dan atau kepentingan tersebut

Pengujian tambahan dengan memasukkan variabel kontrol, yaitu belanja pegawai, populasi penduduk dan wilayah memberikan temuan yang konsisten bahwa desentralisasi fiskal