• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Industri

Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua kegiatan produksi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu barang dan jasa.

Perusahaan atau industri merupakan salah satu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa, terletak pada suatu usaha bangunan atau lokasi tertentu yang mempunyai administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut (Uti, 2012).

Arsyad (2010), menjelaskan industri nasional di Indonesia menurut Departemen Perindustrian dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

1) Industri dasar, meliputi kelompok industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD) dan kelompok Industri Kimia Dasar (IKD). IMLD yaitu industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang, dan sebagainnya.

Sedangkan yang termasuk dalam IKD yaitu industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, dan sebagainya. Industri ini bersifat padat modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju dan teruji.

2) Industri kecil, yang meliputi industri pangan (makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta barang dari

(2)

kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, barang-barang karet dan lain-lain), industri galian bukan logam, dan industri logam (mesin-mesin listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, dan sebagainya).

3) Industri hilir, kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi industri pengolahan sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas dan lain-lain.

Industri ini tidak padat modal dan menggunakan teknologi menengah dan maju.

2.1.2 Industri Kecil dan Menengah

Menurut BPS (1974) dalam Siahaan (2000), industri kecil adalah suatu usaha industri yang melakukan kegiatan mengolah bahan dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi; atau mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi dengan jumlah pekerja antara 5-19 orang. Industri kerajinan kecil meliputi industri kecil yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi sederhana, sampai industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya, atau bahkan menggunakan teknologi proses maju. Lindawati (2006) dalam Parameswara (2008), mengatakan bahwa selain potensinya untuk menyediakan lapangan kerja dan kesempatan untuk memperoleh pendapatan bagi kelompok- kelompok berpendapatan rendah, terutama di daerah pedesaan, industri kerajinan kecil juga didorong atas landasan budaya, mengingat pentingnya peranan dalam pelestarian budaya Indonesia.

Menurut Darwan Raharja dalam Parameswara (2008), industri kecil dapat dikategorikan berdasarkan sifat dan orientasinya, yaitu:

(3)

1) Selera Industri yang memanfaatkan potensi dan sumber daya alam, umumnya berorientasi pada pemrosesan bahan mentah menjadi bahan baku.

2) Industri yang memanfaatkan keterampilan dan bakat tradisional yang banyak dijumpai pada sentra-sentra produksi.

3) Industri penghasil benda-benda seni yang memiliki mutu dan pemasaran khusus.

4) Industri yang terdapat di pedesaan, yaitu yang berkaitan dan merupakan bagian kehidupan ekonomi pedesaan

Industri yang terdapat di Kabupaten Klungkung adalah termasuk kategori industri yang memanfaatkan keterampilan dan bakat tradisional yang banyak dijumpai pada sentra-sentra produksi serta industri yang terdapat di pedesaan dikarenakan kain tenun ikat di Kabupaten Klungkung dibentuk dengan cara menganyamkan atau menyilangkan dua kelompok benang yang saling tegak lurus sehingga membentuk kain tenun dengan konstruksi tertentu. Oleh karena itu diperlukan keterampilan dan bakat tradisional.

2.1.3 Teori Produksi

Teori produksi adalah suatu kegiatan untuk menambah nilai guna pada suatu barang. Produksi di ukur sebagai “tingkat hasil produksi (output) perperiode waktu” karena merupakan konsep aliran. Ada 3 aspek proses produksi antara lain:

a) Kualitas barang atau jasa di hasilkan b) Bentuk barang atau jasa di ciptakan, dan

c) Distribusi temporal dan spasial dari barang atau jasa yang di hasilkan

(4)

Produksi adalah salah satu kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak akan ada barang atau jasa yang dihasilkan.

Menurut Ahman (2004), pengertian produksi mengalami perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Menurut aliran Fisiokrat, produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan barang baru (product nett)

2) Menurut aliran Klasik, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang.

Barang yang dihasilkan tidak harus barang baru, tetapi bisa juga barang yang hanya diubah bentuknya.

3) Pengertian produksi terus berkembang yang pada akhirnya para ekonom memberikan pengertian produksi sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa, atau kegiatan menambah manfaat suatu barang.

Menurut Adiningsih (1999), produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input terdiri dari bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Input dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap berupa sumber daya alam seperti tanah, gedung dan lainnya sedangkan input variabel adalah input yang dapat diubah jumlahnya dalam jangka pendek.

Industri tenun ikat adalah salah satu industri yang ada dan berkembang di Kabupaten Klungkung. Kabupaten Klungkung merupakan daerah yang memiliki tenaga kerja tertinggi diantara daerah lainnya yang ditunjukkan oleh tabel 1.2.

Bahan baku utama yang digunakan dalam industri ini adalah benang. Industri

(5)

tenun ikat di Kabupaten Klungkung ini rata-rata menggunakan motif dan desain tradisional, yang beberapa hanya digunakan pada upacara sakral sebagai wastra.

2.1.4 Teori Produktivitas

Mali (dalam ilyas, 2001) produktivitas adalah pengukuran tentang seberapa baik sumber daya digunakan bersama-sama dalam organisasi untuk menghasilkan suatu unit hasil produksi. Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata fisik (barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya (Sinugan, 2008). Produktivitas adalah rasio antara output dan input dari suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri atas manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, peralatan serta waktu, sedangkan output meliputi produksi, produk penjualan, serta pendapatan (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007).

Produktivitas merupakan salah satu ukuran paling penting dalam kinerja perekonomian. Produktivitas adalah suatu konsep yang mengukur rasio dari total output terhadap rata-rata terimbang dari input. Dua varian yang penting adalah produktivitas tenaga kerja, yang menghitung jumlah output perunit tenaga kerja, dan produktivitas faktor total, yang mengukur output per unit dari total input.

Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009) produktivitas menyangkut masalah hasil akhir yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh dengan efisiensi dan efektivitas. Menurut Daghani, dkk (2011) produktivitas dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan membandingkannya dengan periode berturut-turut dan juga dengan perusahaan sejenis lainnya

Menurut Suprihanto dalam Sri Haryani (2002) produktivitas merupakan kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan barang

(6)

dan jasa. Sumber-sumber ekonomi atau sering disebut faktor-faktor produksi mencakup tanah, modal, teknologi, tenaga kerja, dan bahan baku. Dalam suatu proses produksi, sumber-sumber ekonomi ini diolah untuk menghasilkan barang atau jasa. Jadi produktivitas adalah output dan input dari suatu produksi tertentu.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja

Menurut Simanjuntak (1983), produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja terdiri atas tiga bagian, yakni:

1) Kualitas dan kemampuan tenaga kerja, yang dapat dipengaruhi oleh pendidikan, latihan motivasi kerja, etos kerja, sikap mental dan kondisi fisik tenaga kerja.

2) Sarana pendukung tenaga kerja, mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. Lingkungan kerja meliputi keselamatan dan kesehatan kerja, sarana produksi dan teknologi, sedangkan kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem upah dan jaminan social.

3) Supra sarana yang meliputi kebijakan pemerintah.

Dalam teori human capital, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui investasi sumberdaya manusia (SDM).

2.1.6 Variabel sosial ekonomi yang mempengaruhi produktivitas pekerja wanita

(7)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial mempunyai pengertian sebagai berikut, kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 1996). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya, maka kata sosial sering disebut hal- hal berkenaan dengan masyarakat.

Kesimpulan yang disesuaikan dari penelitian ini bahwa kata sosial dalam hal ini adalah segala aspek mengenai individu atau tenaga kerja yang berkaitan dengan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa berdasarkan atas kebutuhan individu/masyarakat pada umumnya, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan produksi. Status sosial ekonomi masyarakat juga dapat dilihat dari status sosial keluarga yang diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga, perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati, 2002).

Indikator sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta, umur, pendidikan, status perkawinan, aspirasi pendidikan, partisipasi sosial, hubungan organisasi pembangunan, pemilikan lahan, pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya. Hampir sama dengan pendapat tersebut, Melly G. Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan, pendidikan dan pendapatan.

Pendidikan adalah usaha secara sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan baik di dalam maupun luar sekolah dan berlangsung seumur hidup

(8)

(long life education). Penerapan ilmu dan teknologi yang berkembang dapat dipengaruhi oleh pendidikan. Dalam jangka panjang tujuan pendidikan diarahkan kepada kegiatan yang akan menghasilkan tenaga-tenaga kerja terdidik yang merupakan investasi keahlian dan keterampilan didalam pembangunan (Helen, 2008).

Pendidikan perajin tenun ikat tinggi diharapkan mampu mengerjakan pekerjaannya lebih baik sehingga akan berdampak pada produktivitas yang dihasilkan. Mereka yang terdidik akan lebih cepat menyerap informasi dan menerapkan pengembangan yang terbaru sehingga mereka menjadi lebih produktif (Bendesa, 2005). Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir sistematis dalam menganalisis suatu masalah. Kemampuan perajin tenun ikat dalam menganalisis situasi diperlukan dalam memilih benang, motif dan pemasaran tenun ikat tetapi permasalahan besar yang dihadapi perempuan antara lain memilih apakah dia mau bekerja, menikah atau sekolah (Sheran, 2006).

Menurut Mantra (2003) komposisi penduduk yang sering digunakan untuk menganalisis perencanaan pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur. Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja, dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Dalam masa umur 15-64 tahun seseorang akan sangat produktif untuk bekerja, sehingga dalam rentang masa ini tenaga kerja akan lebih berpotensi untuk menghasilkan suatu barang/jasa dibandingkan dengan rentang umur dibawah 15 tahun ataupun

(9)

diatas 64 tahun. Umur perajin tenun ikat dapat mempengaruhi kecepatan dalam produktivitas tenaga kerja. Perajin tenun ikat yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk mengembangkan usaha tenun ikatnya. Sedangkan pada umur muda dan dewasa perajin tenun ikat berada pada usia ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan usaha tenun ikatnya. Hal ini dikarenakan pada usia muda perajin tenun ikat masih memiliki harapan akan berkembangnya tenun ikat.

Menurut Sumarsono (2003) menjelaskan bahwa keluarga dengan penghasilan besar, relatif terhadap biaya hidup cenderung memperkecil jumlah anggota keluarga untuk bekerja, sedangkan keluarga yang biaya hidupnya relatif sangat besar pada penghasilannya cenderung untuk memperbanyak jumlah anggota untuk masuk dalam dunia kerja. Tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja memiliki hubungan yang negatif dalam tingkat pendapatan atau penghasilan suami (Damayanti, 2011). Dalam hal ini apabila pendapatan suami mengalami peningkatan, maka akan berbanding terbalik atau menurun terhadap tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja.

2.1.7 Keterampilan

Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik (Nasution, 1975).

Keterampilan (skill) dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku motorik yang disebut juga normal skill (Vembriarto, 1981).

Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi

(10)

dan koordinasi informasi yang dipelajari (Sudjana, 1996). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, cepat, dan tepat. Keterampilan akan dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara berkesinambungan.

2.1.8 Hubungan pendidikan dan produktivitas pekerja wanita

Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, dapat mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif (Kurniawan, 2010). Dari pernyataan penelitian sebelumnya tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, karena orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya.

Pendapat menurut (Nadia, 2012) menyebutkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan bukan menjadi masalah. Justru wanita dengan pendidikan rendah memiliki jam kerja lebih banyak, karena akan semakin banyak yang dapat mereka lakukan untuk bekerja atau melakukan penawaran terlebih dahulu di sektor informal dengan demikian produktivitas pekerja wanita meningkat. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Grossmann, 1999).

(11)

2.1.9 Hubungan umur dan produktivitas pekerja wanita

Umur tenaga kerja cukup menentukan keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non fisik. Pada umumnya, tenaga kerja yang berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat (Amron dan Taufiq, 2009). Namun, umur yang produktif memiliki batas usia tertentu. Semakin bertambah umur semakin produktif karena dianggap memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak dibanding yang masih muda. Kecuali tenaga kerja yang memasuki tahap pensiun. Dengan demikian umur memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas pekerja.

2.1.10 Hubungan pendapatan suami dan produktivitas pekerja wanita

Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan (Setiadi, 2009). Saat seorang pekerja merasa cukup dengan upah yang diterima maka produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah cukup dalam hal ini dapat diartikan upah yang cukup untuk kebutuhan hidup layak, yakni dapat memungkinkan pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi.

Sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas (Kurniawan, 2010).

Tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat pendapatan atau penghasilan suami. Ini berarti bahwa jika

(12)

pendapatan suami meningkat akan mengakibatkan penurunan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja. Wanita yang sudah menikah merupakan tenaga kerja ekstra akan memasuki angkatan kerja bila pendapatan suami mereka mengalami penurunan karena kehilangan pekerjaan. Hal ini karena wanita yang sudah menikah merupakan kelompok pekerja sekunder yakni yang beranggapan bahwa bekerja bukan merupakan kebutuhan primer (Watson et al, 1999).

2.1.11 Hubungan jumlah tanggungan anak dan produktivitas pekerja wanita Tanggungan keluarga merupakan salah satu alasan utama bagi para ibu rumah tangga turut serta dalam membantu suami memutuskan diri untuk bekerja agar memperoleh penghasilan. Besarnya jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan untuk melakukan pekerjaan. Karena semakin banyak responden mempunyai anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan responden untuk bekerja semakin efektif. Efektivitas waktu ini adalah berguna untuk meningkatkan penghasilan responden sendiri (Situngkir dkk, 2007). Hal ini didukung oleh Sidauruk (2013) mengatakan bahwa, jumlah tanggungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap curahan jam kerja perempuan menikah di IKM Mebel Kabupaten Jepara.

2.1.11 Keterampilan dalam memoderasi pengaruh pendidikan terhadap produktivitas pekerja wanita

(13)

Menurut Adhanari (2005), tingkat pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Karyawan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tampak memiliki produktivitas yang lebih tinggi pula, apalagi ditambah adanya tingkat lamanya bekerja maka akan melatih dan menambah proses belajar sehingga dapat mempengaruhi tingkat keterampilan dan kreativitas kerjanya.

2.1.12 Keterampilan dalam memoderasi pengaruh umur terhadap produktivitas pekerja wanita

Hasil ini sesuai dengan teori yang terdapat pada pengantar ekonomi sumber daya manusia (Simanjuntak, 2001), yaitu makin bertambahnya umur seseorang akan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja seseorang yang akan dicapainya. Semakin dewasa seseorang maka keterampilan dalam bidang tertentu pada umumnya akan semakin meningkat, kekuatan fisik juga meningkat sehingga akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Pekerja di sektor informal yang banyak mengandalkan kemampuan fisik akan sangat terpengaruh oleh variabel umur. Namun disisi lain, pada usia yang sudah tidak lagi produktif, keterampilan dan fisik seseorang akan mengalami penurunan. Ini sesuai kenyataan bahwa dalam umur tersebut, banyak orang yang pensiun dan secara fisik sudah kurang mampu bekerja lagi.

(14)

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada rumusan Masalah, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan, umur, pendapatan suami dan jumlah tanggungan anak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas pekerja wanita perajin tenun ikat di Kabupaten Klungkung.

2) Pendidikan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas pekerja wanita perajin tenun ikat di Kabupaten Klungkung.

3) Umur secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas pekerja wanita perajin tenun ikat di Kabupaten Klungkung.

4) Pendapatan suami secara parsia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produktivitas pekerja wanita perajin tenun ikat di Kabupaten Klungkung.

5) Jumlah tanggungan anak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas pekerja wanita perajin tenun ikat di Kabupaten Klungkung.

6) Keterampilan memoderasi pengaruh pendidikan secara positif terhadap produktivitas pekerja wanita perajin tenun ikat di Kabupaten Klungkung.

7) Keterampilan memoderasi pengaruh umur secara positif terhadap produktivitas pekerja wanita perajin tenun ikat di Kabupaten Klungkung.

Referensi

Dokumen terkait

Jika tidak ada casing , jari-jari lubang bor ( rw ) dapat diperoleh dari hasil pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.. − Harga

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN SIZE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN” (Studi Pada Perusahaan

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Karakter
 Soekarwo
 yang
 patuh
 terhadap
 aturan
 dan
 norma,
 selalu
 memperhitungkan
 data‐data
 faktual
 serta
 pengalaman
 yang


Penumbuhan film tipis CuPc di atas substrat SiO 2 dengan metode penguapan hampa udara ( Model JEOL JEE-4X ) telah dilaksanakan dan dikarakterisasi dengan menggunakan

Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak yang bersangkutan, yaitu petugas Perusahaan Daerah Air Minum

Metode penelitian ini mencakup metode pengumpulan data dan metode pengembangan perangkat lunak.. Wawancara yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan

Hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan guru dalam implementasi e-raport dalam teknik dan manajerial yang diperoleh dari kuesioner dengan kemampuan menggunakan