BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna, tetapi manusia tidak dapat hidup sendiri di bumi ini, melainkan manusia harus hidup bermasyarakat, dan tolong-menolong antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Itulah sebabnya manusia disebut makhluk sosial, karena setiap manusia harus memberikan andilnya kepada orang lain.
Kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan dan masyarakat secara keseluruhannya akan menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, sehingga dalam hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan ekonomi sebagai kegiatan seseorang atau suatu perusahaan ataupun suatu masyarakat untuk memproduksi (menggunakan) barang maupun jasa.1
Kodrat manusia diciptakan sebagai makhluk yang bergelut di bidang ekonomi (homo economicus), baik secara personal maupun kolektif, dalam memenuhi kebutuhan hidup, yang pada satu sisi tidak terbatas dan pada sisi lain dihadapkan pada sumber- sumber terbatas.2
Krisis ekonomi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 dan dilanjutkan pada krisis global pada pertengahan tahun 2008 lalu memberi pelajaran berharga tentang kekuatan bangunan struktur usaha di Indonesia. Banyak
1 Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2008), h.4
2 Dr. Idri, M.Ag & Titik Triwulan Tutik, Prinsip – Prinsip Ekonomi Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2008),h. 1
perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak mampu bertahan dalam menghadapi krisis moneter ini, sehingga banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan.
Terutama kepada suami yang merupakan kepala rumah tangga, tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan memaksa isteri untuk mulai berperan di berbagai bidang usaha.
Usaha kecil dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mampu bertahan dalam krisis global yang melanda Indonesia.
Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran pengusaha swasta kecil, menengah maupun besar. Tumbuh dan berkembangnya barang dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia, terjadinya penyerapan tenaga kerja yang begitu banyak dan perputaran uang yang besar dan cepat, tidak mungkin tanpa adanya peran dari entrepreneur (wirausaha). Sehingga peran wirausahawan atau masyarakat sangat penting dan strategis dalam memicu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Menurut Drucker (1959) kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.3 Sedangkan wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut dan cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu
3 Suryana, Kewirausahaan: Pedoman Praktis ; Kiat dan Proses Menuju Sukses, (Jakarta:
Salemba Empat,2008),h.2
berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. 4
Majunya perekonomian Indonesia saat ini dalam bidang wirausaha tidak hanya dimiliki oleh para lelaki tetapi sejak adanya emansipasi wanita, wanita pun mulai tergerak untuk membuat usaha yang dapat dijadikan tumpuan hidupnya kelak atau sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai kehidupan keluarganya serta sebagai bukti bahwa wanita mampu berdiri di kaki sendiri.
Membangun dan meningkatkan ekonomi negara, masyarakat dan khususnya keluarga maka seorang wanita mempunyai hak untuk bekerja yang di jelaskan dalam ayat Al- Qur’an An-Nisa ayat 32 yang berbunyi :
Artinya:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa 4 : (32)5
Seorang wanita tidaklah semudah yang dibayangkan oleh seorang pria tentang wanita. Apalagi wanita Indonesia, yang masih sangat kental dengan budaya ke timurannya, yang selalu memandang wanita adalah sebagai seorang ibu yang anggun,
4 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.16
5 Soenarjo, Ahmad, dkk, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Petafsir Al-Qur’an, 1971), h.122
halus, lemah lembut, selalu dekat dengan keluarga, dengan kasih sayangnya membesarkan buah hatinya, dan sebagainya. Perumpaan dan istilah itu, sepertinya hanya layak diberikan kepada kaum perempuan atau wanita.6
Sejak dilahirkan wanita memang memiliki kodrat yang membedakannya dengan kaum pria. Wanita Indonesia adalah wanita bangsa Timur yang mengagungkan posisinya di keluarga. Sejak dahulu wanita menekuni peranannya di dalam lingkup keluarga sebagai pendamping suami serta ibu bagi anak-anaknya. Pengasuhan anak- anak 100% berada di tangan ibu dan ayahnya, tidak diserahkan kepada pihak lain termasuk pengasuh. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan era teknologi yang semakin maju, kini wanita Indonesia diberi kesempatan serta peran yang sama dengan pria untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Program peningkatan peran wanita di dalam pembangunan semakin mendapat perhatian. Wanita diberi kesempatan untuk berperan lebih majemuk dan menikmati pendidikan tinggi. Hasilnya, banyak wanita yang tampil dan berperan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan dalam berbagai aktivitas ekonomi.
Partisipasi wanita dalam dunia kerja, telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kesejahteraan keluarga, khususnya secara ekonomi. Angka wanita pekerja di Indonesia dan juga negara – negara lain, masih akan terus meningkat karena beberapa faktor seperti meningkatnya kesempatan belajar bagi wanita, keberhasilan program
6http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2010/10/07/wanita-berbisnis-antara-keluarga-dan- karir/
keluarga berencana, banyaknya daycare, tempat penitipan anak, dan kemajuan teknologi yang memungkinkan wanita dapat meng-handle masalah keluarga dan kerja sekaligus.7
Saat ini makin banyak wanita yang berambisi dan mampu mengembangkan karier, baik wanita belum menikah atau yang sudah menikah, yang belum atau yang sudah mempunyai anak, yang muda maupun setengah baya.8 Sudah banyak wanita yang tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, tetapi mereka mempunyai usaha atau bisnis seperti mengolah kerajinan, makanan yang merupakan usaha mikro.
Kesadaran akan risiko dan ketidakpastian dalam hidup menyadarkan wanita untuk berbisnis. Badai krisis moneter dan kasus dalam keluarga memberi pelajaran pada kaum ibu untuk mempersiapkan masa depan.
Ada beberapa sektor kehidupan dimana wanita sudah dapat bebas bekerja dan bersaing dengan kaum laki–laki, dapat disebutkan kewirausahaan (enterpreneurship), sebagai salah satu yang menjadi pilihan bagi wanita untuk pembuktian dirinya bahwa wanita mampu berusaha adalah menciptakan usaha kecil. Sudah sangat banyak wanita yang menjadi pengusaha dari sejak tingkat kecil (mikro), menengah, dan besar (makro), dengan maksud untuk membantu suami mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, untuk faktor kemandirian atau sebagai realisasi atas pengetahuan yang didapat sewaktu menjalani pendidikan.
7 H.M Atho Mudzhar, dkk, Wanita dalam Masyarakat Indonesia Akses, pemberdayaan dan kesempatan (Yogyakarta:Sunan Kalijaga Press, 2001) h.xv
8 Ibid, H.M Atho Mudzhar, h. 299
Menurut Russell M. Knight, seorang wirausaha utamanya tidak termotivasi oleh financial insentive9 yaitu imbalan berbentuk perangsang yang diberikan berupa uang
kepada karyawan atau pihak lain, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan yang tidak sesuai, disamping guna menemukan arti baru bagi kehidupannya.
Faktor motivasi wirausaha wanita tersebut adalah The Feminist Refugee yaitu para wanita yang merasa telah mendapatkan perlakuan diskriminatif dibandingkan kaum laki–laki, baik dalam sistem pendidikan, perusahaan, maupun dalam masyarakat, akan berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu mendirikan perusahaan sendiri.
Sedangkan faktor motivasi yang lainnya adalah The housewife refugee yaitu para ibu rumah tangga yang pada awalnya sibuk mengurus anak dan rumah tangganya akan mencoba membantu suaminya dalam hal keuangan karena kebutuhan–kebutuhan anak–
anak yang semakin dewasa semakin besar.10
Menurut pengamatan Adler Haymas Manurung, wanita memang sebaiknya memilih bisnis yang disukai agar resiko kerugian bisa dikurangi. Hal ini penting karena dalam berbisnis mereka jadi mengerti benar terhadap bidang usaha yang digelutinya.
Adler menyarankan wanita dalam memulai bisnisnya sebaiknya melakukan 3 hal, yaitu berawal dari skala kecil, mau belajar pemasaran, dan mengubah mentalitas menjadi aktif bersosialisasi. Di sisi lain, risiko dalam mengelola bisnis adalah menyita waktu. Maka dari itu, kepandaian dalam membagi waktu antara urusan bisnis dan keluarga harus
9 Eti Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h.120
10 Rambat Lupiyoadi, Entrepreneurship From Mindest To Strategy, Edisi kedua, (Jakarta:
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2004), h.18
dijaga dengan baik. Mengenai lokasi usaha, disarankan sebaiknya tidak jauh dari tempat tinggal sehingga waktunya tidak habis diluar dan para wanita sebaiknya memilih jenis usaha yang tidak jauh dengan aktivitas yang disukai.
Wanita memegang peranan penting dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekarang ini sudah banyak kemajuan yang kita lihat dari berbagai bidang, wanita-wanita Indonesia sudah mampu memasuki lapangan pekerjaan dan membuat lapangan pekerjaan bagi orang lain. Hal ini dapat dilihat salah satunya di kota Banjarmasin banyak pengusaha wanita yang memiliki usaha di bidang industri makanan, seperti ibu Siti Nazmina yang mempunyai usaha kue kering khas banjar cap
“Merpati”. Usaha tersebut dimulai sejak tahun 1980 sampai sekarang dan usahanya pun semakin berkembang sesuai dengan permintaan konsumen. Jenis makanan yang diproduksi berupa kue kering khas banjar, diantaranya kue roti gambir, kue ilat sapi, kue semprit, kue kembang gula dan kue aster. Pemasaran yang sudah dijalankan tidak hanya di pasaran lokal Banjarmasin tetapi sudah sampai keluar daerah, diantaranya Kalimantan Tengah dan Jawa, dengan pemasaran yang dilakukan melewati agen atau distributor yang membawakan makanan ke toko-toko langganan atau menjual langsung di tempat produksi.
Dari penghasilan usaha ini, ibu Siti Nazmina sudah memberikan konstribusi yang sangat pesat terhadap peningkatan ekonomi keluarga beliau yang tentunya dalam pencapaian kesuksesan usaha beliau tidak terlepas dari dukungan keluarga. Namun seberapa pesatnya perkembangan usaha ini, apalagi semakin banyaknya permintaan
barang dari konsumen sehingga beliau mempunyai berbagai kendala dalam mengembangkan lagi usaha ini, salah satunya ialah kurangnya modal dan tenaga kerja.
Beranjak dari latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut yang akan dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul “Peran Pengusaha Wanita Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Banjarmasin”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis membuat rumusan masalah yakni :
a. Bagaimana peran dan pengaruh pengusaha wanita terhadap peningkatan ekonomi keluarga di Banjarmasin?
b. Kendala – kendala yang dihadapi pengusaha wanita terhadap peningkatan ekonomi keluarga di Banjarmasin?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana peran dan pengaruh pengusaha wanita terhadap peningkatan ekonomi keluarga di Banjarmasin.
b. Untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi pengusaha wanita terhadap peningkatan ekonomi keluarga di Banjarmasin.
D. Signifikasi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
a. Bahan informasi ilmiah untuk menambah wawasan pengetahuan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya yang ingin mengetahui peran pengusaha wanita terhadap peningkatan ekonomi keluarga di Banjarmasin.
b. Sebagai tambahan informasi bagi pihak – pihak yang ingin melakukan penelitian selanjutnya dari sudut pandang yang berbeda.
c. Menambah khazanah literatur perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin pada umumnya dan perpustakaan Fakultas Syari’ah pada khususnya.
E. Definisi Operasional
Untuk memberikan kejelasan dan menghindari kesalahpahaman tentang masalah yang diteliti, maka penulis mengemukakkan definisi operasional sebagai berikut :
1. Peran : sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan.11 Peran yang dimaksud disini ialah keterlibatan wanita yang mempunyai usaha selain menjadi ibu rumah tangga.
2. Pengusaha : orang yang mengusahakan (perdagangan, industri, dsb). orang yang berusaha di bidang perdagangan.12 Pengusaha yang dimaksud ialah para wanita yang mempunyai usaha dibidang produksi makanan.
3. Wanita : perempuan dewasa, kaum wanita , kaum putri (dewasa).13 Wanita yang dimaksud disini ialah wanita berkeluarga yang mempunyai usaha.
11 W.J.S Poerwadiningrat, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005) ,h.870
12 Ibid, h. 1350
4. Ekonomi : ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang- barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan), pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga, tata kehidupan perekonomian (suatu negara), urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara)14. Maksud ekonomi disini ialah mengenai ekonomi keluarga.
F. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelaahan yang penulis lakukan mengenai penelitian yang terdahulu, berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis teliti, maka didapatkan beberapa penelitian diantaranya adalah:
Skripsi oleh Riska Savitri NIM 060502069 Jurusan manajemen fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah: “Analisis Faktor – Faktor Yang Memotivasi Wanita Memilih Untuk Berwirausaha (Studi Kasus Pada Pengusaha Salon Kecantikan di Kecamatan Medan Tembung)”. Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memotivasi dan faktor-faktor yang memotivasi paling dominan wanita memilih berwirausaha pada pengusaha salon kecantikan di Kecamatan Medan Tembung. Penulis menarik hipotesis bahwa semua faktor merupakan faktor yang memotivasi wanita dalam berwirausaha dan faktor kemandirian merupakan faktor yang paling dominan.15
13 Ibid,h. 1362
14 Ibid, h.312
15 http://repository.usu.ac.id/bitstream/Cover.pdf, 6/6/2011,7:26 AM
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini ditulis secara sistematis dengan sistematika skripsi sebagai berikut:
Pada Bab I berisikan pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, definisi operasional, kajian pustaka dan sistematika penulisan.
Pada Bab II berisikan landasan teori yang didalamnya terdapat pengertian wirausaha dan kewirausahaan, pandangan terhadap kewirausahaan, berbagai macam profil wirausaha, wirausahaan wanita (Women Interpreneur), dan faktor-faktor yang memotivasi wanita memilih untuk berwirausaha.
Pada Bab III metodologi penelitian yang berisikan jenis, sifat dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisa data, dan tahapan penelitian.
Pada Bab IV penyajian data dan analisis data, membahas tentang diskripsi data atau fakta per kasus dan analisis data tentang peran pengusaha wanita terhadap peningkatan ekonomi keluarga di Banjarmasin.
Terakhir pada Bab V berisikan penutup yang mengemukakan kesimpulan dan saran – saran