• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari banyak gugusan pulau mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak jumlahnya. Memiliki wilayah negara seluas 7,81 juta Km

2

, menjadikan Indonesia sebagai negara yang cukup besar yang didominasi oleh perairan dan juga daratan.

Luasnya wilayah kemaritiman Indonesia, secara tidak langsung memberikan dampak terhadap sebagian besar dari masyarakat atau penduduk yang tinggal di pesisir pantai Indonesia hingga saat ini masih menjadikan profesi melaut dan menjual hasil laut sebagai mata pencaharian mereka (Nainggolan et al., 2014).

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman, kehidupan masyarakat

mulai bergeser mengikuti perkembangan tersebut ditandai dengan semakin pesatnya

pertumbuhan industri-industri yang ada di Indonesia. Salah satu industri yang hingga

saat ini masih eksis dan cukup menarik banyak minat dari berbagai kalangan

masyarakat yakni industri pertambangan, khususnya pertambangan emas. Menurut

Laporan Kampanye Bebas Merkuri IPEN tahun 2013 yang dilakukan di Indonesia,

tercatat bahwa jumlah titik rawan pertambangan emas skala kecil (PESK) meningkat

dua kali lipat dalam enam tahun terakhir yang disebabkan oleh tingginya harga emas

saat itu. Tercatat di Indonesia pada tahun 2010, terdapat 900 hotspot yang terdiri dari

kurang lebih 250.000 petambang. Isu-isu mengenai pertambangan emas sangat erat

kaitannya dengan penggunaan merkuri, hal tersebut terkait dengan proses

(2)

pengolahan emas yang menggunakan amalgamasi dengan merkuri. Meningkatnya investasi para pengusaha emas di berbagai tempat berdampak pada maraknya perdagangan merkuri secara illegal (BaliFokus, Arnika Association, & IPEN Heavy Metals Working Group, 2013). Berdasarkan artikel mengenai isu lingkungan yang dipublikasikan oleh organisasi kampanye global, Greenpeace Indonesia pada tanggal 22 April 2015 menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang melakukan impor merkuri secara illegal dalam jumlah besar hampir mencapai 400 ton per tahun. Hal tersebut didukung juga oleh data dari UNEP’s 2013 Global Mercury Assessment yang menyatakan bahwa artisanal and small-scale gold mining

(ASGM) atau pertambangan emas skala kecil merupakan sektor yang berkontribusi sebesar 37 persen terhadap peningkatan emisi merkuri di dunia (BRI, 2014a).

Salah satu metode yang sering digunakan untuk melakukan eksploitasi dan pemisahan emas dari batuan-batuan alam yakni metode amalgamasi. Pada metode ini cairan air raksa atau merkuri berfungsi dalam proses pemurnian emas dan memisahkannya dengan kandungan logam pengotor lainnya, karena emas dapat larut dalam air raksa kemudian cairan air raksa yang telah bercampur dengan emas akan dipanaskan sehingga air raksa menguap dan akhirnya menghasilkan emas yang murni. Oleh karena metode yang sangat efektif dan mudah dilakukan, banyak penambang-penambang emas tradisional yang menggunakan metode tersebut.

Namun, limbah-limbah yang dihasilkan dari proses pemisahan emas seringkali

dibuang atau dialirkan langsung ke lingkungan tanpa memperhitungkan dampak

negatif yang dapat mempengaruhi lingkungan khususnya pencemaran pada

organisme-organisme yang hidup pada daerah dimana limbah tersebut dialirkan yang

pada akhirnya seluruhnya akan bermuara di laut. Kandungan logam-logam

(3)

berbahaya, khususnya merkuri (Hg) diketahui dapat mengendap dan terakumulasi pada ikan sebagai salah satu organisme yang hidup di laut (Dasna, Parlan, &

Susiyadi, 2013).

Merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam berat yang bersifat sangat berbahaya dan beracun yang dapat menyerang ginjal dan organ tubuh lainnya termasuk jantung, sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi maupun sistem imun (IPEN, 2014). Merkuri dapat ditemukan pada udara, air, maupun tanah yang dapat terjadi secara natural maupun karena aktifitas manusia. Senyawa logam berat merkuri dapat ditemukan dalam berbagai bentuk antara lain elemental merkuri atau merkuri dasar (Hg

0

), ionic merkuri ( Hg(II) atau Hg

2+

), dan metil merkuri (MeHg) (UNEP & WHO, 2008). Merkuri memiliki afinitas terhadap lipid sehingga mudah terakumulasi di dalam tubuh organisme bila dibandingkan dengan senyawa logam berat lainnya. Hal tersebut menjadi sangat berbahaya karena ikan merupakan predator teratas dalam ekosistem akuatik dan memilliki posisi di tengah pada rantai makanan, hingga saat ini ikan banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga dapat menjadi jalan masuknya paparan merkuri ke dalam tubuh manusia (Suseno, 2011).

Menurut data yang dilaporkan oleh BaliFokus pada tahun 2013 mengenai titik rawan merkuri di Indonesia, salah satu lokasi yang menjadi titik rawan merkuri yang terletak dekat dengan pulau Bali ialah kecamatan Sekotong, yang terletak sekitar 28,7 km di sebelah barat daya kota Mataram, ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kawasan ini memiliki penambangan dan pengolahan emas besar yang tersebar di kecamatan tersebut, melibatkan 5000 petambang dan 100 fasilitas gelundung.

Diperkirakan pada tahun 2008, masyarakat mulai menggunakan merkuri untuk

mengolah volume bijih emas yang lebih besar. Hal tersebut berdampak pada

(4)

peningkatan jumlah pemakaian merkuri mencapai 300 – 500 gram setiap 4 jam, saat semua gelundung beroperasi diperkirakan sebanyak 20-50 gram merkuri dilepaskan ke lingkungan per harinya, dan 73 – 183 ton merkuri per tahunnya (BaliFokus et al., 2013).

Proses produksi hingga konsumsi ikan merupakan kegiatan yang mudah

ditemukan dan sudah tidak asing lagi terutama untuk masyarakat yang tinggal di

sekitar pesisir pantai. Menurut data statistik mengenai produksi perikanan tangkap di

laut oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali pada tahun 2014, produksi

tertinggi ditempati oleh wilayah Denpasar yang mencapai angka produksi ikan

tangkap sebesar 45.651,80, lalu produksi tertinggi berikutnya ditempati oleh

Kabupaten Jembrana sebesar 22.429,00 dan tertinggi ketiga ditempati oleh

Kabupaten Karangasem sebesar 21.532,80, diikuti oleh Kabupaten Buleleng dengan

produksi ikan sebanyak 17.711,80, Kabupaten Badung dengan produksi ikan

sebanyak 6.095,30, Kabupaten Klungkung dengan produksi ikan sebanyak 2.000,90,

Kabupaten Tabanan dengan produksi ikan sebanyak 762,30, dan yang terakhir

Kabupaten Gianyar dengan produksi ikan sebanyak 725,30. Data produksi perikanan

tangkap di laut tersebut didukung juga dengan data jumlah nelayan, pada tahun 2014

Kabupaten Jembrana memiliki jumlah nelayan terbanyak di Provinsi Bali yang

jumlah totalnya mencapai 10.029 orang (nelayan penuh 7.521 orang), lalu jumlah

nelayan terbanyak kedua ditempati oleh kota madya Denpasar dengan jumlah total

nelayan mencapai 9.018 orang (nelayan penuh 8.240 orang), menyusul Kabupaten

Buleleng dengan jumlah nelayan sebanyak 6.816 orang (nelayan penuh 4.963 orang)

, Kabupaten Karangasem dengan jumlah nelayan sebanyak 6.348 orang, Kabupaten

Badung dengan jumlah nelayan sebanyak 1.362 orang (nelayan penuh 404 orang),

(5)

Kabupaten Klungkung dengan jumlah nelayan sebanyak 1.296 orang, Kabupaten Tabanan dengan jumlah nelayan sebanyak 936 orang (nelayan penuh 525 orang), dan yang terakhir Kabupaten Gianyar dengan jumlah nelayan sebanyak 724 orang (nelayan penuh 269 orang) (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2014).

Berdasarkan data yang dipublikasikan Pusat Data, Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka Tahun 2014 mengenai konsumsi ikan per kapita nasional, untuk di Bali khususnya rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional pada rentang tahun 2010 hingga 2014 hampir selalu melebihi 100 persen dari jumlah yang ditargetkan oleh Ditjen P2HP (Nainggolan et al., 2014).

Sebagai pulau yang lokasinya dikelilingi oleh pulau-pulau lain yang memiliki

banyak hotspot pertambangan emas, masih belum banyak dilakukan studi mengenai

keberadaan kandungan logam berat merkuri di wilayah Bali. Berdasarkan pergerakan

ikan yang cenderung mengikuti arus migrasi dan sebagai salah satu hasil laut yang

sering dikonsumsi oleh masyarakat maka ingin dilakukan suatu analisis terhadap

potensi risiko terhadap masyarakat yang mengkonsumsinya.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan isu-isu terkait dengan keberadaan logam berat merkuri (Hg) pada lingkungan, yang telah dipaparkan pada bagian 1.1, diketahui bahwa kesadaran akan bahaya logam berat merkuri masih kurang khususnya untuk masyarakat Indonesia. Semakin menjamurnya industri tambang emas dengan skala kecil, tidak disertai dengan penggunaan metode yang bersahabat dengan lingkungan dan pembuangan limbah hasil mengandung merkuri secara langsung ke bentang alam.

Berbagai studi atau penelitian baik di dalam maupun di luar Indonesia menyatakan

bahwa kandungan logam berat merkuri (Hg) dapat berpindah jauh dari sumbernya

dan secara tidak langsung masuk ke dalam rantai makanan serta terakumulasi di

lingkungan. Sebagai biota laut yang sering dikonsumsi oleh manusia, ikan diketahui

merupakan salah satu pembawa kandungan logam berat merkuri yang besar. Dalam

berbagai kasus terkait merkuri di berbagai belahan dunia, konsumsi ikan yang telah

terkontaminasi merkuri dalam jumlah tinggi memberikan efek negatif bagi kesehatan

hingga menyebabkan kematian. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah yang

ingin diangkat pada studi ini adalah bagaimana kandungan logam berat merkuri pada

ikan dan risikonya terhadap masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai nelayan

di wilayah Pantai Amed Karangasem dan Pantai Sanur Denpasar yang terletak di

Provinsi Bali.

(7)

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kandungan logam berat merkuri (Hg) pada ikan di wilayah Pantai Amed Karangasem dan Pantai Sanur Denpasar Provinsi Bali ?

2. Bagaimana risiko konsumsi ikan terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan di sekitar Pantai Amed Karangasem dan Pantai Sanur Denpasar Provinsi Bali ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui sejauh mana kandungan merkuri telah masuk ke dalam hasil laut dan risikonya terhadap masyarakat di sekitar Pantai Amed Karangasem dan Pantai Sanur Denpasar yang terletak di Provinsi Bali.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kandungan logam berat merkuri (Hg) pada ikan di wilayah Pantai Amed Karangasem dan Pantai Sanur Denpasar yang terletak di Provinsi Bali.

2. Mengetahui besar risiko konsumsi ikan terhadap masyarakat yang berprofesi

sebagai nelayan di sekitar Pantai Amed Karangasem dan Pantai Sanur

Denpasar yang terletak di Provinsi Bali.

(8)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan studi kandungan logam berat merkuri (Hg) khususnya untuk di wilayah Bali

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Membantu perencanaan upaya pencegahan atau pengendalian masuknya logam berat merkuri (Hg) melalui ikan sebagai perantara.

2. Memicu penelitian-penelitian serupa yang terkait dengan logam berat merkuri untuk di wilayah Bali khususnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian di bidang kesehatan lingkungan dengan menggunakan ruang lingkup sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) yang mengacu pada penelitian – penelitian serupa.

2. Penelitian menggunakan ikan sebagai sampel yang akan diuji parameter kandungan logam berat merkurinya.

3. Penelitian ini menggunakan nelayan sebagai responden yang akan dianalisis

potensi risikonya terhadap konsumsi ikan.

Referensi

Dokumen terkait

bakteri lokal), keadaan klinis pasien pada onset demam, risiko yang dihubungkan dengan perkembangan infeksi, komplikasi medis yang serius, terapi antibiotik sebelumnya,

Selain penambang dari daerah luar, beberapa bekas pegawai di PT A yang berasal dari masyarakat Pongkor juga memiliki informasi penambangan emas sehingga tidak jarang

Data analisis yang dibahas dalam penelitian ini meliputi data produksi energi listrik riil dan iradiasi rata-rata pada bidang array PLTS Off-Grid STT-PLN, dimana nilai HT

Citra Collection merupakan toko konvensional yang menjual baju muslim laki-laki dan perempuan, serta menjual kerudung. Citra Collection belum memiliki cabang, hanya memiliki satu

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

Melihat uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adaptasi petani bandeng dalam mengantisipasi perubahan iklim untuk meningkatkan produktivitas pada Tambak Desa

Data akan diolah dengan menggunakan uji regresi untuk melihat pengaruh terhadap minat beli dan minat rekomendasi, uji anova digunakan untuk melihat perbandingan jawaban antara

Simpulan dari penelitian ini adalah, aplikasi sistem struktur beton bertulang bambu dan dinding batako pada rumah sederhana memenuhi persyaratan kenyamanan termal dan