• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL

PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II)

J A K A R T A

SELASA, 13 MARET 2007

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL

Pengujian UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Terhadap UUD 1945

PEMOHON

Lalu Ranggalawe, dkk.

ACARA

Pemeriksaan Perbaikan Permohonan (II)

Selasa, 13 Maret 2007 WIB, Pukul 10.00 WIB

Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Dr. Harjono, S.H., M.C.L. K e t u a

2) Prof. H.A.S. Natabaya, S.H., LL.M Anggota

3) I Dewa Gede Palguna, S.H. Anggota Ina Zuchriyah, S.H. Panitera Pengganti

(3)

HADIR:

Kuasa Hukum Pemohon : Suriahadi, S.H.

Edy Gunawan, S.H.

(4)

SIDANG DIBUKA PUKUL 10.00 WIB

1. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Sidang Mahkamah Konstitusi untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan pada Perkara Nomor 5/PUU-V/2007 dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

Selamat pagi!

Saudara Kuasa Pemohon ya? Tapi ada baiknya juga meskipun kita sudah pernah bertemu sebelumnya untuk menyebutkan siapa berdua ini? Silakan.

KETUK PALU 3X

2. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Terima kasih kepada Bapak Ketua Majelis.

Jadi kami sebagai Kuasa Pemohon hadir dua orang dalam kesempatan sidang yang kedua ini kami ingin menyampaikan secara pokok-pokok mengenai beberapa perubahan perbaikan permohonan kami pada sidang pertama.

3. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Jadi Saudara siapa namanya?

4. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Suryahadi dengan Edi Gunawan.

5. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Baik, jadi Saudara Suryahadi dan Edi Gunawan, empat belas hari yang disediakan oleh ketentuan yang sudah Anda manfaatkan, dan sekarang persidangan ini adalah untuk memeriksa tentunya perbaikan yang sudah Anda lakukan setelah Majelis Hakim dalam persidangan pertamanya—pemeriksaan pendahuluan—memberikan nasihat-nasihat kepada Anda. Telah diterima perbaikan permohonan oleh Panitera tanggal 5 Maret 2007, tapi di samping perbaikan, Panitera pada tanggal 5 Maret juga menerima surat dari Andi Mulyadi dan Krisno Yuwono yang intinya adalah menyatakan pencabutan surat kuasa dan permohonan

(5)

pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Tentunya berdasarkan surat pencabutan kuasa ini posisi permohonan Anda berubah sebagaimana yang Anda sampaikan dalam perbaikan. Karena itu Majelis juga sudah melihat bahwa pada perbaikan itu terhadap dua pihak sudah tidak muncul lagi namanya pada permohonan dan tinggal satu-satunya Pemohon, yaitu Lalu Ranggalawe. Barangkali ini memperhatikan apa yang disampaikan oleh Majelis Hakim. Untuk itu kiranya Saudara Kuasa Hukum bisa menunjukkan apa yang menjadikan berbeda antara perbaikan ini dengan permohonan sebelumnya? Bisa disampaikan secara singkat saja, poin-poinnya pada kesempatan ini, silakan.

6. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Terima kasih Bapak Ketua.

Setelah kami memperhatikan saran dari Majelis pada sidang pertama, kemudian kami mencoba kembali untuk mengkaji lebih jauh daripada Undang-Undang Nomor 24 tentang Mahkamah Konstitusi.

Kemudian berdasarkan hal-hal tersebut kami mencoba untuk memperbaiki permohonan yang sudah diajukan, sehingga terjadi ada beberapa perbaikan, yaitu berupa pengurangan-pengurangan. Di antaranya mengenai subjek permohonan yang tadinya ada tiga yaitu pertama, Lalu Ranggalawe—sebagai pribadi warga negara, kemudian yang kedua dan ketiga terdahulu sebagai lembaga hukum privat, yaitu Lembaga Pemantau Kebijakan Publik Nusa Tenggara Barat. Yang ketiga Yayasan Sosial Sumberdaya Indonesia. Masing-masing kedua Pemohon tersebut kami keluarkan dari permohonan untuk itu sudah disertai, kami lampirkan pada saat pengajuan perbaikan itu berupa surat pencabutan surat kuasa sekaligus pernyataan pengunduran diri sebagai Pemohon dua dan Pemohon tiga di dalam permohonan.

Atas dasar itu lalu kami membuat atau menyempurnakan permohonan yang kedua dan sudah kami ajukan pada tanggal 5 Februari 2007 sebagaimana yang ada di Majelis. Dan untuk itu secara poin, secara pokok-pokok kami menyampaikan (…)

7. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

5 Maret ya? Bukan Februari?

8. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

5 Maret 2007, itu perbaikan. Lalu setelah adanya perbaikan tersebut maka permohonan untuk subjek atau Pemohon itu hanya satu orang, yaitu pribadi warga negara, yaitu Lalu Ranggalawe. Dengan sendirinya dengan adanya perubahan tersebut juga tentu ada beberapa juga konsekuensinya permohonan ada perbaikan, ada perubahan. Dalam

(6)

hal ini menyangkut masalah alat bukti yang sudah kami lampirkan pada permohonan terdahulu. Oleh karena itu dalam permohonan perbaikan kami juga melampirkan di situ tentang perbaikan daftar alat bukti. Di antaranya, pada lampiran pertama terdahulu ada tujuh surat bukti yang kami ajukan masing-masing:

P1, Akta Pendirian Lembaga Pemantau Kebijakan Publik Nusa Tenggara Barat.

P2, Akta pendirian Yayasan Sosial Sumber Daya Indonesia.

P3, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

P4, Akta perubahan anggaran dasar LPKP Nusa Tenggara Barat.

P5, KTP dan kartu DPRD atas nama Pemohon satu,

P6, Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen.

Dan terakhir, P7, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Ini yang kami lampirkan pada permohonan pertama.

Dengan adanya perbaikan permohonan surat bukti tersebut berubah menjadi di lampiran terakhir dalam perbaikan permohonan, yaitu sebagai berikut:

1. Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Anggota DPRD atas nama Pemohon Lalu Ranggalawe, itu kami beri tanda bukti P1, semula bukti P5.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Bukti P2, semula Bukti P3.

3. Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen dalam satu naskah. Tanda bukti P3, semula bukti P6.

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Sebagai tanda bukti P4 semula bukti P7, yaitu perubahan surat-surat bukti yang kami lampirkan di dalam perbaikan permohonan.

Selanjutnya mungkin di situ ada terjadi penyempurnaan di dalam posita pada bagian kedua, terutama sekali mengenai kedudukan hukum atau legal standing para Pemohon. Kami hanya menambahkan beberapa alasan saja, jadi dari permohonan pertama kami sempurnakan. Mohon maaf Ketua, apakah kami perlu bacakan secara (...)

9. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Apakah Anda pandang cukup kalau itu? Sudah cukup?

10. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Kalau dipandang cukup mungkin kami tidak perlu kami bacakan, secara pokok-pokok saja kami sampaikan. Jadi pada prinsipnya tentang legal standing Pemohon, itu hanya ada penambahan dan disesuaikan karena ada pengurangan Pemohon dua dan tiga, sehingga di situ kami

(7)

tekankan khusus kepada kepentingan atau legal standing daripada Pemohon pribadi karena sudah tidak Pemohon lain. Oleh karena itu, kami sudah sempurnakan melalui perbaikan.

Selanjutnya mengenai pokok permohonan, sesuai dengan apa yang kami sampaikan pada sidang pertama terdahulu bahwa ada satu posita yang sudah kami keluarkan, yaitu terutama sekali masalah penambahan anak kalimat, tetapi sesuai dengan saran Majelis pada saat itu, setelah kami kaji kembali kewenangan daripada Mahkamah Konstitusi, maka kami tiadakan mengenai hal-hal yang sepanjang menyangkut penambahan. Sehingga selengkapnya permohonan itu sesuai dengan yang ada di dalam petitum. Jadi tidak ada lagi kata-kata penambahan anak kalimat.

Kemudian secara pada pokoknya juga kami sampaikan bahwa pada permohonan pertama, kami di situ mengemukakan bahwa Pasal- pasal 56, Pasal 59, Pasal 60 Undang-Undang Pemda, di situ bertentangan dengan pembukaan dan seterusnya pada permohonan pertama. Setelah kami pelajari kembali di situ terjadi perubahan atau pengurangan pasal. Sehingga secara garis besar kami hanya mencantumkan pertentangannya itu dengan Pasal 18 ayat (4) Undang- Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (3) dan yang terakhir Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen. Jadi itu ada pengurangan pasal. Untuk selanjutnya mengenai posita-posita berikutnya mungkin tidak perlu kami bacakan secara menyeluruh, jadi sesuai dengan yang ada pada permohonan perbaikan Majelis.

Lalu ada satu hal lagi yang ingin kami sampaikan bahwa tadinya dengan adanya pengurangan subjek permohonan yaitu Pemohon dua dan tiga dengan sendirinya kami juga usahakan mengenai keabsahan surat kuasa yang sudah mereka tandatangani terdahulu. Tadinya kami bermaksud untuk menggantikan dengan surat kuasa baru, tetapi setelah kami pelajari, kami pertimbangkan bahwa mungkin surat kuasa yang pertama itu tidak perlu diubah karena hanya dua itu yang menyatakan mengundurkan diri. Jadi menurut kami surat kuasa pertama tetap bisa berlaku untuk Pemohon pertama yang menjadi Pemohon tunggal di dalam permohonan ini, itu yang kami tambahkan. Yang terakhir yang ingin kami sampaikan Bapak Ketua, pada halaman 9 permohonan perbaikan, di situ ada kami menggunakan tulis tangan, halaman 9. Jadi di situ ada kekurangan sehingga kami sudah paraf renvoy Pasal 27 ayat (1), di situ ada tidak diketik pada saat itu, tetapi ini sudah ada di awal- awal permohonan sudah dicantumkan, coba di-petitum itu kami tambahkan dengan secara tertulis tulis tangan.

Itu yang kami sampaikan, terima kasih pada Bapak Ketua.

(8)

11. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Baik, jadi Saudara Kuasa sudah berusaha untuk memperbaiki permohonan sesempurna mungkin, karena itu nanti kesempatan ini kesempatan terakhir sebagai kesempatan untuk memperbaiki permohonan tadi. Di dalam persidangan berikutnya nanti kita harapkan tidak ada lagi tambahan-tambahan itu. Dari permohonan inilah nanti pemeriksaan sidang-sidang berikutnya kami dasarkan.

Jadi Saudara sudah menyesuaikan alat bukti dari yang diajukan pada Pemeriksaan Pendahuluan pertama kali sekarang sudah diperbaiki dan alat bukti ini nanti akan kita sahkan sekaligus, namun sebelum bicara tentang alat bukti di dalam permohonan mungkin akan ada hal- hal yang harus dijelaskan kalau ada kekurangan-kekurangan di sini, maksud saya, saya menemukan sesuatu yang perlu klarifikasi dari Anda.

Kalau Anda tadi menunjuk halaman 9 itu ada tulisan tangan renvoy kita bisa menerima, tapi kemudian pada halaman 9 itu petitum Anda angka 3 itu menyatakan—dibuka, bisa dibuka sekaligus ya halaman 9 ya!—itu angka 3 menyatakan Pasal 56 ayat (2) sepanjang mengenai anak kalimat yang berbunyi, ”partai politik atau gabungan partai politik”, itu Anda mintakan untuk dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Kemudian Pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) lalu dalam kurung ayat (5)C, kenapa itu dalam kurung? Kenapa ada di dalam kurung? Atau masing-masing ayat (5) (...)

12. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ya, jadi sebetulnya maksudnya ayat (5)a ayat (5)c.

13. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Oh, kurungnya tempatnya salah itu ya?

14. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ayat (5)a ayat (5)c saya pikir sama dengan yang lain

15. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Baik.

16. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Masing-masing (...)

(9)

17. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Enam, sepanjang mengenai anak kalimat berbunyi, ”partai politik dan gabungan partai politik”. Pasal 60 ayat (2), ayat (3), ayat (4) , ayat (5) sudah itu sudah betul ya? Sepanjang anak kalimat yang berbunyi,

”partai politik dan gabungan partai politik”.

18. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ya.

19. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Inikan petitum Anda bukan?

20. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ya.

21. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Tentu petitum itu juga berkaitan dengan uraian-uraian sebelumnya. Uraian sebelumnya halaman sebelumnya 8 itu Anda juga mengatakan angka 2 Pasal 56 ayat (2) sesuai dengan angka 3-nya. Lalu Pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ini terdapat juga lagi 5A-nya salah tempat tanda kurungnya, diperbaiki ya!

22. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ya, jadi kami sesuaikan dengan yang tadi Pak.

23. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Sepanjang mengenai anak kalimat yang berbunyi, ”partai politik gabungan partai politik”, Pasal 60 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) sepanjang anak kalimat karena itu harus sesuai dengan sebelumnya tadi.

24. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Oh iya.

25. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Tapi yang ingin saya koreksi Anda tambahkan karena kita perlu kepastian Anda. Itu halaman 4, sudah ditemukan? Angka romawi dua, pokok permohonan. Angka romawi tiga pokok permohonan, huruf kapital

(10)

lalu angka satu arab. Pasal 56 ayat (2), Pasal 59 ayat (1), itu langsung meloncat ayat (3), padahal di permohonan Anda itu termasuk yang Anda cantumkan pada petitum, ketemu belum?

26. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Terima kasih Pak Ketua, jadi kami mungkin sesuaikan dengan yang tadi kami sampaikan. Apa yang kira-kira kurang kami tambahkan sesuai dengan yang ada di petitum itu, Pak.

27. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Sekarang mau jelasnya saja bahwa Anda secara tegas bahwa Pasal 59 ayat (1) kemudian ayat (3), itu Anda nyatakan, tambah tidak ada ayat (2) di situ?

28. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ayat (2).

29. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Ayat (2) ya! Jadi ditambah ayat (2)-nya.

Jadi ini pernyataan yang harus disampaikan secara tegas karena ini menyangkut apa yang (...)

30. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat (3), (4), dan (5).

31. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Ayat (5) ada a, b (...)

32. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ayat (5), (5A), (5C), disesuaikan dengan petitum Pak.

33. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Ayat (5A), (5C) lainnya sudah? Coba dicek lagi! Berikutnya Pasal 60-nya?

34. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Pasal 60 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5).

(11)

35. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Sudah?

36. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Saya cukup, Pak.

37. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Cukup ya?

38. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Yang Pasal 60 saya kira sudah sesuai.

39. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Jadi ini halaman 4-nya ada perbaikan, yang perbaikan dinyatakan secara lisan bahwa Pasal 56 oke, Pasal 59 itu ada kekurangan setelah ayat (1), masuk di dalamnya ayat (2).

Terus ayat (5)-nya ada breakdown a, b, dan c.

40. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ya, Pak 5a, 5c.

41. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Itu penyempurnaan ya! Supaya terdapat suatu urutan yang konsisten, saya kira itu yang dari saya untuk perbaikan masih ada dua hakim lagi yang akan berusaha menambahkan perbaikannya?

Bapak Soedarsono, silakan.

42. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Terima kasih Pak Ketua,

Saudara Kuasa Pemohon, saya hanya ingin, ini Pemeriksaan Pendahuluan, inikan untuk kejelasan dan ini kesempatan terakhir semestinya kalau ada renvoy-renvoy nanti bisa ke Panitera di-renvoy- renvoy, karena sudah tidak ada waktu lagi mengerti? Hal yang ingin saya tanyakan, secara rasio permohonan Anda ini kalau tokh andaikata dikabulkan, terus bunyi pasal itu seperti apa?

(12)

43. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Terima kasih Majelis, jadi sesuai dengan apa yang kami sampaikan pertama begitu, pada permohonan pertama tadinya kami sudah merancang (...)

44. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Jangan mundur lagi, saya berpegang kepada tadi penjelasan Anda. Anda berpegang pada petitum bukan?

45. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Iya.

46. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Sudah tentu humen [sic!] atau reel [sic!] posita di dalam posita- nya, andaikata permohonan Saudara ini dikabulkan, andaikata. Panel ini tidak memutuskan hanya belum nanti Pleno yang memutuskan, ini hanya minta kejelasan saja Panel ini atau memberikan nasihat. Andaikata permohonan Anda ini dikabulkan terus bunyi daripada pasal-pasal yang Anda ingin uji itu seperti apa jadinya?

47. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Terima kasih Pak,

Jadi sesuai dengan yang kami sudah-sudah sebetulnya kami merancang tapi karena memang pada permohonan pertama dulu memang seperti itu rencananya, tapi karena bukan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menambah kalimat tetapi jelas Pemohon menghendaki bahwa dengan adanya perubahan ini maka pasal-pasal di dalam yang kami mohonkan untuk diuji itu, yaitu ketiga pasal di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, di situ diharapkan bahwa calon- calon independen di luar yang melalui partai itu bisa masuk sehingga di situ diharapkan ada tambahan-tambahan anak kalimat di situ, di samping artinya Parpol atau gabungan Parpol yang akan mengusung mereka itu diharapkan juga bisa tanpa melalui Parpol. Melalui calon independen, misalnya saja seperti—kami referensi misalnya—seperti pada pemilihan Gubernur Aceh misalnya.

48. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Itu sudah saya pelajari, sudah saya pelajari, sebelum diperbaiki bukan? Sekarang Anda lawyer, advokat bukan? Ya andaikata dikabulkan seperti apa ini?

(13)

49. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Dengan penambahan anak kalimat saja Pak, seperti, ya artinya pasal yang intinya ketiga pasal ini Pak, (Pasal) 56 (...)

50. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Yang menambah siapa?

51. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

(Pasal) 59 (...)

52. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Yang menambah siapa?

53. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Karena sesuai dengan kewenangan karena hanya kalau (...) 54. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Iya, itu sudah betul.

55. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Jadi mungkin kita harapkan nanti bisa ditambah melalui prosedur yang berlaku, Pak.

56. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Diharapkan kepada siapa?

57. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Kepada DPR untuk bisa (...)

58. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Kenapa kalau kepada DPR, kenapa tidak legislative review saja?

Inikan jelasnya, kalau tidak jelas obscuur nanti jadinya. Anda lawyer, advokat sudah mengerti hukum, makanya saya tanya ingin jelasnya, kenapa tidak legislative review saja? Tapi, ya sudahlah kalau tidak bisa jawab.

(14)

59. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Jadi, terima kasih Pak Ketua.

Jadi kami dari awal-awal kami memang sudah mencoba mendiskusikan, termasuklah dari beberapa pakar politik dan pakar hukum begitu. Jadi karena ini memang kadang-kadang dilematis persoalan yang menyangkut perubahan atau judicial review ini sehingga di satu sisi, kita di sini Mahkamah Konstitusi hanya menghendaki bahwa pasal tersebut dinyatakan bertentangan dan tidak mengikat. Lalu sekarang persoalannya siapa yang berwenang atau mengubah itu? Jadi jelas mungkin nanti kami akan serahkan seterusnya setelah ini, misalnya taruhlah dikabulkan begitu, apakah ini lalu DPR bersama Presiden melakukan perubahan di situ? Tentu mungkin dari Mahkamah Konstitusi nanti yang akan bisa rekomendasikan atau jenisnya bagaimana?

60. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Baik, Pak Palguna silakan.

61. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA,S.H., M.H.

Terima kasih, Pak Ketua.

Jadi memang, ya itulah pada Panel pertama atau sidang pertama saya juga sudah wanti-wanti. Pertama, ada dua hal. Yang kedua saya mau katakan tadi sudah disampaikan Bapak Hakim anggota Pak Soedarsono, memang itu persoalannya. Yang pertama, yang ingin saya soroti itu begini ya, dalil tentang pelanggaran hak konstitusional oleh undang-undang ini itu tidak berlaku untuk semua pasal, jadi tidak semua sama dan juga Anda harus memisahkan yang mana hak konstitusional yang mana yang bukan? Misalnya, Pasal 18 itu apa iya itu hak? Apa betul itu soal hak? Itu misalnya, itukan tidak bisa berlaku untuk semua pasal secara bersama, maka itulah dulu saya menyarankan pada Saudara Pemohon, pasal ini bertentangan dengan hak konstitusional Pemohon, yaitu ini, ini, karena ini, ini. Enak kita mengujinya, tapi ya sudahlah ini sudah lewat waktunya juga sudah habis waktu untuk melakukan perbaikan, tetapi mungkin itu akan berguna buat lain waktu kalau Anda menyusun, mohon itu diperhatikan baik-baik apa yang kami sampaikan walaupun itu namanya nasihat dan itu sifatnya tidak mengikat, memang betul.

Sekarang memang seperti yang disampaikan oleh Bapak Hakim anggota yang terhormat Bapak Hakim Soedarsono, itulah yang menjadi persoalan nanti sebab Mahkamah Konstitusi itu tidak mempunyai kewenangan menambahkan, kita tidak akan mengambil kewenangan legislator, sesungguhnya materi permohonan ini memang lebih cocok ditujukan sebagai materi legislative review bukan materi judicial review.

(15)

Kalau judicial review itukan kita tidak boleh menambahkan memang hanya dua hal bisa dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Kalau memang permohonan itu beralasan, dia mengatakan bahwa dalil itu beralasan, terbukti. Lalu dikatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar lalu setelah itu pernyataan yang kedua adalah menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, misalnya sekarang ini dikatakanlah umpamanya—walaupun tidak logis ya!—umpamanya ini dikabulkan, ini bisa terjadi tidak ada pemilihan gubernur nanti karena ini tidak ada yang mengusulkan, karena kita tidak boleh menambahkan kalimat.

Mahkamah Konstitusi tidak boleh menambahkan kalimat, lalu siapa? Ini bisa tidak ada pemilihan gubernur dan pasti akan menimbulkan kekacauan hukum, itulah umpamanya tapi inilah sebenarnya maksud kami dulu waktu pertama untuk memohon kepada Anda, menasihatkan kepada Anda untuk membuat perbaikan secara cermat, tapi biarlah apapun yang terjadi ini kami akan sampaikan kepada Pleno bahwa perbaikan sudah seperti ini dan waktu sudah habis dan Pemohon tetap pada pendiriannya untuk mengajukan ini sebagai materi permohonan judicial review, tentu ini kemudian harus kami harus diperiksa oleh Pleno, entah apa pendapat Pleno, nanti kami sebagai Panel yang memeriksa yang diberi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan. Kami hanya akan melaporkan dan menyampaikan apa yang dinasihatkan dan apa perbaikannya itu, nanti Pleno yang akan mengambil putusan mengenai soal itu, terima kasih Pak Ketua.

62. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Baik, Saudara Pemohon, ini tadi Pak Soedarsono tanya Anda sebagai seorang lawyer/advokat? Sebetulnya di balik pertanyaan itu ada hal yang semestinya Anda bisa mengolah lebih lanjut.

Baik, kalau ini pengajuan pengujian undang-undang pasti dasarnya adalah Pasal 51, itu ada ketentuan ayat (3)b dari Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Anda bawa undang-undangnya? Coba dibuka itu Pasal 51, ayat (3b), dari Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Anda membawa undang-undangnya? Coba dibuka, jadi Pasal 51 ayat (3b), sudah didapat atau belum? Coba dibaca di situ, materi muatan dalam ayat, pasal, dan atau bagian undang-undang yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.

Mungkin Anda akan melihat bahwa apa yang terdapat adalah pada ayat, karena disebutkan ayat, tapi itu bukan satu-satunya dimana materi yang bertentangan itu hanya pada ayat saja, bisa ada pasal bahkan yang lebih besar dan atau bagian undang-undang. Ini yang menurut saya Anda bisa mengkonstruksi yang bertentangan itu materinya adalah mungkin menurut Anda, ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 yang mensyaratkan bahwa calon kepala daerah itu harus diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik, itulah yang bertentangan

(16)

dengan Undang-Undang Dasar, lalu kalau di dalam penyusunannya tidak usah sepanjang yang hanya diajukan partai politik saja, bahkan seluruh ayatnya itu harus hilang, karena kalau ayatnya hilang itu tidak timbul lagi ayat yang gantung.

Lalu Pasal 56 ayat (2), “pasangan calon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh...”, kalau hilang lalu bagaimana bunyinya ayat itu? Anda mengatakan sepanjang yang berbunyi diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, kalau itu saja, katakanlah itu saja yang dikabulkan maka Pasal 56 ayat (2) bunyinya tinggal, “pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”, titik. Tidak ada artinya apa-apa bukan? Kan diprotoli seperti itu. Oleh karena itu sebetulnya pada intinya bahkan kalau Anda bisa mendalilkan bahwa pasangan yang hanya diajukan oleh partai politik dan atau gabungan partai politik bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, mungkin permohonannya bisa menyatakan seluruh ketentuan mengenai pemilihan kepala daerah menjadi bertentangan, karena intinya adalah ada yang bertentangan, Anda tidak usah mereka-reka bagaimana nanti bunyinya.

Di depan kita seluruh undang-undang bisa dinyatakan batal keseluruhannya, paham maksud saya? Ya, jadi tidak usah harus terpaku untuk diprotoli-diprotoli begitu, kalau memang intinya muatan bagian undang-undang yang tersebar dimana saja kemudian bertentangan dengan Undang-Unndang Dasar itu mohonkan saja untuk dinyatakan tidak berlaku, biar nanti kalau kemudian ternyata mungkin kita sampai pada analisis bahwa itu ternyata menjadi jantungnya undang-undang itu, ya seluruhnya bisa dinyatakan batal. Paham? Atau kalau, ya silakan saya mau mendengar dulu.

63. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Terima kasih Bapak Ketua.

Jadi kami dari awal kami sudah mencoba, baik di daerah terutama sekali, kondisi di Nusa Tenggara Barat sana bahwa memang prinsipnya tadi bahwa pasal yang kami maksudkan ketiga pasal tersebut yang pada intinya bahwa yang justru yang bertentangannya itu karena calon-calon kepala daerah itu hanya bisa diajukan oleh partai atau gabungan partai.

Jadi dari sini latar belakang, mengapa artinya Pemohon lalu (…) 64. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Kalau itu sudah jelas, semua sudah jelas kemudian sampai kepada perumusan-perumusan yang tertulis. Hal yang kita permasalahkan adalah perumusan-perumusan yang tertulis, perumusan-perumusan tertulis ini kalau menghendaki apa yang Anda mohonkan sebetulnya agaknya Anda terpaku kepada ketentuan mengurang, menambah pasal, padahal suatu inti bahwa cara pencalonan yang hanya melewati partai

(17)

politik dan atau gabungan partai politik bisa bertentangan dengan Undang-Undang Dasar karena menyebabkan calon-calon lain kehilangan haknya yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar, Anda bisa mengajukan seperti itu. Pada petitum-nya Anda bisa katakan bahwa seluruh ketentuan di dalam undang-undang tersebut yang mencantumkan bahwa hanya partai politik dan gabungan partai politik bisa mencalonkan itu dinyatakan batal seluruhnya, Anda sebut saja pasal ini, pasal ini.

Tidak usah kemudian diprotoli yang kemudian ada bagian yang tidak Anda minta, seluruhnya saja, bisa seperti itu dan kalau memang itu kemudian Majelis hakim berkeyakinan tentu yang bisa dinyatakan batal tidak hanya pasal-pasalnya, keseluruhannya pun juga bisa terjadi. Ini katakan saja terjadi pada Undang-Undang KKR, Anda baca tidak itu?

65. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Iya Majelis, betul.

66. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Ya bukan? Jadi ada banyak hal di sini Anda harus pandai-pandai menempatkan bagaimana menganalisis persoalan ini, hanya masalahnya adalah Anda sudah menulis seperti ini, apakah ada waktu untuk memperbaiki sesuai dengan yang kita sampaikan, kalau ada barangkali batasnya jam kerja hari ini, Anda bisa lakukan renvoy, tulisan-tulisan lakukan, maksudnya hari ini Anda perbaiki kalau Anda memandang perlu diperbaiki.

67. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Bapak Ketua, kalau memang kami bisa diberikan waktu kami akan mencoba apa yang disampaikan oleh Majelis tadi untuk kami membuat dalam bentuk penyempurnaan terutama sekali yang di-petitum itu.

68. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Sebentar, saya kok tidak yakin kalau Anda itu paham apa yang dinasihatkan itu. Coba, bagaimana andaikata nanti diperbaiki dan diberi waktu sampai nanti sore, apa yang kira-kira Anda akan perbuat coba?

69. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Jadi kami bisa tangkap apa yang disampaikan Majelis begitu bahwa memang penyempurnaan yang kami sampaikan kemarin memang terpaku kepada anak kalimat, karena (...)

(18)

70. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Coba itu jangan diulang-ulang saya sudah mengerti, yang akan Anda tulis perbaiki seperti apa kira-kira?

71. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Jadi mungkin nanti kalimatnya terutama sekali petitum tidak lagi dalam bentuk hanya sebatas berbicara tentang masalah anak kalimat itu, mungkin lebih umum begitu, lebih menyeluruh bahwa materi daripada pasal itu yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Mungkin kami akan bentuk dalam kalimat lain yang sifatnya lebih umum jadi tidak secara spesifik berbicara tentang anak kalimat yang seperti dicantumkan dalam permohonan yang sekarang ini.

72. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Terus, itu saja?

73. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ya, tentu kami akan sesuaikan dan kami uraikan dengan apa yang di berikan saran dari Majelis Hakim.

74. HAKIM KONSTITUSI : SOEDARSONO, S.H.

Jadi itu sudah jelas, seperti yang terhormat Pak Hakim Palguna itu, di sini itu hak asasinya siapa? Yang hak konstitusionalnya dirugikan itu siapa? Semestinya jawabannya individu bukan? Lalu individu itu siapa? Seperti apa yang dinasihatkan oleh Bapak Ketua tadi, itu kalau hanya partai politik saja atau gabungan partai politik saja, terus yang independen sampai dimana kerugiannya itu? Saya kuatir waktunya sudah sempit nanti maju berubah hanya begitu saja, nanti bagaimana?

Kalau Anda sudah jelas, ya syukur.

75. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Jadi paham Saudara ya? Terutama apa yang disampaikan tadi harus jelas hak konstitusional yang dirugikan siapa? Anda berangkat dari Pemohon, Saudara Lalu Ranggalawe, hak konstitusionalnya apa? Anda cari ketentuan Undang-Undang Dasar, Anda tadi sudah sebut beberapa pasal termasuk yang di-renvoy Pasal 27 tadi sudah itu, kemudian hilangnya karena apa? Karena Undang-Undang Nomor 32 hanya memberikan kepada calon partai politik dan atau gabungan partai politik, sampai kepada petitum bunyinya adalah yang Anda sampaikan tadi digabungkan. Jadi persoalannya adalah kalau Undang-Undang Nomor 32

(19)

hanya memberikan kepada partai politik atau gabungan partai politik, maka untuk dinyatakan batal bahwa setiap syarat yang mencantumkan ketentuan tersebut, tapi Anda sudah bisa menangkap ya? Nanti pasti sebagai advokat sudah bisa mencantumkan, barangkali ditunda kalau Anda pulang ke mana? Mataram? Atau Anda tinggal di sini?

76. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Apa kami mohon Bapak Ketua, apa bisa diberikan satu sampai dua hari?

77. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Ini batas terakhir, oleh karena saya tanya tadi.

78. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Saya usahakan supaya hari ini bisa masuk kembali.

79. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Saya kira nanti akan dibantu oleh Panitera, fasilitas-fasilitas yang yang disediakan. Kalau itu sudah Anda pahami maka menyangkut alat bukti tidak ada perubahan, oleh karena itu saya sahkan dulu alat bukti.

Alat bukti yang setelah mengalami penyesuaian dengan perbaikan. Nomor satu, kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu anggota DPRD atas nama Pemohon, Lalu Ronggolawe, ini fotokopi kartu yang dimiliki oleh Pemohon sendiri ya?

80. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ya pak.

81. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Saya sahkan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, ini Anda ambil darimana undang-undang ini? Dari lembaran negara atau dari (...)

KETUK PALU 1 X

(20)

82. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Undang-Undang Nomor 32 (…) 83. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Penerbit siapa? Pencetak siapa?

Oke, Anda beli dimana? Di toko?

84. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Ini memang penerbitnya tidak ada, jadi kami dapatkan di toko buku.

85. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Oke, Anda dapatkan dari penerbitan.

Undang-Undang Dasar 1945 Anda dapatkan darimana? Terbitan siapa?

KETUK PALU 1 X

86. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Dari Mahkamah Konstitusi Pak.

87. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Terbitan Mahkamah Konstitusi,

Lalu Undang-Undang Nomor 24 juga terbitan Mahkamah Konstitusi?

KETUK PALU 1 X

KETUK PALU 1 X

(21)

88. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Jadi empat alat bukti sudah Anda sampaikan sudah disahkan oleh persidangan ini, oleh karena itu pemeriksaan berikutnya nanti akan masuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan permohonan dan alat bukti dengan catatan Anda diberi kesempatan untuk sampai hari kerja, hari ini untuk memperbaiki itu, saya kira cukup ya?

89. KUASA HUKUM PEMOHON : SURIAHADI, S.H.

Cukup Pak.

90. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L.

Baik, dengan demikian persidangan pemeriksaan pendahuluan hari ini saya nyatakan saya nyatakan ditutup.

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 10.45 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Rencana dan Program Disdik 06/16/2006 - Kepala Subdin SLTP 08/27/2007 - Sekretaris Dinas Pendidikan 01/22/2008 - Sekretaris Dinas Pemakaman dan Pertamanan 01/08/2015..

Proses Hasil yang diharapkan keteran gan 1 Membuka Aplikasi Menampil kan Menu Utama Tampil Menu Utama Sesuai 2 Memilih menu Wisata Menampil kan info wisaa Tampil

Berdasarkan dari definisi di atas dapat dimaknai bahwa kebijakan publik itu berisi sejumlah keputusan yang terangkai (tidak tunggal tetapi banyak keputusan dan

Gambar 4 morfologi SEM yang dilakukan pada CaO dari batu kapur memiliki permukaan yang kasar berbentuk bongkahan dengan diameter sebesar 19 μm. Sedangkan pada gambar 5 morfologi

(a). Kategori yang memiliki nilai desimal terbesar diantara empat kategori tersebut dibulatkan ke atas. Gunakan nilai tersebut sebagai hasil akhir yang akan dilaporkan,

Berdasarkan analisis data tentang faktor yang mendukung pelaksanaan strategi the Learnig Cell pada pembelajaran fiqih di MA NU Ibtidaul Falah Samirejo Dawe Kudus yaitu

Efektivitas modal kerja Perusahaan Rokok Kanigoro Jaya Sentosa Kediri yang pengukurannya melalui rasio perputaran modal kerja, menunjukkan peningkatan yang cukup

Berdasarkan sumber tulis yang dikemukakan di atas, kita juga mengetahui bahwa aksara yang digunakan sebagai sarana tulis di Banten pada masa lalu ada lima, yaitu aksara Arab,