• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM JARINGAN JALAN DI KOTA JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM JARINGAN JALAN DI KOTA JAKARTA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MULTI KRITERIA

UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM JARINGAN JALAN

DI KOTA JAKARTA

Oleh :

Najid

Mahasiswa S3

Jurusan Teknik Sipil ITB Gd.Lab.Tek I Lantai 2 Jl.Ganesha 10 Bandung –40132 Telp./Fax : (022) 2502350 e-mail : [email protected] Prof.Ir.Ofyar Z.Tamin, MSc. Ph.D. Staf Pengajar

Jurusan Teknik Sipil ITB Gd.Lab.Tek.I Lantai 2

Jl.Ganesha 10 Bandung –40132 Telp./Fax : (022) 2502350

e-mail : [email protected]

Ir. Russ Bona Frazila, MT. Staf Pengajar

Jurusan Teknik Sipil ITB Gd.Lab.Tek.I Lantai 2

Jl.Ganesha 10 Bandung –40132 Telp./Fax : (022) 2502350 e-mail : [email protected]

Abstrak

Masalah ketersediaan jaringan jalan yang mencukupi terkait dengan masalah kemacetan lalu lintas dan masalah aksesibilitas wilayah. Hingga saat ini, usulan program penanganan masalah kemacetan lalu lintas dan masalah aksesibilitas yang diajukan oleh masing-masing wilayah cenderung pada pelaksanaan program secara sektoral, dalam pengertian program program usulan masih bersifat umum dan bersifat kepada program-program jangka pendek, yang belum mengarah kepada pencapaian sasaran pembangunan secara komprehensif. Hal tersebut menyebabkan tidak tercapainya sasaran yang cukup memuaskan pada setiap penanganan masalah. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat melihat permasalahan secara komprehensif dan dapat digunakan untuk membandingkan permasalahan yang terjadi antar wilayah. Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas penanganan masalah adalah metode multi kriteria. Yang pertama kali dilakukan pada metode multi kriteria adalah penentuan bobot masing-masing kriteria baru kemudian hasil akhirnya adalah penyusunan ranking prioritas penanganan masalah pada jaringan jalan dari semua wilayah di dalam kota Jakarta sebagai kota kasus.

Kata kunci : analisis multi kriteria, prioritas, penanganan komprehensif.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hingga saat ini penanganan masalah sistem jaringan jalan saat ini cenderung hanya penanganan masalah secara sektoral yang belum mengarah pada pencapaian sasaran pembangunan secara komprehensif. Pada dasarnya setiap wilayah di DKI Jakarta memiliki permasalahan berbeda yang terkait dengan transportasi. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang paling memiliki relevansi terhadap kebutuhan masing-masing wilayah berdasarkan karakteristik masing-masing wilayah sehingga penanganan yang diusulkan dapat memenuhi kriteria prioritas utama sesuai dengan kebijakan pembangunan propinsi DKI Jakarta yang berpedoman pada Visi Kota Jakarta yang tertuang pada pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah 2010. Pada makalah ini dilakukan pengembangan metode evaluasi sistem jaringan jalan di wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan analisis multi kriteria yang didasarkan pada kriteria pelayanan terhadap kebutuhan perjalanan, keterpaduan antara moda transportasi, biaya penyediaan dan pengoperasian yang murah, efektifitas dalam mendukung kawasan andalan , kelengkapan hirarki sistem dan kendala sosial.

(2)

Tiga Misi Utama, adalah :

• Membangun Jakarta berbasis pada masyarakat

• Mengembangkan lingkungan kehidupan perkotaan yang berkelanjutan • Mengembangkan Jakarta sebagai kota Jasa Nasional dan Internasioanl. Kebijakan Pengembangan Tata Ruang, adalah :

Memprioritaskan arah pengembangan kota ke arah koridor Timur, Barat, Utara dan membatasi pengembangan ke arah Selatan agar tercapai keseimbangan ekosistem. Mengembangkan sistem prasarana dan sarana kota yang berintegrasi dengan sistem regional, nasional dan internasional. Masalah transportasi bertambah karena masing-masing wilayah mempunyai program dan rencana masing-masing yang tidak sama satu sama lain dan tidak ada koordinasi.

1.2. Analisis Setiap Wilayah

Sesuai dengan karakter fisik dan perkembangannya, Jakarta terbagi atas 3 (tiga) Wilayah Pembangunan Utama, yaitu Wilayah Pengembangan Utara, Wilayah Pengembangan Tengah dan Wilayah Pengembangan Selatan. Setiap wilayah memiliki karakter yang merupakan keterpaduan dari kemampuan (kapasitas) yang ada dan masalah yang terjadi.

a. Wilayah Jakarta Pusat

• Mengembangkan sarana /fasilitas transportasi yang mendukung pengembangan sistem angkutan umum massal dan menunjang kawasan perdagangan (Tanah Abang & Senen)

Tingkat kemacetan lalu-lintas yang tinggi karena kurangnya jalan-jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan terobosan, belum tertatanya sarana angkutan umum, banyaknya pedagang kaki lima dan parkir di badan jalan/trotoar, belum memadainya beberapa simpang di ruas jalan dan belum optimalnya penanganan lalu lintas dengan traffic management, khususnya dalam pemberlakuan sistem satu arah di beberapa ruas jalan.

b. Wilayah Jakarta Utara

• Mengembangkan sistem jaringan transportasi darat dan laut untuk angkutan penumpang dan angkutan barang secara terpadu dengan sitem transportasi makro Terjadinya kemacetan lalu-lintas di luar pelabuhan Tanjung Priok dan sekitar kawasan Industri (KBN) karena belum terwujudnya rencana jalan serta belum tersedianya terminal kontainer yang memadai.

c. Wilayah Jakarta Barat

• Mendukung pembangunan jalan lingkar luar dan sistem jaringan jalan Barat-Timur serta pembangunan terminal angkutan penumpang dan angkutan barang di Rawa Buaya yang berintegrasi dengan pengembangan sistem angkutan kereta api.

Tingkat kemacetan lalu-lintas di daerah Daan Mogot, Rawa Buaya dan Cengkareng.

d. Wilayah Jakarta Selatan

(3)

• Makin banyaknya titik kemacetan lalu lintas terutama dipersimpangan jalan, lintas KA dan jalan perbatasan Jabotabek.

• Belum ditaatinya Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), ditandai dengan berubahnya fungsi daerah Kemang dan Peruntukan Pemukiman menjadi peruntukan jasa.

• Belum sinkronnya Tata Ruang Propinsi DKI Jakarta dengan Pemda Jawa Barat dan Banten.

e. Wilayah Jakarta Timur

• Mendukung pembangunan jalan lingkar luar dan jaringan jalan Timur-Barat serta pembangunan terminal penumpang dan barang sebagai titik simpul bagian Timur yang menunjang pengembangan pelabuahan dan industri.

• Mendukung Pembangunan terminal Pulo Gebang.

Sering terjadinya kemacetan lalu-lintas di sekitar lapangan Jendral Urip Sumohardjo, St. KA Jatinegara, Terminal Bis Pulo Gadung, Terminal Bis Kampung Rambutan dan Universitas Kristen Cawang serta persimpangan KA. Jl. Pondok Kopi-Penggilingan kemacetan lalu-lintas juga cenderung kerawanan lalu-lintas.

Dalam tahap ini kegiatan ditekankan pada kajian potensi wilayah untuk menemukenali

fungsi kawasan, potensi dan persoalan guna merumuskan arahan kebijakan dan strategi

pengembangan kawasan dan pengembangan sisterri jaringan jalan dan jembatan. Arah

kebijakan pada masing-masing wilayah berbeda-beda dan dibedakan atas kebijakan yang

diatur secara nasional maupun kebijakan daerah setempat serta pengaruh lingkungan

strategis. Analisis ini meliputi:

A. Kajian Sosial Ekonomi Wilayah bertujuan untuk menemukenali persoalan dan potensi

sosial ekonomi yang meliputi: 1) Kajian Kependudukan

Kajian ini diarahkan untuk memperkirakan pola perkembangan jumiah dan distribusi penduduk dikaltkan dengan rencana pengembangan sarana dan prasarana sosial ekonomi wilayah.

2) Kajian Ekonomi

Kajian ini diarahkan untuk memahami karakteristik perkembangan perekonomian wilayah DKI Jakarta yang meliputi pertumbuhan sektor-sektor, ekonomi, kontribusi masing-masing sektor pada produksi daerah dan kesempatan kerja dan perbedaan perkembangan ekonomi antar wilayah.

B. Kajian Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah

Kajian ini didasarkan pada azas kesesuaian yang dibedakan menurut kesesuaian fisik, kesesuaian ekonomi dan kesesuaian teknologi.

1) Kajian Kesesuaian Fisik Wilayah mengemukakan:

Kajian kesesualan untuk kawasan budidaya pertanian dan non pertanian akan dapat diketahul bentuk budidaya yang dapat diterapkan pada suatu unit lahan di wilayah kajian.

Kajian Neraca air, yang menggambarkan keseimbangan sumber daya keadaan air pada wilayah studi.

2) Kajian Sumber Daya

Kajian ini diarahkan untuk memberikan gambaran tentang profil dan potensi, ekonomi, kependudukan dan indikasi fisik.

(4)

dimiliki oleh suatu daerah untuk mengembangkan suatu komoditas dan/atau kegiatan ekonomi tertentu.

4) Kajian Kesesuaian Teknologi, dilakukan secara deskriptif (kualitatif) mengingat kajian kuantitatif tentang kesesuaian teknologis belum dikembangkan secara mendalam.

C. Kajian Struktur Ruang Wilayah

Kajian struktur ruang wilayah bertujuan untuk menemukenal permasalahan pengembangan wilayah yang memiliki dimensi ruang dan prasarana wilayah. Untuk maksud tersebut kajian diarahkan sedemikian rupa agar hasilnya mampu memberikan gambaran yang menyeluruh tentang keadaan (jenjang hirarki) pusat-pusat pertumbuhan yang ada serta jangkauan pelayanannya dengan hubungan atau interaksi antara pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan yang dimaksud di wilayah studi, dimana Kajian Struktur Ruang Wilayah terdiri dari:

1) Kajian Sistem Kegiatan dan Pola Koleksi-Distribusi

Kajian Sistem kegiatan digunakan untuk mellhat keterkaitan di antara kegiatan-kegialan sektoral yang mempunyai akibat atau berimplikasi terhadap pemanfaatan ruang. Adanya keterkaitan dimaksud akan meningkatkan upaya pembangunan dan pengembangan sistem Jaringan Jalan dan jembatan secara terpadu, berdaya guna dan hasil guna.

2) Kajian Pola Perkembangan Kegiatan Perkotaan dan Regional

Kajian sumber daya wilayah yang disebutkan sebelumnya menghasilkan informasi yang cukup mengenai unit wilayah yang ada pada daerah studi, tetapi belum memberikan gambaran yang memadai tentang karekteristik satuan pemukiman yang ada, yaitu lokasi penduduk tinggal dan melakukan aktivitas sosial ekonomi yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan lokal maupun regional.

3) Kajian Tingkat Aksesibilitas Wilayah dan Penggunaan Lahan

Tersedianya fasilitas pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang meliputi prasarana dan sarana perhubungan, sumber daya air (SDA) dan jaringan utilitas umum lainnya pada suatu tempat belum menjamin akses yang efektif antar daerah sekitarnya. Metode yang dapat dipakai untuk mengukur akses tersebut ke tempat pelayanan atau fasilitas adalah ukuran aksesibilitas fisik, dilakukan dengan analisis Jarak dan kondisi Jalan. Pada prinsipnya penggunaan model analisis ini adalah untuk mengetahui seberapa mudahnya suatu tempat (lokasi) dicapai dari lokasi yang lain.

4) Kajian Tingkat Pelayanan Fasilitas Kawasan

Model-model analisis yang akan digunakan dalam analisis tingkat pelayanan fasilitas dan prasarana kawasan adalah metode Skoring.

Pada prinsipnya metode skoring ini digunakan untuk menilai tingkat pelayanan kawasan sehingga dapat ditentukan fungsi kawasan yang bersangkutan. Untuk mengetahui keterkaitan beberapa parameter prasarana yang mengisi masing-masing wilayah tersebut di atas dapat dipergunakan teknik super impose peta.

(5)

dengan mempertimbangkan pengelolaan prasarana dan sarana wilayah secara terpadu dan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, fungsi dan estetika lingkungan serta kualitas tata ruang wilayah dengan memperhitungkan kemampuan pembiayaan pemerintah

2.

TUJUAN

1. Mendapatkan ciri khas secara spesifik arah perkembangan pembangunan yang telah berjalan, baik yang terealisasi dari rencana Pemerintah maupun dari Pihak ketiga (swasta) di masing-masing wilayah Kotamadya di Propinsi DKI Jakarta.

2. Mengetahui tingkat pencapaian pemenuhan kebutuhan dari pembangunan PS-DPU selama ini dilihat dari kebutuhan aktual masing-masing kotamadya (supply and demand effectivity). Mengindentifikasi (prosentase) efektifitas PS-DPU yang terbangun di masing-masing wilayah Kotamadya selama lima tahun terakhir khususnya dalam sektor transportasi jalan.

3. Dengan tujuan agar perencanaan program sesuai dengan ciri khas pengembangan masing-masing wilayah sesuai dengan relevansi kebutuhan dan kebijakan pembangunan Propinsi DKI Jakarta mencakup pembangunan sektor-sektor berdasarkan Rencana Tata Ruang Wialayah (RTRW) 2010.

4. Tersusunnya suatu jaringan transportasi yang efisien dan efektif.

5. Meningkatkan kelancaran, keamanan, ketertiban serta kenyamanan lalu-lintas dan angkutan.

3.

RUANG LINGKUP

Studi ini dititikberatkan pada tinjauan permasalahan dan pengembangan jaringan transportasi jalan dan dilakukan melalui tinjauan aspek-aspek yang terdiri dari :

- Teknis, yaitu tinjauan terhadap fungsi prasarana dan sarana dasar pekerjaan umum (PS-DPU) yang ada khususnya kondisi lalu lintas pada jaringan jalan DKI Jakarta.

- Lingkungan terhadap kebutuhan masyarakat dalam hal penyediaan PS-DPU bidang jalan dan jembatan.

- Ekonomi, yaitu tinjauan terhadap nilai-nilai tambah yang diperoleh masyarakat maupun Pemerintah Kotamadya khususnya dari hasil pembangunan PS-DPU bidang jalan dan jembatan.

4.

DASAR PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN MASALAH

(6)

Tabel 1: Bobot Relatif antar Kriteria (dengan 7 Kriteria) No.

Urut

Kriteria Bobot Relatif

1. Pelayanan terhadap Kebutuhan Perjalanan 0,246 2. Keterpaduan Antarmoda Transportasi 0,162 3. Biaya penyediaan dan pengoperasian yang murah 0,161 4. Efektifitas dalam mendukung kawasan andalan/prioritas 0,150

5. Kelengkapan Hirarki Sistem 0,144

6. Kendala sosial 0,116

7. Pemerataan aksesibilitas dan koneksitas antar wilayah 0,041

Tabel 2: Bobot Relatif antar Kriteria (dengan 6 Kriteria) No.

Urut

Kriteria Bobot Relatif

1. Pelayanan terhadap Kebutuhan Perjalanan 0,251 2. Keterpaduan Antarmoda Transportasi 0,165 3. Biaya penyediaan dan pengoperasian yang murah 0,164 4. Efektifitas dalam mendukung kawasan andalan/prioritas 0,153

5. Kelengkapan Hirarki Sistem 0,147

6. Kendala sosial 0,118

Selanjutnya kriteria-kriteria tersebut dikembangkan kedalam sub-sub kriteria, untuk dapat dilakukan penilaian secara lebih fair. Juga metoda perhitungan/penilaian atau skoring kemudian ditentukan. Resume dari pengembangan kriteria kedalam sub-sub kriteria serta metoda penilaiannya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3: Sub Kriteria dan Penilaiannya

No.

Urut Kriteria Sub Kriteria Penilaian

1. Pelayanan terhadap Kebutuhan

Perjalanan

1.1 Volume lalu lintas eksisting 1.2 Perbaikan nilai VCR rata-rata 1.3 Perbaikan kec. Tempuh rata-rata

1.1 Besaran volume (smp/jam) 1.2 Selisih VCR rata-rata tanpa dan

dengan usulan

1.3 Selisih kecepatan rata-rata tanpa dan dengan usulan

2. Keterpaduan Antarmoda Transportasi

2.1 Perbaikan Interaksi pd perlintasan kereta api 2.2 Peningkatan/perbaikan alses

terminal/pelabuhan/bandara

2.1 Nlai kualitatif (Ya=10, Tidak=5) 2.2 Nlai kualitatif (Ya=10, Tidak=5) 3. Biaya penyediaan

dan pengoperasian yang murah

3.1 Biaya investasi

3.2 Penghematan biaya operasi kendaraan 3.3 Net Present Value (Manfaat-Biaya dalam 10

tahun)

3.1 Biaya implementasi (Rp.) 3.2 Selisih BOK tanpa dan dengan

usulan (Rp./tahun) 3.3 Nilai NPV usulan (Rp.) 4. Efektifitas dalam mendukung kawasan andalan/prioritas

Peningkatan aksesibilitas kawasan andalan/prioritas

Nilai kualitatif (Langsung=10, Tidak Langsung=5, Tidak=5)

5. Kelengkapan

Hirarki Sistem 5.1 Fungsi Jalan

5.2 Penataan Hirarki Jalan

5.1 Nilai kualitatif (AP=10, KP=8, AS=6, KS=4, L=2)

5.2 Nilai kualitatif (Ya=10, Tidak=5) 6. Kendala sosial Potensi kendala sosial pada tahap

implementasi

(7)

Dalam proses penilainnya, nilai/skoring dari masing-masing sub kriteria dinormalisasi dengan mendasarkan nilai/skor tertinggi untuk sub kriteria dalam kelompok usulan. Pengelompokan usulan dilakukan berdasarkan jenis penanganan, yaitu penanganan ringan/jangka pendek dan jangka menengah/panjang yang mencakup seluruh DKI Jakarta. Setelah seluruh usulan diberi nilai/skor, maka selanjutnya dihitung nilai/skor akhir dengan mengalikan bobot masing-masing kriteria serta dirangking mulai dari usulan dengan besar nilai/skor terbesar ke yang terkecil menurut kelompok jenis penanganan.

5. PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN MASALAH PADA LIMA WILAYAH

DI DKI JAKARTA

Dengan membandingkan bobot penanganan masalah dari masing-masing lokasi pada lima wilayah di DKI Jakarta, maka dapat ditentukan prioritas penanganan masalah pada masing-masing lokasi (yang dituliskan berdasarkan kode lokasi) seperti dapat dilihat pada Tabel 4 Dalam tabel tersebut, urutan prioritas tidak memperhitungkan usulan penanganan yang sudah pasti akan dilaksanakan (commited projects).

Tabel 4 : Prioritas Penanganan Masalah Masing-masing Lokasi

No.

Urut Lokasi Kode Usulan Penanganan

Total Skor +

Bobot Penanganan Jangka Pendek

1 Sultan Agung (Pasar Rumput) S13 Perbaikan Manajemen Lalu Lintas 61.10

2 Jl.Sabang P17 Perbaikan Manajemen Lalu Lintas 55.16

3 Tanah Abang P15 Perbaikan Manajemen Lalu Lintas 50.16

4 Cikini P18 Perbaikan Manajemen Lalu Lintas 42.53

5 Pondok Labu S11 Perbaikan Manajemen Simpang 41.12

6 Kenari P11 Perbaikan Manajemen Lalu Lintas 41.03

7 Pasar Kebayoran Lama - Jalan Raya Cileduk (pasar

Cipulir) S5 Perbaikan Manajemen Simpang 39.09

8 Pasar Baru P13 Perbaikan Manajemen Lalu Lintas 39.08

9 Kemang Al-Azhar S9 Perbaikan Manajemen Simpang 38.54

10 Pasar Minggu – Ragunan S14 Perbaikan Manajemen Simpang 38.42 11 Simpang Melawai S18 Perbaikan Manajemen Lalu Lintas 37.07 12 Kyai Maja (Pasar Mayestik) S3 Perbaikan Manajemen Simpang 26.60

Penanganan Jangka Menengah

1 Lenteng Agung S15 Pembangunan Fly Over 59.09

2 Al Kamal - Puri Kencana B18 Pembangunan Jalan Baru 54.41

3 Jl Kali Malang sisi timur T16 Pelebaran 53.05

4 Sudirman - Tanah Abang P12 Peningkatan kapasitas jalan & simp. 51.46

5 Jl Bekasi Raya T14 Pelebaran 50.95

6 Tb.Angke (sisi Barat) B13 Pelebaran Jalan 49.92

7 Bundaran Senayan S2 Optimalisasi Desain Simpang 49.08

8 Jl Yos Sudarso U4 Pelebaran 48.80

9 Jl.Perniagaan B4 Perbaikan Jalan 48.75

10 Jl Bulevard Barat U5 Pelebaran 47.03

11 Roxy Mas P4 Pembangunan Fly Over 45.55

12 Jl Cacing U3 Pelebaran 45.49

13 Tomang - Tol Merak B32 Pembangunan UnderPass 45.33

14 Simpang Pondok Kopi – Bintara T5 flyover 44.51

15 ramp Tol Jagorawi – Cikampek T18 penambahan Ramp 44.51

16 S.Parman (depan Ukrida) B6 Penyempurnaan Jalan 44.45

17 S.Parman (depan Bisnis Indonesia) B5 Penyempurnaan Jalan 43.87 18 Sisingamangaraja – Hang Tuah S19 Optimalisasi desain simpang 43.12

19 Roxy (simpang) P7 Optimalisasi Desain Simpang 43.05

20 Arjuna sisi Utara B19 Pelebaran Jalan 42.24

21 Jembatan Pesanggrahan B11 Pelebaran Jembatan 41.97

(8)

23 Lenteng Agung S20 Pelebaran badan jalan 41.67 24 Gunung Sahari - Pasar Baru P10 Optimalisasi Desain Simpang 41.25

25 Jl Raya Pelabuhan U7 Pelebaran 40.38

26 Brigjen Katamso B21 Pelebaran Jalan 39.92

27 Tubagus Angke - Daan Mogot B31 Pembangunan Fly Over 38.88

28 Jl I Gusti Ngurah Rai – st Cakung T3 Jalan Baru 38.88

29 Joglo Raya B2 Pelebaran Jalan 38.83

30 Fatmawati (H.Nawi) S12 Pelebaran badan jalan 38.66

31 Simpang Lima Tugu Semper U1 Peningkatan Simpang 38.35

32 Daan Mogot km 6 B9 Peninggian Jalan 38.35

33 Sisingamangaraja – Trunojoyo S1 Optimalisasi Desain Simpang 38.30

34 Puri Kembangan B10 Perbaikan Jalan 37.88

35 Harmoni P6 Optimalisasi Desain Simpang 37.69

36 Peternakan Raya B14 Peninggian Jalan 37.69

37 Angkasa – Kemayoran P2 Pembangunan Fly Over 37.36

38 Jl Raya Pulogebang T6 Pelebaran 37.30

39 Senen P3 Pembangunan Fly Over 37.22

40 Kemanggisan-Kb.Jeruk-Meruya Ilir B29 Pembangunan Fly Over 37.08

41 Percetakan Negara P14 Pelebaran 36.58

42 Kebon Jeruk Raya B24 Pelebaran Jalan 36.50

43 Sekitar Sta. Tanjung Priuk U8 Pelebaran 36.24

44 Kamal Tegal Alur B17 Pelebaran Jalan 35.76

45 Jl Perintis Kemerdekaan U6 Pembangunan Fly Over 35.71

46 Jembatan orang Mookevart Rawa Buaya B3 Jembatan Baru 35.71

47 Arjuna sisi Selatan B20 Pelebaran Jalan 35.31

48 Bungur – Kemayoran P1 Pembangunan Fly Over 33.83

49 Jembatan Kali Besar B1 Pelebaran Jembatan 33.83

50 H.Taisir B27 Pelebaran Jalan 33.75

51 Jl Pahlawan Revolusi T11 Pelebaran 33.67

52 Jembatan Genit B15 Pelebaran Jembatan 33.28

53 Utan Jati B22 Pelebaran Jalan 32.94

54 Jl.Pesanggrahan B28 Pembangunan UnderPass 32.83

55 Jl Kol Sugiono - I Gusti Ngurah Rai T7 Jalan Baru 32.83 56 Ciputat Raya - Pasar Jum'at S10 Optimalisasi Desain Simpang 32.74

57 Tugu Tani P16 Pembangunan Fly Over 32.61

58 Jl Robusta - Pondok Kopi IX T4 Jalan Baru 32.61

59 Jembatan Polgar B16 Pelebaran Jembatan 32.56

60 Jl. Pesanggrahan B12 Pelebaran Jalan 32.38

61 RE Martadinata - Gunung Sahari U9 Pembangunan Fly Over 32.24 62 Simpang Veteran – Bintaro S6 Simpang tidak sebidang 32.00

63 Jembatan Perniagaan (kali Opak) B7 Pelebaran Jembatan 31.41

64 Kapten Tendean – Suryo S4 Simpang tidak sebidang 31.37

65 Jembatan Taman Malaka Selatan T10 Pelebaran 31.20

66 Jl Lodan – Krapu U10 Pelebaran 30.88

67 Extension Pasar Pagi B30 Pembangunan Fly Over 30.68

68 Jl Penggilingan - DR Rajiman T2 Jalan Baru 30.68

69 Kemanggisan Raya B25 Pelebaran Jalan 30.34

70 Jembatan Pintu Kecil (kali Krukut) B8 Pelebaran Jembatan 29.75

71 KH.Syahdan B26 Pelebaran Jalan 29.75

72 Jl Teluk Gong U11 Pelebaran 29.52

73 Jl Raya Penggilingan T12 Pelebaran 28.68

74 Mampang Prapatan S8 Simpang tidak sebidang 23.69

75 Rawa Belong - Batu Sari B23 Pelebaran Jalan 23.54

6. PENTAHAPAN PELAKSANAAN USULAN PENANGANAN MASALAH

(9)

penanganan besar terhadap jaringan transportasi, baik berupa pembangunan JORR, LRT maupun lainnya. Jelas bahwa penanganan besar tersebut akan merubah pola pergerakan lalu lintas secara signifikan. Untuk itu perlu dilakukan kajian ulang mengenai penetapan prioritas hasil studi ini.

Tabel 5 : Pentahapan Pelaksanaan Usulan Penanganan Masalah di DKI Jakarta Penanganan Jangka Menengah Penanganan Jangka Pendek

Tahun Kode Lokasi Pentahapan Proyek Biaya (Juta Rp.) Kode Lokasi Biaya (Juta Rp.) Total Biaya (Juta Rp.) 2002 S7 II 20,000 S13 200 T1 II 20,000 P17 25 P5 I 20,000 P15 450 T13 I 20,000 P18 25 S11 200

Jumlah Biaya Pertahun 80,000 900 80,900 2003 P5 II 10,000 P11 200

T13 II 20,000 S5 250

P9 I 10,000 P13 450

P20 I 22,500 S9 450

S16 I 20,000

Jumlah Biaya Pertahun 82,500 1,350 83,850 2004 T15 I 20,000 S14 200

S16 II 20,000 S18 200

S17 I 20,000 S3 250

S15 I 20,000

Jumlah Biaya Pertahun 80,000 650 80,650 2005 S17 II 20,000

S15 II 20,000

B18 I 5,000

T16 I 7,500

P12 25,000

Jumlah Biaya Pertahun 77,500 77,500 2006 B18 II 5,000 T14 I 27,500 B13 1,400 S2 500 U4 I 31,667 B4 600

Jumlah Biaya Pertahun 66,667 66,667 2007 T14 II 27,500

U4 II 31,667

U5 900

P4 20,000

Jumlah Biaya Pertahun 80,067 80,067

7. TATA CARA PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN MASALAH PADA

JALAN LOKAL

(10)

Penentuan prioritas penanganan masalah yang dibahas di atas adalah untuk kasus pada jalan arteri dan kolektor, sedangkan untuk jalan lokal memiliki tata cara penanganan masalah yang berbeda terutama pada aspek kriteria yang mempengaruhi prioritas penanganan masalah tersebut.

Berdasarkan analisis terhadap kondisi permasalahan yang ada maka ditetapkan kriteria penanganan masalah adalah sebagai berikut :

A. Kriteria geometrik dan lapis permukaan atas dari jalan yang terdiri dari :

A1. Panjang jalan (meter) A2. Lebar jalan (meter)

A3. Jenis lapis permukaan atas yang dikategorikan menjadi campuran aspal (bobot = 3), beton (bobot = 2) dan lainnya (bobot = 1).

Bobot masing-masing sub-kriteria A1, A2 dan A3 untuk setiap alternatif usulan adalah meruapakan bobot relatif hasil normalisasi terhadap semua alternatif usulan dan kemudian dijumlahkan menjadi bobot kriteria A (kondisi geometrik dan lapis permukaan atas jalan).

B. Kriteria hierarki jalan

Yang dimaksud kriteria hierarki jalan adalah aksesibilitas jalan lokal yang bersangkutan terhadap hierarki jalan pada hulu dan hilirnya yang diklasifikasikan atas jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Bobot awal untuk masing-masing kombinasi dari hierarki jalan pada hulu dan hilir jalan lokal tersebut yang terdiri dari Arteri Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer, Kolektor Sekunder, Lokal Primer dan Lokal Sekunder, sehingga kombinasi dari Arteri Primer – Arteri

Primer (bobot 25) dan Lokal Sekunder –Lokal Sekunder (bobot 1), kombinasi lainnya

mempunyai bobot diantaranya.

Bobot akhir kriteria hierarki jalan untuk masing-masing alternatif usulan adalah merupakan bobot relatif hasil normalisasi dari semua alternatif usulan.

C. Kriteria tata guna lahan pada sisi jalan

Tata guna lahan pada sisi jalan dibedakan atas fasilitas umum / fasilitas sosial (bobot 3),

perumahan (bobot 2) dan perkantoran/ retail/ bisnis (bobot 1).

Bobot akhir kriteria tata guna lahan pada sisi jalan untuk masing-masing alternatif usulan adalah merupakan bobot relatif hasil normalisasi dari semua alternatif usulan.

D. Kriteria kerusakan jalan (biaya perbaikan jalan)

Prosentase kerusakan jalan secara langsung ditetapkan sebagai bobot kriteria kerusakan jalan untuk masing-masing alternatif usulan.

7.2. Penentuan Bobot Relatif Antara Kriteria

Bobot relatif antara kriteria merupakan hasil input langsung dari masing-masing wilayah karena kemungkinan setiap wilayah mempunyai persepsi yang berbeda mengenai kepentingan dari masing-masing kriteria di wilayahnya.

Total hasil kali bobot relatif kriteria terhadap alternatif usulan dengan bobot relatif antara kriteria merupakan nilai bobot akhir dari masing-masing usulan penanganan masalah. Prioritas penanganan masalah didasarkan pada nilai bobot akhir dari yang terbesar sampai terkecil.

(11)

Untuk memudahkan penentuan prioritas penanganan masalah pada jalan lokal tersebut maka dibuatkan program dalam bentuk perangkat lunak, algoritma dari perangkat lunak tersebut dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :

Input data masing-masing alternatif usulan : - Data kriteria A1, A2, A3

- Data kriteria B - Data kriteria C - Data kriteria D

Input bobot masing-masing kriteria : - Kriteria A = Ya %

- Kriteria B = Yb % - Kriteria C = Yc % - Kriteria D = Yd %

Bobot relatif kriteria masing-masing alternatif usulan terhadap semua alternatif yang ada. (Xa,Xb,Xc,Xd)

Bobot akhir masing-masing alternatif usulan (n) :

Bn = Xa.Ya + Xb.Yb + Xc.Yc + Xd.Yd

Ranking alternatif usulan berdasarkan nilai Bn dari yang terbesar sampai terkecil. Input jumlah alternatif usulan

Gambar 1 : Algoritma Prioritas Penanganan Masalah pada Jalan Lokal 8. KESIMPULAN

- Permasalahan dari setiap wilayah di DKI Jakarta terutama yang terkait dengan masalah

jaringan jalan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain.

- Berdasarkan persepsi pemerintah dalam hal ini Dinas Kimpraswil kriteria yang

mempunyai bobot relatif terbesar adalah kriteria pelayanan terhadap kebutuhan perjalanan yaitu 0,246 dan terendah adalah pemerataan aksesibilitas dan koneksitas antara wilayah yaitu 0,041.

- Dengan analisis multi kriteria tersebut diharapkan sasaran dari pembangunan

khususnya pengembangan jaringan jalan di DKI Jakarta lebih mengenai sasaran.

9. DAFTAR PUSTAKA

- Ditjen.Bina Marga (1993), Kapasitas jalan Indonesia, Jakarta, Ditjen.Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

- Ditjen.Perhubungan Darat (1996), Pedoman teknis perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum, Jakarta, Ditjen.Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan.

- Khisty, C.J.& Lall,B.K. (1990), Transportation engineering An introduction, 2nd ed.. Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall,Inc.

- Mc.Shane W.R.& Roess R.P.(1990), Traffic engineering, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall,Inc.

(12)

- Warpani, S. (1988), Rekayasa lalu lintas, Jakarta, Bhratara.

- Webster ,F.V.& Cobbe,B.M (1966)., Traffic signals, London, Charles Griffin & Company Limited.

Gambar

Tabel 1: Bobot Relatif antar Kriteria (dengan 7 Kriteria)  No.
Tabel 4 : Prioritas Penanganan Masalah Masing-masing Lokasi
Tabel 5 : Pentahapan Pelaksanaan Usulan Penanganan Masalah di DKI Jakarta
Gambar 1 :  Algoritma Prioritas Penanganan Masalah pada Jalan Lokal

Referensi

Dokumen terkait

Dalam studi evaluasi dan perencanaan ulang sistem jaringan drainase pada kawasan jalan Soekarno – Hatta,masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah:.. Berapakah debit

Menurut sistem dikenal adanya Sistem Jaringan Jalan Primer yaitu sistem jaringan jalan yang mempunyai peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah

Implementasi Perda Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Bogor (Studi Implementasi pengembangan Sistem Jaringan Jalan R3) merupakan kebijakan

Sistim jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah

jaringan komputer yang terdapat pada PT. Multi Nitrotama Kimia yang.. 2 dituangkan dalam laporan kerja praktek yang berjudul “ANALISIS JARINGAN KOMPUTER DI PT. MULTI

Valuasi Ekonomi Lingkungan Kota Jakarta Berbasis PDRB Tahun 2016 didasarkan atas pengukuran PDRB Hijau untuk wilayah perkotaan (Provinsi DKI Jakarta) diambil dari

Penelitian tentang Analisis Tingkat Pelayanan Jaringan Jalan bertujuan : 1) Menganalisis sejauh mana tingkat kenyamanan saat ini dan keadaan Fisik jalan di Kota Surakarta, agar

Jalan arteri primer adalah Jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk.. pengembangan semua wilayah ditingkat nasional dengan semua simpul jasa