1 I. PENDAH ULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Resin kom posit m erupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer digunakan oleh dokter gigi, terutam a untuk m erestorasi gigi anterior karena m em iliki warna yang sanga t este tis dan m em uaska n. Seiring dengan m eningka tnya perm intaan ae sthe tic dentistry dalam lim a tahun be lakanga n ini, terjadi peningkatan penggunaan kom posit untuk restorasi gigi posterior. Hal ini dipengaruhi oleh be berapa faktor, antara lain ke inginan pa sien se bagai usaha agar giginya kem bali utuh, dapat berfungsi de ngan baik dan hasil restorasi terlihat seperti gigi asli, juga adanya peningkatan kebutuhan akan restorasi dengan m inim al invasif serta adanya sistem adhesif ( Lucey dkk., 2010).
Resin kom posit diguna kan sebaga i restorasi gigi posterior m enggantika n am algam . Keuntungan resin kom posit yang digunaka n untuk tum patan gigi posterior adalah tidak m em butuhkan preparasi yang luas dan tida k bersifat toksik karena tida k m engandung m erkuri sehingga lebih sehat, m em iliki este tik yang baik, sewarna gigi, konduktivitas suhu yang rendah dan dapa t m enguatkan struktur gigi (Poss, 2011). Resin kom posit m em iliki kekurangan yaitu m engalam i pengerutan selam a polim erisasi. Hal ini akan m engakibatkan kebocoran m ikro, kegagalan pele katan bahan adhesif, iritasi pulpa, karies sekunder, sensitif pasca restorasi serta kegagalan restorasi (Kw on dkk., 2012).
Pengerutan resin kom posit saat polim erisasi m erupa kan m asalah yang belum dapat dihilangkan. Salah satu cara yang digunakan untuk m engurangi pengerutan adalah dengan restorasi secara berlapis ( Ruiz, 2010 ). Kekurangan
restorasi secara berlapis adalah bila dilakukan dengan tidak cerm at, dapat m enim bulka n rongga kosong dan celah pa da restorasi sehingga dapat m engakibatkan kega galan restorasi (Ruiz, 2010) . Cara ini juga m em butuhkan waktu yang lam a untuk pem buatannya karena aplika si kom posit dilakuka n secara lapis dem i la pis (Kw ong, 2012).
Proses pem buatan restorasi posterior denga n resin kom posit m em butuhka n waktu yang lam a dibanding am algam , m eliputi isolasi gigi yang ba ik untuk m encegah kontam inasi saliva da n cairan, pem ilihan serta pem asanga n m atriks, proses pem beria n bonding, aplikasi intermediate layer, aplikasi resin kom posit secara berlapis dengan kete balan 2 m m setiap la pisnya, dilanjutkan dengan pengukiran, penyesuaian oklusi serta finishing dan polishing (Jackson, 201 1).
Penelitia n di bida ng ke dokteran gigi terus dikem bangkan untuk m em perbaiki sifat fisik resin kom posit serta untuk m em peroleh cara pem buatan restorasi gigi posterior yang lebih efisien. Salah sa tunya denga n penam bahan bahan pengisi da n inisiator pada resin kom posit ( Flury dkk., 2012). Beberapa tahun be lakangan ini, telah diperke nalkan je nis resin kom posit bulk fill untuk restorasi gigi posterior. Resin kom posit ini dapat diaplikasikan dengan teknik bulk yaitu aplikasi resin kom posit secara sekaligus ke dalam kavitas, sehingga
restorasi da pat dilakuka n dengan le bih cepat dan m udah (Kwong, 2012).
Resin kom posit bulk fill m em iliki beberapa karakteristik penting antara lain pengerutan polim erisasinya rendah sehingga dapat m engurangi kebocoran m ikro, dapat disinar sam pai kedalam an 4 m m sehingga m engurangi waktu yang dibutuhkan pada teknik berlapis, lebih m engalir sehingga m udah beradaptasi pa da kavita s term asuk tepi servikal, m udah penggunaanya serta m em iliki sifat fisik
yang baik seperti tahan terhadap te kanan dan m udah dipolis (Ruiz, 2010). Resin kom posit bulk fill m em iliki ketahanan pem akaian yang tinggi pada restorasi gigi posterior (Shah, 2013).
Resin kom posit bulk fill m engandung m atriks resin, baha n pengisi anorganik terdiri dari barium glass, ytterbium triflouride, mixed ox ide dan propolymer, inisia tor untuk m engaktifkan m ekanism e pengerasan kom posit,
inhibitor dan pigm en. Bahan ini m em iliki tingkat pe ngeruta n yang rendah sehingga dapat m engurangi sensitivita s setelah restorasi dan kebocoran m ikro yang dapat m enim bulkan karie s sekunder. Resin kom posit bulk fill dapat disinar sam pai kedalam an 4 m m karena warnanya lebih translusen. Hal ini sangat m enguntungkan karena dapa t m engoptim alkan waktu yang diperlukan untuk perawatan gigi baik bagi dokter gigi m aupun pasiennya (Kwong, 2012). Resin kom posit bulk fill m engandung modifie rs seperti shrinkage stress reliever yang berfungsi untuk m engurangi pengerutan polim erisa si, ada pula produsen yang m engubah form ula kim iaw inya untuk m eningkatkan kedalam an penyinaran pada resin kom posit bulk fill (Shah, 2013).
Untuk m elekatkan ba han restorasi resin kom posit pa da struktur gigi m em erlukan bahan lain yang dikenal se bagai baha n bonding. Sistem bonding m em bantu pelekata n resin kom posit ke struktur gigi, sehingga kualitas ba han resin kom posit sebagai bahan restorasi gigi m eningka t (Craig dan Powers, 2002).
Kebocoran m ikro m erupakan celah yang terjadi akibat adaptasi bahan restorasi pada dinding kavitas tida k sem purna. Hal ini m em ungkinkan m asuknya bakteri, cairan, m olekul atau ion-ion antara dinding kavitas dan bahan restora si (Eunice dkk., 2012).
Kebocoran m ikro dipengaruhi ole h kontra ksi saat polim erisasi, adhesif bahan bonding, faktor konfigura si kavitas a tau faktor C (Kwon dkk., 2012) serta perbedaan koefisie n term al antara struktur gigi dan resin kom posit (Feilzer dkk., 1987). Kebocoran m ikro sulit dideteksi secara klinis (Eunice dkk., 2012) dan dapat m enyebabkan sensitivitas pa da gigi yang direstorasi, perubahan warna pa da tepi kavitas dan restorasi, karies sekunder, peradangan pulpa, dan kegagalan perawatan endodontik (Yavuz dan Aydin, 2010). Untuk m engurangi kebocoran m ikro pada resin kom posit, dapat dilakukan dengan peruba han kom posisi bahan dan teknik restorasi serta m enggunakan intensita s sinar yang berbe da selam a aktiva si sinar (M attei dkk., 2009).
Polim erisasi yang optim al m erupakan faktor penting untuk m em perole h sifat fisik dan m ekanik serta perform a klinis yang optim al. Intensitas sinar yang m em adai serta lam a penyinaran m em pengaruhi derajat polim erisa si (Ta tian dkk., 2011). Keberhasilan polim erisasi tergantung pada bahan pengisi, kekuatan sinar dan waktu penyinaran (Sigusch dkk., 2007). Polim erisasi resin kom posit terjadi m elalui perubahan m onom er m enjadi polim er yang diikuti dengan adanya pengerutan kom posit (L im a dkk., 2008).
Resin kom posit dengan deraja t polim erisa si yang rendah dapa t m engakibatkan kegagala n bonding antara restorasi dan gigi (Nakfoor, 2005).
Resin kom posit m enga lam i pengerutan saat polim erisa si karena terjadi pem endekan jarak antar m onom er (Lee dkk., 2005). Hal ini akan m enurunkan sifat fisik da n m ekanik ba han restora si antara lain penurunan kekuatan, terjadinya kebocoran, sensitivita s pasca restorasi, perubahan warna, peningkatan kelarutan, dan penyerapan air (Herrero dkk., 2005).
Untuk m endapatkan restorasi resin kom posit yang baik, diperlukan lam a penyinaran yang optim al. Ha l ini terga ntung pa da jenis light curing unit yang digunakan dan ketebala n kom posit, um um nya berkisar antara 10 hingga 40 de tik untuk kedalam an 2 m m dengan panjang gelom bang sinar antara 400 -500 nm (Lee dkk., 2008). Kwong (2012) m enyebutkan lam a penyinaran untuk resin kom posit bulk fill adala h 10 detik, m enggunakan sinar dengan intensita s lebih dari 1.000
m W /cm2. Czasch dan Ilie ( 2013) m erekom endasikan lam a penyinaran resin kom posit bulk fill adalah 20 detik. Sinar yang diguna kan untuk penyinaran resin kom posit harus m em punya i panjang gelom bang 360-520nm dan intensita s 800- 1000 m W /cm2 (Sigusch dkk., 2007).
Lam a penyinaran resin kom posit yang tidak m em adai, akan m enyebabkan berkurangnya kekerasan karena lapisan yang luar akan m engeras sedangkan lapisa n di bagian yang lebih dalam m asih lunak (Pitt Ford,1993; Vandewalle, 2011). Penyinaran yang tidak m em adai m enyebabkan polim erisa si tidak optim al dan m engakibatkan gagalnya ikatan antara resin kom posit dan jaringan keras gigi, sehingga terbentuk celah yang akan m engakibatkan tim bulnya kebocoran m ikro, sensitivita s pasca restorasi dan diskolorasi (Nakpoor dkk., 2005). Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk m enge tahui lam a penyinaran ya ng sesuai untuk m endapatkan ha sil yang optim al pada beberapa jenis kom posit, nam un belum ada inform asi tentang pengaruh lam a penyinaran terhadap kebocoran m ikro resin kom posit bulk fill.
B. Rumusan Permasalah an
Berdasarkan pada latar belakang, dapat diajukan perm asalahan, apakah terdapat pengaruh lam a penyinaran (10, 20, dan 40 detik) terhadap kebocoran m ikro restorasi resin kom posit bulk fill.
C. Tujuan Penelitian
Penelitia n ini bertujuan untuk m engetahui pengaruh lam a penyinaran (10, 20, dan 40 detik) terhadap kebocoran m ikro restorasi resin kom posit bulk fill.
D. K easlian Penelitian
Penelitia n m engenai resin kom posit bulk fill pernah dilakukan oleh Czasch dan Ilie (2013) yang m eneliti pengaruh lam a penyinaran (10, 20, dan 40 detik) terhadap kekerasan resin kom posit bulk fill dengan hasil terda pat perbedaan berm akna. Penelitian m engenai pengaruh lam a penyinaran (10, 20, dan 40 detik) terhadap keboc oran m ikro restorasi resin kom posit bulk fill belum pernah dilakukan.
E. M anfaat Penelitian
Sebagai inform asi ilm iah bagi perkem banga n ilm u pengeta huan kedokteran gigi, khususnya ilm u konserva si gigi. Pada aplikasi klinis, dapat dijadikan se bagai referensi tentang lam a penyinaran yang optim al pada resin kom posit bulk fill untuk m encegah terjadinya kebocoran m ikro, sehingga gigi dapat berfungsi kem bali dengan optim al dan restorasi dapat berta han lam a.