! " "# $"# # "" %
&''( ) & * ) + & ,! #- $-". # ""-%
) ) &( ) / 0 " # $$". # ""#%
) + & ) &1 0-" ". ". # ""#%
& * ' &' ) ' &' + & * 2 0!","$ !"# # "" %
3 + & ) ! ". $"# # "" %
! "# $ $% $$ $ !
# $ !
45 5
6
5
5
7
5
#"
-4 6
% 8
# & & & &
& ' & &
& (
& & ) &
& & & * & & & )
& & + & & &
, & & & &
, * & , & &
& ( & &
& & & , & ( - .( -/ 0
0 1 # & & , & &
& + &
( / & , & .2 $$1 / & .33 2 1
* & * &
( - ' , & 4 $ $$$
/ , $ $ ) & )
& , & * &
-& &
" & * + * 566 (# ( *
& & &
6 ( 7 8 8 ) 7 # 9 )
& & & &
& & & * & & / &
+ &
" , : # 0
&
" & ( + (# ( * * &
&
% ( * + * 566 (# ( *
&
( & & , * + * & &
566 (# ( * " &
) & / &
0 6
8 2 &
< ===========
" ==========
, 6 ========== 0
, ========== 0
, > ========== 0
, : & ========== 0
6
- - ( ==========
< # ========== %
66 # ,
- " =========== !
# , " =========== !
666 "
- / # ===========
" ( ( =========== ?
@ # " =========== ?
65 ' " =========== 2
5 ( & ===========
, ===========
0 6
9 8 2 &
! 90 ( * " 566 (# ( * ========= 2
0 6
8 2 &
> ' " ( * (# ( * ======= A
0 6
8 2 &
: & " ============ %
: & B +, " ============
: & % : - ( # = 3
1
SMPN 1 Sawan terletak di desa Sawan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Desa
Sawan merupakan desa yang sudah lumayan maju, dengan mata pencaharian sebagian besar
penduduknya adalah petani dan wirausaha pande besi. Siswa siswa yang bersekolah di SMP
ini sebagian besar merupakan penduduk asli desa ini dan sebagiannya lagi merupakan
penduduk desa disekitar desa Sawan, karena di kecamatan Sawan hanya ada dua SMP dengan
status negeri. Hal ini pula yang menyebabkan penerimaan siswa di sekolah ini tidak melalui
seleksi yang ketat.
Seleksi penerimaan siswa yang tidak ketat menyebabkan kemampuan siswa siswa
yang bersekolah di SMPN 1 Sawan ini menjadi sangat heterogen. Dengan jumlah siswa
sebanyak 899 siswa yang dibagi dalam 27 kelas, menjadi tantangan sekaligus masalah bagi
54 guru yang mengampu siswa di SMPN ini, terutama untuk mata ajar yang menanamkan
konsep seperti mata ajar matematika.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting
dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jam mata pelajaran ini
dibandingkan mata pelajaran lain. Selama ini masih banyak guru yang mengajarkan
matematika dengan paradigma pembelajaran yang lama, yaitu guru menerangkan konsep dan
operasi matematika, memberi contoh mengerjakan soal, serta meminta siswa
untuk mengerjakan soal yang sejenis dengan soal yang sudah diterangkan guru. Guru lebih
menekankan pembelajaran matematika bukan pada pemahaman siswa terhadap konsep dan
operasinya, melainkan pada pelatihan simbol simbol matematika dengan penekanan pada
pemberian informasi dan latihan penerapan dalam soal. Guru masih bergantung pada metode
ceramah, siswa yang pasif, sedikit tanya jawab, dan siswa mencatat dari papan tulis.
Dalam proses pembelajaran matematika keaktifan siswa dalam belajar merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Siswa
diharapkan benar benar aktif dalam belajar matematika, sehingga akan berdampak pada
ingatan siswa tentang materi pelajaran yang di ajarkan. Keterlibatan siswa dalam melakukan
langkah langkah pembelajaran dapat mempertajam ingatan tentang materi pelajaran. Suatu
konsep akan lebih mudah untuk dipahami dan diingat apabila disajikan melalui langkah dan
prosedur yang menarik. Selain kurangnya keaktifan dalam pembelajaran matematika, guru
seringkali kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti perubahan,
2
Usaha usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat
penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh
karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran
merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005),
model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang
dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah
satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan
siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik
pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dalam mengingat ( ) atau
menghapal ( ) ke arah berpikir ( ) dan pemahaman ( ),
dari model ceramah ke pendekatan atau , dari belajar
individual ke kooperatif, serta dari ke atau
terkonstruksinya pengetahuan siswa.
Penyajian bermacam macam model pembelajaran dan aplikasinya dalam pengajaran
matematika bertujuan agar siswa dan guru memiliki pengetahuan yang luas tentang model
model pembelajaran dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000),
semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan
struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada
model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur
penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif
adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk. STAD
3
pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru guru yang baru memulai menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif.
Langkah langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan
diperoleh skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk
penguatan pemahaman materi (Slavin, 1995).
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Dalam memilih strategi pembelajaran diperlukan beberapa pertimbangan, antara lain
adalah keadaan siswa, keadaan sekolah, lingkungan belajar yang dapat menunjang kemajuan
IPTEK dan kemajuan kehidupan sosial di masyarakat, serta tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Kenyataan di SMPN 1 Sawan jumlah siswanya sangat banyak, tidak seimbang
dengan jumlah guru, siswa di sini juga mempunyai kemampuan yang heterogen.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan siswa belajar
dalam kelompok kelompok kecil (beranggotakan 4 5 siswa) dengan tingkat kemampuan yang
berbeda serta menekankan kerjasama dan tanggung jawab kelompok dalam mencapai tujuan
yang sama. Karena itu masalah yang diambil dalam pengabdian ini adalah: bagaimana
menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( )
4
1. Meningkatkan pemahaman konsep matematika yaitu konsep himpunan pada
siswa kelas VII di SMPN 1 Sawan Buleleng.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada guru pengampu mata ajar matematika
mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD.
!
Hasil kegiatan ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Peserta Didik:
Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata ajar matematika, meningkatkan
minat dan interaksi siswa dalam pembelajaran matematika.
b. Guru
Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif
5
"
# $
Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Dengan menggunakan lembaran
kegiatan atau perangkat pembelajaran lain, siswa bekerja bersama sama (berdiskusi) untuk
menuntaskan materi. Mereka saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran, sehingga dipastikan semua anggota telah mempelajari materi tersebut secara tuntas.
Pada kegiatan pembelajaran matematika kooperatif tipe STAD ini difokuskan pada
pemahaman konsep himpunan dengan mengaitkan pada benda benda yang ada dalam
kehidupan siswa sehari hari.
Kegiatan dalam pembelajaran ini dimulai dengan tahapan sebagai berikut:
1. Presentasi kelas, diawali dengan penyampaian materi himpunan oleh guru atau tim
pelaksana dari Universitas Udayana.
2. Memberikan tes awal pada siswa secara individual
3. Membagi siswa dalam kelompok kelompok, dengan anggota masing masing kelompok
bersifat heterogen.
4. Kegiatan kelompok, diawali dengan menyiapkan berbagai benda atau barang barang yang
nantinya akan diperagakan untuk menunjukkan yang mana disebut himpunan dan bukan
himpunan.
5. Melaksanakan evaluasi atau tes akhir kepada siswa secara individual
6. Membuat tabel pembentukan dan penghargaan kelompok dengan langkah langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan nilai dasar (awal) masing masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat
berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2. Menentukan nilai tes akhir atau nilai kuis terkini.
3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih
nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing masing siswa dengan menggunakan
6
% &
Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah
nilai awal
5
Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di
bawah nilai awal
10
Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai
dengan 10 di atas nilai awal
20
Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata rata nilai peningkatan yang diperoleh
masing masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan
sempurna. Kriteria untuk status kelompok :
Cukup, bila rata rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 atau
(Rata rata nilai peningkatan kelompok < 15).
Baik, bila rata rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 atau
(15 ≤ Rata rata nilai peningkatan kelompok < 20)
Sangat baik, bila rata rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 atau
(20 ≤ Rata rata nilaipeningkatan kelompok < 25)
Sempurna, bila rata rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 atau
(Rata rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25) (Widyantini, dkk, 2006).
' &
Khalayak sasaran kegiatan ini adalah guru yang mengampu mata ajar matematika
kelas VII SMP N 1 Sawan, dan siswa siswa kelas VII SMP N 1 Sawan Buleleng.
$ ()
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa penerapan pembelajaran
7
* "
Hasil yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
mengenai penerapan pembelajaran CTL DI SDN 2 Sawan adalah berupa nilai evaluasi. Nilai
evaluasi ini diperoleh dari pretes dan postes, data mengenai nilai evaluasi dan kategorinya
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Evaluasi Siswa Kelas VII SMPN 1 Sawan
( % ( & # +
8
peningkatan rata rata perolehan nilai post tes dibandingkan dengan pre tes sebesar 20 sampai
25. Sedangkan kelima kelompok lainnya masuk dalam kategori sempurna karena rata rata
peningkatan nilainya lebih dari 25. Suatu pencapaian yang sangat bagus artinya metode
pembelajaran STAD dengan system berkelompok telah mampu meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil statistika deskriptif dari data nilai evaluasi adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Descriptive Statistics: Pretes, Postes
* # , &
Pretes 31 75.00 10.95 40.00 90.00
Posttes 31 88.71 8.66 60.00 100.00
Difference 31 13.71 9.13
Hasil yang didapat dari Tabel 1 tercemin pula pada Tabel 2, nilai rataan pretes yang
lebih kecil dari postes menjelaskan bahwa kemampuan siswa memahami materi setelah
diberikan pembelajaran STAD meningkat. Nilai minimal pretes siswa adalah 40 yang
meningkat pada posttes menjadi 60, demikian pula dengan nilai maksimum yang diperoleh
siswa meningkat pada saat pretes dibandingkan dengan nilai maksimum pada saat postes.
Dilihat dari nilai standar deviasi menunjukkan bahwa nilai standar deviasi pretes lebih besar
dari postes, ini berarti nilai pretes siswa lebih beragam dibandingkan nilai posttesnya.
Analisis selanjutnya adalah analisis inferensial yaitu analisis yang melibatkan
pengujian hipotesis untuk mendapatkan kesimpulan secara sahih (Walpole,1995). Hipotesis
yang diajukan dalam pengabdian ini adalah
H0 : E1 = E2 (Rata rata pre tes siswa sama dengan rata rata post tes )
Ho akan diterima jika nilai thit lebih besar dari nilai t tabel dengan α = 0.05 dan Ho ditolak
jika sebaliknya atau jika nilai P yang diperoleh dalam keluaran pake program lebih kecil dari
9
Dalam analisis uji t ada asumsi yang harus dipenuhi sebelum analisis dilakukan, yaitu
asumsi kenormalan data dan kehomogenan ragam. Hasil uji kenormalan data seperti yang
terlihat dalam Gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Hasil Uji Kenormalan Nilai Siswa SMPN 1 Sawan
Berdasarkan grafik uji kenormalan di atas terlihat titik titik data mengikuti garis lurus
maka dapat disimpulkan bahwa data menyebar normal. Hal ini dipertegas dengan hasil uji
AD (Anderson Darling) yang mendapatkan nilai P ( ) = 0.055 yang lebih besar dengan
taraf nyata 0.05, ini mengindikasikan bahwa data sudah menyebar normal.
Selanjutnya adalah pengujian pada asumsi kehomogenan ragam, disini untuk
menentukan apakah ragamnya sudah homogeny atau tidak menggunakan uji Levene’s. Hasil
ujinya seperti terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan uji Levene’s didapat nilai P ( ) =
0.055 yang lebih besar dengan taraf nyata 0.05, hal ini menunjukkan bahwa ragam data sudah
homogeny, artinya siswa yang terlibat dalam pembelajaran STAD ini mempunyai
10
!
!
! " "#
! " "# $ !
% & !
" # #
Gambar 2. Hasil Uji Kehomogenan Ragam Nilai Siswa SMPN 1 Sawan.
Kedua asumsi yang mendasari uji t sudah terpenuhi, karenanya uji t sudah dapat
dilakukan. Hasil dari uji t didapat = 5.47 dengan = 0.000. Dengan
membandingkan = 0.000 dengan taraf nyata 0.05 diperoleh bahwa = 0.000
lebih kecil dari taraf nyata 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti
rata rata nilai evaluasi posttes siswa lebih besar dari rata rata nilai pretes. Dengan kata lain
terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi himpunan.
Dalam penerapan pembelajaran STAD ini terlihat sekali kalau siswa siswa antusias
belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari semangat para siswa saat menyelesaikan soal
soal yang diberikan oleh tentor, dan berlomba untuk menjawab paling pertama. Pembelajaran
STAD ini juga mudah untuk diterapkan, hanya diperlukan pembentukan kelompok kelompok
untuk siswa. Siswa yang sudah dikelompokkan tidak lagi merasa takut atau minder ketika
mereka belum mengerti materi karena mereka bisa menanyakan pada temannya yang sudah
lebih dahulu memahami materi tersebut. Jadi metode pembelajaran STAD ini sangat sesuai
11
* #
%
1. Hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa rata rata postes siswa lebih besar dari rata rata
pretes. Dan hasil analisis inferensial dengan melakukan uji t diperoleh nilai P = 0.000
lebih kecil dari taraf nyata 0.05, artinya hipotesis nol yang ditolak, ini menunjukkan telah
terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi himpunan.
2. Penerapan pembelajaran STAD telah dapat meningkatkan antusiasme dan semangat siswa
dalam belajar matematika.
Penerapan pembelajaran STAD ini tidak terlalu menyita waktu, sehingga bisa
12
#
Nur dkk. 2000 . ! " #. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.
Slavin, Robert E. 1995. $ " % & ' , Second
Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sumardi, Bremaniwati. 2005. ( ( ))% Klaten: Prestasi Agung
Pratama.
Wardhani, Sri . 2005. Pembelajaran Matematika Kontekstual. * di PPPG
Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Walpole, R.E.1995. ) . Terjemahan Bambang Sumantri.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Widyantini, Th., Edy Prayitno dan Puji Iryanti. 2006. Model Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Kooperatif. ( %
13
% - "
1. Ketua Pelaksana:
1.1. Nama : Made Susilawati, S.Si., M.Si.
1.2. Pangkat/Gol / NIP : Penata Tk.1/ IIId / 19710902 199802 2 001
1.3. Jabatan Fungsional : Lektor
1.4. Bidang Keahlian : Statistika
1.5. Tempat Kegiatan : SMPN 1 Sawan Buleleng Bali
e. Waktu yang disediakan : 10 jam/minggu
2. Anggota Pelaksana I:
2.1. Nama : Dra. Eniek Kriswiyanti, MS.
2.2. Pangkat/Gol / NIP : Pembina Madya Muda/IVc/19571124 198403 2 004
2.3. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
2.4. Bidang Keahlian : Biologi
2.5. Waktu yang disediakan : 10 jam/minggu
3. Anggota Pelaksana II:
3.1. Nama : Dr. Dra. Retno Kawuri, M.Phil.
3.2. Pangkat/Gol / NIP : Pembina/IVa/19610112 198803 2 002
3.3. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
3.4. Bidang Keahlian : Biologi
3.5. Waktu yang disediakan : 10 jam/minggu
4. Anggota Pelaksana III:
4.1. Nama : Ir. I Gusti Ayu Kunti Sri Panca Dewi, M.Si.
4.2. Pangkat/Gol / NIP : Pembina/ IVa / 19640903 199103 2 002
4.3. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
4.4. Bidang Keahlian : Kimia
4.5. Waktu yang disediakan : 10 jam/minggu
5. Anggota Pelaksana IV:
5.1. Nama : AAIstri Agung Mayun Laksmiwati, S.Si.,M.Si.
5.2. Pangkat/Gol / NIP : Penata Tk. 1 / IIId / 19670508 199702 2 001
5.3. Jabatan Fungsional : Lektor
5.4. Bidang Keahlian : Kimia
5.5. Waktu yang disediakan : 10 jam/minggu
14
6.1. Nama : Ni Wayan Sudatri, S.Si.,M.Si.
6.2. Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk.1 /IIId/19711031 199802 2 001
6.3.Jabatan Fungsional : Lektor
6.4. Bidang Keahlian : Biologi
6.5. Waktu yang disediakan : 10 jam/minggu :
15
% +
18 Perbedaan Standard (7.29, 12.20) (53.2, 148.8) Adjusted (7.40, 11.92) (54.7, 142.1)
95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations
N Lower StDev Upper
Two sample T for postes vs pretes
N Mean StDev SE Mean postes 31 88.71 8.66 1.6 pretes 31 75.0 11.0 2.0
Difference = mu (postes) mu (pretes) Estimate for difference: 13.71
95% lower bound for difference: 9.52
19