• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku dan Kinerja Struktur Rangka Bresing Konsentris V Terbalik dengan LH Bervariasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perilaku dan Kinerja Struktur Rangka Bresing Konsentris V Terbalik dengan LH Bervariasi."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

T

EKNIK

S

IPIL

Vol. 19, No. 1, Januari 2015

Ketua Penyunting

D.M. Priyantha Wedagama, ST., MT., MSc.Ph.D.

Wakil Ketua Penyunting I Putu Gustave Suryantara P., ST., M.Eng.

Penyunting Pelaksana

Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain., DEA Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME., Ph.D.

Ir. Dharma Putra, MCE

Penyunting Ahli

Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka, DEA Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D Prof. Ir. Wayan Redana, MASc, Ph.D

Ir. Made Sukrawa, MSCE, Ph.D Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA

I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, Ph.D

Tata Usaha I Ketut Suwastika, ST

Alamat Penyunting dan Tata Usaha

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Badung – Bali 80362

Telepon : +62 (361) 703385 Faksimil : +62 (361) 703385 E-mail : jits_unud@civil.unud.ac.id

JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPIL diterbitkan oleh Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana

dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli.

TAHUN PERTAMA TERBIT : 1997 ISSN : 1411 – 1292

Penyunting menerima tulisan ilmiah dari berbagai kalangan seperti dosen, peneliti dan praktisi Teknik Sipil dari dalam dan luar Fakultas Teknik Universitas Udayana sesuai dengan pedoman penulisan dan pengiriman naskah pada halaman belakang.

(4)

DAFTAR ISI

PENGANTAR ... iii

PENGARUH PENAMBAHAN FIBER TERHADAP PARAMETER DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG

I Bagus Gede Baskara, I Nyoman Aribudiman, A.A.Ketut Ngurah Tjerita ... 1

PEMILIHAN MODEL HUBUNGAN ANTARA VOLUME, KECEPATAN, DAN KERAPATAN JALAN DALAM KOTA

(Studi kasus: Jalan Ahmad Yani, Denpasar)

I Kadek Edy Wira Suryawan, I. N. Widana Negara , A.A.N.A. Jaya Wikrama ... 9

ANALISIS PENGARUH SISTEM PENAHAN BEBAN LATERAL

TERHADAP KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA GEDUNG BERATURAN

I Ketut Sudarsana, Ida Bagus Dharma Giri, Putu Didik Sulistiana ... 17

ANALISIS SALURAN DRAINASE PRIMER DAN SEKUNDER PADA SISTEM PEMBUANG UTAMA SUNGAI/TUKAD LOLOAN DI KOTA DENPASAR

Intan Puspita Ardi, I Nyoman Norken, dan Gusti Ngurah Kerta Arsana ... 27

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING EKSENTRIS V-TERBALIK DENGAN L/H BERVARIASI

A.A. Ngurah Agung Angga Pradhana, Made Sukrawa, Ida Bagus Dharma Giri ... 34

ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS TERMINAL PENUMPANG DOMESTIK BANDAR UDARA NGURAH RAI BALI

Putu Yudhya Pratama, I Gusti Raka Purbanto, I Wayan Suweda ... 42

EFISIENSI PERENCANAAN JEMBATAN PILE SLAB DENGAN BENTANG BERVARIASI

(Studi Kasus: Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa)

Gede Arya Wibawa, Made Sukrawa, I Nyoman Sutarja ... 50

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN AHMAD YANI AKIBAT BANGKITAN PERGERAKAN DI RUKO WAINGAPU SUMBA TIMUR, NTT

(5)

ANALISA KEBUTUHAN MODAL KERJA PADA PEMBANGUNAN

PROYEK PERUMAHAN DENGAN METODE DISCOUNTED CASH FLOW (Studi Kasus : Proyek Perumahan Green Imperial Putra Residence)

Made Adhi Krisnawan, I Putu Dharma Warsika, Mayun Nadiasa ... 62

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ASPAL REJECT

I Wayan Gunawan, I Nyoman Arya Thanaya, I Gusti Raka Purbanto ... 71

(6)

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING

EKSENTRIS V-TERBALIK DENGAN L/H BERVARIASI

A.A. Ngurah Agung Angga Pradhana1, Made Sukrawa2, Ida Bagus Dharma Giri2

1

Alumni Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar

2

Dosen Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar e-mail: angga.pradhana@gmail.com

Abstrak: Penelitian tentang perilaku dan kinerja struktur rangka bresing eksentris (SRBE) V-terbalik dengan L/H bervariasi dilakukan dengan memodel struktur gedung 10 lantai dalam SAP2000. Model dibuat dengan Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dengan sambungan kaku, model SRBE dengan L/H bervariasi dari 1,25, 1,50, dan 1,75 dengan sambungan sederhana, dan model SRBE dengan sambungan kaku. Kelima model struktur dibebani dan dirancang berdasarkan pedoman perencanaan SNI Baja 03-1729-2002.Setelah model struktur memenuhi ketentuan SNI terhadap kekakuan dan kekuatan, kemudian dilakukan analisis pushover untuk mendapatkan kinerja dari model struktur.Perhatian khusus ditujukan pada SRBE untuk mengetahui pengaruh variasi L/H terhadap perilaku dan kinerja struktur. Dari penelitian ini didapatkan struktur SRBE L/H=1,75 memiliki kekakuan dan gaya geser dasar maksimal yang paling besar dibandingkan dengan struktur lainnya. Hal tersebut menunjukkan peningkatan L/H pada SRBE tipe V-terbalik, terbukti dapat meningkatkan kekakuan struktur, namun dilihat dari mekanisme terjadinya sendi plastis, SRBE L/H=1,75 tidak menunjukkan mekanisme keruntuhan yang baik, dimana terjadi sendi plastis pada kolom lantai dasar bagian atas. SRBE L/H=1,75 juga memiliki berat total struktur 11,34% lebih besar dibandingkan SRPM, sehingga menjadi kekurangan struktur tersebut. Penggunaan sambungan kaku pada struktur dapat meningkatkan kekakuan struktur, namun peningkatan kekakuan struktur tidak signifikan.

Kata kunci: rangka baja, rangka bresing, kekakuan, kinerja, analisis pushover.

BEHAVIOR AND PERFORMANCE ANALYSIS OF INVERTED-V

ECCENTRICALLY BRACED FRAMES WITH VARIATION OF L/H

Abstract: Research of behavior and performance of inverted V eccentrically braced frame (EBF) with variation of L/H conducted with modeling 10-story building in SAP2000. Model structures were designed by special moment framewith rigid connection, a model of EBF with L / H varies from 1.25, 1.50, and 1.75 with flexible connection, and a model of EBF with rigid connections. All models of the structure are loaded and designed in accordance guidelines SNI 03-1729-2002. Once the model qualifySNI criteria of stiffness and strength, then perform pushover analysis to obtain the performance of the model. Special attention is aimed to EBF to determine the effect of variations of L/H on the behavior and performance of the structure. From this study,EBF L/H = 1.75 has stiffness and maximum base shear force is larger than other structures. This shows an increase in the L / H on inverted V EBF, shown to increase stiffness of the structure, but from plastic hinge mechanism, EBF L/H = 1.75 does not show a good collapse mechanism, which occurs plastic hinge in the upper joint on lowest column. EBF L/H = 1.75 also has a 11.34% greater of total weight than SMF, so that the structure becomes deficient. The use of rigid connections on the structure can increase the structural rigidity, but there is not significant increase in the stiffness of the structure.

Keywords: steel frame, braced frame, rigidity, performance level, pushover analysis

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk struktur yang mampu menahan gaya lateral akibat gempa pada gedung tinggi, adalah penambahan pengaku lateral (bracing) pada elemen struktur rangka. Sistem struktur seperti ini sering disebut dengan Sistem Rangka Bresing (SRB), konfigurasi umum yang digunakan untuk sistem tersebut, yaitu Sistem Rangka Bresing Konsentris (SRBK), dan Sistem Rangka Bresing Eksentris (SRBE). SRBE telah dikenal memiliki

kelebihan dibandingkan dengan SRBK. SRBE memiliki tingkat daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan SRBK, dikarenakan peran bresing sebagai pengaku dan link yang daktail sebagai penyerap energi gempa yang efektif, secara bersama – sama meningkatkan kemampuan SRBE sebagai struktur baja tahan gempa.

(7)

memiliki kinerja yang paling baik (Dwitama, 2013). Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Moestopo, et al, (2009) menunjukkan bahwa pada SRBE dengan panjang link yang sama, peningkatan kekuatan dan kekakuan SRBE akan diperoleh sejalan dengan peningkatan rasio L/H artinya, plastisifikasi atau kelelehan Link akan terjadi pada tingkat pembebanan lateral yang lebih tinggi untuk struktur yang tidak langsing (L/H yang besar).

Namun demikian perlu dicermati juga perilaku dan kinerja struktur dalam menerima beban gempa, Karena belum tentu memenuhi kinerja struktur yang diharapkan.Maka dari itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai kinerja Struktur Bresing Eksentrik dengan panjang link tetap dan berbagai ukuran panjang bentang (L) dengan tinggi (H), sebagai pembanding dimodelkan juga Struktur Rangka Pemikul Momen (SRPM).

Dalam studi ini, dikaji perilaku dan kinerja dari SRBE pada gedung fiktif dengan kelas situs D. Gedung dimodel dengan ketinggian 10 lantai, dimana tinggi antar lantainya (H) sebesar 4 m, dengan panjang balok yang divariasikan dan panjang link tetap dengan tipe sambungan sederhana (flexible). Sebagai pembanding, dimodelkan juga Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan SRBE dengan tipe sambungan kaku (rigid).

MATERI DAN METODE

Perilaku keruntuhan struktur akibat beban lateral dapat diketahui melalui analisis statik pushover dengan memberikan suatu pola beban lateral sesuai moda struktur, yang kemudian secara bertahap beban lateral ditingkatkan sampai target perpindahan lateral dari suatu titik acuan tercapai. Dari analisis ini dihasilkan kurva pushover, yang menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar (V) dan perpindahan titik acuan (D). Sebelum analisis pushover dilakukan kelima struktur dimodel, dibebani, dan dianalisis untuk memenuhi semua kriteria perencanaan menurut SNI baja 2002 (DPU, 2002). Dimensi elemen struktur ditetapkan sedemikian rupa sehingga memenuhi ketentuan rasio tegangan maksimum kurang dari 1. Dengan demikian diperoleh lima model struktur yang sebanding untuk dibandingkan kinerjanya melalui analisis statik pushover. Untuk memperoleh kinerja struktur yang lebih baik maka dilakukan penyesuaian dimensi beberapa elemen struktur agar kelelehan pertama kali terjadi pada elemen link pada SRBE.

Menurut FEMA 273 (1997) kinerja struktur (primary, P dan secondary, S) dapat dijelaskan dengan Gambar 1.Level kinerja (performance level) dibedakan atas Immediate Occupancy(IO) atau segera dapat dihuni, Life Safety (LS) atau keselamatan jiwa, dan Collapse Prevention (CP) atau pencegahan keruntuhan. Lima (5) titik

acauanpada Gambar 1 meliputi titik awal atauOrigin Point (A), titik leleh atauYield Point (B), runtuh atau Collapse (C), titik residu atau Residual point (D), dan titik gagal atauFailure Point (E) yang selanjutnya digunakan dalam mengevaluasi kinerja masing-masing struktur.

Gambar 1 Kinerja struktur terhadap gaya geser danPerpindahan

Sumber : FEMA (2000)

Penentuan sendi plastis pada masing-masing elemen struktur pada SAP2000merujuk pada tabel 5-6 FEMA 356 (FEMA, 2000).Dalam hal ini, elemen kolom menggunakan tipe sendi default-PMM untuk hubungan gaya aksial dengan momen. Untuk elemen balok menggunakan tipe sendi default-M3 dan default-V2 karena balok efektif menahan momen dalam arah sumbu kuat (sumbu-3), dan efektif menahan gaya geser pada sumbu 2. Perilaku nonlinier elemen bresing dimodel dengan anggapan sendi platis terjadi di tengah-tengah bentang. Penentuan sendi plastis pada balok link dilakukan secara manual berdasarkan tabel 5-6 FEMA 356 (FEMA, 2000).

Obyek analisis dalam penelitian ini menggunakan struktur rangka baja beraturan 10 lantai dengan denah seperti Gambar 2 dengan model Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dengan sambungan kaku, model SRBE dengan L/H bervariasi dari 1,25, 1,50, dan 1,75 dengan sambungan sederhana, dan model SRBE dengan sambungan kaku.

(8)

JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPILA SCIENTIFIC JOURNALOF CIVIL ENGINEERING • Vol. 19 No. 1 • Januari 2015 ISSN : 1411 – 1292

Panjang link yang digunakan 0,3m untuk SRBE, tinggi antar lantai 4 m dengan tinggi total 40 m.Pada model SRPM hubungan balok kolom dirancang sebagai sambungan kaku, sedangkan pada model rangka bresing, tiga model dirancang dengan sambungan sederhana, dan satu model dengan sambungan kaku. Komponen struktur kolom dan balok menggunakan baja WF dengan fy 250 MPa, fu 410 MPa, dan E 200.000 MPa

Beban yang bekerja pada struktur meliputi berat sendiri struktur dihitung otomatis dengan program SAP2000, beban mati tambahan sebesar 121 Kg/m2 pada atap, dan 145 Kg/m2 pada lantai, serta beban hidup sebesar 100 Kg/m2 pada atap dan 250 Kg/m2 pada lantai. Beban gempa direncanakan menggunakan metode statik ekivalen mengacu pada SNI 03-1729-2012 sesuai daerah Denpasar dengan jenis tanah sedang (kelas situs D).

Tabel 1. Beban gempa per-lantai pada model struktur

Elevasi (m) Wx (Kg) ݓ௑Ǥ ݄௫௞ Cvx (Kg)

0 0 0 0

4 164592 931072,95 1731

8 164592 2214477,16 4116

12 164592 3676082,76 6833

16 164592 5266944,00 9791

20 164592 6961394,04 12940

24 164592 8743247,55 16252

28 164592 10601230,12 19706

32 164592 12526974,56 23286

36 164592 14513990,97 26979

40 126684 12743735,73 23689

Jumlah 1.608.012 78179149,83 145324,08

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis struktur baja bangunan bertingkat dari gedung 10 lantai,bangunan bertingkat struktur baja ini dimodel sebagai Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPM), dan Sistem Rangka Bresing

Eksentris (SRBE), SRPM dimodel dengan menggunakan tipe sambungan kaku (rigid), 3 model SRBE dengan tipe sambungan sederhana (flexible), dan 1 model SRBE dengan tipe sambungan kaku. didapatkan dimensi struktur sebagai berikut.

(9)

Gambar 4Stressratio struktur 10 lantai dengan SRBE L/H=1,50, SRBE L/H=1,75, dan SRBE RIGID

Sumber :Hasil analisis (2014)

Gambar 3dan Gambar 4 menunjukkan stressratio (SR) hasil desain profil SRPM, dan SRBE yang sudah memenuhi persyaratan kekuatan struktur yaitu dengan nilai SR ” 1,00. Perhatian khusus diberikan pada model SRPM, SRBE

L/H=1,50dengan sambungan sederhana dan SRBE dengan sambungan kaku, untuk mendapatkan perilaku struktur akibat penambahan bresing dan penggunaan jenis sambungan pada model struktur, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 SR rata – rata model Struktur pada portal tepi

Elemen Struktur Model Jenis Sambungan ܴܵതതതത

Kolom

SRPM Rigid 0,621

SRBE RIGID Rigid 0,556

SRBE L/H=1,50 Flexible 0,561

Balok

SRPM Rigid 0,602

SRBE RIGID Rigid 0,646

SRBE L/H=1,50 Flexible 0,753

Bresing

SRPM Rigid -

SRBE RIGID Rigid 0,302

SRBE L/H=1,50 Flexible 0,382

Sumber :Hasil analisis (2014)

Tabel 2 menunjukkan SR rata-rata pada portal tepi yang ada bresingnya dari tiga buah model struktur, dua model struktur yang lain tidak ditinjau karena adanya perbedaan bentang balok dan jenis profil yang digunakan. Pada Tabel 2 terlihat SRBE dengan sambungan kaku (rigid) memiliki rata – rata SR yang lebih kecil pada semua elemen struktur jika

(10)

JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPILA SCIENTIFIC JOURNALOF CIVIL ENGINEERING • Vol. 19 No. 1 • Januari 2015 ISSN : 1411 – 1292

Gambar 5 Simpangan per-lantai masing-masing model Sumber :Hasil analisis (2014)

Gambar 5 menunjukkan SRPM memiliki simpangan yang lebih besar dibandingkan SRBE, hal tersebut dikarenakan efek penambahan bresing pada struktur SRBE, sehingga memberikan kekakuan yang lebih besar. SRBE L/H=1,75 memiliki simpangan struktur terkecil dibandingkan dengan SRBE L/H=1,50 dan SRBE L/H=1,25. Hal tersebut menunjukkan peningkatan rasio L/H pada SRBE V-terbalik dapat meningkatkan kekakuan

struktur.Gambar 5 juga menunjukkan bahwa SRBE dengan tipe sambungan kaku (rigid) memiliki simpangan yang lebih kecil dibandingkan dengan SRBE tipe sambungan sendi (flexible). Hal tersebut menunjukkan penggunaan sambungan kaku pada struktur dapat meningkatkan kekakuan struktur, namun dari Gambar 5, peningkatan kekakuan struktur tidak signifikan.

Gambar 6 Kurva Pushover kelima model struktur Sumber :Hasil analisis (2014)

Dari Gambar 6 terlihat perbedaan kurva pushover dari kelima model yang ditinjau beserta titik leleh dan titik batas masing-masing model. Titik leleh merupakan kondisi dimana struktur mengalami kelelehan pertama kali, sedangkan titik batas merupakan kondisi saat struktur mencapai gaya geser dasar maksimalnya. Kurva pushover untuk SRPM memlikiki kekakuan yang terkecil

dibandingkan dengan yang lain, dan SRBE L/H=1,75 memiliki gayageserdasar maksimal yang lebih besar dalam menahan beban gempa dibandingkan dengan model lain Besarnya gaya geser dasar ultimite dan perpindahannya pada kurva pushover model SRPM adalah 5975,72 KN dan 1328 mm, model SRBE L/H=1,25 adalah 4583,39 KN dan 401,82 mm, model SRBE L/H=1,50 adalah 6248,06 KN dan 408,49 mm, model SRBE 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250

E le v a si (m )

Simpangan(mm)

SRPM SRBE L/H=1,25 SRBE L/H=1,50 SRBE L/H=1,75 SRBE RIGID 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

G a y a G e se r d a sa r (K N )

Perpindahan(mm)

(11)

L/H=1,75 adalah 7631,11 KN dan 363,77 mm, dan model SRBE RIGID adalah 7323,286 KN dan 303,044 mm. Gambar 6 juga menunjukkan penggunaan sambungan kaku tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap gaya geser dasar dan perpindahan pada kurva kapasitas pushover dibandingkan struktur dengan sambungan sederhana.

Dua metode yang digunakan untuk menentukan target perpindahan yaitu metode koefisien perpindahan (FEMA 356) dan metode capacity spectrum (ATC 40).Metode koefisien perpindahan (FEMA 356) dimulai dengan menentukan faktor koefisien C0, C1, C2, dan C3 dari tabel FEMA 356. Nilai target perpindahan įt, juga tergantung dari akselerasi respons spectrum (Sa), waktu getar alami

efektif (Te) dan gravitasi (g) sesuai persamaan berikut. g T S C C C

C a e

t 2 3 2 1 0 2 ¸¸¹ · ¨¨© § S G (1)

Performance point juga dapat ditentukan dengan metode capacity spectrum ATC 40 yang sudah built-in pada program SAP 2000. Performance point diperoleh dengan mengkonversi kurva kapasitas dan kurva demand respons spectrum ke dalam format ADRS (acceleration displacement response spectrum). Nilai Ca (percepatan puncak muka tanah) dan Cv (Faktor respon gempa pada spektrum respon gempa rencana) digunakan 0,32 dan 0,5 sesuai dengan SNI 03-1726-2002.

Tabel 3 Nilai parameter target perpindahan

Metode Parameter SRPM SRBE L/H=1,25 SRBE L/H=1,50 SRBE L/H=1,75 SRBE RIGID

FEMA 356 įt (mm) 552,65 439,48 399,69 345,00 317,56 Vt (KN) 4622,31 1472,26 6130,68 7255,62 5.523,34

ATC-40 įt (mm) 440,396 289,822 251,374 217,069 256,953 Vt (KN) 3822,139 3313,236 3873,575 4608,183 6218,21 Sumber :Hasil analisis (2014)

Struktur dievaluasi pada kondisi dimana target perpindahan tercapai. Kriteria evaluasi kinerja didasarkan pada gaya dan deformasi yang terjadi. Level kinerja bangunan terhadap gempa mengacu pada perilaku kurva pushover (Gambar 6) yang diidealisasi adalah titik pada kurva sebagai berikut

:A: Origin Point (titik awal), B: Yield Point (titik leleh), IO:Immediate Occupancy(penggunaan sedang), LS: Life Safety(aman untuk dihuni), CP: Collapse Prevention (pencegahan keruntuhan), C: Ultimate Point (titik batas), D: Residual Point (titik sisa), dan E: Failure Point (titik keruntuhan).

(a) SRPM (b) SRBE L/H=1,25 (c) SRBE L/H=1,50 (d) SRBE L/H=1,75 (e)SRBE RIGID Gambar 7 Sendi Plastis pada kondisi batas masing-masing model struktur

Sumber : Hasil analisis (2014)

Pada model SRPM, kelelehan pertama kali terjadi pada balok lantai 3 step 3, dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 3841,118 KN dan 442,583 mm. Pada kondisi batas, sebagian

(12)

JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPILA SCIENTIFIC JOURNALOF CIVIL ENGINEERING • Vol. 19 No. 1 • Januari 2015 ISSN : 1411 – 1292

dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 5975,725 KN dan 1328,93 mm. Dari penyebaran sendi plastis pada elemen struktur, terlihat pola keruntuhan model SRPM sesuai dengan konsep balok lemah kolom kuat, dimana sendi – sendi plastis terbentuk pada balok-balok dari struktur bangunan, akibat penggunaan kolom – kolom yang kuat

.

Pada model SRBE L/H=1,25 kondisi leleh pertama kali terjadi pada elemen link lantai 3 step 5 dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 3652,616 KN dan 319,509 mm. Pada kondisi batas, elemen link lantai 3 telah mencapai level kinerja D (titik sisa) sedangkan elemen struktur balok dan kolom belum terjadi sendi plastis sama sekali dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 4583,388 KN dan 401,817 mm. Dari penyebaran sendi plastis pada elemen struktur, terlihat pola keruntuhan model SRBE L/H=1,25 sesuai dengan pola perilaku keruntuhan untuk struktur SRBE, dimanan diharapkan kerusakan pertama terjadi pada elemen link, untuk menjaga agar tidak terjadinya kegagalan pada elemen bresing, balok, maupun kolom. Dengan rusaknya link akibat beban gempa ini, penggunaan struktur SRBE menjadi lebih ekonomis, karena apabila link yang telah rusak dapat diganti tanpa mengganti komponen struktur lainnya (balok, kolom, bresing) yang masih tetap elastik memikul beban gravitasi.

Pada SRBE L/H=1,50 kondisi leleh pertama kali terjadi pada elemen link lantai 2 step dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 4987,957 KN dan 323,691 mm. Pada kondisi batas, elemen link lantai 2 telah mencapai level kinerja D (titik sisa), sedangkan elemen

struktur balok belum terjadi sendi plastis sama sekali. Pada kolom lantai 1 elemen struktur telah mencapai level kinerja IO (penggunaan sedang)pada bagian dasar, dan level kinerja B (titik leleh), sehingga hal ini tidak sesuai dengan pola perilaku keruntuhan yang diharapkan untuk struktur SRBE, dengan gaya geser dasar dan perpindahan maksimal yang terjadi sebesar 6248,064 KN dan 408,485mm.

Pada SRBE L/H=1,75 kondisi leleh pertama kali terjadi pada elemen link lantai 3 step 5 dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 6089,765 KN dan 286,859 mm. Pada kondisi batas, elemen link lantai 3 telah mencapai level kinerja D (titik sisa), sedangkan elemen struktur balok belum terjadi sendi plastis sama sekali. Pada kolom lantai 1 elemen struktur telah mencapai level kinerja LS (aman untuk dihuni), sehingga hal ini tidak sesuai dengan pola perilaku keruntuhan yang diharapkan untuk struktur SRBE, dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 7631,114 KN dan 363,771 mm.

Model SRBE RIGID menunjukan kinerja struktur telah mencapai E (titik keruntuhan), dengan kondisi leleh pertama kali terjadi pada elemen link lantai 2 step dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 5836,042 KN dan 241,013 mm. Pada kondisi batas, elemen link lantai 2 telah mencapai level kinerja D (titik sisa), sedangkan elemen struktur balok kolom, dan bresing belum terjadi sendi plastis sama sekali. Hal ini sesuai dengan pola perilaku keruntuhan yang diharapkan untuk struktur SRBE, dengan gaya geser dasar dan perpindahan maksimal yang terjadi sebesar 7323,286 KN dan 303,044 mm.

Tabel 4 Jumlah terjadinya sendi plastis masing-masing model struktur

Model Kondisi BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE BeyondE SRPM

Titik Leleh

2 0 0 0 0 0 0

SRBE L/H=1,25 2 0 0 0 0 0 0

SRBE L/H=1,50 2 0 0 0 0 0 0

SRBE L/H=1,75 1 0 0 0 0 0 0

SRBE RIGID 2 0 0 0 0 0 0

SRPM

Titik Batas

644 31 118 49 29 19 0

SRBE L/H=1,25 0 6 2 0 2 0 0

SRBE L/H=1,50 2 8 2 0 2 0 0

SRBE L/H=1,75 2 4 7 0 1 0 0

SRBE RIGID 0 4 2 0 2 0 0

Sumber :Hasil analisis (2014)

Tabel 4 menunjukkan jumlah sendi plastis elemen struktur yang terjadi saat kelelehan pertama kali terjadi (titik leleh) dan ambang batas keruntuhan (titik batas). Pada tabel tersebut, model SRBE L/H=1,75 terjadi sendi plastis yang paling sedikit pada saat mencapai kelelehan pertama kali

(13)

Perbandingan berat total struktur baja masing- masing model struktur dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 5 Berat total masing-masing model struktur

Model SRPM SRBE L/H=1,25 SRBE L/H=1,50 SRBE L/H=1,75 SRBE RIGID

Berat Total (Ton) 255,51 270,79 271,30 284,48 271,30

Prosentase 100,00% 105,98% 106,18% 111,34% 106,18% Sumber :Hasil analisis (2014)

Tabel 5 menunjukkan perbandingan berat total struktur dari masing-masing model. Model SRBE L/H=1,75 memiliki total berat yang paling besar dibandingkan dengan model lainnya, jika dibandingkan dengan model SRPM, model SRBE L/H=1,25 memiliki prosentase berat 5,98% lebih berat, SRBE L/H=1,50 dan SRBE RIGID memiliki prosentase berat 6,18% lebih berat, dan SRBE L/H=1,75 memiliki prosentase berat 11,34% lebih berat. Hal itu disebabkan karena adanya penambahan bresing pada model SRBE serta perbedaan dimensi balok dan kolom yang digunakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini membandingkan hasil analisis statik linear dan pushover pada Struktur Rangka Pemikul Momen (SRPM) dengan sambungan kaku, dan Struktur Rangka Bresing Eksentris (SRBE) dengan sambungan sederhana dengan variasi L/H yaitu SRBE L/H=1,25 , SRBE L/H=1,50 , SRBE L/H=1,75 , dan model SRBE dengan sambungan kaku (rigid).

Dari hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa SRBE dengan L/H=1,75 memiliki kekakuan dan gaya geser dasar maksimal yang paling besar dibandingkan dengan struktur lainnya. Namun dilihat dari mekanisme terjadinya sendi plastis, SRBE dengan L/H=1,75 tidak menunjukkan mekanisme keruntuhan yang baik dimana terjadi sendi plastis pada kolom lantai dasar bagian atas. SRBE L/H=1,75 juga memiliki berat total struktur 11,34% lebih besar dibandingkan SRPM, sehingga menjadi salah satu kekurangan struktur tersebut.

Penggunaan sambungan kaku pada model struktur terbukti menghasilkan struktur yang lebih kaku dibandingkan dengan struktur sederhana, namun perbedaan simpangan dan gaya geser dasar tersebut tidak signifikan.

Saran

1. Dalam perencanaan suatu gedung struktur baja 10 lantai dengan bresing V-terbalik, sebaiknya digunakan pemilihan Struktur Rangka Bresing Eksentris (SRBE) dengan rasio L/H lebih besar

dari 1,25 karena memiliki gaya geser dasar yang lebih besar dibandingkan SRPM.

2. Diperlukan adanya program bantu yang bisa mendefinisikan elemen link sebagai sendi plastis, sehingga dapat memberikan perilaku yang medekati kenyataan.

3. Sehubungan peningkatan rasio L/H masih menunjukkan peningkatan kekakuan dan gaya geser dasar, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga didapatkan ratio L/H yang optimal

DAFTAR PUSTAKA

AISC, INC. 2002.Seismic Provisions for Structural Steel Buildings. Chicago: AISC.

BSN. 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

BSN. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Computers and Structures, Inc. 2009. Analysis Reference Manuals. 1995 University Avenue Berkeley, California 94704 USA

Dep. Pekerjaan Umum 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI (SNI 03-1729-2002).

Dewobroto, W. 2005.Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa dengan Analisis Pushover. Semarang: Unika Soegijapranata

Dwitama, A. 2013.Analisis Pushover Struktur Rangka Bresing V-Terbalik Eksentris Dengan Panjang Link Bervariasi. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, 2013).

FEMA. 2000. Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Buildings (FEMA 356). Washington, D.C: Federal Emergency Management Agency.

Moestopo, M., Yudi, H., & Ben, B. N. (2009). Kajian Kinerja Link Yang Dapat Diganti Pada Struktur Rangka Baja Berpengaku Eksentrik Tipe Split-K. 1-12.

(14)

Turnitin Originality Report analisis perilaku by Angga Pradana From paper (Jurnal)

 Processed on 29-Jan-2016 21:03 WIB  ID: 625361196

 Word Count: 4021

Similarity Index 13%

Similarity by Source Internet Sources:

12% Publications:

2% Student Papers:

4%

sources:

1

5% match (Internet from 23-Feb-2014)

http://wiryanto.files.wordpress.com/2009/08/21-muslinang-moestopo-yudi-herdiansah-ben-navarro-mak.pdf

2

2% match (Internet from 16-Feb-2011) http://staff.unud.ac.id/~arya_thanaya/?p=92

3

1% match (student papers from 06-Jan-2016) Submitted to Udayana University on 2016-01-06

4

1% match (Internet from 08-Jan-2016)

http://www.readbag.com/sipil-uph-tripod-wiryanto-di-soegijapranata

5

1% match (Internet from 08-Jan-2016)

(15)

1% match (Internet from 03-Dec-2015)

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jieits/article/download/5093/3880

7

1% match (Internet from 17-Nov-2014)

http://atpw.files.wordpress.com/2013/03/a-struktur.pdf

8

< 1% match (Internet from 19-Jun-2011)

http://dsd.utcb.ro/teze/pdf/rez_voiculescuemil.pdf

9

< 1% match (Internet from 22-Dec-2015)

http://eprints.undip.ac.id/34398/5/2147_chapter_II.pdf

10

< 1% match (Internet from 07-Jul-2015)

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-28414-3107100117-paper-leksono.pdf

11

< 1% match (Internet from 18-Jun-2014)

http://eprints.unika.ac.id/784/1/01.12.0024_Cecilia_Pertiwi_R.A_%2B_01.12.0038_Winduwati.pdf

12

< 1% match (Internet from 27-Feb-2013)

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-12533-Bibliography.pdf

13

< 1% match (Internet from 26-Jun-2015)

http://skripsibagus.com/sipil/kumpulan-623-contoh-judul-skripsi-teknik-sipil-terbaik

14

< 1% match (Internet from 03-Apr-2010)

http://wwwcivil.eng.buffalo.edu/~bruneau/ASCE%202008a%20Berman%20Bruneau.pdf

15

(16)

http://www.dist.unina.it/doc/tesidott/PhD2009.Elefante.pdf

16

< 1% match (Internet from 10-Jun-2015)

http://library.um.ac.id/free-contents/new-karyailmiah/index.php/231.php

paper text:

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING EKSENTRIS V-TERBALIK

DENGAN L/H BERVARIASI A.A. Ngurah Agung Angga Pradhana1, Made Sukrawa2, Ida Bagus

Dharma Giri2 1Alumni 6

Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar

2Dosen

Teknik

Sipil, Universitas Udayana, Denpasar e-mail:

angga.pradhana

@gmail.com

Abstrak:

Penelitian tentang perilaku dan kinerja struktur rangka bresing eksentris (SRBE)

V-terbalik dengan L/H bervariasi dilakukan dengan memodel struktur gedung 10 lantai dalam

SAP2000. Model dibuat dengan Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dengan sambungan kaku,

model SRBE dengan L/H bervariasi dari 1,25, 1,50, dan 1,75 dengan sambungan sederhana, dan

model SRBE dengan sambungan kaku. Kelima model struktur dibebani dan dirancang berdasarkan

pedoman perencanaan SNI Baja 03-1729-2002.Setelah model struktur memenuhi ketentuan SNI

terhadap kekakuan dan kekuatan, kemudian dilakukan analisis pushover untuk mendapatkan kinerja

dari model struktur.Perhatian khusus ditujukan pada SRBE untuk mengetahui pengaruh variasi L/H

terhadap perilaku dan kinerja struktur. Dari penelitian ini didapatkan struktur SRBE L/H=1,75

memiliki kekakuan dan gaya geser dasar maksimal yang paling besar dibandingkan dengan struktur

lainnya. Hal tersebut menunjukkan peningkatan L/H pada SRBE tipe V- terbalik, terbukti dapat

meningkatkan kekakuan struktur, namun dilihat dari mekanisme terjadinya sendi plastis, SRBE

L/H=1,75 tidak menunjukkan mekanisme keruntuhan yang baik, dimana terjadi sendi plastis pada

kolom lantai dasar bagian atas. SRBE L/H=1,75 juga memiliki berat total struktur 11,34% lebih besar

dibandingkan SRPM, sehingga menjadi kekurangan struktur tersebut. Penggunaan sambungan

kaku pada struktur dapat meningkatkan kekakuan struktur, namun peningkatan kekakuan struktur

tidak signifikan. Kata kunci: rangka baja, rangka bresing, kekakuan, kinerja, analisis pushover.

BEHAVIOR AND PERFORMANCE ANALYSIS OF INVERTED-V ECCENTRICALLY BRACED

FRAMES WITH VARIATION OF L/H Abstract: Research of behavior and performance of inverted V

eccentrically braced frame (EBF) with variation of L/H conducted with modeling 10-story building in

(17)

rigid connections. All models of the structure are loaded and designed in accordance guidelines SNI

03-1729-2002. Once the model qualifySNI criteria of stiffness and strength, then perform pushover

analysis to obtain the performance of the model. Special attention is aimed to EBF to determine the

effect of variations of L/H on the behavior and performance of the structure. From this study,EBF L/H

= 1.75 has stiffness and maximum base shear force is larger than other structures. This shows an

increase in the L / H on inverted V EBF, shown to increase stiffness of the structure, but from plastic

hinge mechanism, EBF L/H = 1.75 does not show a good collapse mechanism, which occurs plastic

hinge in the upper joint on lowest column. EBF L/H = 1.75 also has a 11.34% greater of total weight

than SMF, so that the structure becomes deficient. The use of rigid connections on the structure can

increase the structural rigidity, but 15

there is

not

significant increase in the

stiffness

of

the

structure. Keywords: steel frame, braced frame, rigidity, performance level, pushover

analysis PENDAHULUAN Salah satu bentuk struktur yang mampu menahan gaya lateral akibat

gempa pada gedung tinggi, adalah penambahan pengaku lateral (bracing) pada elemen struktur

rangka. Sistem struktur seperti ini sering disebut dengan Sistem Rangka Bresing (SRB), konfigurasi

umum yang digunakan untuk sistem tersebut, yaitu Sistem Rangka Bresing Konsentris (SRBK), dan

Sistem Rangka Bresing Eksentris (SRBE). SRBE telah dikenal memiliki kelebihan dibandingkan

dengan SRBK. SRBE memiliki tingkat 1

daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan

SRBK,

dikarenakan

peran bresing sebagai pengaku dan link yang daktail sebagai

penyerap energi gempa yang efektif, secara bersama

sama meningkatkan

kemampuan

SRBE sebagai struktur baja tahan gempa.

Penelitian tentang analisis

pushover SRBE v- terbalik dengan panjang link bervariasi menunjukkan bahwa diantara struktur

SRBE dan SRBK, struktur SRBE dengan link sepanjang 0,3m memiliki kinerja yang paling baik

(Dwitama, 2013). Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Moestopo, et al, (2009)

menunjukkan bahwa pada SRBE dengan 1

panjang link yang sama, peningkatan

(18)

L/H artinya,

plastisifikasi

atau kelelehan Link akan terjadi pada tingkat

pembebanan lateral yang lebih tinggi untuk struktur yang tidak langsing (L/H

yang besar).

Namun demikian perlu dicermati juga perilaku dan kinerja struktur dalam

menerima beban gempa, Karena belum tentu memenuhi kinerja struktur yang diharapkan.Maka dari

itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai kinerja Struktur Bresing Eksentrik dengan panjang

link tetap dan berbagai ukuran panjang bentang (L) dengan tinggi (H), sebagai pembanding

dimodelkan juga Struktur Rangka Pemikul Momen (SRPM). Dalam studi ini, dikaji perilaku dan

kinerja dari SRBE pada gedung fiktif dengan kelas situs D. Gedung dimodel dengan ketinggian 10

lantai, dimana tinggi antar lantainya (H) sebesar 4 m, dengan panjang balok yang divariasikan dan

panjang link tetap dengan tipe sambungan sederhana (flexible). Sebagai pembanding, dimodelkan

juga Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan SRBE dengan tipe sambungan kaku

(rigid). MATERI DAN METODE Perilaku keruntuhan struktur akibat beban lateral dapat diketahui

melalui analisis statik pushover 4

dengan memberikan suatu pola beban lateral

sesuai

moda

struktur, yang kemudian secara bertahap

beban lateral

ditingkatkan sampai

target perpindahan lateral dari suatu titik acuan tercapai.

Dari analisis ini dihasilkan

10

kurva pushover, yang menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar (V)

dan

perpindahan titik acuan (D).

Sebelum analisis

pushover

dilakukan kelima struktur

dimodel, dibebani, dan dianalisis untuk memenuhi semua kriteria perencanaan menurut SNI baja

2002 (DPU, 2002). Dimensi elemen struktur ditetapkan sedemikian rupa sehingga memenuhi

ketentuan rasio tegangan maksimum kurang dari 1. Dengan demikian diperoleh lima model struktur

yang sebanding untuk dibandingkan kinerjanya melalui analisis statik pushover. Untuk memperoleh

kinerja struktur yang lebih baik maka dilakukan penyesuaian dimensi beberapa elemen struktur agar

kelelehan pertama kali terjadi pada elemen link pada SRBE. Menurut FEMA 273 (1997) kinerja

struktur (primary, P dan secondary, S) dapat dijelaskan dengan Gambar 1.Level kinerja

(performance level) dibedakan atas Immediate Occupancy(IO) atau segera dapat dihuni, Life Safety

(19)

runtuh atau Collapse (C), titik residu atau Residual point (D), dan titik gagal atauFailure Point (E)

yang selanjutnya digunakan dalam mengevaluasi kinerja masing-masing struktur. Gambar 1 Kinerja

struktur terhadap gaya geser danPerpindahan Sumber : FEMA (2000) Penentuan sendi plastis pada

masing-masing elemen struktur pada SAP2000merujuk pada tabel 5-6 FEMA 356 (FEMA,

2000).Dalam hal 5

ini, elemen kolom menggunakan tipe sendi default- PMM

untuk

hubungan gaya aksial dengan momen. 5

Untuk elemen balok menggunakan tipe sendi

default-M3

dan default-V2 karena 5

balok efektif menahan momen dalam arah

sumbu kuat (sumbu-3),

dan efektif menahan gaya geser pada sumbu 2. Perilaku nonlinier

elemen bresing dimodel dengan anggapan sendi platis terjadi di tengah-tengah bentang. Penentuan

sendi plastis pada balok link dilakukan secara manual berdasarkan tabel 5-6 FEMA 356 (FEMA,

2000). Obyek analisis dalam penelitian ini menggunakan struktur rangka baja beraturan 10 lantai

dengan denah seperti Gambar 2 dengan model Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dengan

sambungan kaku, model SRBE dengan L/H bervariasi dari 1,25, 1,50, dan 1,75 dengan sambungan

sederhana, dan model SRBE dengan sambungan kaku. Gambar 2 Denah struktur Sumber :Hasil

analisis (2014) JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPIL • A SCIENTIFIC JOURNAL OF CIVIL

ENGINEERING • Vol. 19 No. 1 • Januari 2015 ISSN : 1411 – 1292 Panjang link yang digunakan

0,3m untuk SRBE, tinggi antar lantai 4 m dengan tinggi total 40 m.Pada model SRPM hubungan

balok kolom dirancang sebagai sambungan kaku, sedangkan pada model rangka bresing, tiga

model dirancang dengan sambungan sederhana, dan satu model dengan sambungan kaku.

Komponen struktur kolom dan balok menggunakan baja WF dengan fy 250 MPa, fu 410 MPa, dan E

200.000 MPa Beban yang bekerja pada struktur meliputi berat sendiri struktur dihitung otomatis

dengan program SAP2000, 3

beban mati tambahan sebesar

121

Kg/m2 pada

atap,

dan

145

Kg/m2 pada

lantai, serta

beban hidup

sebesar 100 3

Kg/m2 pada

atap

dan

250

Kg/m2 pada

lantai.

Beban gempa

direncanakan menggunakan metode statik ekivalen

mengacu pada SNI 03-1729-2012 sesuai daerah Denpasar dengan jenis tanah sedang (kelas situs

(20)

0 0 4 164592 931072,95 1731 8 164592 2214477,16 4116 12 164592 3676082,76 6833 16 164592

5266944,00 9791 20 164592 6961394,04 12940 24 164592 8743247,55 16252 28 164592

10601230,12 19706 32 164592 12526974,56 23286 36 164592 14513990,97 26979 40 126684

12743735,73 23689 Jumlah 1.608.012 78179149,83 145324,08 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis struktur baja bangunan bertingkat dari gedung 10 lantai,bangunan bertingkat struktur baja

ini dimodel 13

sebagai Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus

(SRPM),

dan Sistem

Rangka

Bresing Eksentris (SRBE), SRPM dimodel dengan menggunakan tipe sambungan

kaku (rigid), 3 model SRBE dengan tipe sambungan sederhana (flexible), dan 1 model SRBE

dengan tipe sambungan kaku. didapatkan dimensi struktur sebagai berikut. ? Gambar 3Sressratio

struktur 10 lantai dengan SRPM, dan SRBE L/H=1,25 ? Gambar 4Stressratio struktur 10 lantai

dengan SRBE 1

L/H=1,50,

SRBE

L/H=1,75,

dan SRBE RIGID Sumber :Hasil analisis (2014)

Gambar 3dan Gambar 4 menunjukkan stressratio (SR) hasil desain profil SRPM, dan SRBE yang

sudah memenuhi persyaratan kekuatan struktur yaitu dengan nilai SR ? 1,00. Perhatian khusus

diberikan pada model SRPM, SRBE Tabel 2 SR rata – rata model Struktur pada portal tepi

L/H=1,50dengan sambungan sederhana dan SRBE dengan sambungan kaku, untuk mendapatkan

perilaku struktur akibat penambahan bresing dan penggunaan jenis sambungan pada model

struktur, seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Elemen Struktur Model Jenis Sambungan ?????? SRPM

Rigid 0,621 Kolom SRBE RIGID Rigid 0,556 SRBE L/H=1,50 Flexible 0,561 SRPM Rigid 0,602

Balok SRBE RIGID Rigid 0,646 SRBE L/H=1,50 Flexible 0,753 SRPM Rigid - Bresing SRBE RIGID

Rigid 0,302 SRBE L/H=1,50 Flexible 0,382 Sumber :Hasil analisis (2014) Tabel 2 menunjukkan SR

rata-rata pada portal tepi yang ada bresingnya dari tiga buah model struktur, dua model struktur

yang lain tidak ditinjau karena adanya perbedaan bentang balok dan jenis profil yang digunakan.

Pada Tabel 2 terlihat SRBE dengan sambungan kaku (rigid) memiliki rata – rata SR yang lebih kecil

pada semua elemen struktur jika dibandingkan dengan SRBE dengan sambungan sederhana

(flexible).Hal tersebut menunjukkan penggunaan sambungan kaku memiliki kekuatan lebih besar

dibandingkan dengan penggunaan sambungan sederhana ditinjau dari SR model struktur. JURNAL

ILMIAH TEKNIK SIPIL • A SCIENTIFIC JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING • Vol. 19 No. 1 •

Januari 2015 ISSN : 1411 – 1292 Elevasi?(m) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0 25 50 75 100 125 150

175 200 225 250 Simpangan?(mm) SRPM SRBE 1

L/H=1,25

SRBE

L/H=1,50

SRBE
(21)

bahwa SRBE simpangan yang lebih besar dibandingkan SRBE, dengan tipe sambungan kaku (rigid)

memiliki hal tersebut dikarenakan efek penambahan bresing simpangan yang lebih kecil

dibandingkan dengan pada struktur SRBE, sehingga memberikan SRBE tipe sambungan sendi

(flexible). Hal tersebut kekakuan yang lebih besar. SRBE L/H=1,75 menunjukkan penggunaan

sambungan kaku pada memiliki simpangan struktur terkecil dibandingkan struktur dapat

meningkatkan kekakuan struktur, dengan SRBE L/H=1,50 dan SRBE L/H=1,25. Hal namun dari

Gambar 5, peningkatan kekakuan tersebut menunjukkan peningkatan rasio L/H pada struktur tidak

signifikan. SRBE V-terbalik dapat meningkatkan kekakuan 9000 8000 Gaya?Geser?dasar?(KN)

7000 SRPM 6000 SRBE 1

L/H=1,25

5000 SRBE

L/H=1,50

4000 SRBE

L/H=1,75

3000

SRBE RIGID 2000 Titik Leleh 1000 Titik Batas 0 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Perpindahan?(mm) Gambar 6 Kurva Pushover kelima model struktur Sumber :Hasil analisis (2014)

Dari Gambar 6 terlihat perbedaan kurva dibandingkan dengan yang lain, dan SRBE pushover dari

kelima model yang ditinjau beserta L/H=1,75 memiliki gayageserdasar maksimal yang titik leleh dan

titik batas masing-masing model. lebih besar dalam menahan beban gempa Titik leleh merupakan

kondisi dimana struktur dibandingkan dengan model lain Besarnya gaya mengalami kelelehan

pertama kali, sedangkan titik geser dasar ultimite dan perpindahannya pada kurva batas merupakan

kondisi saat struktur mencapai pushover model SRPM adalah 5975,72 KN dan gaya geser dasar

maksimalnya. Kurva pushover 1328 mm, model SRBE L/H=1,25 adalah 4583,39 untuk SRPM

memlikiki kekakuan yang terkecil KN dan 401,82 mm, model SRBE L/H=1,50 adalah 6248,06 KN

dan 408,49 mm, model SRBE L/H=1,75 adalah 7631,11 KN dan 363,77 mm, dan model SRBE

RIGID adalah 7323,286 KN dan 303,044 mm. Gambar 6 juga menunjukkan penggunaan

sambungan kaku tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap gaya geser dasar dan

perpindahan pada kurva kapasitas pushover dibandingkan struktur dengan sambungan sederhana.

Dua metode yang digunakan untuk menentukan target perpindahan 4

yaitu metode

koefisien perpindahan (FEMA

356)

dan metode

capacity spectrum

(ATC 40).

Metode koefisien perpindahan

(FEMA

356) dimulai dengan menentukan faktor koefisien C0, C1, C2, dan C3 dari tabel FEMA 356. Nilai target perpindahan ?t, juga tergantung dari akselerasi respons

spectrum (Sa), waktu getar alami Tabel 3 Nilai parameter target perpindahan efektif (Te) dan

gravitasi (g) sesuai persamaan berikut. ?t ?C0C1C2C3Sa???2T?e ??2g ? (1) Performance point

(22)

SAP 2000. Performance point diperoleh dengan mengkonversi kurva kapasitas dan kurva demand

respons spectrum ke dalam format ADRS (acceleration displacement response spectrum). Nilai Ca

(percepatan puncak muka tanah) dan Cv (Faktor respon gempa pada spektrum respon gempa

rencana) digunakan 0,32 dan 0,5 sesuai dengan SNI 03-1726-2002. Metode Parameter SRPM

SRBE 1

L/H=1,25

SRBE

L/H=1,50

SRBE

L/H=1,75

SRBE RIGID FEMA 356 ?t (mm) 552,65

439,48 399,69 345,00 317,56 Vt (KN) 4622,31 1472,26 6130,68 7255,62 5.523,34 ATC-40 ?t (mm)

440,396 289,822 251,374 217,069 256,953 Vt (KN) 3822,139 3313,236 3873,575 4608,183 6218,21

Sumber :Hasil analisis (2014) :A: Origin Point (titik awal), B: Yield Point (titik Struktur dievaluasi pada

kondisi dimana target leleh), IO:Immediate Occupancy(penggunaan perpindahan tercapai. Kriteria

evaluasi kinerja sedang), LS: Life Safety(aman untuk dihuni), CP: didasarkan pada gaya dan

deformasi yang terjadi. Collapse Prevention (pencegahan keruntuhan), C: Level kinerja bangunan

terhadap gempa mengacu Ultimate Point (titik batas), D: Residual Point (titik pada perilaku kurva

pushover (Gambar 6) yang sisa), dan E: Failure Point (titik keruntuhan). diidealisasi adalah titik pada

kurva sebagai berikut (a) SRPM (b) SRBE (c) SRBE (d) SRBE 1

L/H=1,25 L/H=1,50

L/H=1,75 Gambar 7

Sendi Plastis pada kondisi batas masing-masing model struktur Sumber

: Hasil analisis (2014) Pada model SRPM, kelelehan pertama kali terjadi pada balok lantai 3 step 3,

dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 3841,118 KN dan 442,583 mm.

Pada kondisi batas, sebagian (e)SRBE RIGID besar elemen struktur balok telah mencapai level

kinerja CP (pencegahan keruntuhan). Sedangkan elemen kolom, sebagian besar telah mencapai

level kinerja IO (penggunaan sedang) dengan gaya geser JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPIL • A SCIENTIFIC JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING • Vol. 19 No. 1 • Januari 2015 ISSN : 1411 –

1292 dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 5975,725 KN dan 1328,93 mm. Dari penyebaran

sendi plastis pada elemen struktur, terlihat pola keruntuhan model SRPM sesuai dengan konsep

balok lemah kolom kuat, dimana 9

sendi

sendi plastis terbentuk pada balok-balok

dari struktur bangunan, akibat penggunaan kolom

kolom yang kuat.

Pada model

SRBE L/H=1,25 kondisi leleh pertama kali terjadi pada elemen link lantai 3 step 5 dengan gaya

geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 3652,616 KN dan 319,509 mm. Pada kondisi

batas, elemen link lantai 3 telah mencapai level kinerja D (titik sisa) sedangkan elemen struktur

balok dan kolom belum terjadi sendi plastis sama sekali dengan gaya geser dasar dan perpindahan

(23)

untuk struktur SRBE, dimanan diharapkan kerusakan pertama terjadi pada elemen link, untuk

menjaga agar tidak terjadinya kegagalan pada elemen bresing, balok, maupun kolom. Dengan

rusaknya link akibat beban gempa ini, penggunaan struktur SRBE 1

menjadi lebih

ekonomis,

karena

apabila link yang telah rusak dapat diganti tanpa mengganti

komponen struktur lainnya (balok, kolom, bresing) yang masih tetap elastik

memikul beban gravitasi. Pada

SRBE L/H=1,50 kondisi leleh pertama kali terjadi pada

elemen link lantai 2 step dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 4987,957

KN dan 323,691 mm. Pada kondisi batas, elemen link lantai 2 telah mencapai level kinerja D (titik

sisa), sedangkan elemen struktur balok belum terjadi sendi plastis sama sekali. Pada kolom lantai 1

elemen struktur telah mencapai level kinerja IO (penggunaan sedang)pada bagian dasar, dan level

kinerja B (titik leleh), sehingga hal ini tidak sesuai dengan pola perilaku keruntuhan yang diharapkan

untuk struktur SRBE, dengan gaya geser dasar dan perpindahan maksimal yang terjadi sebesar

6248,064 KN dan 408,485mm. Pada SRBE L/H=1,75 kondisi leleh pertama kali terjadi pada elemen

link lantai 3 step 5 dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi sebesar 6089,765 KN

dan 286,859 mm. Pada kondisi batas, elemen link lantai 3 telah mencapai level kinerja D (titik sisa),

sedangkan elemen struktur balok belum terjadi sendi plastis sama sekali. Pada kolom lantai 1

elemen struktur telah mencapai level kinerja LS (aman untuk dihuni), sehingga hal ini tidak sesuai

dengan pola perilaku keruntuhan yang diharapkan untuk struktur SRBE, dengan gaya geser dasar

dan perpindahan yang terjadi sebesar 7631,114 KN dan 363,771 mm. Model SRBE RIGID

menunjukan kinerja struktur telah mencapai E (titik keruntuhan), dengan kondisi leleh pertama kali

terjadi pada elemen link lantai 2 step dengan gaya geser dasar dan perpindahan yang terjadi

sebesar 5836,042 KN dan 241,013 mm. Pada kondisi batas, elemen link lantai 2 telah mencapai

level kinerja D (titik sisa), sedangkan elemen struktur balok kolom, dan bresing belum terjadi sendi

plastis sama sekali. Hal ini sesuai dengan pola perilaku keruntuhan yang diharapkan untuk struktur

SRBE, dengan gaya geser dasar dan perpindahan maksimal yang terjadi sebesar 7323,286 KN dan

303,044 mm. Tabel 4 Jumlah terjadinya sendi plastis masing-m asing model st ruktur Model Kondisi

BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE BeyondE SRPM 2 0 0 0 0 0 0 SRBE L/H=1,25 Titik 2 0 0 0

0 0 0 SRBE L/H=1,50 Leleh 2 0 0 0 0 0 0 SRBE L/H=1,75 1 0 0 0 0 0 0 SRBE RIGID 2 0 0 0 0 0 0

SRPM 644 31 118 49 29 19 0 SRBE L/H=1,25 Titik 0 6 2 0 2 0 0 SRBE L/H=1,50 Batas 2 8 2 0 2 0 0

(24)

menunjukkan jumlah sendi plastis elemen struktur yang terjadi saat kelelehan pertama kali terjadi

(titik leleh) dan ambang batas keruntuhan (titik batas). Pada tabel tersebut, model SRBE L/H=1,75

terjadi sendi plastis yang paling sedikit pada saat mencapai kelelehan pertama kali dibandingkan

dengan ketiga model lainnya. Saat model mencapai ambang batas keruntuhan, model SRBE RIGID

mengalami sendi plastis yang paling sedikit, sedangkan SRBE L/H=1,25 mengalami sendi plastis

lebih sedikit dibandingkan SRBE dengan sambungan sederhana yang lain. Perbandingan berat total

struktur baja masing model struktur dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 5 Berat total

masing-masing mod el struktur Model SRPM SRBE 1

L/H=1,25

SRBE

L/H=1,50

SRBE

L/H=1,75

SRBE RIGID Berat Total (Ton) 255,51 270,79 271,30 284,48 271,30 Prosentase 100,00% 105,98%

106,18% 111,34% 106,18% Sumber :Hasil analisis (2014) Tabel 5 menunjukkan perbandingan berat

total struktur dari masing-masing model. Model SRBE L/H=1,75 memiliki total berat yang paling

besar dibandingkan dengan model lainnya, jika dibandingkan dengan model SRPM, model SRBE

L/H=1,25 memiliki prosentase berat 5,98% lebih berat, SRBE L/H=1,50 dan SRBE RIGID memiliki

prosentase berat 6,18% lebih berat, dan SRBE L/H=1,75 memiliki prosentase berat 11,34% lebih

berat. Hal itu disebabkan karena adanya penambahan bresing pada model SRBE serta perbedaan

dimensi balok dan kolom yang digunakan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini

membandingkan hasil analisis statik linear dan pushover pada Struktur Rangka Pemikul Momen

(SRPM) dengan sambungan kaku, dan Struktur Rangka Bresing Eksentris (SRBE) dengan

sambungan sederhana dengan variasi L/H yaitu SRBE 1

L/H=1,25

, SRBE

L/H=1,50

, SRBE

L/H=1,75

, dan model SRBE dengan sambungan kaku (rigid). 16

Dari hasil analisis

dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

SRBE dengan L/H=1,75 memiliki kekakuan

dan gaya geser dasar maksimal yang paling besar dibandingkan dengan struktur lainnya. Namun

dilihat dari mekanisme terjadinya sendi plastis, SRBE dengan L/H=1,75 tidak menunjukkan

mekanisme keruntuhan yang baik dimana terjadi sendi plastis pada kolom lantai dasar bagian atas.

SRBE L/H=1,75 juga memiliki berat total struktur 11,34% lebih besar dibandingkan SRPM, sehingga

menjadi salah satu kekurangan struktur tersebut. Penggunaan sambungan kaku pada model

struktur terbukti menghasilkan struktur yang lebih kaku dibandingkan dengan struktur sederhana,

namun perbedaan simpangan dan gaya geser dasar tersebut tidak signifikan. Saran 1. Dalam

perencanaan suatu gedung struktur baja 10 lantai dengan bresing V-terbalik, sebaiknya digunakan

pemilihan Struktur Rangka Bresing Eksentris (SRBE) dengan rasio L/H lebih besar 2. 3. dari 1,25

(25)

memberikan perilaku yang medekati kenyataan. Sehubungan peningkatan rasio L/H masih

menunjukkan peningkatan kekakuan dan gaya geser dasar, maka perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut sehingga didapatkan ratio L/H yang optimal DAFTAR PUSTAKA AISC, INC.

14

2002.Seismic Provisions for Structural Steel Buildings. Chicago: AISC.

BSN.

2002. Standar 7

Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk

Struktur

Bangunan Gedung

(SNI 03-1726-2002). Badan Standardisasi Nasional.

Jakarta. BSN. 2012.

Tata Cara

Perencanaan

Ketahanan Gempa Untuk

Struktur Bangunan Gedung

dan Non Gedung

(SNI 03-

1726-2012).

Badan Standardisasi Nasional.

Jakarta. Computers and Structures,

Inc. 2009. Analysis Reference Manuals. 1995 University Avenue Berkeley, California 94704 USA

Dep. 11

Pekerjaan Umum 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk

Bangunan Gedung SNI

(SNI 03-1729-2002). 12

Dewobroto, W. 2005.Evaluasi

Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa dengan

Analisis

Pushover.

Semarang: Unika

Soegijapranata Dwitama, 3

A. 2013.Analisis Pushover Struktur Rangka Bresing

V-Terbalik

Eksentris

Dengan Panjang Link Bervariasi.

6

(Tugas Akhir yang tidak

dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana,

2013). 8

FEMA.

2000. Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Buildings

(FEMA 356). Washington, D.C: Federal Emergency Management Agency.

(26)

Pada Struktur Rangka Baja Berpengaku Eksentrik Tipe Split-K.

1-12. Tumilar, S.

2013. Perencanaan Struktur Beton akibat gempa menurut SNI 1726-2012 dibandingkan dengan SNI

03-1726-2002.Prosiding Shortcourse HAKI.14 Desember 2013, Hotel The Atanaya, Denpasar, 2013.

Analisis Perilaku Dan Kinerja Struktur Rangka Bresing Eksentris V-Terbalik ... (Pradhana,

Sukrawa dan Dharma) Analisis Perilaku Dan Kinerja Struktur Rangka Bresing Eksentris V-Terbalik

... (Pradhana, Sukrawa dan Dharma) Analisis Perilaku Dan Kinerja Struktur Rangka Bresing

Eksentris V-Terbalik ... (Pradhana, Sukrawa dan Dharma) Analisis Perilaku Dan Kinerja

Struktur Rangka Bresing Eksentris V-Terbalik ... (Pradhana, Sukrawa dan Dharma) 34 •

2

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Udayana, Kampus Bukit

Jimbaran

Bali

2

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Udayana,

Kampus Bukit Jimbaran

Bali

• 35 36 • 2

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas

Teknik

Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

Bali

2

Jurusan Teknik

Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

Bali

• 37

38 • 2

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Udayana, Kampus

Bukit Jimbaran

Bali

2

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas

Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

Bali

• 39 40 • 2

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

Bali

2

Jurusan

Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

Gambar

Gambar 1 Kinerja struktur terhadap gaya geser danPerpindahan Sumber : FEMA (2000)
Tabel 1. Beban gempa per-lantai pada model struktur
Gambar 4Stressratio struktur 10 lantai dengan SRBE L/H=1,50, SRBE L/H=1,75, dan SRBE RIGID Sumber :Hasil analisis (2014)
Gambar 5 Simpangan per-lantai masing-masing model
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan penelitian ini, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengukur produktifitas tenaga kerja berdasarkan kecepatan saat bek- erja, and

Dari penelitian dan analisis mengenai pengaruh material pada fasade bangunan terhadap kenyamanan visual didapati bahwa pencahayaan alami dan buatan yang tercipta di

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dil- akukan kepada seluruh informan perempuan, anggota persit, dapat digambarkan bahwa perempuan, anggota persit telah

Mampu merencanakan proyek-proyek pengembangan sistem informasi dari sebuah organisasi, memonitor proyek-proyek konstruksi teknologi informasi sebagai komponen utama sistem

Bahwa sebagaimana tujuan pemidanaan itu sendiri, antara lain sebagai pembinaan memperbaiki diri Terdakwa (korektif), juga bersifat membuat pelaku jera dan adanya sifat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan karyawan, terhadap

Perekonomian pada kondisi tunak yang unik dilambangkan dengan ternyata nilai yang berada di bawah kondisi tunak, modal per tenaga kerja meningkat dari waktu ke waktu dan

Siswa yang cenderung berteman dengan teman tertentu saja, siswa yang tidak saling menyapa saat bertemu atau berpapasan, siswa yang tidak dapat menerima adanya