BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Semakin banyaknya produk yang di buat oleh para produsen, semakin banyak pula jenis kemasan yang mereka buat. Bentuk dan warnanya bermacam-macam tergantung dari produk yang mereka jual, mulai yang berbentuk persegi, bulat, oval, berwarna cerah ataupun berwarna gelap, itu semua dibuat selain untuk membuat citra dari produk tersebut, juga untuk daya tarik konsumen. Para desainer mengkonsep desain yang baik agar mudah dikenali oleh para konsumen, sehingga produk mereka berbeda dengan produk sejenis.
Berkembangnya pasar swalayan dan ritel yang menjual langsung produk- produk mulai dari ukuran kecil hingga besar, dari yang sudah terkenal maupun belum terkenal, membuat para produsen meningkatkan perhatiannya dalam hal kemasan. Sebab kemasan saat ini sudah berkembang lagi, bukan hanya sebagai pelindung fisik produk saja, melainkan sudah mengambil peran dalam pemasaran, yaitu mengkomunikasikan nilai dan citra produk tersebut yang dihubungkan langsung kepada nilai-nilai yang dimiliki oleh konsumen dan calon konsumen.
Kemasan adalah media pemikat terakhir yang bisa memengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli. Kemasan dalam kaitannya sebagai alat penjual adalah
sebuah pembujuk yang tidak tampak. Diam tapi menjual. Itu sebabnya desain
kemasan secara visual juga sangat perlu diperhatikan sebagai salah satu strategi bisnis.
Kemasan juga merupakan sarana untuk beriklan dan mengiklankan dirinya.
Ada kandungan informasi atau pesan di bungkus produk, yang diharapkan mampu memancing atau membujuk yang melihat agar tertarik dengan produk atau isi di dalamnya.”
1Setiap desain baik itu desain untuk kemasan, poster, brosur, flyer dan lain sebagainya membutuhkan tipografi (huruf). Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi visual dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif.
Agar kemasan terlihat bagus dan memiliki daya tarik, diperlukan sebuah desain yang baik dan enak di pandang mata (eye-catcing). Desain merupakan seluruh proses pemikiran dan perancangan penciptaan sesuatu, dengan menggabungan fakta, konstruksi, fungsi dan estetika untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dalam mendesain sebuah kemasan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah tipografi (huruf), ilustrasi, warna, bentuk dan ukuran kemasan, serta informasi label dan produk pada kemasan. Kesemuanya itu saling berkesinambungan untuk terciptanya sebuah kemasan yang indah di pandang (eye-catcing), unik, nyaman di pegang, dan memiliki nilai bisnis yang tinggi.
2
Dalam merancang sebuah desain kemasan, pemilihan jenis huruf juga harus sangat diperhatikan. Desain akan terlihat baik apabila di dukung dengan jenis
1Didit Widiatmoko, Concept Volume 03 Edisi 18 2007.
2 Danton Sihombing. Tipografi Dalam Desain Grafis. Gramedia Pustaka Utama 2001. hal 58
huruf yang sesuai dengan desain yang dibuat. Pemilihan jenis huruf juga harus mempertimbangkan visibility (mudah dilihat pembaca), clarity (kejelasan yang di tangkap oleh mata), legibility (tingkat kemudahan jenis huruf tersebut untuk di baca). Dengan adanya sifat-sifat ini, diharapkan dapat menjadi rujukan kita dalam memilih jenis huruf. Sehingga konsumen akan mudah membaca dan tertarik dengan produk yang dijual.
Selain tipografi, komponen pendukung lainnya adalah ilustrasi atau gambar.
Ada beberapa jenis ilustrasi atau gambar yang sering dipakai dalam mendesain kemasan, diantaranya menggunakan jenis ilustrasi vektor atau kartun dan menggunakan foto.
Penggunaan ilustrasi atau gambar di butuhkan sebagai sarana komunikasi kepada konsumen, tak hanya itu, penggunaan ilustrasi atau gambar juga di gunakan untuk daya tarik kepada para konsumen sehingga menimbulkan minat beli.
Hal lain yang tidak penting dalam mendesain kemasan agar dapat menarik konsumen untuk membeli adalah warna. Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut.
33 http://www.id.wikipedia.org/wik/warna
Dalam suatu kemasan, warna
memainkan peranan penting sebagai pembeda dari kompetitor atau produk
sejenis. Konsumen lebih mengidenti-fikasikan warna kemasan atau produk
sebelum fitur visual lainnya. Warna merupakan unsur grafis yang dapat juga
berfungsi sebagai alat komunikasi. Seperti warna hijau menandakan kesegaran,
kenyamanan. Warna putih menandakan bersih, suci, reliji dan sebagainya. Warna juga menunjukkan tentang umur pemakai terutama untuk rasa produk makanan.
Kemasan atau label kemasan dengan warna yang gelap mensugesti bahwa rasanya sangat kuat (biasanya rasa ini cocok dengan orang dewasa) dan warna yang terang pada label lebih mensugesti rasa yang lebih halus (biasanya cocok dengan muda mudi).
4Dari sekian banyaknya warna yang ada, Menurut E.P.Danger, warna yang paling populer diantara masyarakat luas adalah biru, merah dan hijau, kombinasi apapun yang didominasinya akan memuaskan sebagian besar masyarakat, dan lebih disukai daripada kuning dan violet.
5
Warna tertier adalah warna-warna yang dapat diperoleh dengan mencampurkan 2 warna sekunder. Disebut juga tertiery colors. Misalnya warna
Geothe, seorang penyair berkebangsaan Jerman telah melakukan penelitian tentang warna dalam hubungan dan pengaruhnya terhadap perasaan manusia, dalam hubungan tersebut Geothe membagi warna dalam kehidupan kita menjadi 3 golongan, diantaranya warna primer, warna sekunder, dan warna tertier.
Warna primer adalah warna-warna pokok subtraktif yang tidak dapat diperoleh dengan mencampurkan warna lain. Disebut juga Primary Colors.
Warna sekunder adalah warna-warna yang dapat di capai dengan mencampurkan 2 warna primer. Disebut juga secondary colors. Misalnya warna hijau dihasilkan dari warna primer kuning dan biru, warna ungu violet di hasilkan dari warna primer biru dan merah.
4 Susan Berry & Judy Martin, Designing with Colour. London : B.T. Batsford Ltd.1991 hal 9
5 E.P.Danger. Memilih Warna Kemasan. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo. 1992 hal 86