• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESENTRALISASI. aris subagiyo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DESENTRALISASI. aris subagiyo"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

DESENTRALISASI

aris subagiyo

(2)

PENGERTIAN

DESENTRALISASI :

Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kpd daerah otonom utk mengatur & mengurus urusan

pemerintahan dlm sistem NKRI.

OTONOMI DAERAH :

Hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom utk mengatur

& mengurus sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Sumber : Kamus Penataan Ruang

(3)

PENGERTIAN

DESENTRALISASI :

Transfer kegiatan perencanaan, pengambilan keputusan, atau kewenangan administratif dari pemerintah pusat kepada organisasinya di lapangan, unit administratif lokal, semi otonom dan organisasi parastatal…(Rondinelli, 1983)

OTONOMI DAERAH :

Landasan untuk berekspresi dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah sesuai dengan aspirasi dan keanekaragaman daerah.

Otonomi daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang merupakan penerapan konsep teori areal division of power yang membagi kekuasaan secara vertikal. (Koswara, 2000)

(4)

PENGERTIAN

SENTRALISASI :

Pola kenegaraan yg memusatkan seluruh pengambilan keputusan politik, ekonomi, sosial di satu pusat.

Kelemahan: 1) Kurang aspiratif, 2)Proses yang lama untuk pelaksanaan, 3) Beban kerja yang tinggi di pemerintah pusat.

DEKONSENTRASI :

Pelimpahan wewenang administrasi dari PP kepada pejabat daerah.

Hanya sebatas pelimpahan wewenang administrasi, wewenang politik tetap dipegang oleh PP.

Merupakan perpaduan antara sentralisasi dan desentralisasi.

Contoh : kantor pelayanan pajak, inspektorat.

(5)

DESENTRALISASI VS DEKONSENTRASI

Desentralisasi (devolution power) :

Pelimpahan kekuasaan (Pemerintah Pusat ke PemProv, PemKab/PemKot)

Dekonsentrasi (delegation power) :

Pendelegasian wewenang atas fungsi-fungsi tertentu kepada staf pemerintah pusat yang tinggal/bertugas diluar kantor

pusat.

(6)

PERJALANAN DESENTRALISASI DI INDONESIA

No Periode Hakikat Otonomi

1 Kolonial Belanda Desentralisasi

2 Penjajahan Jepang Sentralisasi

3 Revolusi (1942-1945) Sentralisasi 4 Orde Lama (1949-1965) Sentralisasi 5 Orede Baru (1965-1998) Sentralisasi

6 Orde Reformasi Desentralisasi

(7)

PERATURAN TERKAIT OTODA

UU.No 1 tahun 1945 dimana kebijakan pemerintahan tentang otonomi daerah pada masa itu menitik beratkan pada dekosentrasi

UU. No.22 tahun 1948 dimana kebijakan pemerintah lebih menitik beratkan pada desentralisasi

UU.No. 1 tahun 1957 kebijakan otonomi bersifat dualisme, dimana kepala daerah bertanggung jawab kepada DPRD

ketetapan Presiden No.6 tahun 1959 Pemerintahan lebih menekankan pada dekosentrasi

UU. No18 tahun 1965 masa itu kebijakan Pemeritahan menitik beratkan pada desentralisasi dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada daerah sedangkan dekosentrasi hanya sebagai pelengkap

UU. No 5 tahun 1974 itu setelah terjadinya G30.SPKI yang pada dasarnya telah terjadi fakuman dalam mengatur

penyelenggaraan pemerintahan di daerah sampai denan UU No 5 tahun 1974 yaitu dengan desentralisasi,dekosentrasi dan tugas pembantuan, selanjutnya dengan kebijakan pemerintahan pada masa orde baru,maka pada masa berlakunya UU.No 5 tahun 1974 pembangunan pembangunan menjadi isu sentral dibandingkan politik yang pada penerapannya seolah olah terjadi proses politisasi peran peran pemerintahan daerah dan mengantikanya dengan peran pembangunan yang menjadi isi nasional

UU. No 22 tahun 1999 pada masa itu terjadi lagi perubahan yang menjadikan pemerintahan daerah sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembagunan dengan mengedepankan otonomi yang luas, nyata dan

bertanggungjawab.

UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah & UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pusat &

Daerah, dijabarkan pd Perpres No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

UU No. 2 tahun 2015 tentang Perubahan Atas UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

UU No. 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

(8)

IDE DASAR DESENTRALISASI

Gagalnya perencanaan terpusat.

Populernya strategi pertumbuhan dgn pemerataan.

Pentingnya partisipasi masy.

Adanya kekhususan daerah yg perlu diperhatikan.

Berharap persaingan positif antar daerah dlm pembangunan.

(9)

TUJUAN DESENTRALISASI/OTODA

Membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga ia

berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat dari

menangani urusan domestik, sehingga ia berkesempatan

mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan manfaat daripadanya.

Pemerintah pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan makro nasional yang bersifat strategis.

Ryaas Rasyid, 2002

(10)

HAKEKAT DESENTRALISASI/OTODA

Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom,

berupa penetapan kebijaksanaan sendiri, pelaksanaan sendiri serta pembiayaan dan pertanggung jawaban daerah sendiri.

Dalam kebebasan menjalankan hak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan

kewenangan otonominya itu di luar batas-batas wilayah daerahnya.

Daerah tidak boleh mencapai hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain.

Otonomi daerah tidak membawahi otonomi daerah lain, hak

mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan

subordinasi hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain.

(11)

KEWENANGAN WAJIB YG DISERAHKAN KPD DAERAH OTONOM

Tata Ruang & Pertanahan

Pertanian

Pendidikan dan Kebudayaan

Tenaga Kerja

Kesehatan

LH

Pekerjaan Umum

Perhubungan

Perdagangan & Industri

Penanaman Modal dan Koperasi.

(12)

KEWENANGAN PUSAT

Politik Manca Negara

Pertahanan dan Keamanan

Moneter & Fiskal

Yustisi

Agama

Perencanaan Nasional secara Makro

Dana Perimbangan Keuangan

Sistem Administrasi Negara & Lembaga Perekonomian Negara

Pembinaan & Pemberdayaan SDM

Pendayagunaan SDA & Teknologi Tinggi yg strategis.

Konservasi & Standardisasi Nasional

(13)

ISU STRATEGIS DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

1. Bergesernya egoisme sektoral mjd fanatisme daerah….kepala daerah spt “raja-raja kecil”.

2. Persaingan antar daerah dlm mementingkan daerahnya sendiri, utamanya dlm peningkatan PAD….automoney.

3. Timing and political will. Keseriusan pemerintah pusat ditengah kendala terlambatnya persetujuan anggaran dan tdk tepat waktu.

4. Grey area kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah (terkait dgn serah terima aset dan pegawai).

5. Disintegrasi, muncul ketidakpuasan atas pembagian sumber keuangan terutama dana bagi hasil SDA.

(14)

ISU STRATEGIS DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

6. Otonomi bertujuan pd peningkatan pelayanan publik,

semakin dekat dgn rakyat harapannya pelayanan publik lebih efektif & efisien.

7. Koordinasi antar sektor dan antar daerah lemah, shg aspirasi masyarakat seringkali terjegal di forum koordinasi.

(15)

KELEBIHAN SISTEM PEMERINTAHAN YG DESENTRALISASI

Mampu memecahkan masalah secara mandiri.

Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas.

Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi.

Mengurangi biaya dan waktu akibat alur birokrasi yg panjang.

Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal.

Pengambilan keputusan bisa dilakukan dgn cepat.

Menghargai kearifan lokal.

(16)

KELEMAHAN SISTEM PEMERINTAHAN YG DESENTRALISASI

Rentan akan penyalahgunaan kewenangan oleh kelompok tertentu untuk mendapatkan keuntungan.

Sulit dikontrol oleh pemerintah pusat.

Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desintralisasi ke memungkinkan terjadinya

perubahan secara gradual dan tidak memadai serta jadwal pelaksanaan yang tergesa-gesa.

Sebaran kemampuan keuangan daerah yang tdk merata, SDM yg blm memadai, kapasitas manajemen daerah blm memadai.

Pemekaran ego bagaimana berbagi bagi kekuasaan atau orang mendapat bagian kekuasaan di daerah mencoba memekarkan daerah yang akan menghabiskan APBN negara.

Korupsi pemindahan ladang korupsi dari pusat kedaerah.

Munculnya pilkada langsung yang banyak menghabiskan dana dan rawan konflik. Ongkos yang di bayar untuk pilkada (Ongkos Demokrasi) sangat mahal di Indonesia adalah

konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah.

(17)

KELEMAHAN SISTEM PEMERINTAHAN YG SENTRALISASI

Pekerjaan pemerintah pusat jadi banyak sehingga menghambat proses pelaksanaan di daerah.

Rakyat di daerah tidak mendapat kesempatan memikirkan dan bertanggung jawab pada daerahnya.

Peraturan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan suatu daerah.

(18)

PERMASALAHAN OTODA

(19)

TERJADI DI ERA OTONOMI DAERAH

(20)

PRINSIP OTONOMI DAERAH

Aspek hak & kewajiban mengatur rmh tangga sendiri.

Aspek kewajiban mengikuti peraturan dan ketentuan PP dlm kerangka NKRI.

Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan.

(21)

TUNTUTAN OTONOMI DAERAH

PEMDA diharapkan mampu :

Punya inisiatif sendiri (penyusun & pelaksana kebijakan pembangunan)

Menyusun PERDA.

Menggali sumber keuangan sendiri.

Memiliki alat pelaksana (SDM & infrastruktur).

(22)

INDIKATOR KINERJA OTODA

Tata-pemerintahan (Kriteria Good Governance, Governance Assessment 2006)

Kriteria Otonomi Award (Jawa Timur bersama Jawa Pos, 2007)

Kriteria Kontekstual Daerah Istimewa Jogjakarta (Bappenas &

MAP-UGM, 2007)

(23)

INDIKATOR GOVERNANCE ASSESSMENT

Kemampuan memenuhi hak politik warga; partisipasi, transparansi, kapasitas penyampaian aspirasi (voice)

Melaksanakan kebijakan & menyelenggarakan layanan publik;

efisien, efektif, akuntabel?

Mengendalikan korupsi; insiden korupsi, toleransi masy.

Menjaga stabilitas politik; keamanan & ketertiban, mengelola konflik

Membuat Perda untuk pelayanan publik; kualitas peraturan, fasilitasi thd dunia usaha

Menegakkan hukum; kepastian, keadilan, kesamaan akses warga

(24)

INDIKATOR GOVERNANCE ASSESSMENT

(25)

PENGHARGAAN OTONOMI DAERAH

KRITERIA :

Inovasi kebijakan; Apakah ada inovasi baru yg dilaksanakan pejabat daerah?

Layanan publik; kesehatan, pendidikan, perizinan

Pengembangan ekonomi; pertumbuhan, pemerataan, pemberdayaan

Kinerja politik lokal; partisipasi, akuntabilitas, kesinambungan politik.

(26)

TUGAS :

Bantu Kab/Kota dalam inovasi kebijakan dalam layanan :

Layanan publik; kesehatan, pendidikan, perizinan, pemenuhan RTH publik, air bersih.

Pengembangan ekonomi; pertumbuhan, pemerataan, pemberdayaan.

Format :

Tulisan bebas maksimum 800 kata.

Mengacu peraturan terkait.

Dikumpulkan minggu depan, tanggal 2 Nopember 2016 melalui koordinator (file).

Materi bisa didwondload di : arissubagiyo.com

(27)

Sekian…….

Referensi

Dokumen terkait

Saldo Rekening BOP dikembalikan ke Rekening Suku Dinas BELANJA SEKOLAH BKU SEKOLAH DAN CMS SPJ BKU SUDIN 1 DPA SUDIN RKAS  Transaksi Belanja Sekolah Melalui E-bku

(30532204/SDS_GEN_ID/ID) Tanggal dicetak 25.10.2016 Data yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan didasarkan pada pengetahuan terkini kami dan pengalaman

1. Pemahaman terhadap ajaran agama telah dapat dimiliki, sedangkan dalam usia sebelumnya pemahaman terhadap ajaran agama masih dipengaruhi oleh fantasi dan belum

Pada akhirnya penulis sampaikan permintan maaf yang setulus-tulusnya dan kepada Allah SWT penulis memohon ampun, bila terdapat kata-kata yang kurang berkenan baik

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol, fraksi polar, semipolar, dan nonpolar daun jambu biji terhadap sel kanker kolon WiDr

Metode deteksi tgt pd bgmn sinyal optis DICAMPUR dgn osilator lokal (homodyne atau heterodyne) dan sinyal listrik DIDETEKSI (sinkron dan asinkron):.. PENCAMPURAN sinyal informasi

Tingkat kerentanan di pedesaan kawasan pesisir Kecamatan Sayung khususnya Desa Sriwulan, Desa Bedono, Desa Timbulsloko dan Desa Surodadi, secara keseluruhan

Kalau kita perhatikan bahwa apa yang diperjuangkan oleh Samin Surosentiko dan para pengikutnya adalah salah satu kelompok yang juga melakukan penolakan terhadap