• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan aktivitas olahraga. Tujuan yang berbeda-beda tersebut diantaranya melakukan olahraga hanya untuk pemeliharaan atau peningkatan derajat kesehatan saja. Ada pula yang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mata pencaharian mereka, seperti atlit-atlit olahraga.

Atlit-atlit olahraga tersebut tentunya dituntut juga untuk berprestasi secara maksimal pada suatu cabang olahraga, dengan kata lain hal tersebut merupakan suatu olahraga prestasi.

Salah satu dari olahraga prestasi adalah lari. Lari adalah langkah yang dipercepat sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang.

Artinya pada waktu lari kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang- kurangnya satu kaki tetap menyentuh tanah (Widya, 2004). Lari merupakan salah satu cabang olahraga atletik, diantaranya adalah lari jarak pendek atau yang sering kali disebut lari sprint. Untuk lari jarak pendek (sprint) dapat berupa lari 60 meter sampai 400 meter (Purnomo, 2007).

Menurut buku Gemari edisi 117 (2010) rekor catatan waktu terbaik nasional junior 60 meter putra, saat ini masih dipegang Franklin Burumi, atlet asal Papua dengan rekor 6,73 detik. Sedangkan 60 meter putri dengan catatan rekor 7,61 detik atas nama Nurul Imaniar dari Nusa Tenggara.

(2)

Melihat dari kejuaraan Sea Games Myanmar tahun 2013 pada cabang olahraga atletik yang dilombakan khususnya lari jarak pendek, Indonesia menuai hasil yang tidak memuaskan. Karena tidak satupun medali emas yang dapat dibawa pulang ke tanah air. Hal ini menjadikan suatu pukulan berat bagi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia untuk meningkatkan prestasi khususnya dari cabang lari jarak pendek pada kejuaran-kejuaraan berikutnya.

Untuk meningkatkan prestasi dari cabang lari jarak pendek, hal yang dibutuhkan oleh seorang pelari adalah kecepatan. Kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk memindahkan atau merubah posisi tubuh dalam menempuh suatu jarak tertentu dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dengan satuan waktu. Kecepatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : kecepatan reaksi, kekuatan, fleksibilitas (Willmore, 2004).

Kecepatan yang berkaitan dengan lari yaitu kecepatan lari. Kecepatan lari mempunyai arti kemampuan untuk mempercepat langkah dalam menempuh jarak tertentu dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan lari dipengaruhi panjang langkah (kekuatan otot, fleksibilitas otot, stabilisasi postural), frekuensi langkah (kekuatan otot, fleksibilitas otot), koordinasi neuromuskuler, sistem fosfagen, dan stabilisasi sendi.

Selain faktor-faktor tersebut, harus diperhatikan pula tehnik-tehnik dalam berlari guna menunjang kecepatan berlari. Tehnik-tehnik tersebut seperti kecondongan badan, gerakan kaki, serta ayunan lengan atau tangan.

Dalam penelitian ini lebih ditujukan pada pelari sprint pemula. Pada umumnya pelari sprint pemula belum mempunyai dasar-dasar tehnik maupun fisik berlari yang benar. Dasar-dasar tehnik berlari seperti kecondongan

(3)

badan, gerakan kaki, serta ayunan lengan atau tangan. Kemudian dasar-dasar fisik yang mempengaruhi lari jarak pendek diantaranya Panjang langkah (kekuatan otot, fleksibilitas, stabilisasi postural), frekuensi langkah (kekuatan otot, fleksibilitas otot), koordinasi neuromuskuler, kecepatan reaksi, sistem energi serta yang tidak kalah pentingnya yaitu stabilisasi sendi.

Kaitannya dengan fisioterapi, fisioterapis memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan fungsinya sebagai tenaga kesahatan yang mana tertuang dalam PERMENKES 80 tahun 2013 Bab I, pasal 1 ayat 2 dicantumkan bahwa Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan fungsi, dan komunikasi”. Tujuan yang ingin dicapai oleh fisioterapis adalah peningkatan gerak fungsional agar masyarakat dapat menjalankan aktifitasnya secara optimal. Oleh karena itu fisioterapis sebagai tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan dan ketrampilan guna memaksimalkan potensi gerak yang ada.

Untuk memaksimalkan potensi gerak yang ada guna meningkatkan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula, pemberian penanganan fisioterapi bisa dilakukan dengan bentuk latihan yang bersifat teratur dan terarah yaitu dengan latihan eksentrik hamstring, latihan lari konvensional serta penambahan latihan stabilisasi ankle.

(4)

Latihan eksentrik hamtring yang diberikan adalah Nordic Hamstring exercise. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas atau panjang otot hamtring. Selain untuk menambah panjang otot, latihan ini juga dapat meningkatkan kekuatan otot serta mencegah terjadinya cidera (Daniel NF et al, 2007). Saat salah satu kaki menyentuh tanah dan akan dihempaskan kedepan, otot hamstring berkontraksi untuk mempersiapkan mengeluarkan explosive power. Explosive power ini akan keluar saat otot hamstring mulai memanjang ketika kaki satunya diayunkan kedepan. Oleh karena itu dibutuhkan keluwesan dan kekuatan yang lebih dari otot hamstring guna membantu mengeluarkan explosive power yang akan mempengaruhi frekuensi langkah pelari.

Latihan lari konvensional adalah suatu bentuk latihan sprint yang dimana hanya terfokus pada kecepatan lari saja tanpa memperbaiki pola gerak (Bompa, 1999). Dalam latihan sprint ini jarak yang diambil sesuai dengan cabang olahraganya yakni lari jarak 60 meter. Pada latihan sprint atau latihan lari konvensional ini juga yang harus dipertahankan adalah faktor-faktor kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan reaksi, yang harus ada dalam latihan tersebut.

Latihan stabilisasi ankle adalah suatu bentuk latihan yang diberikan untuk mendukung performa kecepatan lari yang lebih baik bagi pelari sprint.

Salah satu sendi yang memiliki beban kerja yang cukup besar bagi pelari sprint adalah sendi ankle yang mempunyai 4 derajat gerakan yaitu gerakan inversi, eversi, plantar fleksi, dan dorsal fleksi. Ditambah pada saat berlari posisi ankle selalu diposisikan menjinjit selama fase support. Dengan

(5)

demikian perlunya stabilitas sendi ankle yang baik sehingga alignment tungkai menjadi lebih sempurna selama berlari yang berguna untuk mendukung performa kecepatan lari yang lebih baik bagi pelari sprint.

Latihan stabilisasi ankle yang digunakan adalah Wobble board. Wobble board merupakan sebuah papan yang berbentuk bundar dan dibawahnya (pada bagian tengah) terdapat poros yang tingkat kesulitannya dapat di atur.

Latihan dengan menggunakan wobble board merupakan latihan keseimbangan pada posisi tubuh statis, yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi tetap, dengan cara berdiri pada satu atau ke dua kaki di atas wobble board (Mattacola, 2002).

Pengaruh latihan wobble board terhadap peningkatan fungsi stabilisasi ankle yaitu meningkatkan fungsi proprioseptif yang berguna memberikan informasi posisi sendi ke otak untuk mempertahankan posisinya. Diharapkan dengan latihan menggunakan alat ini dapat merangsang stabilisator sendi, yang diantaranya adalah ligament, otot, dan tendon untuk menjaga stabilisasi sendi, sehingga keseimbangan orang yang berdiri diatasnya dapat di latih dengan baik (Mattacola, 2002).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

(6)

B. Identifikasi Masalah

Salah satu olahraga prestasi adalah lari jarak pendek atau sprint. Pada pelari sprint, kecepatan memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai sebuah kemenangan dalam suatu pertandingan. Masalah yang timbul pada kecepatan pelari sprint pemula seperti kekuatan otot, fleksibilitas otot, koordinasi neuromuskuler, kecepatan reaksi, serta stabilisasi sendi yang belum terlatih. Serta tehnik-tehnik dalam berlari seperti : kecondongan badan, gerakan kaki, serta ayunan lengan atau tangan yang kurang benar juga merupakan faktor lain penyebab terjadinya penurunan kecepatan pada saat berlari.

Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang berkompeten di bidangnya juga mempunyai peran yang sangat besar dalam menangani masalah penurunan kecepatan pada pelari sprint. Untuk meningkatkan kecepatan lari jarak pendek pada pelari sprint pemula, dapat diberikan dengan latihan-latihan seperti : latihan eksentrik hamstring, latihan lari konvensional, serta penambahan latihan stabilisasi ankle.

Latihan eksentrik hamtring yang diberikan adalah Nordic Hamstring exercise. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas atau panjang otot hamtring. Selain untuk menambah panjang otot, latihan ini juga dapat meningkatkan kekuatan otot serta mencegah terjadinya cidera (Daniel NF et al, 2007). Saat salah satu kaki menyentuh tanah dan akan dihempaskan kedepan, otot hamstring berkontraksi untuk mempersiapkan mengeluarkan explosive power. Explosive power ini akan keluar saat otot hamstring mulai memanjang ketika kaki satunya diayunkan kedepan. Oleh karena itu

(7)

dibutuhkan keluwesan dan kekuatan yang lebih dari otot hamstring guna membantu mengeluarkan explosive power yang akan mempengaruhi frekuensi langkah pelari.

Latihan lari konvensional adalah suatu bentuk latihan sprint yang dimana hanya terfokus pada kecepatan lari saja tanpa memperbaiki pola gerak (Bompa, 1999). Dalam latihan sprint ini jarak yang diambil sesuai dengan cabang olahraganya yakni lari jarak 60 meter. Pada latihan sprint atau latihan lari konvensional ini juga yang harus dipertahankan adalah faktor-faktor kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan reaksi, yang harus ada dalam latihan tersebut.

Latihan stabilisasi ankle yang diberikan antara lain wooble board exercise yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi propioseptif , kekuatan otot, daya tahan otot, serta fleksibilitas otot. Karena pada saat lari sprint, telapak kaki saat menyentuh tanah diposisikan forefoot atau menjinjit sampai fase drive off, hal ini dibutuhkan stabilitas sendi ankle yang bagus dengan meningkatkan komponen-komponennya.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

(8)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional meningkatkan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula ? 2. Apakah penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik

hamstring dan latihan lari konvensional meningkatkan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula ?

3. Apakah ada perbedaan penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

b. Untuk mengetahui penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

(9)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Fisioterapi

a. Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui intervensi fisioterapi dengan menggunakan penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konevensional terhadap kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

b. Agar fisioterapi dapat memberikan pelayanan fisioterapi yang tepat berdasarkan ilmu pengetahuan fisioterapi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan informasi untuk program pelayanan fisioterapi.

b. Sebagai bahan perbandingan serta bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.

3. Bagi Pengembangan ilmu pengetahuan

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi fisioterapi tentang latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

b. Unuk mengetahui penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

c. Untuk mengetahui keefektifan penambahan latihan stabilisasi ankle pada latihan eksentrik hamstring dan latihan lari konvensional

(10)

terhadap peningkatan kecepatan lari jarak pendek pelari sprint pemula.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat Umar dan Syambasril (2014:74), bahwa seorang guru harus menguasai komponen- komponen membuka dan menutup pembelajaran dengan baik agar dalam proses pembelajaran

Pasal 7 huruf s sepanjang frasa “memberitahukan pencalonannya sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota kepada Pimpinan Dewan

Pemberian motivasi biasanya akan diikuti dengan peningkatan produktivitas kerja dan disiplin kerja yang baik sebagai pendorong bagi karyawan untuk tetap bekerja pada

Mahasiswa, untuk dapat lulus dalam mata kuliah microteaching tidak hanya dituntut bisa mengajarkan kompetensi dasar (KD) yang telah dipilih untuk diajarkan, tetapi lebih dari

Maksud disusunnya tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah dan tanah terkontaminasi minyak bumi secara biologis adalah untuk mewujudkan terlaksananya pengelolaan limbah

Melalui perpanjangan masa kerja sama, Rektor UNAIR berharap, keterlibatan UNAIR dalam kegiatan YKI mampu menekan angka penderita kanker di Indonesia, khususnya di

Iklan yang diputar setelah program acara berlangsung akan dianggap sebagai posisi pasang iklan yang paling strategis sehingga dipasang harga lebih mahal dibandingkan iklan

Hal ini sesuai dengan pendapat Gaspersz (1997: 23) bahwa aparatur pelayanan harus menciptakan kepuasan total pelanggan dengan cara memperhatikan dan mewujudkan dimensi