• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

13

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERKEMBANGBIAKAN

TUMBUHAN DAN HEWAN MENGGUNAKAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS)

DI KELAS VI SDN 2 WAYAU TANJUNG TABALONG

H. Nuriansyah

Sekolah Dasar Negeri 2 Wayau Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keaktifan siswa dalam menyelesaikan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan dengan menggunakan model kooperatif learning tipe Think Pair Share di kelas VI SDN 2 WayauKecamatan TanjungKabupaten Tabalong. Setting penelitian adalah semua siswa kelas VI yang berjumlah 21 orang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 10 orang perempuan pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah lembar observasi kegiatan pembelajaran guru, lembar observasi aktivitas siswa, tes tertulis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes hasil belajar, observasi sedangkan analisis data menggunakan teknik persentase. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan 2 pertemuan untuk tiap siklusnya. Hasil penelitian yang dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan Aktivitas guru pada pertemuan pertama di siklus I memperoleh skor 67,70%. Pada pertemuan kedua memperoleh skor70,83%,pada pertemuan pertama dan kedua di siklus II memperoleh skor84% dan pertemuan kedua siklus II memperoleh sekor 96%, aktivitas siswa pada pertemuan pertama memperoleh 55,5 pada pertemuan kedua memperoleh skor 59,67, sedangkan pada siklus II pertemuan pertama perolehan skor 7,67 dan pada pertemuan terakhir memperoleh skor 73,33. Hasilbelajar siswa pertemuan 1 siklus I 64,76 dengan ketuntasan kklasikal 57% pada pertenilai 76,19 dengak ketuntasan klasikal 76% pada pertemuan kedua rata-rata 81,43 dengan ketuntasan klasikal 90%.

Kata Kunci: Think Pair Share (TPS), kemampuan siswa; menyelesaikan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan

PENDAHULUAN

Menurut Undang – undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 (Sisdiknas UU RI, 2010:60). “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan merupakan suatu fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang, seperti dari sudut pandang psikologi, sosiologi dan antropologi, ekonomi, politik, komunikasi, dan sebagainya. Dunia pendidikan tidak lepas dari peranan seorang guru. Secara umum banyak sekali peranan yang mesti dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.Guru memiliki peran dalam pembelajaran sebagai motivator, organisator, fasilitator, mediator dan evaluator.

Namun, peranan guru yang paling pokok berhubungan erat dengan tugas dan jabatannya sebagai suatu profesi.

Tugas guru secara profesional meliputi tugas mendidik, mengajar, dan melatih. Wahyudin (2007:9.32) menerangkan ” Mengajar berarti memberikan pengajaran dalam bentuk penyampaian pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik)”. Proses belajar mengajar bukan hanya melingkupi aktivitas dari segi aspek fisik semata yang perlu dikembangkan oleh guru tetapi juga mencakup aspek mental siswa, dalam belajar siswa dilatih untuk berani bertanya, mengajukan pendapat, berdiskusi dengan siswa yang lain, selain dari membaca, menulis dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru dan mengerjakan tugas, sehingga aktivitas fisik dan mentalnya dapat dilatih.

Lee (2011:1) “Secara umum, karakteristik anak SD terbagi menjadi 4 karakter. Karakter yang pertama adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerjadalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatu secara langsung”. Saat ini pelajaran IPA

(2)

14

masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan susah untuk dipahami oleh sebagian siswa. Untuk mengatasi masalah ini guru dapat mengadakan pembelajaran yang bersifat menyenangkan bagi siswa. Trianto (2010:136) “IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut

sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya”. Mata pelajaran IPA perlu diajarkan di sekolah karena dapat mempersiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, serta menjadi warga negara yang mencintai lingkungan hidupnya.Pembelajaran IPA di sekolah juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa dan meningkatan keterampilan siswa. Pembelajaran IPA di sekolah merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kecerdasan siswa. Konsep-konsep yang terdapat dalam mata pelajaran IPA disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan dasar siswa SD. IPA berhubungan langsung dengan menggali pengetahuan tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya dalam hal penguasaanpengetahuan yang berupa fakta, konsep maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga dalam suatu proses penemuan.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif bagi siswa dapat menanamkan rasa kebersamaan pada diri siswa. Adanya interaksi sosial serta keterampilan bekerja sama dalam kelompok dapat berguna bagi siswa pada saat mereka nanti hidup bermasyarakat. Rusman (2011:209) “Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran".

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda salah satunya yaitu tipe Think Pair Share (TPS). Arends (Trianto, 2010:81) menerangkan “Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu”.

Menurut Widodo (2009:1) “Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan

metode diskusi berpasangan yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran”.

Cara penyampaian materi IPA khususnya mengenai materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan di sekolah dasar memang kebanyakan guru hanya menggunakan model ceramah dan tidak melibatkan keaktifan siswanya secara penuh dalam proses pembelajaran. Tapi pada kenyataannya siswa sudah mendapat latihan soal-soal dari guru yang mengajar, tetapi karena penanaman konsepnya belum matang jadi siswa masih banyak yang belum menguasai konsepnya secara utuh.

Penelitian ini dilakukan karena ada beberapa permasalahan yang terjadi pada siswa kelas VI di SDN 2 Wayau khususnya dalam proses pembelajaran seperti siswa kurang termotivasi dalam belajar, kurang memperhatikan pelajaran seperti mata pelajaran IPA karena dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Respon siswa terhadap pembelajaran ini juga masih kurang hal itu disebabkan keterlibatan siswa secara langsung pada proses pembelajaran masih belum maksimal seperti kegiatan percobaan yang berhubungan dengan materi dan masih banyak siswa yang malu untuk bertanya serta mengungkapkan pendapatnya di kelas.

Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa kelas VI yang cukup rendah, dengan rata-rata kelas 64 dan KKM untuk pelajaran IPA di SDN 2 Wayau yaitu 70, sehingga ketuntasan belajarnya belum tercapai. Kemungkinan hal ini disebabkan karena siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang bersifat monoton yaitu guru menerapkan model ceramah dalam mengajar, pembelajaran bersifat satu arah, kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan percobaan dan pembelajarannya tidak bersifat menyenangkan bagi siswa. Mengenai pelajaran tentang perkembangbiakan tumbuhan dan hewan kebanyakan siswa juga masih mengalami kesulitan karena penanaman konsep yang masih belum maksimal dan masih kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan percobaan sehingga hasil belajar yang didapat oleh siswa masih kurang.

Apabila keadaan seperti ini tidak diatasi dengan penanganan yang tepat dan tidak ada upaya untuk memperbaikinya maka siswa akan kurang berminat dan termotivasi mengikuti pelajaran, siswa mudah jenuh dan bosan sehingga perhatian siswa terhadap pembelajaran menjadi tidak fokus dan kurang. Hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi

(3)

15

menurun dan mengakibatkan prestasi siswa

menjadi terhambat. Dari permasalahan ini diharapkan ada model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan bisa lebih mengaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dan semangat mengikuti pelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah maka tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui aktivitas guru dalam mengajarkan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan menggunakan model Think Pair Share (TPS) di kelas VI SDN 2 Wayau; (2) Mengetahui aktivitas siswa kelas VI dalam mempelajari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan menggunakan model Think Pair Share (TPS) di SDN 2 Wayau; dan (3) Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI dalam mempelajari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan menggunakan model Think Pair Share (TPS) di SDN 2 Wayau.

Adapun manfaat yang diharapkan adalah (1) Bagi siswa. Siswa diharapkan dapat lebih aktif mengikuti pembelajaran khususnya IPA sehingga akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar dan prestasi siswa khususnya pada materiperkembangbiakan tumbuhan dan hewan; (2) Bagi guru. Melalui hasil penelitian ini guru diharapkan akan mengetahui tentang model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja serta profesionalitasnya; (3) Bagi sekolah. Masukan bagi sekolah dalam rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran dan prestasi siswa belajar IPA di sekolah; (4) Bagi peneliti. Agar peneliti dapat memiliki pengetahuan yang baik dan luas tentang model Think Pair Share (TPS) serta dapat menerapkannya khususnya dalam pembelajaran IPA.

TINJAUAN PUSTAKA Teori Belajar

Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli tidak selalu sama. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dari para ahli tersebut. Bell-Gredler dalam Winataputra dkk (2008:1.5) menjelaskan “Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat”.

Secara konseptual Fontana dalm Winataputra dkk (2008:1.8) mengartikan belajar

adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Burton dalam Aunurrahman (2009:35) belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehinggan mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Wragg dalam Aunurrahman (2009:36) menyatakan bahwa ciri-ciri umum kegiatan belajar adalah Pertama, belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja; Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya; dan Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

Berikut ini beberapa teori belajar menurut para ahli (1) Menurut Vigotsky tentang teori belajar Konstruktivisme (Amri & Lif, 2010:147). “Belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya”. Trianto (2010:28) menerangkan “Siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya”; (2) Menurut Piagettentang teori belajar Kognitif (Trianto, 2010:29). “Teori ini mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka”; dan (3) Mikarsa (2008:6.8) “Proses belajar pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat kognitif. Cara belajar orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak”.

Berdasarkan definisi belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha manusia untuk membangun dan mengembangkan pola pikir agar berubah kearah yang lebih maju. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Motivasi Belajar

Koeswara (Dimyati, 2007:80) “Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar”.

(4)

16

Sunarto (2008:1) menyatakan motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan. Faktor yang membedakan motivasi belajar

Krisna (2009:1) menyatakan motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan”. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya (1) perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar dan haus; (2) perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual; (3) perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya; (4) perbedaan harga diri (self esteem needs); (5) Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.

Fungsi dan manfaat motivasi belajar

Dimyati (2007:85) manfaat bagi siswa akan pentingnya motivasi belajar adalah (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir; (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; (3) Mengarahkan kegiatan belajar; (4) Membesarkan semangat belajar; (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja secara berkesinambungan.

Model Pembelajaran yang Digunakan

Aunurrahman (2009:140) menyatakan keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

Soekamto dalam Trianto (2010:22) mengemukakan bahwa Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,

memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dalam merancang model-model pembelajran IPA di Sekolah Dasar harus memperhatikan keterkaitan di antara hakikat IPA, hakikat anak didik, teori-teori belajar, dan kurikulum IPA di sekolah dasar yang berlaku.

Model pembelajaran yang digunakan yaitu kerja kelompok (Cooperative Learning) tipe Think Pair Share (TPS).

Cooperative Learning

Banyak pendapat para ahli menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep pelajaran yang sulit. Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok. Keterampilan ini juga sangat dibutuhkan anak pada saat mereka nanti hidup bermasyarakat. Slavin (2009:10) menyatakan pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya”.

Menurut Johnson & Johnson (Trianto, 2010:57) menyatakan bahwa “Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok”. Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Cooperative learning lebih menekankan akan adanya interaksi antar sesama siswa sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yaitu (Dzaki,2009:1) (1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

Menurut Ibrahim (Amri, 2010:93) tujuan pembelajaran kooperatif meliputi (1) Hasil belajar akademik; (2) Penerimaan terhadap perbedaan individu; (3) Pengembangan keterampilan social.

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsifnya terdiri dari empat tahap (Sanjaya, 2009:246), yaitu : penjelasan materi, belajar dalam kelas, penilaian dan pengakuan tim.

(5)

17

Keunggulan pembelajaran kooperatif adalah

(1) Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru; (2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide-ide secara verbal; (3) Membantu siswa untuk respek pada orang lain; (4) Siswa dilatih untuk lebih bertanggung jawab; (5) Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Think Pair Share (TPS)

Arends (Trianto, 2010:81) menerangkan “Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu”.

Menurut Widodo (2009:1) “Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran”.\

Estiti (Gunawan, 2010:1) menyatakan model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif”.

Model TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

Unesa (2011:2) Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah (1)

Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri; (2) Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi; (3) Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Hanafiah dan Cucu (2010:46) adapun secara garis besar langkah-langkah yang akan ditempuh sebagai berikut (1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru; (3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; (4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya; (5) Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa; (6) Guru memberikan kesimpulan; (7) Penutup. Think-Pair-Share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Kagan (Unesa, 2011:2) menyatakan “Manfaat Think-Pair-Share, para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik”.

Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam

(6)

18

pembelajaran. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa cemas yang banyak dialami para siswa.

METODOLOGI

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu Action Research yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara terus-menerus, selama kegiatan tindakan dilakukan. PTK ini disusun menjadi sebuah siklus dengan pola: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi (perencanaan ulang). Pola ini merupakan ciri khas sebuah PTK yaitu adanya pengulangan tindakan sampai didapat hasil yang terbaik.

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VI semester 1 SDN 2 WayauKecamatan Tanjung pada tahun ajaran 2014/2015 pada mata pelajaran IPA. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 10 perempuan. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Siswa kurang termotivasi dalam belajar karena pada proses pembelajaran masih menerapkan model ceramah dan kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, seperti kegiatan percobaan. Mengenai pelajaran tentang perkembangbiakan tumbuhan dan hewan kebanyakan siswa juga masih mengalami kesulitan karena penanaman konsep yang masih belum maksimal dan masih kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan percobaan/pengamatan sehingga hasil belajar yang didapat oleh siswa masih kurang. Untuk itu peneliti menerapkan model Think Pair Share.

Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah (1) Faktor guru, yaitu hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan pada mata pelajaran IPA kelas VI dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS); (2) Faktor siswa, yaitu pengamatan kegiatan belajar siswa dalam bekerjasama, bertanya, keaktifan dalam kelompok dan saat kegiatan percobaan/ pengamatan, maupun saat mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dalamkegiatan pembelajaran materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan pada mata pelajaran IPA kelas VI dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS); (3) Faktor hasil belajar, yaitu hasil dari kemampuan siswa dalam menguasai materiperkembangbiakan

tumbuhan dan hewan di kelas VI. Siswa dianggap berhasil apabila sudah memperoleh nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan; dan (4) Faktor respon siswa, yaitu respon/ tanggapan siswa kelas VI dalam mempelajari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS) di SDN 2 Wayau.

Rencana penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Siklus I bertujuan untuk melihat jumlah kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan lalu diadakan test diagnostik sebagai evaluasi awal. Sedangkan siklus II merupakan tahap perbaikan dan evaluasi dari siklus I, apakah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sudah dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam menguasai materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan di kelas VI dan bertujuan untuk melihat sampai dimana kemampuan siswa dalam memahami materi lalu diadakan test diagnostic

Sumber data penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri dari guru dan siswa yang ada di SDN 2 Wayau. Adapun jenis data yang diperoleh dari penelitian ini ada 3 macam yaitu (1) Data aktivitas guru dan siswa digali dengan teknik observasi yaitu dengan cek list pengamatan, data yang digali tersebut adalah aktivitas dan respon siswa dalam belajar serta kegiatan mengajar guru mata pelajaran IPA dengan menggunakan model Think Pair Share. Teknik observasi ini juga digunakan untuk menilai kemampuan psikomotorik siswa; (2) Data hasil belajar digali dengan evaluasi/ tes hasil belajar pada akhir pertemuandan LKK yang dapat menggali aspek kognitif siswa dalam belajar tentang materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan melalui model Think Pair Share serta diberikan penilaian untuk menentukan tingkat hasil belajar dari siswa; (3) Angket merupakan teknik yang penulis pakai untuk menilai kesan/respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan model Think Pair Share.

Data aktifitas siswa dan guru diambil dengan teknik observasi. Data hasil belajar dengan tes hasil belajar yang dilakukan diakhir pelajaran. Data tentang tanggapan/ respon siswa terhadap kegiatam pembelajaran diambil dengan cara memberikan kuisioner yang disebarkan kepada seluruh siswa.

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila siswa dapat menyelesaikan soal-soal dari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan dengan ketuntasan klasikal

80% siswa mendapat

(7)

19

nilai

70 dan adanya peningkatan-peningkatan

pada kegiatan belajar mengajar HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan pada pertemuan pertama di siklus I memperoleh skor 67,70% dan dapat disimpulkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan masih belum berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan adanya tahapan dalam perencanaan yang belum terlaksana seperti penyampaian materi pelajaran yang belum maksimal, tidak ada pemberian tugas rumah bagi siswa pada pertemuan yang pertama, dan kurangnya pengelolaan waktu yang efisien.

Pada pertemuan kedua di siklus I memperoleh skor70,83% seluruh kegiatan yang direncanakan oleh guru dapat berjalan dengan lebih baik, proses pembelajaran pun dapat berjalan lebih maksimal dan siswa pun banyak mengalami peningkatan-peningkatan dalam pembelajaran, baik itu keaktifan atau pun hasil belajar siswa tersebut. Tetapi masih terdapat sedikit kendala yaitu masih ada sebagian orang siswa yang kurang aktif dalam kegiatan percobaan/pengamatan dan kuis.

Selanjutnya pada pertemuan pertama dan kedua di siklus II memperoleh skor 84% hampir tidak ada masalah lagi pada kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan semua aspek hanya perlu diperbaikisedikit saja pertemuan pertama dan pertemuan kedua siklus II memperoleh sekor 96% dan pada pertemuan ini sudah tidak ada masalah lagi mengenai proses pembelajaran. Guru sudah secara efisien dan maksimal untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya oleh.

Model pembelajaran Think Pair Share ini merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif, mandiri, menghargai pendapat teman, mewujudkan interaksi antar teman dan juga membuat siswa termotivasi dalam belajar. Tetapi untuk mencapai keberhasilan juga harus didukung oleh kinerja guru yang baik. Guru harus bisa membuat sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan model Think Pair Share.

Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran.

Perolehan skor aktivitas siswa pada pertemuan pertama memperoleh 55,5 pada pertemuan kedua aktivitas siswa memperoleh skor

59,67, sedangkan pada siklus II pertemuan pertama perolehan skor aktivitas siswa 67,67 dan pada pertemuan terakhir perolehan aktivitas siswa 73,33. Model Think Pair Share sangat membantu dalam pembelajaran IPA pada materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Materi ini merupakan materi yang cukup sulit untuk dimengerti oleh siswa dan juga kebanyakan siswa merasa bosan karena tidak ada variasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu model Think Pair Share dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan semangat dan senang, karena saat pelajaran diadakan kegiatan percobaan/ pengamatan dan kuis. Para siswa menjadi lebih semangat untuk belajar juga karena nanti diakhir pelajaran mereka akan memperebutkan gelar juara dan hadiah dari guru. Hal ini lah yang mendorong siswa untuk berusaha menjadi yang terbaik sehingga membuat mereka menjadi semakin akrab dengan teman sejawatnya.

Model pembelajaran Think Pair Share membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dapat dilihat mulai dari pertemuan pertama pada siklus I sampai dengan pertemuan kedua di siklus II siswa semakin aktif dalam belajar. Hal ini menunjukkan mereka menjadi lebih aktif, senang dan kreatif di dalam belajar dengan menggunakan model kooperatif learning tipe Think Pair Share. Keaktifan tersebut membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.

Adanya model kooperatif learning tipe Think Pair Share maka siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar karena model pembelajaran ini sangat baik untuk mengajarkan siswa untuk saling bekerja sama, membantu dan berinteraksi sosial dengan teman sejawatnya.

Model pembelajaran Think Pair Share memang sangat berperan dalam mencapai kemajuan hasil belajar siswa yang seperti disebutkan pada kemajuan aktifitas siswa, sehingga terdapat adanya hubungan antara motivasi siswa dengan hasil belajar yang dicapai. Seperti pada penelitian ini, siswa selalu berusaha keras untuk menjadi yang terbaik, baik secara kelompok maupun individu mereka selalu berusaha karena setiap pemenang akan mendapatkan penghargaan baik itu berupa hadiah ataupun pujian sehingga mereka akan belajar dengan giat untuk memperoleh tujuan yang mereka ingin capai yaitu menjadi sang juara.

Model TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan

(8)

20

meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

Pada awalnya kegiatan menggunakan model Think Pair Share siswa masih belum terbiasa dengan model yang diajarkan oleh guru, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa dengan model pembelajaran yang dimaksudkan oleh guru. Tetapi setelah mereka mengetahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share pembelajaran dapat lebih aktif dan menyenangkan maka motivasi siswa pun meningkat dan dengan meningkatnya motivasi maka berpengaruh pula terhadap hasil belajar, sehingga pembelajaran pun menjadi baik dan siswa semakin aktif.

Karena hal itulah peneliti banyak melakukan perbaikan tiap pertemuanya pada pertemuan 1 siklus I rata-rata nilai siswa memperoleh 64,76 dengan ketuntasan kklasikal 57% pada pertenilai rata-rata memperoleh 76,19 dengak ketuntasan klasikal 76% pada pertemuan kedua rata-rata nilai siswa yang mencapai 81,43 dengan ketuntasan klasikal 90% pada pertemuan pertama dan ada 2 orang siswa yang nilainya dibawah 70, hal ini menunjukkan model Think Pair Share dapat membantu siswa dalam mencapai kemajuan hasil belajar dengan memotivasi mereka agar para siswa merasa semangat, senang dan bergairah dalam belajar sehingga dapat melebihi dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu ≥70.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan (1) Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Think Pair Share (TPS) pada pertemuan pertama di siklus I memperoleh skor 67,70%, Pada pertemuan kedua di siklus I memperoleh skor70,83%, pada pertemuan pertama dan kedua di siklus II memperoleh skor84% dan pertemuan kedua siklus II memperoleh sekor 96% di kelas VI di SDN 2 Wayau Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong mengalami peningkatan; (2) Penerapan model Think Pair Share (TPS) skor aktivitas siswa pada pertemuan pertama memperoleh 55,5 pada pertemuan kedua aktivitas siswa memperoleh skor 59,67, sedangkan pada siklus II pertemuan pertama perolehan skor aktivitas siswa 67,67 dan pada pertemuan terakhir perolehan aktivitas siswa

73,33 di kelas VI dalam mempelajari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan di SDN 2 Wayau Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong; (3) Penerapan model Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada materiperkembangbiakan tumbuhan dan hewan pada pertemuan 1 siklus I rata-rata nilai siswa memperoleh 64,76 dengan ketuntasan klasikal 57% pada pertenilai rata-rata memperoleh 76,19 dengak ketuntasan klasikal 76% pada pertemuan kedua rata-rata nilai siswa yang mencapai 81,43 dengan ketuntasan klasikal 90% pada pertemuan pertama dan ada 2 orang siswa yang nilainya dibawah 70 di SDN 2 Wayau Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka tindak lanjut yang disarankan (1) Bagi siswa disarankan untuk banyak melatih kemampuannya dalam menyelesaikan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan dengan model kooperatif learning tipe Think Pair Share (TPS) secara rutin di sekolah; (2) Bagi guru kelas VI khususnya dalam pelajaran IPA agar dapat kiranya menerapkan model kooperatif learning tipeThink Pair Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan; (3) Bagi kepala sekolah disarankan untuk selalu mengupayakan dalam meningkatkan metode dan model-model pembelajaran khususnya untuk pembelajaran IPA agar dapat meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa .

DAFTAR RUJUKAN

Adriana, S. I. (2007). Penerapan Teori Belajar IPA dan Penalaran Siswa Sekolah Dasar. Surabaya : Surabaya Intelectual Club (SIC). Amri, S., & Ahmadi, L. K. (2010). Konstruksi

Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Amri, S., & Ahmadi, L. K. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Aqib, Z. (2009). Penelitian Tindakan Kelas.

Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Azmiyawati, C dkk. (2008). IPA 6 Salingtemas Untuk Kelas VI SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Budiman, N. (2006). Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.

(9)

21

Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: BP. Dharma Bhakti.

Depdiknas. (2007). Kapita Selekta Pembelajaran. Banjarmasin: Kerjasama Depdiknas dengan FKIP UNLAM.

Dimyati. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dzaki, M. F. (2009). Prinsip Dasar dan Ciri-ciri Dalam Pembelajaran Kooperatif. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/

2009/03/prinsip-dasar-dan-ciri-ciri-dalam.html. Diakses tanggal 2 September 2011.

Gunawan, I. (2010). Metode Kooperatif Model Think Pair Share. http://masimamgun. blogspot.com/2010/06/metode-kooperatif-model-think-pair.html. Diakses tanggal 20 Oktober 2011.

Hanafiah, N., & Suhana, C. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Haryanto. (2008). Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta: Erlangga

Indra. (2010). Memahami Karakteristik Anak dalam Mengatasi Masalah Belajar Murid di Sekolah Dasar. http://indrapascaunesa.

blogspot.com/2010/02/memahami-karakteristik-anak-dalam.html.Diakses tanggal 2 September 2011.

Krisna. (2009). Motivasi Belajar. http://krisna- angga.blogspot.com/2009/09/motivasi-belajar.html. Diakses tanggal 7 September 2011.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lee, S. (2011). Karakteristik Anak Usia SD http://www.scribd.com/doc/47160805/makal ah-1 31. Diakses tanggal 7 September 2011. Mikarsa, H. L., dkk. (2008). Pendidikan Anak di

SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Permanasari, A, dkk. (2008). Belajar Sains Melalui Fenomena di Sekitar Kita. Jakarta: Unggul Permana Selaras.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sulistyanto, H., & Wiyono, E. (2008). Ilmu

Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumantri, M., & Syaodih, N. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sunarto. (2008). Pengertian Motivasi Belajar. http://sunartombs.wordpress.com/2008/09/2 3/motivasi-belajar/. Diakses tanggal 4 September 2011.

Suprapto, E. (2009). Faktor –faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar. http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/1 8/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/

(10)

Referensi

Dokumen terkait

FRASA Frasa nya eta konstruksi gramatik anu mangrupa pangdeudeul kalimah, diwangun ku dua kecap atawa leuwih, sarta nyicingan hiji fungsi dina klausa atawa kalimah...

Penambahan ekstrak kasar PLA biji durian dengan konsentrasi 0%, 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4%..Penambahan ekstrak kasar PLA biji durian yang tepat pada pembuatan kecap manis air

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Khusus ReferensiD. 1

Dalam rangka pengumpulan data untuk penyusunan tugas akhir di Universitas Kristen Maranatha tentang perubahan iklan Wafer Tango (dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris) terhadap

Observasi SPBK untuk tanggal24 April2017menunjukan sebagian besar Provinsi Bengkulu,Jawa Timur, Bali, NTT dan sebagian kecil Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera

1) KUR melalui lembaga linkage dengan pola channeling berdasarkan dengan lampiran Permenko No. 8 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat:.. Lembaga

Pembangunan peternakan selain memberikan kesempatan berusaha (lapangan kerja) dan bagian dari pembangunan nasional juga harus diarahkan langsung untuk meningkatkan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kualitas pelayanan publik di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru seb- agai berikut: Tangible; dari sisi fasilitas