• Tidak ada hasil yang ditemukan

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012

TENTANG

PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

I. UMUM

1. Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebagai bagian integral pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani, pembudidaya ikan,nelayan dan pelaku usaha pertanian lain untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk itu kegiatan penyuluhan pertanian,perikanan dan kehutanan harus dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran aktif petani pembudidaya ikan, nelayan dan pelaku usaha pertanian, perikanan dan kehutanan lainnya melalui pendekatan partisipatif. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan di masa lalu masih menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (top down) sehingga belum dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran serta aktif yang sebenarnya dari petani pembudidaya ikan, nelayan dan pelaku usaha pertanian perikanan dan kehutanan lainnya.

Sedangkan paradigma baru manajemen pembangunan adalah mendorong dan memberikan kesempatan seluas-seluasnya bagi partisipasi masyarakat, jadi tidak lagi menggunakan pendekatan “top- down”.

Pengembangan pembangunan pertanian perikanan dan kehutanan di masa mendatang perlu memberikan perhatian yang khusus terhadap penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, karena penyuluhan merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan pertanian perikanan dan kehutanan.

Melalui kegiatan penyuluhan, petani pembudidaya ikan, nelayan ditingkatkan kemampuannya agar dapat mengelola usahanya dengan produktif, efisien dan menguntungkan, sehingga petani pembudidaya ikan, nelayan dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraanya.

Meningkatnya kesejahteraannya adalah tujuan utama dari pembangunan pertanian perikanan dan kehutanan.

2. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur 2009-2014 disebutkan bahwa Strategi Pembangunan di Provinsi Jawa Timur sudah sesuai dengan kondisi alam yang ada yaitu bertumpu di sektor pertanian, dimana visi provinsi

Jawa

(2)

Jawa Timur yaitu: sebagai pusat agrobisnis terkemuka, berdaya saing global dan berkelanjutan menuju Jawa Timur makmur dan berakhlak.Visi ini sangat strategis dan sangat jelas dalam membangun Provinsi Jawa Timur karena pembangunan pertanian menjadi strategi utama pembangunan di Jawa Timur dan akan dicapai pada tahun 2025. Oleh sebab itu, peningkatan produksi pertanian, perikanan dan kehutanan di Jawa Timur merupakan salah satu kebijakan utama dalam membangun perekonomian.

Secara umum, alasan utama bagi pembangunan ekonomi yang bertumpu di sektor pertanian karena adanya anggapan bahwa semakin maju perekonomian suatu negara maka sektor pertaniannya (termasuk perikanan dan kehutanan) akan semakin mampu dalam memenuhi kebutuhan domestiknya. Bahkan di berbagai negara maju, sektor pertanian dipertahankan sedemikian rupa dengan memberikan subsidi yang relatif besar ke sektor pertanian, seperti Amerika dan berbagai Negara Eropa karena mereka berkeyakinan bahwa salah satu indikator kemajuan suatu negara perlu didukung kecukupan dalam memenuhi kebutuhan pertanian, khususnya pangan. Suatu paradoks apabila kemajuan suatu negara tidak diimbangi dengan kemajuan di sektor pertanian karena tidak ada kontradiksi antara kebutuhan mempercepat pembangunan pertanian dan penurunan peranan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB). Di samping itu, ada indikasi bahwa semakin maju suatu negara maka kesejahteraannya dapat diukur dengan semakin mampunya suatu negara dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Pembangunan pertanian di Indonesia, khususnya di Jawa Timur tidak terlepas dari peranan penyuluhan pertanian. Dengan kata lain, Penyuluhan Pertanian adalah salah satu mata rantai penting dalam pembangunan pertanian di Jawa Timur khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Sejak Pelita I, peranan penyuluhan pertanian melalui Bimbingan Masyarakat (BIMAS) dan berbagai program pertanian sangatlah menonjol terutama dengan dicapainya swasembada beras tahun 1986 melalui revolusi hijau. Dalam pengalaman itu, penyuluhan diakui mempunyai peranan besar dalam mendorong petani untuk menerapkan panca usaha tani. Kebijakan penyuluhan merupakan salahsatu kebijakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang tidak boleh ditinggalkan karena sebagai ujung tombak dari seluruh kebijakan pertanian yang bermuara pada peningkatan produksi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan peningkatan pendapatan petani.

3. Tantangan

(3)

3. Tantangan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di Jawa Timur dalam menghadapi era globalisasi adalah kenyataan bahwa pertanian perikanan dan kehutanan didominasi oleh usaha kecil yang dilaksanakan, berlahan sempit, bermodal kecil dan memiliki produktivitas yang rendah. Kondisi ini memberi dampak yang kurang menguntungkan terhadap persaingan di pasar global. Oleh karena itu, diperlukan usaha khusus pemberdayaan melalui pembangunan sistem penyuluhan pertanian perikanan dan kehutanan yang mampu membantu petani pembudidaya ikan, nelayan dan pelaku usaha pertanian perikanan dan kehutanan lain untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya serta meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu tonggak untuk pelaksanaan revitalisasi penyuluhan di Indonesia adalah Diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Undang- Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan merupakan payung hukum di dalam melakukan revitalisasi penyuluhan yaitu dalam upaya mendudukkan, memerankan, memfungsikan, dan menata kembali penyuluhan agar terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan korps, dan satu kesatuan arah serta kebijakan dalam rangka upaya peningkatan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha. Di dalam Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan tersebut dijelaskan pula perlu dibentuknya lembaga penyuluhan tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, bahkan sampai di tingkat desa.

Beradasarkan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 disebutkan bahwa di tingkat Provinsi dibentuk Badan Koordinasi Penyuluhan dan Komisi Penyuluhan.

Oleh karena itu, lahirnya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Penyelenggaraan Koordinasi Penyuluhan merupakan langkah maju untuk menata kelembagaan penyuluhan pemerintah di Provinsi Jawa Timur serta penyelenggaraan koordinasi penyuluhan di wilayah Provinsi Jawa Timur.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2 Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas kerjasama” yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus diselenggarakan secara sinergis dalam kegiatan pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan serta sektor lain yang merupakan tujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Huruf b

(4)

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas koordinatif” ialah penyelenggaraan penyuluhan diselenggarakan oleh kelembagaan penyuluhan.

Dalam menyelenggarakan penyuluhan tersebut, kelembagaan penyuluhan harus saling berkoordinasi baik dalam menyusun kebijakan, programa, strategi, materi maupun metode penyuluhan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas pemerataan” yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh wilayah Jawa Timur dan segenap lapisan pelaku utama dan pelaku usaha.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas pemberdayaan” yaitu penyelenggarakan penyuluhan harus mampu memberdayakan penyuluh secara optimal baik penyuluh PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” yaitu penyelenggaraan penyuluhan dengan upaya secara terus menerus dan berkesinambungan agar pengetahuan, keterampilan, serta perilaku pelaku utama dan pelaku usaha semakin baik dan sesuai dengan perkembangan sehingga dapat terwujud kemandirian.

Pasal 3 Huruf a

Angka 1

Yang dimaksud dengan “antar kelembagaan penyuluhan pemerintah” adalah kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat Provinsi yaitu Badan Koordinasi Penyuluhan, kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat Kabupaten/Kota yaitu Badan Pelaksana Penyuluhan sampai dengan kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat desa harus saling berkoordinasi dalam menyelenggarakan penyuluhan.

Angka 2

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

(5)

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7 Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “penyuluhan lainnya” misalnya mendapatkan penyuluhan mengenai programa, meetode dan materi penyuluhan serta rencana kerja tahunan penyuluh.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11 Huruf a

Yang dimaksud dengan “Satuan Administrasi Pangkal” adalah tempat untuk segala urusan administrasi penyuluh PNS seperti penetapan angka kredit.

Secara

(6)

Secara fungsional penyuluh PNS berada di dinas-dinas, namun secara administratif penyuluh PNS berada di Badan Koordinasi Penyuluhan.

Ketentuan ini adalah untuk menjadikan Badan Koordinasi Penyuluhan sebagai induk bagi penyuluh PNS di wilayah Provinsi Jawa Timur. Namun, penyuluh PNS tersebut tetap melaksanakan penyuluhan sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

(7)

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Wadah atau forum komunikasi penyuluh berkedudukan sebagai wadah komunikasi dan koordinasi antara penyuluh PNS, penyuluh swasta dan swadaya. Penyuluh PNS dapat membentuk wadah atau forum komunikasi penyuluh PNS, penyuluh swasta atau penyuluh swadaya juga dapat membentuk wadah atau forum komunikasi penyuluh swasta atau forum komunikasi penyuluh swadaya. Selain itu, penyuluh PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya dapat membentuk wadah atau forum komunikasi penyuluh secara bersama- sama.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

(8)

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR 22

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan

Tugas Akhir ini berjudul “STUDI PENGARUH PENDINGINAN ELEKTRODA PADA PROSES SPOT WELDING TERHADAP KUALITAS PRODUK” telah dipertahankan dihadapan dewan penguji dan

Data yang digunakan dalam penelitian mengenai tingkat kepuasan konsumen terdap pelayanan dan jenis produk yang disediakan Toko Rejo Mulyo adalah data primer..

Penelitian IV untuk mengetahui dosis/level tepung daun beluntas dan lama pemberian pakan perlakuan terhadap performa itik betina tua (berumur 12 bulan), kandungan gizi

Tiap kelompok melakukan praktikum yang berbeda, Tugas pendahuluan diberikan untuk dikerjakan dalam waktu 1 minggu pada tiap mahasiswa dan harus dikumpulkan

Berdasarkan uraian dan pertanyaan diatas, serta belum adanya penelitian yang melakukan analisa terhadap pendapatan dan keuntungan usahatani kentang kultur jaringan

Dalam mengubah sebuah pohon keputusan menjadi aturan-aturan (rules), maka yang diperlukan adalah memperhatikan hubungan antara tiap atribut dengan instansnya

Guna mempercepat pelaksanaan sertifikasi tanah asset daerah dari konversi tanah Belanda yang tidak disertifikatkan di Kota Makassar maka penulis menyarankan dua hal, yaitu: