• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis regresi robust estimasi-s

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis regresi robust estimasi-s"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

32 BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis regresi robust estimasi-S dengan pembobot Welsch dan Tukey bisquare. Kemudian akan ditunjukkan model regresi menggunakan regresi robust estimasi-S dengan pembobot Welsch dan Tukey bisquare. Selanjutnya, akan ditunjukan juga mengenai perbandingan hasil estimasi antara regresi robust estimasi-S dengan pembobot Welsch dan Tukey bisquare ditinjau dari nilai standard error dan adj R-square yang diperoleh pada masing-masing metode. Pada penelitian ini, contoh kasus yang digunakan untuk analisis regresi robust estimasi-S dengan pembobot Welsch dan Tukey bisquare adalah data Indeks Pembangunan Manusia berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2015 beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

A. Regresi Robust Estimasi-S

Pada analisis regresi jika data terkontaminasi outlier pada variabel 𝑋, estimasi-M tidak dapat bekerja dengan baik. Estimasi-M tidak dapat mengidentifikasi bad observation yang berarti tidak dapat membedakan good laverage point dan bad laverage point. Untuk mengatasi hal tersebut, estimasi high breakdown point sangat diperlukan. Salah satu estimasi yang mempunyai nilai high breakdown point adalah estimasi-S. Estimasi-S merupakan estimasi robust yang dapat mencapai breakdown point hingga 50%. Karena estimasi-S dapat mencapai breakdown point hingga 50%, maka estimasi ini dapat mengatasi setengah dari outlier dan memberikan pengaruh yang baik bagi pengamatan lainnya. Pada metode kuadrat terkecil, estimator diperoleh dengan

(2)

33

meminimumkan jumlah kuadrat error pada persamaan umum regresi linier.

Estimasi-S didefinisikan 𝛽̂𝑠 = arg min

𝛽 𝜎̂𝑠 (𝜀1, 𝜀2, … , 𝜀𝑛) (3.1) dengan menentukan nilai estimator skala robust (𝜎̂) yang minimum dan memenuhi

𝑚𝑖𝑛 ∑ 𝜌 (𝑦𝑖− ∑𝑘𝑗=0𝑥𝑖𝑗𝛽𝑗

𝜎̂ )

𝑛

𝑖=1

(3.2)

dengan

𝜎̂ = √𝑛 ∑𝑛𝑖=0(𝜀𝑖2)− (∑𝑛𝑖=0𝜀𝑖)2 𝑛(𝑛 − 1)

Estimator 𝛽̂ pada metode regresi robust estimasi-S diperoleh dengan cara melakukan iterasi hingga diperoleh hasil yang konvergen. Cara tersebut dikenal sebagai metode kuadrat terkecil terboboti secara iteratif (Iteratively Reweighted Least Square) dengan prosedur (Fox, 2002):

1. Dipilih estimator awal yang diperoleh melalui metode kuadrat terkecil:

∑ 𝑌𝑖 − 𝑛𝛽0 − 𝛽1∑ 𝑋𝑖 = 0

∑ 𝑌𝑖𝑋𝑖− 𝛽0∑ 𝑋𝑖− 𝛽1∑ 𝑋𝑖2 = 0

2. Pada setiap iterasi ke-𝑡, dihitung residual 𝜀𝑖 = 𝑦𝑖− 𝑥𝑖𝛽̂(𝑡−1), skala 𝜎̂(𝑡−1), residual terstandarisasi 𝑢𝑖(𝑡−1) =𝜀𝑖(𝑡−1)

𝜎

̂(𝑡−1) , dan bobot 𝑤𝑖(𝑡−1) =(𝑢𝑖(𝑡−1))

𝑢𝑖(𝑡−1) dari iterasi sebelumnya.

3. Dihitung estimator kuadrat terkecil terboboti menggunakan bobot pada langkah ke-2

(3)

34 𝛽̂(𝑡) = (𝑋′𝑊(𝑡−1)𝑋)−1𝑋′𝑊(𝑡−1)𝑌

4. Langkah ke-2 dan ke-3 berulang hingga estimator yang diperoleh konvergen.

Dengan kata lain, jika |𝛽̂𝑗(𝑡)− 𝛽̂𝑗(𝑡−1)| cukup kecil atau samadengan 0 untuk 𝑗 = 0, 1, 2, … , 𝑘.

B. Fungsi Pembobot Metode Kuadrat Terkecil

Fungsi obyektif untuk metode kuadrat terkecil didefinisikan sebagai 𝜌(𝑢) =1

2𝑢2 (3.3)

dan fungsi pengaruh, , merupakan turunan dari 𝜌, sehingga dapat dituliskan = 𝜌′, sehingga fungsi metode kuadrat terkecil menjadi

(𝑢) = 𝑢

Untuk fungsi pembobot digunakan rumus sebagai berikut:

𝑤(𝑢) =(𝑢) 𝑢 sehingga diperoleh,

𝑤(𝑢) = 1 (3.4)

C. Fungsi Pembobot Welsch

Untuk melakukan analisis regresi robust terutama dalam menentukan estimasi koefisien dalam regresi robust harus menggunakan fungsi. Salah satu fungsi 𝜌 untuk estimator skala robust yaitu fungsi Welsch. Holland & Welsch (1977) mendefinisikan fungsi Welsh dalam persamaan berikut:

𝜌(𝑢) =𝐶2

2 [1 − 𝑒𝑥𝑝 (− (𝑢

𝑐)2)] (3.5) dengan 𝑢 = 𝜀

𝜎

̂,

(4)

35 𝜀 ∶ nilai residual

𝜎̂ ∶ skala estimasi robust

Kemudian untuk fungsi pengaruh  yang merupakan turunan dari 𝜌 adalah sebagai berikut:

(𝑢) =𝜕𝜌(𝑢)

𝜕(𝑢)

(𝑢) = 𝑢 [𝑒𝑥𝑝 (− (𝑢

𝑐)2)] (3.6) dan untuk fungsi pembobot Welsch:

𝑤 = (𝑢) 𝑢 𝑤 = 𝑒𝑥𝑝 (− (𝑢

𝑐)2) (3.7) dengan nilai 𝑐 = 2,9846. Nilai 𝑐 adalah tuning constant yang telah ditetapkan untuk menentukan tingkat kerobustan suatu pembobot.

Sehingga fungsi pembobot menjadi seperti berikut 𝑤 = 𝑒𝑥𝑝 (− ( 𝑥

2,9846)2) D. Fungsi Pembobot Tukey bisquare

Fungsi 𝜌 yang lain untuk estimator skala robust yaitu fungsi Tukey bisquare. Fungsi Tukey bisquare secara umum didefinisikan sebagai berikut (Rousseeuw & Yohai, 1984: 260):

𝜌(𝑢) = { 𝑢2

2 − 𝑢4 2𝑏2− 𝑢6

6𝑏4 , |𝑢| ≤ 𝑏 𝑏2

6, |𝑢| > 𝑏

(3.8)

(5)

36

Fungsi pengaruh Tukey bisquare, , merupakan turunan dari 𝜌, sehingga dapat dituliskan = 𝜌′, sehingga fungsi Tukey bisquare menjadi

(𝑢) = 𝜌(𝑢) = {𝑢 − 2𝑢3

𝑏2 −𝑢5

𝑏4 , |𝑢| ≤ 𝑏 0 , |𝑢| > 𝑏

(𝑢) = {𝑢 (1 −2𝑢2

𝑏2𝑢4

𝑏4) , |𝑢| ≤ 𝑏 0 , |𝑢| > 𝑏 (𝑢) = {𝑢 (1 −𝑢

2

𝑏2)2 , |𝑢| ≤ 𝑏 0 , |𝑢| > 𝑏

= {𝑢 (1 − (

𝑢 𝑏)2)

2

, |𝑢| ≤ 𝑏 0 , |𝑢| > 𝑏

(3.9)

Untuk fungsi pembobot digunakan rumus sebagai berikut:

𝑤(𝑢) =(𝑢)

𝑢 (3.10) sehingga diperoleh,

𝑤(𝑢) = {

𝑢 (1 − (𝑢 𝑏)2)

2

𝑢 , |𝑢| ≤ 𝑏 0 , |𝑢| > 𝑏

= {[1 − ( 𝑢 𝑏)

2

]

2

, |𝑢| ≤ 𝑏 0 , |𝑢| > 𝑏

(3.11)

dengan 𝑢 =𝑒𝑖

𝑠 , dipilih nilai 𝑏 = 4,685 (Rousseeuw & Yohai, 1984: 263).

Sehingga fungsi pembobot menjadi seperti berikut:

𝑤(𝑢) = {[1 − ( 𝑢 𝑏)

2

]

2

, |𝑢| ≤ 4,685 0 , |𝑢| > 4,685

(6)

37 E. Fungsi-fungsi Ukuran Robust

Secara ringkas fungsi obyektif dan fungsi pembobot dari metode kuadrat terkecil, Welsch dan Tukey bisquare dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Fungsi Obyektif dan Fungsi Pembobot

Metode Fungsi obyektif Fungsi pembobot Interval

MKT 𝜌(𝑢) =1

2𝑢2 𝑤(𝑢) = 1 |𝑢| < ∞

Tukey

bisquare 𝜌(𝑢) =

{ 𝑢2

2 𝑢4 2𝑏2 𝑢6

2𝑏4 𝑏2

6

𝑤(𝑢) = {[1 − ( 𝑢 𝑏)

2

]

2

0

|𝑢| ≤ 𝑏

|𝑢| > 𝑏

Welsch 𝜌(𝑢) =𝑐

2[1 − 𝑒𝑥𝑝 (− (𝑢 𝑐)

2

)] 𝑤(𝑢) = 𝑒𝑥𝑝 (− (𝑢 𝑐)

2

) |𝑢| < ∞

F. Penyelesaian untuk 𝜷̂

Fungsi  tidak linier dan harus diselesaikan dengan iterasi, salah satunya dengan Iteratively Reweighted Least Square (IRLS). Dengan estimasi awal 𝛽̂𝑗0 dan estimasi skala 𝜎̂, maka bobot awal

𝑤𝑖0 = (𝜀𝑖

𝜎

̂)0 atau

𝑤𝑖0 =

(𝑦𝑖−∑ 𝑥𝑖𝑗𝛽̂𝑗0 𝑘𝑗=0

𝜎̂ )

𝑦𝑖−∑𝑘 𝑥𝑖𝑗𝛽̂𝑗0 𝑗=0

𝜎

̂

(3.12)

dengan 𝑥𝑖𝑗 adalah observasi ke-𝑖 pada regressor ke-𝑗 dan 𝑥𝑖0=1. Pada persamaan regresi linier sederhana, penyelesaian untuk 𝛽̂01 dan 𝛽̂11 (iterasi pertama terboboti) sebagai berikut:

(7)

38

∑ 𝑤𝑖0(𝑦𝑖 − 𝛽̂01− 𝛽̂11𝑥𝑖) = 0

𝑛

𝑖=1

(3.13)

∑ 𝑤𝑖0𝑦𝑖− 𝛽̂01∑ 𝑤𝑖0 − 𝛽̂11∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛

𝑖=1 𝑛

𝑖=1

= 0

𝑛

𝑖=1

∑ 𝑤𝑖0𝑦𝑖 = 𝛽̂01∑ 𝑤𝑖0 + 𝛽̂11∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛

𝑖=1 𝑛

𝑖=1 𝑛

𝑖=1

𝛽̂01∑ 𝑤𝑖0 = ∑ 𝑤𝑖0𝑦𝑖

𝑛

𝑖=1

𝛽̂11∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛

𝑖=1 𝑛

𝑖=1

Sehingga diperoleh 𝛽̂01 :

𝛽̂01 = ∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑦𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 −𝛽̂11𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 (3.14) Sedangkan untuk mencari 𝛽̂11,

∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖(𝑦𝑖 − 𝛽̂01− 𝛽̂11𝑥𝑖) = 0

𝑛

𝑖=1

(3.15)

∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑦𝑖 − 𝛽̂01∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖 − 𝛽̂11∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖2

𝑛

𝑖=1 𝑛

𝑖=1

= 0

𝑛

𝑖=1

∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑦𝑖 = 𝛽̂01∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖 + 𝛽̂11∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖2

𝑛

𝑖=1 𝑛

𝑖=1 𝑛

𝑖=1

Dilakukan substitusi persamaan (3.14) ke persamaan (3.15)

∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑦𝑖

𝑛

𝑖=1

= (∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑦𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 −𝛽̂11𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 ) ∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛

𝑖=1

+ 𝛽̂11∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖2

𝑛

𝑖=1

∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑦𝑖

𝑛

𝑖=1

=∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑦𝑖𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 −𝛽̂11(∑𝑖=1𝑛 𝑤𝑖0𝑥𝑖)2

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 + 𝛽̂11∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖2

𝑛

𝑖=1

(8)

39 𝛽̂11∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖2

𝑛

𝑖=1

−𝛽̂11(∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖)2

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 = ∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑦𝑖

𝑛

𝑖=1

−∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑦𝑖𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0

𝛽̂11(∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖2

𝑛

𝑖=1

−(∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖)2

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 ) = ∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑦𝑖

𝑛

𝑖=1

−∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑦𝑖𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 Didapat 𝛽̂11:

𝛽̂11 =

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑦𝑖 −∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑦𝑖𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖2−(∑𝑖=1𝑛 𝑤𝑖0𝑥𝑖)2

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0

(3.16)

Supaya lebih sederhana, persamaan (3.16) dikalikan 𝑤𝑖

0 𝑛 𝑖=1

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0 sehingga diperoleh nilai 𝛽̂11 sebagai berikut:

𝛽̂11 = ∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑦𝑖 − ∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑦𝑖𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑛𝑖=1𝑤𝑖0𝑥𝑖2− (∑𝑖=1𝑛 𝑤𝑖0𝑥𝑖)2 (3.17) Untuk iterasi ke-𝑗 (dengan 𝑗 = 1, 2, …), maka penyelesaian untuk 𝛽̂0𝑗 dan 𝛽̂1𝑗 adalah

𝛽̂0𝑗 = ∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑦𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1 −𝛽̂11𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1 (3.18) dan

𝛽̂1𝑗 = ∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑥𝑖𝑦𝑖 − ∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑦𝑖𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑥𝑖

𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑥𝑖2 − (∑𝑛𝑖=1𝑤𝑖𝑗−1𝑥𝑖)2

(3.19)

dengan 𝑗 merupakan banyaknya iterasi, maka tercapai nilai 𝛽̂0 dan 𝛽̂1 yang konvergen apabila selisih antara 𝛽̂1𝑗 dengan 𝛽̂1𝑗−1 adalah 0.

Sedangkan pada persamaan regresi linier berganda, penyelesaian untul 𝛽̂1𝑗 sebagai berikut:

(9)

40 ∑ 𝑥𝑖𝑗𝑤𝑖0(𝑦𝑖 − ∑ 𝑥𝑖𝑗

𝑘

𝑗=0

𝛽̂𝑗1)

𝑛

𝑖=1

= 0 (3.20)

∑ ∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑗𝑦𝑖 − ∑ ∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑗2

𝑘

𝑗=0

𝛽̂𝑗1

𝑛

𝑖=1 𝑘

𝑗=0

= 0

𝑛

𝑖=1

∑ ∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑗2

𝑘

𝑗=0

𝛽̂𝑗1

𝑛

𝑖=1

= ∑ ∑ 𝑤𝑖0𝑥𝑖𝑗𝑦𝑖

𝑘

𝑗=0 𝑛

𝑖=1

(3.21)

Persamaan (3.21) apabila ditulis dalam bentuk matriks, maka diperoleh 𝑊0𝑋𝑋𝛽̂1 = 𝑊0𝑋𝑌

𝛽̂1 = (𝑊0𝑋𝑋)−1𝑊0𝑋𝑌 (3.22) Untuk iterasi ke-𝑗 (dengan 𝑗 = 1, 2, … 𝑛), maka

𝛽̂𝑗 = (𝑊𝑗−1𝑋𝑋)−1𝑊𝑗−1𝑋 (3.23) dengan 𝑗 merupakan banyaknya iterasi, maka tercapai nilai 𝛽̂𝑗 yang konvergen apabila selisih antara 𝛽̂𝑗 dengan 𝛽̂𝑗−1 adalah 0.

G. Contoh Kasus 1. Deskripsi Data

Dalam skripsi ini, data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik. Data yang digunakan adalah data Indeks Pembangunan Manusia menurut provinsi di Indonesia tahun 2015 beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan dipilih data yang mengandung outlier.

Indek Pembangunan Manusia mempunyai pendekatan tiga dimensi dasar yaitu:

(1) umur panjang dan hidup sehat, (2) pengetahuan, dan (3) standar hidup layak.

Dari ketiga pendekatan dimensi dasar tersebut mempuyai komponen-komponen, beberapa diantaranya adalah rata-rata lama sekolah dan Upah Minimum Regional

(10)

41

(UMR). Sedangkan untuk konsep pembangunan manusia sendiri adalah pertumbuhan ekonomi yang menekankan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Berdasarkan uraian tersebut data yang digunakan dalam contoh kasus ini terdiri dari 4 variabel, yaitu satu variabel dependen yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan 3 variabel independen yakni rata-rata lama sekolah, Upah Minimum Regional (UMR), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Sedangkan obyek yang digunakan terdiri dari 33 provinsi di Indonesia. Data dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut penjelasan singkatnya mengenai variabel-variabel yang digunakan:

a. Variabel dependen

Parameter Indeks Pembangunan Manusia akan menjadi variabel dependen. Indeks Pembangunan Manusia menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/ penduduk). Angka Indeks Pembangunan Manusia disajikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota. Penyajian Indeks Pembangunan Manusia menurut daerah memungkinkan setiap provinsi dan kabupaten/ kota mengetahui peta pembangunan manusia baik pencapaian, posisi, maupun disoparitas antar daearah. Dengan demikian, maka diharapkan setiap daearah dapat terpacu untuk berupaya meningkatkan kinerja pembangunan

(11)

42

melalui peningkatan kapasitas dasar penduduk. Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dinyatakan dalam persen.

b. Variabel independen

Parameter-parameter yang akan menjadi variabel independen adalah sebagai berikut:

 Rata-rata lama sekolah

Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang) yang digunakan untuk melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam pendidikan formal. Tingginya angka rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah maka semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya. Kegunaan perhitungan angka rata-rata lama sekolah untuk melihat kualitas penduduk dalam mengenyam pendidikan formal.

 Upah Minimum Regional

Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Komponen-komponen UMR merupakan harga barang konsumsi pokok sehari-hari. Hasil pembentukan harga tersebut kemudian akan menjadi bahan dasar penetapan UMR, selanjutnya modifikasi atas kepentingan pengusaha, pekerja pemerintah, dan juga masyarakat. Upah Minimum Regional juga sebagai pengukur tingkat kesejahteraan pada suatu

(12)

43

daerah, dimana pendapatan yang di dapat dari para pekerja yang ada di masing- masing provinsi.

 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Produk Domestik Regional Bruto digunakan sebagai indikator untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah, bahan analisis tingkat kemakmuran masyarakat dan tingkat perubahan barang dan jasa, bahan analisis produktivitas secara sektoral, dan sebagai alat kontrol dalam menentukan kebijakan pembangunan.

Tabel 3.2 Deskripsi Data

Variabel Keterangan

Y Indeks Pembangunan Manusia (IPM) X1 Rata-rata lama sekolah

X2 Upah Minimum Regional (UMR)

X3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Dari data dengan variabel-variabel diatas akan ditentukan model regresi menggunakan metode kuadrat terkecil (dengan dan tanpa outlier), regresi robust estimasi-S menggunakan pembobot Welsch dan Tukey bisquare, serta membandingkan keefektifan metode kuadrat terkecil dan regresi robust estimasi-S menggunakan pembobot Welsch dan Tukey bisquare dalam mengatasi outlier.

Proses analisis regresi dimulai dari pengujian asumsi klasik regresi terlebih dahulu, kemudian menentukan estimasi parameter menggunakan metode

(13)

44

kuadrat terkecil, selanjutnya pengidentifikasian outlier dan menetukan estimasi parameter dengan metode regresi robust estimasi-S menggunakan pembobot Welsch dan Tukey bisquare, kemudian dibandingan keefektifan antara regresi robust estimasi-S menggunakan pembobot Welsch dan pembobot Tukey bisquare dalam mengatasi outlier ditinjau dari nilai standard error dan nilai adj R-square yang diperoleh. Untuk pengolahan data menggunakan software bantuan yaitu:

Microsoft Excel, SPSS versi 20, dan SAS versi 3.2.3.

2. Uji Asumsi dalam Analisis Regresi

Pada model regresi, perlu dilakukan uji asumsi analisis regresi untuk mengetahui apakah model memenuhi asumsi atau tidak. Uji asumsi yang dilakukan pada model regresi adalah uji normalitas, homoskedastisitas, non autokorelasi dan non multikolineritas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Dikatakan normal jika pada plot pencaran data berada di sekitar garis. Berdasarkan output SPSS, plot normalitas untuk residual dari model IPM menurut provinsi di Indonesia tahun 2015 beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dilihat pada gambar 3.1.

(14)

45

Gambar 3.1 P-P Plot Uji Normalitas

Berdasarkan P-P plot diatas, pencaran data berada di sekitar garis maka asumsi kenormalan terpenuhi. Pengujian kenormalan dapat juga digunakan uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut

1) Hipotesis

𝐻0: Residual berdistribusi normal 𝐻1: Residual tidak berdistribusi normal 2) Taraf signifikansi 𝛼 = 0,05

3) Kriteria pengujian:

Terima 𝐻0 jika nilai sig>0,05 4) Statistik uji

Tabel 3.3 Nilai Kolmogorov-Smirnov

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Standardized Residual ,097 33 ,200* ,952 33 ,155

(15)

46

Berdasarkan hasil ouput SPSS pada tabel test of normality diperoleh nilai sig untuk uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,2 > 0,05 maka 𝐻0 diterima.

5) Kesimpulan

𝐻0 diterima artinya residual berdistribusi normal.

b. Uji homoskedastisitas

Pemeriksaan awal varians error bersifat homoskedastisitas atau tidak ada masalah heteroskedastisitas dapat dilihat dari scatterplot berikut:

Gambar 3.2 Scatterplot Uji Homoskedastisitas

Berdasarkan scatterplot diatas diketahui bahwa plot data menyebar secara normal dan tidak membentuk pola tertentu. Meskipun demikian perlu dilakukan uji statistik lain untuk meyakinkan bahwa plot data tersebut bersifat homoskedastisitas. Pengujian uji Glejser sebagai berikut:

1) Hipotesis

𝐻0: Tidak terjadi heteroskedastisitas 𝐻1: Terjadi heteroskedastisitas 2) Taraf signifikansi 𝛼 = 0,05

(16)

47 3) Kriteria pengujian:

Terima 𝐻0 jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡(𝛼,𝑑𝑏) 4) Statistik uji

Tabel 3.4 Nilai t Pengujian Homoskedastisitas

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -2,110 3,005 -,702 ,488

Rata-rata Lama Sekolah ,499 ,383 ,253 1,302 ,203

Upah Minimum Regional 9,112E-009 ,000 ,002 ,009 ,993

PDRB -,001 ,001 -,208 -1,151 ,259

Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel diatas, diperoleh nilai 𝑡 dan signifikansi untuk variabel rata-rata lama sekolah (𝑋1), Upah Minimum Regional (𝑋2), dan Produk Domestik Regional Bruto (𝑋3), dengan 𝑡(𝛼,𝑑𝑏) = 𝑡(0,05;33) = 2,04, derajat bebas (𝑑𝑏)= 33 − 3 = 30 dan 𝛼 = 0,05, maka keputusannya sebagai berikut:

𝑡𝑥1 = 1,302 < 2,04 = 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑡𝑥2 = 0,009 < 2,04 = 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑡𝑥3 = −1,151 > −2,04 = 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

dan dari hasil diperoleh nilai signifikansi ketiga variabel independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada regresi.

5) Kesimpulan

𝐻0 diterima artinya tidak terjadi heteroskedastisitas.

(17)

48 c. Uji non-autokorelasi

Pengujian hipotesis untuk uji non-autokorelasi adalah sebagai berikut 1) Hipotesis

𝐻0: Tidak terdapat autokorelasi 𝐻1: Terdapat autokorelasi 2) Taraf signifikansi 𝛼 = 0,05 3) Kriteria pengujian:

Terima 𝐻0 jika 𝑑𝑈 < 𝑑 < 4 − 𝑑𝑈 4) Statistik uji

Tabel 3.5 Nilai Durbin-Watson

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,793a ,628 ,590 2,70801 2,380

Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel Model Summary diatas diperoleh nilai Durbin-Watson hitung sebesar 2,38. Sementara, nilai Durbin-Watson tabel dengan banyaknya data 𝑛 = 33, 𝑘 = 3, 𝛼 = 0,05 diperoleh nilai 𝑑𝑈 pada tabel Durbin-Watson sebesar 1,65. Karena 𝑑 = 2,38 > 𝑑𝑈 = 1,65 dan 𝑑 = 2,38 > 4 − 𝑑𝑈 = 2,35 maka 𝐻0 diterima.

5) Kesimpulan

𝐻0 diterima artinya tidak terdapat autokorelasi.

d. Uji non-multikolinieritas

(18)

49

Pemeriksaan multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF dan condition index. Nilai VIF lebih dari 10 menunjukkan adanya gejala multikolinieritas (Gujarati, 1995: 338). Nilai condition index melebihi 30 menunjukkan adanya gejala multikolinieritas. Berikut hasil output SPSS untuk nilai VIF:

Tabel 3.6 Nilai VIF

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 40,964 4,619 8,869 ,000

Rata-rata Lama Sekolah 3,422 ,589 ,721 5,809 ,000 ,833 1,201

Upah Minimum Regional -1,887E-006 ,000 -,146 -1,195 ,242 ,860 1,163

PDRB ,003 ,001 ,300 2,605 ,014 ,966 1,035

Berdasarkan hasil pada tabel 3.6, diketahui seluruh variabel independen yaitu rata- rata lama sekolah, Upah Minimum Regional, dan Produk Domestik Regional Bruto mempunyai nilai 𝑉𝐼𝐹 kurang dari batas maksimal 10 atau nilai tolerance lebih dari 0,1 sehingga 𝐻0 ditolak, yang artinya variabel independen tersebut tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas.

Nilai condition index maksimum berdasarkan output SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.7 Nilai Condition Index

Mo del

Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions (Constant) Rata-rata Lama

Sekolah

Upah Minimum Regional

PDRB

1

1 3,404 1,000 ,00 ,00 ,00 ,03

2 ,565 2,454 ,00 ,00 ,00 ,94

3 ,026 11,394 ,09 ,04 ,96 ,00

4 ,005 25,842 ,91 ,96 ,03 ,02

(19)

50

Berdasarkan hasil pada tabel 3.7, nilai condition index maximum yang diporoleh adalah 25,842 kurang dari 30. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas.

H. Estimasi Parameter 𝜷 dengan Metode Kuadrat Terkecil (dengan outlier) Estimasi parameter 𝛽 dengan metode kuadrat terkecil dilakukan sebagai estimasi awal untuk pembanding dengan estimasi lainnya. Estimasi dengan metode kuadrat terkecil memiliki pembobot 𝑤 = 1. Berdasarkan hasil output program R (lampiran 3, halaman: 69), diperoleh nilai koefisien variabel antara variabel dependen dan variabel independen pada data Indeks Pembangunan Manusia menurut provinsi di Indonesia tahun 2015 yang disajikan pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Koefisien Variabel Metode Kuadrat Terkecil (dengan outlier)

Variabel Koefisien

Konstanta 4,096e+01

X1 3,422e+00

X2 -1,887e-06

X3 2,810e-03

Dari tabel diatas, model regresi yang dibentuk adalah sebagai berikut:

𝑌̂ = 40,096 + 3,422X1− 0,000002X2+ 0,00281X3

dan nilai standard error dan adj R-square untuk metode kuadrat terkecil dengan outlier adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9 Nilai Standard Error dan Adj R-Square MKT (dengan outlier)

Standard Error 2,708

Adj R-square 0,59

(20)

51

Berdasarkan hasil tabel 3.9 diperoleh nilai standard error sebesar 2,708 artinya besarnya kesalahan dalam memprediksi variabel Indeks Pembangunan Manusia sebesar 2,708% dan nilai adj-R square sebesar 0,59 yang artinya 59% variasi pada variabel Indeks Pembangunan Manusia (𝑌) dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain.

I. Deteksi Outlier

Suatu data diduga dan dinyatakan sebagai suatu outlier dapat dilakukan dengan berbagai metode. Dari data yang telah disediakan, akan dilakukan pendeteksian outlier dengan metode scatter plot, standarized residual dan Cook’s Distance. Pendektesian outlier dengan metode-metode tersebut dilakukan agar nantinya dilakukan metode kuadrat terkecil tanpa melibatkan outlier yang diaplikasikan pada data Indeks Pembangunan Manusia menurut provinsi di Indonesia tahun 2014 beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1. Scatter Plot

Dengan metode scatter plot, suatu data dikatakan outlier jika terdapat satu atau beberapa data yang terletak jauh dari pola kumpulan data. Hasil scatterplot dengan bantuan program R dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.3 Scatter Plot Data

(21)

52

Berdasarkan scatter plot pada gambar 3.3 terlihat bahwa data ke 14, 17, dan 32 mempunyai residual yang besar dan ketiga data tersebut jauh dari pola kumpulan data.

2. Standarized Residual

Jika nilai standard residual memiliki nilai yang lebih besar dari 3,5 atau kurang dari −3,5 maka data tersebut dikatakan sebagai data outlier. Hasil untuk nilai standard residual dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Nilai Standarized Residual

Sampel Standardized Sampel Standardized

1 -0,32027250 18 -0,08873544 2 -0,95893377 19 -0,72846465 3 0,45477692 20 0,33526323 4 0,10701335 21 0,62717486 5 -0,27134530 22 0,71162029 6 0,13087058 23 1,13564946 7 -0,09622876 24 0,36644582 8 0,05324713 25 -0,32845945 9 1,41598509 26 0,93556394 10 0,52245989 27 -0,06570234 11 0,42544388 28 0,28049739 12 -0,95859483 29 -0,59802475 13 0,51113419 30 -1,65921724 14 2,15290041 31 -1,23365962 15 -0,60400797 32 -3,23839570 16 0,25717404 33 -1,11654420

17 1,69026480

Dari hasil diatas, tidak ada data yang merupakan data outlier.

(22)

53 3. Metode Cook’s Distance

Metode ini digunakan untuk memastikan data yang merupakan outlier dengan melihat nilai Cook’s Distance. Suatu data diduga sebagai outlier jika nilai Cook’s Distance > 4/𝑛, dengan 𝑛 adalah banyaknya data. Pada data ini 𝑛 = 33 sehingga suatu data dikatakan outlier jika nilai Cook’s Distance > (4

𝑛) = 0,1212.

Tabel 3.11 Nilai Cook’s Distance

Sampel Cook’s Distance Sampel Cook’s Distance

1 2,015490e-03 18 1,681725e-04

2 1,571878e-02 19 1,393249e-02

3 1,974630e-03 20 2,315683e-03

4 1,769176e-04 21 6,424023e-03

5 1,194109e-03 22 6,919664e-03

6 3,659177e-04 23 3,228806e-02

7 1,455934e-04 24 3,590822e-03

8 2,930597e-05 25 1,632056e-03

9 4,020852e-02 26 1,873449e-02

10 9,394118e-03 27 5,648391e-05

11 7,385557e-02 28 1,465273e-03

12 9,029401e-02 29 7,661150e-03

13 1,677976e-02 30 9,274302e-02

14 3,475852e-01 31 2,293599e-02

15 5,188840e-02 32 2,963114e-01

16 7,862926e-04 33 1,995136e-01

17 2,739162e-02

(23)

54

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 3.11, nilai Cook’s Distance pada data ke-14, 32, dan 33 berturut-turut (3,475852𝑒 − 01); (2,963114𝑒 − 01); dan (1,995136𝑒 − 01) yang ketiganya lebih dari 0,1212 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut adalah outlier.

J. Estimasi Parameter 𝜷 dengan Metode Kuadrat Terkecil (tanpa outlier) Adanya outlier dalam data observasi mengakibatkan hasil estimasi parameter dengan metode kuadrat terkecil tidak tepat. Oleh karena itu, penulis menghilangkan outlier dari data observasi, kemudian menganalisis data tanpa outlier tersebut dengan metode kuadrat terkecil. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan estimasi awal sebagai pembanding dengan estimasi lainnya. Dalam contoh kasus ini, terdapat beberapa data yang dihapus dari penelitian karena merupakan outlier. Data yang dihapus adalah data ke 14, 17, 32, dan 33, kemudian menganalisis data tanpa melibatkan outlier dengan metode kuadrat terkecil. Estimasi variabel dengan metode kuadrat terkecil memiliki pembobot 𝑤 = 1. Berdasarkan output program R (lampiran 3, halaman: 70) didapat koefisien variabel untuk metode kuadrat terkecil tanpa outlier sebagai berikut:

Tabel 3.12 Koefisien Variabel Metode Kuadrat Terkecil (tanpa outlier)

Variabel Koefisien

Konstanta 4,512e+01

Rata-rata Lama Sekolah 2,188e+00

Upah Minimum Regional (UMR) 2,319e-06

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 3,004e-03 Dari tabel di atas, model regresi yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

(24)

55

𝑌̂ = 45,1786 + 2,241086X1+ 0,0000002X2+ 0,002329X3

Berdasarkan hasil koefisien variabel pada tabel 3.12, didapatkan nilai standard error dan adj R-square dapat dilihat pada tabel 3.13.

Tabel 3.13 Nilai Standard Error dan Adj R-Square MKT (tanpa outlier)

Standard Error 1,551

Adj R-Square 0,777

Berdasarkan hasil diatas diperoleh nilai standard error sebesar 1,551 artinya besarnya kesalahan dalam memprediksi variabel Indeks Pembangunan Manusia sebesar 1,551% dan nilai adj-R square sebesar 0,777 yang artinya 77,7% variasi pada variabel Indeks Pembangunan Manusia (𝑌) dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain.

K. Estimasi Parameter 𝜷 dengan Estimasi-S Pembobot Welsch

Estimasi variabel dengan pembobot Welsch memiliki pembobot 𝑤 sebagai berikut:

Tabel 3.14 Nilai Pembobot Welsch

Sampel Nilai Pembobot Sampel Nilai Pembobot

1 5.302553e-01 18 8.948495e-01

2 3.197310e-01 19 1.702723e-01

3 5.859562e-01 20 9.818268e-01

4 9.997456e-01 21 9.942053e-01

5 9.884628e-01 22 8.808055e-01

6 3.829137e-01 23 1.300242e-01

7 9.669116e-01 24 9.860149e-01

8 9.692238e-01 25 9.517556e-01

9 2.206572e-01 26 8.974722e-01

10 6.956263e-02 27 9.903807e-01

(25)

56

Sampel Nilai Pembobot Sampel Nilai Pembobot

11 9.942095e-01 28 9.995489e-01

12 9.872157e-01 29 4.909050e-02

13 6.583702e-02 30 2.794078e-02

14 4.783306e-12 31 2.891194e-02

15 9.956745e-01 32 2.674049e-15

16 4.397288e-01 33 4.015361e-09

17 8.158781e-04

Sedangkan untuk output nilai skala robust dan banyaknya iterasi dapat dilihat pada lampiran 3, dimana diperoleh nilai skala robust estimasi-S menggunakan pembobot Welsch sebesar 1,930279 yang didapat dari iterasi ke-41 hingga konvergen.

Berdasarkan output program R (lampiran 4, halaman: 71), didapatkan koefisien variabel untuk regresi robust estimasi-S menggunakan pembobot Welsch sebagai berikut:

Tabel 3.15 Koefisien Variabel Estimasi-S Pembobot Welsch

Variabel Koefisien

Konstanta 4,517860e+01

Rata-rata Lama Sekolah 2,241086e+00

Upah Minimum Regional (UMR) 2,214496e-06

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2,329118e-03 Dari tabel 3.15, diperoleh model regresi sebagai berikut:

𝑌̂ = 45,1786 + 2,241086X1+ 0,0000002X2+ 0,002329X3

Berdasarkan hasil koefisien variabel pada tabel 3.15, didapat nilai standard error dan adj R-square untuk regresi robust estimasi-S menggunakan pembobot Welsch dapat dilihat pada tabel 3.16.

(26)

57

Tabel 3.16 Nilai Standard Error dan Adj R-Square Estimasi-S Pembobot Welsch

Standard Error 0,575

Adj R-Square 0,937

Berdasarkan hasil diatas diperoleh nilai standard error sebesar 0,575 artinya besarnya kesalahan dalam memprediksi variabel Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,575% dan nilai adj-R square sebesar 0,937 yang artinya 93,7% variasi pada variabel Indeks Pembangunan Manusia (𝑌) dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain.

L. Estimasi Parameter 𝜷 dengan Estimasi-S Pembobot Tukey bisquare Estimasi ini dilakukan sebagai estimasi awal untuk pembanding dengan estimasi lainnya. Estimasi variabel dengan pembobot Tukey bisquare memiliki pembobot 𝑤 sebagai berikut:

Tabel 3.17 Nilai Pembobot Tukey bisquare

Sampel Nilai Pembobot Sampel Nilai Pembobot

1 0.62356470 18 0.95166814

2 0.38527183 19 0.30436132

3 0.77212983 20 0.99829984

4 0.99992429 21 0.99350586

5 0.99998322 22 0.91674710

6 0.60554971 23 0.24034369

7 0.99631107 24 0.98376322

8 0.98543967 25 0.95570585

9 0.29465086 26 0.91289692

10 0.20419717 27 0.99992552

11 0.99122238 28 0.99800658

(27)

58

Sampel Nilai Pembobot Sampel Nilai Pembobot

12 0.98884948 29 0.06729511

13 0.06614638 30 0.00000000

14 0.00000000 31 0.00000000

15 0.99257710 32 0.00000000

16 0.66447211 33 0.00000000

17 0.00000000

Sedangkan untuk output nilai skala robust dan banyaknya iterasi dapat dilihat pada lampiran 4 (halaman: 72), dimana diperoleh nilai skala robust dengan estimasi-S menggunakan pembobot Tukey bisquare sebesar 1,967276 yang didapat dari iterasi ke-111 hingga konvergen.

Berdasarkan output program R (lampiran 5, halaman: 73), didapatkan koefisien variabel untuk regresi robust estimasi-S menggunakan pembobot Tukey bisquare sebagai berikut:

Tabel 3.18 Koefisien Variabel Estimasi-S Fungsi Tukey bisquare

Variabel Koefisien

Konstanta 4,397457e+01

Rata-rata Lama Sekolah 2,444729e+00

Upah Minimum Regional (UMR) 1,914014e-06

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2,246621e-03

Dari tabel 3.18, model regresi yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

𝑌̂ = 43,97457 + 2,444729X1+ 0,000006X2+ 0,00224X3

Berdasarkan hasil koefisien variabel pada tabel 3.18, didapat nilai standard error dan adj R-square untuk regresi robust estimasi-S menggunakan pembobot Tukey bisquare dapat dilihat pada tabel 3.19.

(28)

59

Tabel 3.19 Nilai Standard Error dan Adj R-Square Estimasi-S Pembobot Tukey bisquare

Standard Error 0,749

Adj R-Square 0,920

Berdasarkan hasil diatas diperoleh nilai standard error sebesar 0,749 artinya besarnya kesalahan dalam memprediksi variabel Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,749% dan nilai adj-R square sebesar 0,92 yang artinya 92% variasi pada variabel Indeks Pembangunan Manusia (𝑌) dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain.

Jika disajikan dalam tabel, metode pencarian koefisien 𝛽 dapat dibandingkan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.20 Nilai Perbandingan Standard Error dan Adj-R Square

Metode Standard Error Adj-R2

Metode kuadrat terkecil (dengan outlier) 2,708 0,590 Metode kuadrat terkecil (tanpa outlier) 1,551 0,777

Estimasi S dengan pembobot Welsch 0,575 0,937

Estimasi S dengan pembobot Tukey bisquare 0,749 0,920 Dari tabel diatas, digunakan dua nilai pembanding untuk masing-masing metode yaitu standard error dan adj R-Square. Metode terbaik adalah metode yang memiliki nilai standard error paling kecil dan adj R-Square paling besar. Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis regresi robust dengan estimasi-S fungsi Welsch merupakan metode yang paling baik. Didapat model terbaik dari pembobot Welsch sebagai berikut:

𝑌̂ = 45,1786 + 2,241086X1+ 0,0000002X2 + 0,002329X3.

(29)

60

Model regresi tersebut dapat diartikan sebagai berikut:

a. Setiap peningkatan satu tahun rata-rata lama sekolah (𝑋1) maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (𝑌̂) sebesar 2,24%, apabila UMR (𝑋2) dan PDRB (𝑋3) tetap.

b. Setiap peningkatan satu rupiah UMR (𝑋2) maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (𝑌̂) sebesar 0,000002% apabila rata-rata lama sekolah (𝑋1) dan PDRB (𝑋3) tetap.

c. Setiap peningkatan satu rupiah PDRB (𝑋3), maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (𝑌̂) sebesar 0,0023% apabila rata-rata lama sekolah (𝑋1) dan UMR (𝑋2) tetap.

d. Jika rata-rata lama sekolah (𝑋1), UMR (𝑋2), dan PDRB (𝑋3) sama dengan 0, maka Indeks Pembangunan Manusia sebesar 45,2%.

Gambar

Tabel 3.1 Fungsi Obyektif dan Fungsi Pembobot
Tabel 3.2 Deskripsi Data
Tabel 3.3 Nilai Kolmogorov-Smirnov
Gambar 3.2 Scatterplot Uji Homoskedastisitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode kuadrat terkecil merupakan suatu metode estimasi parameter regresi yang paling sederhana untuk regresi linier sederhana maupun regresi linier berganda, tetapi jika

“Regresi robust merupakan metode regresi yang digunakan ketika distribusi dari error tidak normal dan atau adanya beberapa outlier yang berpengaruh pada model”

Berdasarkan analisis deskriptif pada uji boxplot data yang digunakan mengidentifikasi adanya data outlier sehingga diperlukan prosedur regresi robust dengan

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa untuk data yang mengandung outlier estimasi parameter yang diperoleh pada metode regresi robust dengan metode M lebih

Setelah estimasi telah didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian parameter dalam model regresi bertujuan untuk mengetahui apakah

Para Peneliti Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah menambah pengetahuan tentang estimasi parameter regresi spasial lag dengan metode kuadrat terkecil,

robust (tegar). Semakin besar r maka estimasi robust akan mendekati least square. M-Estimator dipandang baik dalam mengestimasi parameter yang disebabkan oleh data outlier

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pemodelan Regresi Metode Kuadrat Terkecil Hasil penaksiran parameter berdasakan metode kuadrat terkecil untuk regresi linier berganda didapatkan diperoleh