117
This work is licensed under a Creative Commons Attribution – ShareAlike 4.0 International License.
PENERAPAN METODE PDCA DALAM MEMINIMASI DEFECT PADA IKAN KAKAP; STUDI KASUS PT. ALAM JAYA
Mochamad Arda Trijayanto1, Handy Febri Satoto2
iProgam iStudi Teknik Industri , Fakultas Teknik iUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya [email protected]1, [email protected]2*
ABSTRAK
PT Alam Jaya Seafood adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pangan, yang menjadi salah satu supplier seafood di beberapa negara seperti, Kanada, Rusia, Amerika, Eropa, dan lainnya. Produk hasil perikanan yang diproses oleh PT. Alam Jaya diantaranya, Ribbon Fish, Yellow Croaker, Leather Jacket, Barred Spanish Mackerel, Red Snapper, Octopus, Squid, Cuttlefish, dan Tuna. Pada proses produksinya permasalahan yang ditemui adalah proses penyortiran. Dari data defect yang didapat dari 21 Maret 2022 sampai dengan 4 April 2022 terdapat tiga item defect dimana menyebabkan pengembalian ikan kepada supplier. Penelitian dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada dengan menerapkan teknik Pland Do Chek Action (PDCA). Dari hasil permasalahan tersebut dilakukan beberapa perbaikan, khususnya dengan melakukan training kepada karyawan sortir, melakukan pembedaan keranjang untuk size ikan dan penempatan box es pada ruangan sortir. Dari kegiatan perbaikan tersebut defect pada ikan berkurang dari 3 item menjadi 0 dengan average score pada quality control organoleptik sejumlah 8. Sehingga target rata – rata score pada quality control organoleptik dari perusahaan terpenuhi.
Kata Kunci: quality, defect, produksi, analisis, PDCA 1. PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dalam dunia industri saat ini semakin ketat, kemunculan kompetitor serta kemajuan teknologi menjadi penyebabnya. Setiap perusahaan berusaha secara maksimal untuk meningkatan kualitas produk, karena hal ini menjadi salah satu kunci strategi bisnis dalam sebuah perusahaan. Hal tersebut juga berlaku bagi PT. Alam Jaya Rungkut, Surabaya yang merupakan salah satu perusahaan ekspor dan impor berbagai jenis seafood seperti ikan kakap (Lutjanidae), bekutak/sotong (Sepia sp), gurita (Octopus sp.), ikan layur (Trichiurus spp.), ikan bandeng (Chanos chanos), ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dan ikan betet (Scarus sp.). Ikan kakap merupakan jenis produk seafood yang juga dikelola oleh PT. Alam Jaya Rungkut, Surabaya.
Ikan kakap adalah salah satu jenis ikan yang memiliki jumlah banyak di perairan Indonesia, terbagi menjadi ikan kakap merah, bagong, sawo dan nunuk. Ciri khas dari ikan kakap Ikan ini memiliki ciri khas dengan bentuk tubuh yang bulat pipih dan memanjang dengan bagian punggung anal, dan juga perutnya yang terdapat sirip. Produk-produk yang dihasilkan meliputi frozen fillet, frozen steak, frozen portion cut, WG (Whole Gutted), WGG (Whole Gilled and Gutted),WGS (Whole Gutted Scalles), WGGS (Whole Gutted Gilled Scaled).
118
Kualitas merupakan karakteristik dari suatu produk atau jasa, yang ditentukan oleh pemakai dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengontrol kualitas suatu produk yaitu Quality Control (QC). Quality Control juga berbicara mengenai pengendalian proses produksi, hal ini dikarenakan pengendalian kualitas merupakan bagian dari pengendalian proses produksi. Oleh karena itu, pengendalian pada proses produksi baik secara kuantitas maupun kualitas sangatlah penting diperhatikan dalam suatu perusahaan terlebih bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan seafood.
1.2 Arti Mutu
Mutu adalah keseluruhan kualitas dan atribut suatu barang atau administrasi yang kemampuannya memenuhi kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun yang tersamar. Dalam kontes moneter, dunia bisnis tidak hanya membahas tingkat efisiensi organisasi, serta tingkat nilai barang dan pekerjaan, tetapi lebih pada sifat barang atau administrasi yang disajikan oleh organisasi. Barang atau jasa yang dipandang berkualitas adalah barang atau jasa yang dapat sesuai dengan apa yang umumnya diharapkan oleh pembeli.
Oleh karena itu, organisasi perlu waspada, dan fokus pada klien mereka dengan mengetahui kebutuhan atau keinginan mereka, sehingga barang atau administrasi yang dikirimkan dapat sesuai dengan pembeli/klien.
Ada beberapa pengertian nilai seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya:
sebagai berikut:
1. Ishikawa (1943), "Kualitas untuk bekerja pada eksekusi hierarkis dengan keadaan dan bagan hasil logis yang digunakan untuk menganalisis masalah kualitas."
2. Juran (1962), "Kualitas adalah kualifikasi untuk alasan atau keuntungan."
3. Deming (1982), "Kualitas harus menargetkan memenuhi kebutuhan klien sekarang dan nanti."
4. Scherkenbach (1991), "tidak sepenuhnya diselesaikan oleh klien; klien membutuhkan item dan administrasi yang mengatasi masalah dan asumsi mereka pada tingkat biaya tertentu yang menunjukkan nilai item.
Selanjutnya, sejauh kualitas, proses perbaikan tanpa henti diperlukan yang dapat diperkirakan, semuanya sama. Dengan cara ini, gagasan tentang kualitas harus dilakukan secara menyeluruh, dua item atau administrasi dan siklus. Sifat item atau administrasi yang digabungkan, sifat komponen yang tidak dimurnikan, item yang sudah selesai, kapasitas untuk menawarkan jenis bantuan sesuai asumsi klien, dan daya tanggap, sedangkan sifat interaksinya mencakup, ketepatan atau kesederhanaan aktivitas dan siklus perbaikan, dan kekuatan dan ketergantungan. Kualitas dianggap sebagai tingkat pengakuan pembeli atas barang yang dikonsumsi berulang kali (seragam atau dapat diandalkan dalam pedoman dan penentuan), terutama sifat organoleptiknya, menurut Hubeis (1944).
Dalam pandangan ISO/DIS 8402-1992, kualitas dicirikan sebagai sifat umum suatu zat apakah itu item, tindakan, siklus, asosiasi atau individu. Demikian juga, kualitas juga dicirikan sebagai atribut umum dari suatu struktur apakah itu item, gerakan, siklus atau manusia, yang menunjukkan kapasitasnya untuk mengatasi masalah yang telah ditentukan sebelumnya (Fardiaz, 1997).
119 1.2 PDCA (Plan, Do, Check, Action)
Siklus PDCA atau siklus Deming dibuat untuk mengaitkan tugas dengan kebutuhan klien dan menyoroti aset pada semua bagian organisasi (penelitian, rencana tugas, dan menampilkan) dengan cara yang terkoordinasi dan sinergis untuk mengatasi masalah klien (Ross, 1994:237).
Siklus Deming adalah model perbaikan terus-menerus yang dibuat oleh W. Edward Deming yang terdiri dari 4 bagian mendasar berturut-turut, khususnya. (M.N. Nasution, 2015, hal.26).
1. Membina suatu pengaturan (Plan) Menyusun ketetapan, menetapkan spesifikasi atau norma mutu yang baik, memberikan pemahaman kepada bawahan tentang pentingnya mutu barang, pengendalian mutu dilakukan secara terus menerus dan konsisten.
2. Melaksanakan pengaturan (Do) Rencana yang telah disusun dilakukan secara bertahap, mulai dari skala terbatas dan usaha yang menyeragamkan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing fakultas. Selama pelaksanaan pengaturan, pengendalian harus diselesaikan, khususnya berusaha untuk menjamin bahwa semua rencana dilakukan dengan baik seperti yang diharapkan sehingga target dapat dicapai.
3. Memeriksa atau memeriksa hasil yang dicapai (Check) Memeriksa atau menyelidiki mengacu pada memutuskan apakah pelaksanaannya tepat sasaran, seperti yang ditunjukkan oleh pengaturan dan mengamati kemajuan pembaruan yang diatur. Melihat sifat hasil ciptaan dengan pedoman yang telah ditetapkan, dari hasil eksplorasi diperoleh informasi kekecewaan dan kemudian diteliti penyebab kekecewaan tersebut.
4. Lakukan aktivitas perubahan jika penting. (Aktivitas) Perubahan dilakukan bila dianggap signifikan, mengingat konsekuensi dari pemeriksaan di atas. Perubahan berhubungan dengan menormalkan strategi baru untuk menghindari terulangnya masalah serupa atau menetapkan fokus baru untuk peningkatan yang dihasilkan.
Perangkat di PDCA Setiap strategi peningkatan kualitas pasti ditegakkan oleh perangkat yang disebut "Instrumen Kualitas" atau "Perangkat Kualitas". Perangkat berkualitas memiliki kemampuan untuk membantu dan membuatnya lebih mudah untuk menguraikan masalah seputar kualitas ke dalam tampilan visual, dua tabel dan ilustrasi. Penggunaan perangkat yang sempurna tentunya akan memberikan hasil yang lebih ideal. Berikutnya adalah perangkat yang biasanya digunakan dalam peningkatan kualitas dengan menggunakan strategi PDCA. (Hendy Tannady, 2014, hal.35).
1. Lembar Periksa 2. Garis besar Pareto 3. Diagram alir
4. Keadaan dan hasil logis Grafik 5. 5W1H
2. METODE PENELITIAN Tahapan penelitan terdiri dari
a. Observasi langsung
Obvservasi langsung yaitu terjun langsung dilapangan pada bagian proses produksi dan sortasi untuk melihat langsung kondisi dan penyebab terjadinya kecacatan pada produk
120 b. Wawancara
Wawancara dilakukan pada bagian quality control untuk mengetahui sistematika proses produksi
c. Pengumpulan data
Data primer yang didapat adalah hasil dari observasi langsung dilapangan dan wawancara pada bagian quality control. Data sekunder diperoleh dari divisi staf quality control yaitu data produksi pada bulan 21 maret 2022 sampai dengan 4 april 2022.
3. HASIL DAN PEMABAHASAN 3.1 Operasi Proses Chart
Peta proses operasi atau Operation Process Chart (OPC) adalah bagan yang menggambarkan cara proses penanganan material, mulai dari bahan mentah hingga menjadi bagian atau barang jadi. Berikutnya adalah panduan siklus kegiatan proses produksi ikan kakap.
PETA PROSES OPERASI Nama produk : Ikan Kakap merah WGS
Nomor Peta : 1
Dipetakan : Mochamad Arda Trijayanto Tanggal Dipetakan : 19 mei 2022
Ikan
0-1
1-1
0-2
0-3
0-4
0-5
1-1
0-6
0-7
0-8
Pembongkaran ikan dari supplier
Menyortir Ikan yang diterima kedalam keranjang
Melakukan penimbangan 1 pencatatan laporan
Pencucian ikan dalam keranjang
Penimbangan 2 pencatatan laporan
Pembersihan ikan WGS ( pembersihan sisik dan isi perut
Penimbangan 3 pencatatan laporan
Penyusunan ikan dalam loyang pan
Pembekuan ikan
Pembongkaran ikan dari loyang pan Label proses (bobot dan jenis
pengolahan )
Label pengerjaan (tanggal bobot kode supplier dan kode kelompok
pengerjaan 1%
30'’
1%
60"
0%
5"
0%
5"
0%
5'’
3%
120"
0 %
30"
0%
3600"
0%
30 “ Timbangan
Timbangan
pisau
Timbangan
Mesin ABF
121
PETA PROSES OPERASI Nama produk : Ikan Kakap merah WGS
Nomor Peta : 1
Dipetakan : Mochamad Arda Trijayanto Tanggal Dipetakan : 19 mei 2022
1-2
0-10
0-11
0-12 0-9
Pengecekan bahan logam ikan dengan metal detector
Penimbangan akhir
Ikan dimasukan kedalam plastik
Plastik yang berisi ikan dimasukan kedalam master carton
Master carton diisolasi dan diikat dengan tali distrap
Master carton dimasukan kedalam cold storage 1 %
5 “ 0%
0%
10 “ 0%
10 “ 0 %
10 “ 5"
Mesin scrap Metal detector
Gambar 1. Peta proses operasi
Pada proses pengolahan ikan cacat produk sering terjadi pada bagian:
a. Penerimaan
Permasalahan yang sering dialami pada bagian penerimaan adalah ukuran ikan yang oversize, undersize dan kualitas ikan yang buruk.
b. Sortasi
Permasalahan yang terjadi di bagian sortasi adalah terdapat ikan yang berbeda ukuran dalam satu keranjang.
Ringkasan
Kegiatan Jumlah Waktu
12 3850
2 65
1 5
122 c. Proses
Permasalahan yang sering terjadi pada bilik proses adalah pekerja yang mengabaikan bel/alarm pengingat untuk cuci tangan. Cuci tangan biasanya dilakukan tiap satu jam sekali, akan tetapi biasanya karena terlalu sibuk bekerja mereka mengabaikannya agar pekerjaan dapat selesai lebih cepat. Hal ini bisa saja menyebabkan kontaminasi silang, yang artinya produk jadi tercemari oleh raw material (ditularkan dari sarung tangan yang digunakan).
3.2 Tingkat dan Jenis Kecacatan
Identifikasi tingkat dan jenis kecacatan produk pada ikan menggunakan acuan SNI (Standart Nasional Indonesia) tentang ikan segar dengan melakukan tes organoleptik. Tes organoleptik atau tes taktil atau tes berwujud itu sendiri adalah teknik tes yang melibatkan kemampuan manusia sebagai perangkat utama untuk melakukan pengujian dengan menggunkan indera pengelihatan, penciuman dan peraba. Pengujian organoleptik memainkan peran penting dalam penilaian. Pengujian organoleptik dapat memberikan tanda pembusukan, pelemahan, dan kerusakan lain pada ikan. Uji organoleptik yang dilakukan oleh Quality Control adalah uji tekstur, aroma dan pengelihatan.
1. Tekstur
Uji tekstur yang dilakukan adalah pengecekan kekenyalan ikan, ikan harus kompak padat dan elastis.
2. Aroma
Uji Aroma dilakukan dengan mencium daging ikan. Ikan harus dalam kondisi segar tidak tercium bau busuk maupun asam.
3. Pengelihatan
Uji pada pengelihatan adalah dengan melihat kenampakan ikan mulai dari warna ikan, warna insang dan warna mata. Bentuk tubuh ikan harus utuh dan dalam kondisi yang bagus.
3.3 Faktor Penyebab Kecacatan
Faktor kecacatan dapat dilakukan menggunakan analisa fishbone diagram untuk menganalisis faktor penyebab turunnya mutu pada ikan. Penerapan fishbone diagram dengan membagi faktor manusia, peralatan dan material lalu dianalisis berdasarkan permasalahan produk sebagai berikut:
123
Defect Ikan Kesalahan teknik penangkapan
Ikan terdapat kail pancing
Pisau kurang tajam
Gaji berdarkan hasil karyawan terburu - buru Telat memberi es pada ikan Meletakan ikan dengan size yang
berbeda dalam satu keranjang
Timbangan tidak akurat
Timbangan tergenang air
Ikan tidak sesuai standart perusahaan
Gambar 2. Diagram fishbone
3.4 Upaya perbaikan dengan metode PDCA (Plan, Do, Check, Action) 1. Plan (perencanaan)
Identifikasi masalah yang dilakukan penulis dilakukan pada bagian proses. Penelitian ini membahas masalah kualitas dimana untuk permasalahan kualitas terdapat ikan yang tidak sesuai dengan standar SNI ikan segar. Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini adalah mengidentifikasi penyebab dan intensitas ikan yang tidak berkualitas. Berikut adalah data jumlah dan jenis defect dari supplier pada bulan Maret 2022.
Tabel 1. Upaya perbaikan PDCA Perancanaan No Raw
material Suplier
code Product
name Monitoring Averge
score Corective action eye gill mucus odor
1 km 108 WGS 8 8 8 8 8
2 Km 108 WGS 8 8 8 8 8
3 Km 108 WGS 9 9 9 8 8.75
4 Km 108 WGS 9 9 9 8 8.75
5 Km 108 WGS 9 9 9 9 9
5 Km 108 WGS 8 8 9 9 8.5
7 Km 108 WGS 7 7 6 9 7.25
8 Km 108 WGS 6 6 6 9 6.75 Melakukan
pengembalian ikan dan produk dimasukan padaa kategori BS (Barang second)
124
9 Km 108 WGS 8 8 8 8 8
10 Km 108 WGS 8 8 8 8 8
11 Km 108 WGS 5 6 5 8 6 Melakukan
pengembalian ikan dan produk dimasukan padaa kategori BS (Barang second)
12 km 108 WGS 5 6 5 8 6 Melakukan
pengembalian ikan dan produk dimasukan padaa kategori BS (Barang second)
13 Km 108 WGS 8 7 8 8 7.75
14 Km 108 WGS 8 8 8 9 8.25
15 Km 108 WGS 9 8 8 7 8
16 Km 108 WGS 8 7 8 8 7.75
17 Km 108 WGS 8 9 8 9 8.5
18 Km 108 WGS 9 8 8 7 8
19 Km 108 WGS 8 9 8 8 8.25
20 Km 108 WGS 7 8 8 8 7.75
21 Km 108 WGS 8 7 8 8 7.75
22 Km 108 WGS 8 8 8 8 8
23 Km 108 WGS 8 8 9 7 8
24 Km 108 WGS 7 8 8 9 8
Dari data diatas menunjukan tingkat defect yang tinggi pada no 8, 11 dan 12 dimana pihak perusahaan menentukan bahwa nilai average score minimal 7 maka perlu dilakukan perbaikan.
2. Do (melaksanakan rencana)
Pada tahap ini penulis mencoba mencari tahu penyebab dari terjadinya masalah ini. Setelah dilakukan wawancara singkat bersama pegawai QC yang berada di lapangan, diputuskan bahwa analisis dilakukan dengan cara menganalisa penyebab kecacatan dengan metode 5W1H (five why-one how)
125
Tabel 2. Upaya perbaikan PDCA melaksanakan rencana
what Why where who when How
Karyawan telat melakukan pemberian es
Karena letak box es diluar area sortir.
Kurangnya pengetahuan tentang sop
Ruang
sortasi Karyawan
sortir 21 maret Memberi tahu
kepada bagian es untuk mensuplai es agar diletakan pada ruangan sortir, melakukan training kepada karyawan Material
dari supplier tidak sesuai standart
Karena kesalahan teknik penangkapan ikan
Tempat
supplier supplier 21 maret Marketing harus mengkomunikasikan terhadap supplier tentang standar kualitas perusahaan Kesalahan
pengerjaan ikan
Ikan yang buruk dan berbeda size tercampur dengan ikan yang baik pada satu keranjang
Ruang
sortir Karyawan
sortir 21 maret Memisahkan ikan dengan kondisi buruk agar dibedakan keranjang
dengan memberi tanda pada keranjang
Tabel 3. Implementasi perbaikan Jenis 5w-1h Deskripsi tindakan
Tujuan
utama What Memberi tahu kepada bagian es untuk mensuplai es agar diletakan pada ruangan sortir
Marketing memberi informasi kepada supplier tentang standart mutu perusahaan
Memberi tanda pada keranjang agar karyawan mudah mengetahui jenis pengerjaan dan kondisi ikan
Melakukan training kepada karyawan tentang sop Alasan Why Agar karyawan sortir lebih dekat untuk mengambil
es .
Supaya ikan yang datang sesuai dengan permintaan Agar ikan tidak tercampur dalam satu keranjang Agar karyawan lebih kompeten
Orang Who Karyawan sortir Tempat Where Ruangan sortir Waktu When 21 maret 2022
126 metode How Langkah perbaikan
Memberikan suplie es pada ruang sortir Training kepada karyawan
Pemberian tanda pada keranjang dengam membedakan warna keranjang
Memberi standart mutu perusahaan kepada supplier
3. Check
Implementasi check dilakukan ketika pelaksanaan perbaikan telah selesai, dengan melihat informasi jumlah kecacatan ikan yang terjadi sebelum perbaikan, khususnya pada bulan maret 2022 dan informasi setelah pelaksanaan perbaikan pada bulan Mei 2022. Data sebelum perbaikan dapat dilihat pada table 1 dan data sesudah perbaikan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data sesudah perbaikan dengan PDCA Check No Raw
material Suplier
code Product
name Monitoring Averge
score Corective action eye gill mucus odor
1 km 108 WGS 8 9 9 8 8.5
2 Km 108 WGS 8 8 8 8 8
3 Km 108 WGS 9 9 9 8 8.75
4 Km 108 WGS 9 9 9 8 8.75
5 Km 108 WGS 9 9 9 9 9
5 Km 108 WGS 8 9 9 8 8.5
7 Km 108 WGS 8 8 8 8 8
8 Km 108 WGS 6 8 6 9 7.25
9 Km 108 WGS 8 8 8 8 8
10 Km 108 WGS 8 8 8 7 7.75
11 Km 108 WGS 8 9 8 8 8.25
12 km 108 WGS 9 8 7 8 8
13 Km 108 WGS 8 7 8 8 7.75
14 Km 108 WGS 8 8 8 9 8.25
15 Km 108 WGS 9 8 8 7 8
16 Km 108 WGS 8 7 8 8 7.75
17 Km 108 WGS 8 9 8 9 8.5
18 Km 108 WGS 9 8 8 7 8
19 Km 108 WGS 8 9 8 8 8.25
20 Km 108 WGS 7 8 8 8 7.75
21 Km 108 WGS 8 7 8 8 7.75
22 Km 108 WGS 8 9 8 9 8.5
23 Km 108 WGS 8 8 9 7 8
24 Km 108 WGS 7 8 8 9 8
127
Dari aktifitas perbaikan tersebut, diperoleh beberapa manfaat yaitu sebagai berikut.
- Jumlah defect akibat kesalahan ukuran menjadi 0 - Jumlah ikan yang terindikasi bau busuk menjadi 0 - Jumlah ikan yang salah pengerjaan menjadi 4. Action
- Melakukan training pada karyawan setiap 1 bulan sekali agar kesalahan pengerjaan berkurang
- Melakukan pembedaan keranjang sesuai dengan ukuran ikan agar tidak terjadi pencampuran ukuran ikan yang berakibat pada kesalahan pengerjaan
- Melakukan kalibrasi timbangan sebelum dimulainya aktivitas produksi baik pada bagian sortir, proses dan packing.
4. KESIMPULAN -
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengurangi kecacatan produk menggunkan metode PDCA, Maka penulis dapat menyimpulkan
a. Faktor – faktor penyebab kecacatan adalah
• Karyawan telat melakukan pemberian es pada ikan
• Karyawan terlalu terburu – terburu dalam pengerjaan produk
• Kelalain karyawan dalam meletakan ikan yang berbeda size dalam satu keranjang
• Raw material dari supplier dengan teknik penangkapan yang salah (menggunakan bom)
• Material dari supplier dibawah ukuran dan terdapat beberapa kondisi ikan yang buruk b. Penanggulangan yang dilakukan adalah
• Memberi tahu kepada bagian es untuk mensuplai es agar diletakan pada ruangan sortir
• Marketing harus mengkonfirmasi ikan yang datang harus sesuai dengan permintaan
• Memisahkan ikan dengan kondisi buruk agar disendirikan beda keranjang
• Mengonfirmasi Supplier sebelum melakukan pengiriman
c. Perbaikan yang dilakukan dapat menurunkan jumlah defect dari produk dimana hasil monitoring organoleptik yang sebelum dilakukan perbaikan terdapat defect dan setelah perbaikan difect menjadi 0
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. (1998). Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya.
Badan Standarisasi Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau sensori.
Retrieved from https://www.slideshare.net/arbydjactpartii/sni-01-23462006-petunjuk- pengujian-organoleptik-dan-atau-sensori
Bowersok J. Donald. 1986 .Manajemen Logistik Edisi 1. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara Konradus, Danggur. 2012.Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Membangun SDMPekerja Yang Sehat, Produktif dan Kompetitif . Jakarta : Bangka Adinatha Mulia
Punomo, H., 2004.Perencanaan dan PerancanganFasilitas, Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta
128
Tamuu, H., Harmain, R. M., & Dali, F. A. (2014). Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 2(4), 164-168. doi:10.37905/.v2i4.1273
Yunita, E. (2015). Analisis Strategi Bersaing PT. Alam Jaya di Surabaya. Agora, 3(1), 615-623.
Retrieved from