• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data 4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data 4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Jambi pada tahun 2022 semester ganjil, tepatnya dimulai pada 2 November sampai dengan 17 November yang mana repsondennya adalah peserta didik kelas tinggi di SDN 047/IV Kota Jambi.

Penelitian ini dilakukan selama 14 hari dengan menggunakan instrumen survey yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya. Sekolah dasar ini dipilih menjadi lokasi penelitian karena merupakan sekolah dasar yang sudah mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran dan menjadi sekolah penggerak. Pada intinya, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dan menggunakan instrumen angket. Survey dilakukan dengan instrument angket dengan jumlah responden sebanyak 140 peserta didik. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS-SEM (Measurement Model) dan PLS-SEM (Structural Model). Analisis ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau pertanyaan penelitian pada tabel 4.1, selain itu juga untuk menguji seluruh hipotesis positif yang telah dibuat.

Jumlah butir soal pada angket dalam penelitian ini adalah 18 butir pernyataan yang terdiri dari 1 variabel yaitu Use and Gratifications Theory yang terdiri dari 3 sub-variabel yang akan diukur yaitu Kebutuhan Kognitif, Kebutuhan Afektif dan Kebutuhan Sosial. Variabel tersebut digunakan untuk melihat kausalitas atau pengaruh penggunaan terhadap penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi oleh peserta didik di SDN 047/IV Kota Jambi.

(2)

4.1.2 Matrix Penelitian

Secara luas penelitian ini dapat dilihat pada matrix berikut:

Tabel 4.1

Matrix Penelitian (Hasil)

No Rumusan Masalah

Hipotesis Sumber Analisis Ringkasan Hasil 1 Apakah UGT

valid untuk menjelaskan penggunaan TIK pada proses

pembelajaran di Sekolah Dasar ?

- Survey

utama

EFA dan PLS- SEM

(Measurement Model)

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa instrumen yang digunakan valid dan reliabel.

 18 butir pertanyaan diadaptasi

 1 butir pertanyaan dihapus karena terindikasi cross- loading: 17 butir setelah EFA 2 Apakah UGT

berpengaruh terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada proses pembelajaran

Ha : Kebutuhan Kognitif memiliki pengaruh terhadap penggunaan

Survei utama

PLS-SEM (Structural Model)

Ha

(Signifikan) Hb

(Signifikan) Hc

(Signifikan)

(3)

di sekolah dasar ?

TIK dalam pembelajaran.

Hb : Kebutuhan afektif memiliki pengaruh terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran Hc :

Kebutuhan sosial memiliki pengatuh terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah dasar. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan use and gratification theory (UGT). Penelitian ini dilakukan dengan cara metode survey. Sampel pada penelitian ini adalah peserta didik SDN 047/IV Kota Jambi. Estimasi parameter model penelitian ini didukung dalam analisis PLS-SEM. Penelitian yang diusulkan ini fokus pada penggunaan

(4)

teknologi informasi dan komunikasi yang dihubungkan dengan model pendekatan use and gratification theory (UGT).

Melalui proses adaptasi yang disesuaikan dengan konteks indonesia terutama dengan konteks peserta didik sekolah dasar di Kota Jambi, maka instrumen angket pada penelitian ini terdiri dari 18 pernyataan soal. Penyebaran instrument angket penelitian ini dilakukan dengan mendatangi secara langsung responden ke sekolah. Instrument penelitian ini disebar kepada 140 peserta didik kelas tinggi di SDN 047/IV Kota Jambi. Sehingga pengambilan sampel dalam penelitian ini disebut dengan teknik simple random sampling.

Alasan peneliti menggunakan analisis PLS-SEM karena penggunaannya sebagai alat pengolahan data statistik dalam penelitian ini karena banyak para ahli dan para peneliti sebelumnya memilih PLS-SEM, dengan alasan yang sama yaitu tidak adanya asumsi untuk data berdistrubusi normal (Hair et al., 2012). Alasan utama ini jelas merupakan keuntungan menggunakan PLS-SEM dalam penelitian pendidikan. Karakteristik PLS-SEM adalah memiliki kekuatan statistik yang lebih tinggi yang cukup berguna untuk eskplorasi penelitian yang meneliti pada pengujian teori yang kurang kuat atau kurang berkembang (Hairet al., 2019).

4.2.1 Pengujian Validitas Dan Realibilitas Konstruk (PLS-Alghoritm)

Analisis instrument pada penelitian ini menggunaan 2 tahap yaitu tahap pertama menggunakan content validity. Content validity merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement (penilaian ahli) Sekaran dalam (Hendryadi, 2017:21). Dalam penelitian ini, validitas

(5)

dilakukan oleh tim ahli (Akhmad Habibi, Ph.D., Robin Pratama S.Pd., M.Pd., Dr.

Sofwan, S.Pd., M.Pd). Tahap kedua menggunakan PLS-SEM dengan Software Smart PLS 3 yang digunakan menganalisis data dari model penelitian yang diusulkan. Hasil output yang dihasilkan merupakan hasil koefisien jalur (PLS- Algorithm). Berdasarkan output koefisien jalur pada gambar 4.1, indikator yang mempunyai koefisien loading factor dibawah 0,5 di-drop (dihapus) dari gambar diagram penelitian. (Noor et al., 2018). Dari output yang dihasilkan maka item/indikator yang dihapus ada 1 variabel yaitu variabel kebutuhan kognitif (KK) dengan sub variable KK3 dengan pernyataan “saya menggunakan teknologi informasi komunikasi (internet, android, aplikasi belajar, computer) untuk menjawab pertanyaan dari guru saya pada saat proses pembelajaran”, (1 butir indikator di-drop). Setelah di-drop indikator yang tidak sesuai dengan kriteria (<0,5) maka dilakukan perhitungan ulang (evaluasi) PLS-Alghorithm. Hasil perhitungan ulang tersebut menghasilkan model utuh yang mengukur loading faktor, asumsi validitas dan realibilitas seperti pada gambar 4.1 berikut ini.

Tekno

24.836 11.302 KA3

KA4

Kebutuhan Sosial 24.834

10.843

10.097

Kebutuhan kognitif 8.256

35.037 21.162 KK4

Kebutuhan Afektif 11.674

11.125 KA1

KA2

19.693

KS3 KS1 KK2

KS2 KK1

KS4

25.357 15.988

13.283 14.713

19.867

PT1 PT2 PT3

PT5 2.583

3.186

3.316

6.717 PT4

PT6

(6)

Gambar 4.1 Hasil penilaian PLS Algorithm (Loading Factor >0,5)

4.2.2 Uji Validitas Konstruk

Setelah melakukan evaluasi penilaian loading factor (pada gambar 4.1) yang mana setiap indikator harus >0,5 maka diperoleh output statistik (lihat tabel 4.2) yang digunakan untuk menilai validitas konstruk variabel. Berdasarkan metode penilaian validitas konstruk PLS-SEM yang dikemukakan oleh (Hair et al. 2016), cronbach’s alfa (CA) dan composite realibility (CR) digunakan untuk memeriksa dan menguji realibilitas (keterandalan), sedangkan uji validitas konvergen dan diskriminan digunakan untuk memeriksa tingkat konsistensi instrumen. Untuk menguji keandalan indikator, pemuatan faktor (loading factor) harus lebih dari 0,5 (Noor et al., 2018). Loading factor menunjukkan sejauh mana suatu pernyataan konsisiten dengan konstruk yang ingin diukur. Loading factor yang tinggi pada konstruk menunjukkan bahwa pernyataan terkait memiliki banyak kesamaan dalam mengukur konstruk (Hair, et al. 2016)

Pada penelitian ini hasil evaluasi dengan menggunakan PLS-Alghoritm dalam perangkat lunak SmartPLS menghasilkan factor loading untuk semua pernyataan seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2 semua factor loading diatas 0,5 kecuali pernyataan yang terdapat item soal variabel Kebutuhan Kognitif (KK) dengan sub variable KK3 dengan pernyataan “saya menggunakan teknologi informasi komunikasi (internet, android, aplikasi belajar, computer) untuk menjawab pertanyaan dari guru saya pada saat proses pembelajaran”. Oleh karena itu, pernyataan tersebut dikeluarkan dari model pengukuran dan uji instrument dengan menggunakan analisis PLS-Alghoritm akan diproses ulang lagi dengan

(7)

semua indikator memiliki nilai >0,5. Dengan demikian, semua pernyataan telah mencapai titik yang dapat diandalkan untuk tahap pengukuran model penelitian.

Realibilitas konstruk dihitung menggunakan Cronbach alfa dan Composite realibility (Straub, Booudreau & Gefen, 2004) yang nilai nya diterima jika di atas 0,5 (Noor et al., 2018). Pada penelitian ini nilai Average Variance Extracted (AVE) yang dihasilkan adalah 0,694 pada variabel kebutuhan kognitif (KK) dan nilai terendah ada pada variabel penggunaan teknologi (PT) 0,550.

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2 semua cronbach alpha dan compisite reliability lebih besar dari (>0,7) dan AVE melebihi nilai yang dapat diterima yaitu (>0,5) dan dengan demikian nilai kuesioner dapat memenuhi dan memastikan keandalan instrument (indikator konsisten dalam mengukur konstruknya). Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha yaitu nilai realibilitas pernyataan soal (keterandalan) yaitu berkisar dari 0,757 sampai dengan 0,837 yang dianggap responden menilai pernyataan yang dinilai termasuk kategori “baik” dan konsisten memberikan penilaian.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Realibilitas Konstruk Konstruk Variabel kode item

soal

Factor loading

Cronbach

’s alfa

Composite realibility

(AVE)

Kebutuhan Afektif KA1 KA2 KA3 KA4

0, 751 0, 730 0, 842 0, 715

0,757 0, 846 0,580

Kebutuhan Kognitif KK1 KK2

0, 578 0, 893

0, 783 0,871 0, 694

(8)

KK4 0, 843 Kebutuhan Sosial KS1

KS2 KS3 KS4

0, 788 0, 842 0, 721 0, 713

0,767 0, 851 0,589

Penggunaan Teknologi

PT1 PT2 PT3 PT4 PT5 PT6

0, 783 0, 765 0, 767 0, 749 0, 600 0, 770

0,837 0,879 0,550

4.2.3 Uji Validitas Diskriminan

Berdasarkan tabel 4.3 untuk hasil pemeriksaan construct realibility berdasarkan diskriminant validity dapat dilakukan dengan melihat nilai AVE untuk menunjukkan besarnya varian indikator yang dikandung oleh konstruknya. Kriteria validitas diskriminan merujuk pada (Fornell-Larcker, 1981:227), di mana batas nilai AVE ≥ 0,5. Hasil pada tabel 4.3 di bawah menunjukkan bahwa semua nilai AVE≥0,5. Selain itu nilai kuadrat dari AVE (ditunjukkan dalam bold) menunjukkan nilai validitas diskriminan yang tinggi dan dapat diterima karena nilai akar kuadrat AVE semua konstruk variabel nilainya di atas nilai korelasi antara nilai konstruk yang lain.

(9)

Tabel 4.3 Diskriminan Validity (Fornell-Lacker criterion)

Squared Root Of AVE’s And Correlation

DIMENSI UGT KA KK KS PT √ AVE

Kebutuhan Afektif 0,761 0, 761

Kebutuhan Kognitif 0, 642 0, 833 0, 833

Kebutuhan Sosial 0, 654 0, 474 0, 768 0, 768 Penggunaan TIK dalam

Pembelajaran

0, 619 0,544 0, 583 0, 742 0, 742

Akar kuadrat AVE ditunjukkan dalam Bold

Pengukuran semua pernyataan yang terkait memenuhi nilai kriteria jika konstruk yang terbentuk memiliki nilai yang lebih tinggi daripada cross loading kolom dan baris lainnya. Oleh karena itu, jika kriteria tersebut terpenuhi maka dapat ditetapkan keterandalan validitas diskriminan. Berdasarkan hasil pengujian instrument yang terdapat pada (tabel 4.4) menunjukkan bahwa kriteria nilai cross loading memiliki nilai yang lebih tinggi dari kolom dan baris lainnya. Dengan demikian data konstruk yang berbentuk dapat memenuhi kriteria validitas diskriminan

(10)

Tabel 4.4 Validitas Diskriminan ( Factor Loading With Cross Loading)

Item KA KK KS PT

KA1 KA2 KA3 KA4 KK1 KK2 KK4 KS1 KS2 KS3 KS4 PT1 PT2 PT3 PT4 PT5 PT6

0.751 0.730 0.842 0.715 0.398 0.531 0.635 0.608 0.423 0.534 0.438 0.581 0.461 0.429 0.406 0.260 0.522

0.546 0.312 0.596 0.490 0.758 0.893 0.843 0.399 0.313 0.459 0.296 0.492 0.414 0.376 0.320 0.233 0.498

0.447 0.550 0.473 0.526 0.264 0.376 0.503 0.788 0.842 0.721 0.713 0.507 0.504 0.444 0.402 0.193 0.441

0.402 0.448 0.543 0.477 0.322 0.485 0.516 0.514 0.474 0.381 0.402 0.783 0.765 0.767 0.749 0.600 0.770

Sementara itu, tingkat ambang validitas diskriminan yang dapat diterima juga diperoleh dilihat dari nilai Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT) yang lebih kecil dari 0,90 seperti yang disarankan oleh (Hair et al., 2017). Semua nilai HTMT lebih rendah dari 0,9. Nilai tertinggi dari HTMT pada penelitian ini ada pada

(11)

variabel kebutuhan kognitif dengan skor 0,808 dan nilai terendah dari nilai HTMT ini ada pada variabel kebutuhan kognitif dengan skor 0,594 seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5. selain itu, melalui proses bootstrap untuk HTMT, interval kepercayaan menunjukkan bahwa interval kepercayaan yang dihasilkan (<1). Pada tabel 4.5 HTMT menunjukkan bahwa semua skor nilai HTMT berbeda secara signifikan dari nilai 1.

Tabel 4.5 Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT)

KA KK KS PT

KEBUTUHAN AFEKTIF KEBUTUHAN KOGNITIF

0,808

KEBUTUHAN SOSIAL

0,859 0, 594

PENGGUNAAN

TIK DALAM

PEMBELAJARAN

0,744 0,629 0,692

Berdasarkan hasil measurement model, pernyataan bersih dari proses pengujian validitas dan realibilitas instrument penelitian ini bisa dilihat di tabel 4.6 di bawah ini. Total 1 item dijatuhkan dari proses pengukuran tersebut.

(12)

Tabel 4.6 Valid Dan Realibilitas Instrumen

Variabel No Items Keterangan

Kebutuhan Afektif (KA)

1

2

3

KA1. Saya suka berbicara dengan teman sebaya tentang TIK (Internet, HandPhone (HP), Aplikasi Belajar, Media Sosial, Infokus, PPT, Zoom dan Komputer) untuk proses pembelajaran yang sudah dilakukan.

KA2. Saya suka

memperlihatkan kepada teman sekelas saya bagaimana menggunakan TIK (Internet, HandPhone (HP), Aplikasi Belajar, Media Sosial, Zoom dan Komputer) untuk

mendukung proses

pembelajaran yang dilakukan guru.

KA3. Saya menggunakan TIK (Internet, HandPhone (HP), Aplikasi Belajar, Media Sosial, Infokus, PPT, Zoom dan Komputer) untuk dapat meningkatkan prestasi saya.

KA4. Saya sangat menikmati proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat TIK (Internet, HandPhone (HP), Aplikasi Belajar, Media Sosial,

(13)

4

Infokus, PPT, Zoom dan Komputer)

Kebutuhan Kognitif (KK)

1

2

3

KK1. Saya menggunakan TIK (Internet, HandPhone (HP), Aplikasi Belajar, Infokus, PPT, Zoom dan Komputer) untuk membantu saya mengetahui dan

memahami materi

pembelajaran dengan baik.

KK2. Saya menggunakan TIK (Internet, HandPhone (HP), Aplikasi Belajar, Media Sosial, Infokus, PPT, Zoom dan Komputer) untuk mencari materi pembelajaran yang dapat saya gunakan dalam proses belajar.

KK3. Saya menggunakan TIK (Internet, HandPhone (HP), Aplikasi Belajar, Media Sosial, Infokus, PPT, Zoom dan Komputer) untuk menjawab pertanyaan dari guru pada saat proses pembelajaran

KK4. Saya menggunakan TIK (Internet, HandPhone (HP), Aplikasi Belajar, Media Sosial, Infokus, PPT, Zoom dan

Komputer) untuk

Dijatuhkan di measurement model (loading <

0,5)

(14)

4

menemukan/mencari materi pembelajaran yang menarik untuk kegiatan belajar saya.

Kebutuhan Sosial (KS)

1

2

3

4

KS1. Saya menggunakan aplikasi TIK seperti media sosial untuk mendapatkan tanggapan yang saya butuhkan dari guru dan teman seumuran/teman sekelas.

KS2. Saya menggunakan aplikasi TIK seperti media sosial untuk berhubungan dengan teman sebaya saya KS3. Saya menggunakan aplikasi TIK seperti media sosial untuk bergabung dengan kelompok belajar di luar yang diajarkan guru saya.

KS4. Saya menggunakan aplikasi TIK seperti media sosial untuk meningkatkan kemampuan saya dalam berkomunikasi/berbicara dengan orang lain

(15)

Penggunaan Teknologi

1

2

3

4

5

6

Saya menggunakan mesin pencari internet (misalnya Google, Yahoo, dll) untuk mencari informasi di Internet sebagai bahan untuk belajar.

Saya menggunakan TIK (Internet, komputer, video pembelajaran) untuk mengerjakan tugas sekolah saya Saya membuat tugas sekolah saya (misalnya pekerjaan rumah, membuat poster, dll) menggunakan TIK (Internet, video pembelajaran, PPT, Handphone, LCD proyektor, power point, dll)

Saya menggunakan proyektor saat belajar di kelas

Saya menggunakan program presentasi misalnya powerpoint untuk menyajikan tugas dari guru saya

Saya mengerjakan tugas dari guru menggunakan TIK (Internet, video pembelajaran, PPT, Handphone, LCD proyektor, power point, dll)

(16)

4.3 Pengujian Hipotesis

4.3.1 Pengukuran Model Struktural dengan PLS-Bootstrapping

Tahapan berikutnya adalah pengukuran model struktural dengan menggunakan analisis PLS-Bootsrapping. Pengukuran PLS-Bootstrapping yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan menginformasikan tingkat signifikan dari jalur masing-masing konstruk melalui 5000 resampling untuk menguji tingkat signifikansi, dengan menggunakan PLS-Bootstrapping, sub-sampel diciptakan dengan pengamatan yang diambil secara acak dari data set asli (biasanya sekitar 5000). Estimasi dari bootstrap sub-sampel digunakan untuk memperoleh standar error untuk hasil PLS-SEM. Berdasarkan informasi ini, t-values, p-values dan interval dihitung untuk menilai signifikansi dari hasil PLS-SEM.

4.3.2 Pengukuran Model Struktural Dengan Pls-Bootstrapping Pada Variabel Use And Gratifications Theory (UGT)

Berdasarkan gambar 4.1 dan tabel 4.7 menginformasikan nilai jalur (β) dan signifikansi (P-Value). Hasilnya menunjukkan bahwa tiga hipotesis yang diusulkan oleh peneliti menghasilkan pengaruh yang signifikan dan didukung lihat (tabel 4.7).

Pengujian hipotesis yang dihasilkan yaitu pertama (Ha) kebutuhan kognitif (KK) ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada proses pembelajaran (PT). Hipotesis yang kedua yaitu (Hb) kebutuhan afektif (KA) ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan teknologi informasi pada proses pembelajaran (PT) dan hipotesis yang ketiga yaitu (Hc) kebutuhan sosial (KS) ditemukan memiliki

(17)

pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan teknologi informasi pada proses pembelajaran (PT).

Tabel 4.7 Pengaruh Total UGT

Hipotesis Path

coeeficeint

t value p value Signifikansi

Kebutuhan Afektif ->

Penggunaan Teknologi

0.287 3.186 0.001 Ya

Kebutuhan Kognitif ->

Penggunaan Teknologi

0.223 2.583 0.010 Ya

Kebutuhan Sosial ->

Penggunaan Teknologi

0.289 3.316 0.001 Ya

Berdasarkan tabel 4.7 path coeeficient di atas maka ditemukan hasil pengujian hipotesis sebagai beikut :

Hipotesis pertama (Ha) : kebutuhan afektif (KA) -> Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dengan hasil nilai t statistik adalah 3,186 ≥ 1,96, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh signifikan kebutuhan afektif terhadap teknologi informasi dan komunikasi.

Hipotesis kedua (Hb) : kebutuhan kognitif (KK) -> penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dengan hasil nilai t statistik adalah 2,583 ≥ 1,96, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh signifikan kebutuhan afektif terhadap teknologi informasi dan komunikasi.

Hipotesis ketiga (Hc) : kebutuhan sosial (KS) -> penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dengan hasil nilai t statistik adalah 3,316 ≥ 1,96,

(18)

sehingga disimpulkan terdapat pengaruh signifikan kebutuhan afektif terhadap teknologi informasi dan komunikasi.

4.4 Pembahasan Temuan Penelitian

Berdasarkan pernyataan penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh penggunaan Use and Gratification Theory terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) peserta didik SDN 047/IV Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan 2 pertanyaan penelitian yaitu pertama Apakah model UGT valid untuk menjelaskan penggunaan TIK pada proses pembelajaran di SDN 047/IV Kota Jambi?, kedua apakah pendekatan UGT berpengaruh terhadap penggunaan TIK dalam proses pembelajaran di SDN 047/IV Kota Jambi?

Dari 2 pertanyaan penelitian yang sudah di susun, peneliti juga membuat hipotesis sebanyak 3 hipotesis yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian yang lebih baik, hipotesis itu yaitu (1) Ha : Kebutuhan kognitif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan TIK dalam pengajaran. (2) Hb : Kebutuhan afektif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan TIK dalam pengajaran. (3) Hc : Kebutuhan afektif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan TIK dalam pengajaran.

4.4.1 Apakah UGT valid untuk menjelaskan penggunaan TIK pada proses pembelajaran di sekolah dasar di Indonesia?

Melalui loading factor, 1 pernyataan dijatuhkan. Proses tersebut tidak membuat perubahan yang bisa mempengaruhi validitas dan realibilitas dari keseluruhan survey instrumen. Banyak penelitian sebelumnya juga melaporkan

(19)

proses validitas dan pengujian realibilitas dengan EFA terkait dengan interaksi teknologi dalam pendidikan (Aslan & Zhu, 2017; Soomro et al., 2018). Dengan model pengukuran PLS-SEM; 1 item survei dijatuhkan. Nilai alpha, AVE, dan CR Cronbach memuaskan dalam proses ini, menginformasikan skala yang valid dan reliabel. Penelitian sebelumnya dalam teknologi pendidikan juga menguji validitas dan realibilitas yang menghasilkan instrumen yang valid dan reliabel (Camilleri &

Falzon 2020; Habibi et al., 2020; Mittal et al., 2020; Thongsri et al., 2018) menggunakan measurement model pada PLS pada 359 mahasiswa di China mengadaptasi UGT dalam memvalidasi survey item mereka.

Tabel 4.8 Penelitian Sebelumnya Dan Penelitian Ini dalam Pendekatan Validitas Dan Realibilitas Pada Instrumen Survey.

Penulis Pendekatan

validitas dan realibilitas

Adaptasi model yang digunakan

Lokasi dan obyek penelitian

Camilleri &

Falzon, 2020

Measurement model pada PLS

UGT dan TAM 491 Mahasiswa di Eropa

Habibi et al., 2020 EFA dan Measurement Model pada PLS

TPACK 287 guru

prasekolah di Indonesia

Mittat et al., 2020 EFA dan Measurement model pada PLS

UGT 384 Siswa di India

Thongsri et al., 2018

Measurement model pada PLS

UTAUT dan UGT 395 Siswa di China

Sofwan, M. 2021 EFA dan Measurement model pada PLS

UTAUT dan UGT 892 guru di Kota Jambi

(20)

4.4.2 Apakah Faktor UGT Mempunyai Pengaruh Terhadap Penggunaan TIK Pada Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar?

Ketiga variabel tersebut berasal dari UGT yaitu (kebutuhan afektif, kebutuhan kognitif dan kebutuhan sosial) dan merupakan variabel motivasi peserta didik untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan dan positif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di SDN 047/IV Kota Jambi. Berkenaan dengan motivasi, ini ditemukan berkenaan dengan Hashim et al., (2015).

Kebutuhan afektif dilaporkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengajaran. Peserta didik merasa bahwa dengan penggunaan TIK mereka mampu meningkatkan prestasi dan mendukung proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, guru sekolah dasar di Indonesia harus dirangsang untuk dapat menggunakan TIK dalam pembelajaran. Teknologi informasi dan komunikasi peserta didik harus dirancang dengan lebih mudah dan dimodifikasi dengan baik hal ini juga sejalan dengan pernyataan dari (Hashim et al., 2015; Mondi et al., 2007; Thongsri et al., 2018) yang menyatakan bahwa perancangan teknologi informasi dan komunikasi seharusnya lebih mudah bagi peserta didik agar teknologi informasi dan komunikasi mudah digunakan, dapat dimodifikasi dan berisi nilai-nilai yang baik.

Temuan dalam penelitian ini terkait dengan kebutuhan kognitif menunjukkan bahwa kebutuhan kognitif peserta didik di SDN 047/IV Kota Jambi mempengaruhi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada proses

(21)

pembelajaran karena mereka dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber ( seperti wikipedia, Google, dll). Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan terdapat hubungan signifikan antara kebutuhan kognitif dan niat atau penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pengajaran (Thongsri et al., 2018).

Artinya kebutuhan kognitif mendorong peserta didik mencari informasi yang melibatkan proses kognitif yang membuat pengguna lebih cenderung menggunakan teknologi karena dianggap berguna. Namun, dalam penggunaan teknologi peserta didik harus dipandu dalam mengakses, menganalisis dan bertukar data sebagai pusat dalam pembelajaran kreatif (Andrews, 2004; Jacobs, 2005).

Mengenai kebutuhan sosial, dari ketiga variabel yang telah diukur, kebutuhan sosial memiliki nilai pengaruh terbesar daripada 2 variabel lainnya, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan sosial dan konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa kebutuhan sosial mempengaruhi penggunaan teknologi informasi komunikasi dan teknologi dalam pendidikan (Kim & Lee, 2020). Karena dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi peserta didik dapat bertukar pikiran atau bergabung dengan kelompok belajar di luar yang diajarkan guru di sekolah.

(22)

Tabel 4.9 UGT Terhadap Penggunaan TIK Pada Proses Pembelajaran Di SD

Hipotesis t value p value Keputusan

Kebutuhan Afektif -> Penggunaan Teknologi

3.186 0.001 Diterima

Kebutuhan Kognitif -> Penggunaan Teknologi

2.583 0.010 Diterima

Kebutuhan Sosial -> Penggunaan Teknologi

3.316 0.001 Diterima

4.5 Novelty Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang sangat bermanfaat bagi peserta didik dan guru sekolah dasar. Pada penelitian ini penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada proses pembelajaran merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh guru untuk mendukung proses pembelajaran. Perkembangan zaman menuntut semua pihak terutama peserta didik dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk bersaing di era globalisasi. Perkembangan zaman menuntut dan menuntun peserta didik menggunakan dan memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik, agar kegiatan pembelajaran dapat lebih terarah dan maksimal.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan UGT (Use and Gratification Theory) untuk melihat motif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh peseta didik. Seperti yang telah dijelaskan pada kerangka teori, pendekatan UGT adalah teori yang berfokus dengan apa yang dilakukan audiens terhadap media dan apa motif audiens menggunakan dan memilih suatu media. Teori ini menyatakan

(23)

bahwa pengguna media memilih media tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan motivasi. Oleh karena itu, semakin banyak kebutuhan ini terpenuhi, semakin banyak kepuasan yang dihasilkan (Windahl, Signitzer, dan Olson, 2008).

Teori ini pada awalnya berfokus pada motif-motif pengguna (Ruggiero, 2000) dan kemudian menganalisis pesan dan sistem sosial (Sarkisian, Niko &

Saeedian, 1997). Uses and gratification theory bukan lagi melihat pada pengaruh media terhadap khalayak, tetapi apa yang dilakukan khalayak terhadap media (Kart

& Gurevitch, 1959). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh peserta didik pada proses pembelajaran.

Terdapat beberapa keunikan pada penelitian ini :

1. Pendekatan UGT menghasilkan 3 hipotesis yang coba peneliti gambarkan bagaimana pengaruh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada pembelajaran di SDN 047IV Kota Jambi.

2. Dari 3 hipotesis yang di gunakan pada penelitian ini dan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara sederhana 3 hipotesis yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan (diterima). Ketiga hipotesis itu adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran (PT) dipengaruhi oleh kebutuhan koginitif (KK), Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran (PT) dipengaruhi oleh kebutuhan afektif (KA), Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran (PT) dipengaruhi oleh kebutuhan sosial (KS). Hipotesis yang paling berpengaruh adalah kebutuhan sosial. Peserta didik menggunakan

(24)

teknologi dipengaruhi oleh kebutuhan sosial seperti bergabung dengan kelompok belajar atau berkomunikasi dengan teman sebaya.

3. Secara umum, penelitian ini pertama kali diteliti menggunakan pendekatan UGT untuk melihat pengaruh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada proses pembelajaran di sekolah dasar.

Referensi

Dokumen terkait

Skizogoni banyak terjadi pada organ dalam (hati, limpa, dan sumsum tulang) dan kelainan patologis pada organ tersebut sering ditandai dengan adanya pigmen malaria yang dideposit

Berdasarkan uraian yang penulis jelaskan, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dalam bentuk skripsi dan mengambil penelitian di lingkungan kerja Dinas Koperasi, UKM,

JMLH SAT 1 Penetapan rasio dosen dan mahasiswa sesuai standar ideal Terealisasi rasio dosen dibanding mahasiswa 1 : 20 1:20 Rasio 2 Meningkatnya penyerapan

Dalam komunikasi organisasi, komunikasi antar karyawan (employee relations) sangat penting karena karyawan dalam suatu organisasi yang bisa dikatakan suatu kerangka

Sebaliknya siswa dengan Self-Efficacy yang lemah atau rendah cenderung rentan dan mudah menyerah menghadapi masalah matematika tersebut, mengalami kesulitan dalam

Rapat Dengar Pendapat Publik (Public Hearing) adalah rapat untuk penyebarluasan informasi dan/atau memperoleh masukan dari Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam

Sedangkan yang membedakan dengan yang lain yaitu Perancangan E-Commerce menggunakan Web Service pada Makro Komputer Sintang ini lebih mencakup sistem web

Pada zaman mesir kuno, pengawetan mayat sudah dilakukan dengan tujuan mempertahankan keadaan tubuh karena dipercaya bahwa hanya rohnya yang pergi, dan kemungkinan akan kembali