Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
436
PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MUNAKAHAT DI SMKN 3 BANJARBARU
ZAINAL ILMI1
Email [email protected] ABSTRAK
SMK Negeri 3 Banjarbaru khususnya guru Pendidikan Agama Islam telah banyak menerapkan berbagai metode pembelajaran seperti ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan lainnya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih ada guru Pendidikan agama islam yang belum mampu melaksanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran dan nilai siswa yang masih rendah. Apalagi selama hampir tiga tahun terakhir pembelajaran dilaksanakan secara daring karena covid-19, pemahaman siswa semakin sulit karena hanya memahami materi lewat video conference, atau tayangan video saja (tidak bisa melaksanakan praktik langsung).
Dengan demikian, metode belajar role playing merupakan metode yang memiliki kedudukan yang cukup signifikan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan aplikatif dalam kelas agar tercipta suasana kelas yang penuh dengan kebersamaan, keaktifan, dan menyenangkan.
Role Playing merupakan metode pembelajaran yang bertujuan menggambarkan masa lampau, atau dapat pula bercerita tentang berbagai kemungkinan yang terjadi baik kini atau mendatang. (Sumiati, 2009)
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Banjarbaru, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat. Metode yang diterapkan adalah metode Role Playing. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII RPL yang terdiri dari 31 siswa. Penelitian ini dilakukan dengan alur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus.
Instrument yang digunakan dalam penelitiani ini adalah lembar observasi, tes hasil belajar siswa berupa pretest dan postest, serta wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMK Negeri 3 Banjarbaru kelas XII Rekayasa Perangkat Lunak. Setelah dilakukan metode Role Playing pada siklus 1 diperoleh nilai rata-
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
437
rata N-Gain sebesar 0,38 dan pada siklus 2 diperoleh nilai rata-rata N-Gain sebesar 0,71.
Kata Kunci : Metode Role Playing, hasil belajar siswa.
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran (Purwanto, 2004). Komponen-komponen pembelajaran tersebut antara lain tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, evaluasi, guru, dan siswa. Guna mencapai tujuan pembelajaran biasanya guru memilih salah satu atau beberapa metode pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang ditentukan (Arikonto, 2008). Pemilihan metode pembelajaran ini merupakan strategi awal untuk menentukan dan merancang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa.
Dalam penentuan metode pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkan. Guru juga harus mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua peserta didik sehingga tumbuh minat untuk belajar.
Berkaitan dengan kemampuan cara-cara mengajar, wajib bagi seorang guru mengetahui seluruh metode yang terdapat dalam pelaksanaan pengajaran.
Sehingga dimungkinkan dapat mengurangi masalah-masalah yang berkenaan dengan jalannya pengajaran, dapat memecahkan berbagai macam kesulitan
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
438
dalam menyampaikan materi yang sangat banyak dengan siswa yang begitu beragam karakter.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menentukan dan memilih metode pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar siswa secara aktif dan mandiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap metode pembelajaran memiliki implikasi strategi untuk pengembangan potensi siswa. Tetapi pada umumnya para guru masih memiliki kelemahan dalam menentukan metode yang terbaik untuk dipilih dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya di kelas. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang digunakan guru harus benar- benar memperhatikan karakteristik siswa sehingga dengan metode tersebut guru mampu memancing emosi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Metode belajar role playing merupakan salah satu metode yang dapat menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan dan mampu membentuk kerjasama yang baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa yang lain.
Dalam hal ini tentu saja, metode belajar role playing memudahkan siswa atau peserta didik menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dengan cara mendiskusikannya dengan siswa yang lain. Sebab metode belajar role playing, dengan sendirinya akan melahirkan keaktifan dan kerjasama kelompok yang besar manfaatnya untuk membentuk suasana kebersamaan dalam pembelajaran, khususnya di dalam kelas.
Role Playing atau bermain peran merupakan metode pembelajaran yang bertujuan menggambarkan masa lampau, atau dapat pula bercerita tentang berbagai kemungkinan yang terjadi baik kini atau mendatang. (Sumiati, 2009)
Beberapa kelebihan metode simulasi / bermain peran (role playing) menurut Sri Anita W, dkk. diantaranya:
a. Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikatif dalam kelompoknya.
b. Aktivitas cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran.
c. Dapat mebiasakan siswa dalam memahami permasalahan sosial, hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi pembelajaran kontekstual.
d. Melalui kegiatan kelompok dan simulasi dapat membina hubungan personal yang positif.
e. Dapat membangkitkan imajinasi.
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
439
f. Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok. (Sri Anitah W, 2009)
Adapun kelemahan metode simulasi / bermain peran (role playing) menurut masitoh dan laksmi dewi diantaranya:
a. Relatif memerlukan waktu yang banyak.
b. Apabila siswa tidak memahami konsep simulasi, bermain peran tidak akan efektif.
c. Sangat tergantung pada aktivitas siswa.
d. Pemanfaatan bantuan belajar sulit.
e. Adanya siswa yang lambat, kurang minat dan kurang motivasi, simulasi bermain peran kurang berhasil. (Masitoh, Laksmi Dewi, 2009)
Agar proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode bermain peran tidak mengalami kaku, maka perlu adanya langkah-langkah yang harus kita pahami terlebih dahulu adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah dengan cara memotivasi para peserta didik, b. Memilih tema,
c. Menyusun skenario pembelajaran, d. Pemeranan,
e. Tahapan diskusi dan evaluasi,
f. Melakukan pemeranan ulang, melakukan diskusi dan evaluasi, g. Membagi pengalaman dan menarik generalisasi.
Dari definisi dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode belajar role playing merupakan suatu metode yang dapat melahirkan interaksi yang aktif antara guru dengan siswa atau siswa dengan yang lain dan saling bertukar pendapat sehingga mampu membentuk suatu gagasan/ide-ide yang cemerlang dan dapat dijadikan landasan untuk memecahkan suatu masalah.
Di SMK Negeri 3 Banjarbaru khususnya guru Pendidikan Agama Islam telah banyak menerapkan berbagai metode pembelajaran seperti ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan lainnya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih ada guru Pendidikan agama islam yang belum mampu melaksanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran dan nilai siswa yang masih rendah. Apalagi selama hampir tiga tahun terakhir pembelajaran dilaksanakan secara daring karena covid-19, pemahaman siswa semakin sulit karena hanya memahami materi lewat video conference, atau tayangan video saja (tidak bisa melaksanakan praktik langsung).
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
440
Dengan demikian, metode belajar role playing merupakan metode yang memiliki kedudukan yang cukup signifikan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan aplikatif dalam kelas agar tercipta suasana kelas yang penuh dengan kebersamaan, keaktifan, dan menyenangkan. Maka pelaksanaan metode pembelajaran inilah yang akan diteliti di SMK Negeri 3 Banjarbaru, terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat.
Uraian diatas merupakan gambaran betapa pentingnya menciptakan belajar siswa yang aktif dan menyenangkan. Sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Munakahat Di SMKN 3 Banjarbaru)”.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas (Arikonto, 2008). Dengan demikian, prosedur langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini akan mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian tindakan yang telah umum dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus. Prosedur penelitian ini tersebut terdiri dari empat tahap kegiatan setiap siklus, yaitu:
1. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan.
2. Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan
3. Pengamatan (observing)
Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
441 4. Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hal ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Banjarbaru di kelas XII Rekayasa Perangkat Lunak terdiri dari 31 siswa.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode role playing. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah guru PAI dan siswa kelas XII Rekayasa Perangkat Lunak sebagai objek dari penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan pretest dan posttest untuk mengukur hasil belajar siswa dalam peningkatan pemahaman terhadap materi, observasi dan dokumentasi untuk mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dan wawancara untuk memperkuat data yang diperlukan.
Instrument pengumpulan data yang digunakan berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes, yaitu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak anak sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan standar yang ditetapkan (Wayan Nurkancana, 1986). Adapun bentuk tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu berupa pretest dan postest.
2. Pedoman observasi (pengamatan), yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala- gejala yang diselidiki. Selain itu untuk melengkapi observasi juga digunakan dokumentasi dengan menggunakan kamera yang hasilnya berupa foto-foto yang diambil ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
442
3. Pedoman wawancara ini untuk mengetahui dan menggali informasi secara lebih masalah yang diteliti. Sudarmin Damin mengatakan bahwa wawancara merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data (Danim, 2002).
Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini peran dan posisi peneliti dalam penelitian bertindak sebagai guru. Sedangkan guru bidang studi PAI dalam penelitian ini terlibat sebagai observer.
Penelitian tindakan ini menuntut kehadiran peneliti di lapangan, karena pengumpulan data yang dilanjutkan dengan kegiatan menganalisis data, serta diakhiri dengan refleksi data.
Sebelum tindakan direncanakan dan dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui keadaan sekolah dan keadaan siswa yang akan dijadikan sampel. Tahapan intervensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus dalam penelitian ini yaitu:
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi ke SMK Negeri 3 Banjarbaru b. Pembuatan Instrumen penelitian
c. Bertemu dengan guru PAI untuk menentukan waktu penelitian dan penentuan sampel kelas
d. Melakukan uji coba soal tes dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data
2. Pelaksanaan
Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan belajar mengajar dengan diawali pemberian pretes b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Melaksanakan langkah pembelajaran melalui metode diskusi.
d. Melakukan postes.
3. Pengamatan
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
443
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru bidang studi PAI sebagai pengamat ketika pembelajaran berlangsung. Pengamat disini tidak bertindak sebagai guru karena seseorang yang memberi tindakan tidak bisa berkonsentrasi untuk melakukan pengamatan dalam waktu yang bersamaan. Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi dengan pengisian lembar observasi.
b. Pengambilan gambar situasi pembelajaran dengan menggunakan kamera foto.
c. Wawancara kepada beberapa siswa untuk mengetahui tanggapan tentang proses pembelajaran melalui metode diskusi yang telah dilaksanakan.
d. Menganalisis hasil pretest dan posttest disetiap akhir siklus.
4. Refleksi
Tahap ini dilakukan ketika peneliti yang bertindak sebagai guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan guru yang bertindak sebagai observer untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah mengadakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi untuk dijadika dasar pelaksana tindakan selanjutnya (siklus 2).
HASIL PENELITIAN
Dari hasil observasi aktivitas siswa diperoleh gambaran terjadinya peningkatan aktivitas siswa dari yang kurang aktif menjadi aktif. Peningkatan keaktifan siswa ini tampak dari perubahan persentase dari siklus I yaitu pada yang aktif semula 34% menjadi 55%, cukup aktif semula 46% menjadi 32%, dan yang kurang aktif 20% menjadi 13 %.
Tingkat Keaktifan
Siklus 1 (%)
Jumlah Siswa
Siklus 2 (%)
Jumlah Siswa
Aktif 34 11 55 17
Cukup Aktif 46 14 32 10
Kurang Aktif 20 6 13 4
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
444
Jumlah 100 31 100 31
Tabel 1. Aktivitas Belajar Siswa dengan Metode Role Playing
Dari catatan observer pada aspek keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, tingkat keaktifan siswa yang paling besar pada siklus I adalah ketika melakukan kegiatan Role Playing secara kelompok dan mencatat hasil Role Playing. Sedangkan keaktifan pada aspek mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep permintaan dan penawaran serta menentukan harga keseimbangan, membuat hasil Role Playing, interaksi antar siswa dalam Role Playing, dan antusisas memecahkan masalah menggunakan referensi masih dalam kategori cukup aktif. Dan pada aspek aktif menjawab pertanyaan guru dan aktif mengajukan pertanyaan/mengemukakan pendapat masih dalam kategori kurang aktif. Hal ini dapat disebabkan mungkin siswa masih ragu-ragu atau malu untuk menjawab atau mengajukan pertanyaaan/pendapatnya di depan kelas.
Namun peningkatan keaktifan siswa terjadi di siklus II khususnya dilihat pada aspek aktif menjawab pertanyaan guru, dan aktif mengajukan pertanyaan/mengemukakan pendapat menjadi kategori cukup baik, karena guru sering menunjuk siswa untuk menjawab/mengajukan pertanyaan dan mengajukan pendapat. Tetapi tidak semua siswa dapat megikuti permintaan guru untuk melakukannya sehingga masih terdapat persentase pada kategori kurang aktif. Hal ini juga dapat disebabkan kurangnya minat dari dalam diri siswa itu sendiri dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat seperti juga menurut William James (dalam Uzer Usman) yang menyebutkan bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
Dari hasil nilai N-gain siklus 1 diperoleh nilai minimum pada pretst sebesar 0,00 dan nilai maksimum 50,00, nilai rata-rata (mean) N-Gain pada siklus 1 didapat sebesar 0,38, dengan nilai N-Gain minimum sebesar 0,13 dan nilai maksimum sebesar 0,71. Berdasarkan rata-rata skor pretest dan postest penguasaan konsep (aspek kognitif) tingkat penguasaan awal siswa adalah 29,35, sedangkan tingkat penguasaan konsep akhir siswa adalah 55,81. Hal ini
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
445
menunjukkan besarnya peningkatan penguasaan konsep siswa secara langsung tampak dari rata-rata nilai N-gain sebesar 0,38 yang termasuk kategori sedang.
Sedangkan hasil nilai N-gain pada siklus 2 diperoleh nilai minimum pada pretst sebesar 30 dan nilai maksimum sebesar 90, nilai rata-rata (mean) N-Gain pada siklus 2 didapat sebesar 0,71, dengan nilai N-Gain minimum sebesar 0,33 dan nilai maksimum sebesar 1,00. Berdasarkan rata-rata skor pretes dan postes penguasaan konsep, tingkat penguasaan konsep awal siswa adalah 48.06, sedangkan tingkat penguasaan konsep akhir siswa adalah 84,19. Hal ini menunjukkan besarnya peningkatan penguasaan konsep siswa secara langsung tampak dari rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,71 yang termasuk kategori tinggi.
Dari nilai rata-rata N-Gain siklus 1 dan siklus 2 tampak terjadi peningkatan dari 0,38 menjadi 0,71.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
Kendala-kendala yang muncul pada siklus 1 adalah sebagian besar siswa belum terbiasa dengan metode role playing sehingga suasana kelas masih belum begitu terkendali ketika guru meminta siswa untuk duduk secara berkelompok dan melakukan role playing. Namun pada siklus 2 hal tersebut sudah dapat dikurangi. Siswa sudah terlatih dan terpola dalam pembelajaran Pendidikan
0 20 40 60 80 100
Siklus I Siklus 2
29.35
48.06 55.81
84.19
0.38 0.71
Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Role Playing
Rata-rata Pretes Rata-rata Postes Rata-rata N-Gain
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
446
Agama Islam materi Munakahat dengan metode role playing sehingga hasilnya sudah baik, namun sesungguhnya masih bisa dioptimalkan lagi.
Hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai rata-rata N-Gain dan nilai aktivitas siswa. Jadi dengan pemberian tindakan berupa metode role playing, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat dengan metode role playing memberikan suasana pembelajaran yang kondusif, maka pembelajaran mudah dimengerti dan diingat karena konsep-konsep yang dipelajari saling terkait dan siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan bermain peran (role playing).
Tanggapan siswa terhadap metode role playing tergolong positif. Hampir seluruh siswa menyatakan responnya sangat setuju dengan penerapan metode role playing ini. Keaktifan dan antusiasme siswa pun cukup tinggi ditandai dengan semakin banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan/pendapat dan keaktifan ber-role playing.
Kemudian peneliti melakukan wawancara kepada siswa kelas XII Rekayasa Perangkat Lunak untuk mengetahui bagaimana aktivitas mereka saat belajar Pendidikan Agama Islam. Dari hasil wawancara tersebut metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah metode ceramah. Siswa menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat jika materinya mudah, tapi jika materinya sulit maka siswa tidak menyukainya.
Alasan dari siswa yang kurang menyukai pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat adalah karena cara mengajarnya yang membuat siswa merasa bosan. Beberapa siswa yang menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat mengatakan bahwa mereka menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat karena sering mendapatkan nilai bagus pada pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat.
Sebelum pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat menggunakan metode role playing siswa merasa agak kesulitan dalam mengemukakan pendapat namun setelah menggunakan metode role playing siswa bisa lebih mengemukakan pendapa mereka dan mempermudah siswa untuk mempelajari materi dengan baik dan benar, sehingga mereka juga bisa mendapatkan hasil yang baik juga. Menurut siswa pembelajaran Pendidikan
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
447
Agama Islam materi Munakahat efektif dengan menggunakan metode role playing, karena siswa bisa memahami materi pelajaran dengan mudah dan cepat, selain itu siswa juga bisa mendengarkan pendapat-pendapat dari teman mereka sehingga siswa bisa menambah ilmu pengetahuan.
Berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan, bahwa seorang guru harus dapat membuat sebuah pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Munakahat yang menarik dan menyenangkan, agar materi yang disampaikan mudah diterima dengan baik oleh siswa. Selain itu, siswa akan lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
KESIMPULAN
Metode Role Playing merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaaran Pendidikan Agama Islam Materi Munakahat. Berdasarkan hasil-hasil penelitan yang didapatkan, terjadinya peningkatan aktivitas siswa dari yang kurang aktif menjadi aktif yiatu pada yang aktif semula 34% menjadi 55%, cukup aktif semula 46% menjadi 32%, dan yang kurang aktif 20% menjadi 13 %. Peningkatan juga terjadi pada hasil nilai N-Gain yaitu 0,38 menjadi 0,71.
Dengan demikian bahwa metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ketertarikan siswa dalam pembelajar Pendidikan Agama Islam Materi Munakahat, meningkatkan efektivitas belajar siswa serta meningkatkan pemahaman materi, dan membuat siswa bersemangat dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Cv Pustaka Setia.
Masitoh, Laksmi Dewi. (2009). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama.
Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0
448
Purwanto, N. (2004). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rostakarya.
Roestiyah. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta.
Sofyan Ahmad, d. (2006). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: UIN Press.
Sri Anitah W, d. (2009). Startegi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumiati, A. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Wayan Nurkancana, S. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Yanti. (2008). Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Melalui Permainan Bernuansa Nilai. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.