1
Sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba, dimana hal tersebut digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Tetapi perubahan kondisi perusahaan seringkali mempengaruhi kinerja keuangan, baik pada perusahaan kecil, menengah, bahkan perusahaan besar. Jika manajemen perusahaan tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik maka bayangan penurunan kinerja keuangan bahkan bahaya kebangkrutan perusahaan akan dihadapi perusahaan.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi yang mempunyai nilai jual. Pertumbuhan perusahaan manufaktur berpengaruh dominan terhadap perkembangan perekonomian Indonesia karena berhubungan langsung dengan daya beli masyarakat sehari-hari. Di Indonesia, perusahaan pada sektor manufaktur juga sangat berkembang dengan pesat, hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Di bursa efek indonesia perusahaan manufaktur dibagi menjadi 3 sektor, yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi.
Menurut PT Bursa Efek Indonesia (2020) melalui laman www.idx.co.id terdapat 196 perusahaan yang terdaftar dalam perusahaan manufaktur, dimana terdiri dari 80 perusahaan sektor industri dasar dan kimia, 53 perusahaan sektor aneka industri, dan 63 perusahaan sektor industri barang konsumsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terjadi peningkatan jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang hanya 184 perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia.
Pertumbuhan perekonomian di Indonesia telah membawa dampak yang sangat tinggi terhadap masyarakat. Banyaknya perusahaan yang muncul setiap tahunnya, tak terkecuali perusahaan manufaktur sektor aneka industri membuat manajemen perusahaan harus menentukan strategi yang tepat agar perusahaan tetap bertahan ditengah gentarnya persaingan yang ada. Seperti yang sudah diketahui bersama, tujuan utama didirikan sebuah perusahaan adalah tentunya untuk memperoleh laba. Tetapi seiring berjalannya waktu, tidak semua perusahaan dapat mempertahankan laba yang meningkat setiap tahunnya. Faktor yang menjadi penyebabnya juga beragam, baik itu dari faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan.
Tabel 1.1
Data perusahaan sektor aneka industri yang mengalami kerugian lebih dari 2 tahun
Sumber : Laporan keuangan (www.idnfinancials.com)
Dari tabel tersebut menggambarkan kerugian yang dialami 4 perusahaan aneka industri, dimana 2 perusahaan mengalami kerugian secara berturut-turut dalam kurun waktu 2017-2020 dan 2 perusahaan lainnya mengalami kerugian pada tahun 2017 yang kemudian sempat mengalami kenaikan laba pada tahun 2018, akan tetapi kedua perusahaan tersebut
No Kode Rugi Perusahaan
2017 2018 2019 2020
1 MYTX Rp
286.485.000 Rp
170.235.000 Rp
241.027.000 Rp
114.827.000
2 HDTX Rp
847.049.209 Rp
229.988.885 Rp
65.673.323 Rp
47.969.988
3 PRAS Rp
3.226.268.273 Rp
8.159.520.050 Rp
43.624.116.829 Rp
4.948.479.351
4 SSTM Rp
23.709.833.744 Rp
1.112.037.917 Rp
16.266.732.177 Rp
15.354.377.443
mengalami kerugian kembali pada tahun 2019-2020. Perusahaan tersebut mengalami tingkat financial distress tinggi, menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan sedang dalam masalah atau tidak sehat. Hal ini kemungkinan ada faktor yang menjadi penyebab atas kondisi financial distress yang terjadi pada periode dan perusahaan tertentu yang mengalaminya yaitu dengan adanya persaingan perdagangan antar perusahaan semakin ketat dan diikut dengan masa pandemi covid yang dialami Indonesia pada awal tahun 2020, sehingga dalam kondisi seperti ini perusahaan mengalami kesulitan dalam hal pendapatan perusahaan, lalu perusahaan akan memilih untuk menggunakan pinjaman untuk menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan, tetapi justru akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan itu untuk mengembalikan hutang di masa yang akan mendatang.
Dalam kurun waktu 2017-2020 kerugian dialami secara berturut-turut pada salah satu perusahaan sektor aneka indstri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sub sektor tekstil dan garmen adalah PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX). Kondisi ekonomi yang semakin ketat berdampak pada penurunan pendapatan hingga pengurangan karyawan yang dilakukan oleh PT Asia Pacific Investama Tbk ini. PT Asia Pacific Investama Tbk pada Desember 2020 mencatatkan penjualan bersih Rp 1,3 Miliar, penjualan bersih pada tahun 2020 turun jika dibandingkan dengan tahun 2019 dimana perusahaan mencatatkan penjualan bersih Rp 1,8 Miliar. Hingga 2020 karyawan PT Asia Pacific Investama Tbk berkurang 1.620 karyawan menjadi 5.051 karyawan. Padahal pada tahun 2019 jumlah karyawan PT Asia Pacific Investama Tbk masih 6.671 karyawan.
Menurut M. Agus Sudrajat dan Eka Wijayanti (2019) Financial Distress atau kesulitan keuangan yang juga dikenal sebagai “krisis keuangan”, mengacu pada situasi ketika arus kas tidak cukup untuk mengkompensasi utang berjalan. Menggunakan financial distress sebagai variabel dependen karena financial distress merupakan salah satu faktor yang dapat mengetahui kondisi
keuangan perusahaan. Dengan mengetahui financial distress diharapkan perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan kinerja keuangan yang bertujuan untuk mengantisipasi perusahaan supaya tidak terjadi kebangkrutan. Indikasi terjadinya kesulitan keuangan atau financial distress dapat diketahui dari kinerja keuangan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat diperoleh dari informasi akuntansi yang berasal dari laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan laporan mengenai posisi kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan serta informasi lainnya yang diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi. Setelah melihat laporan keuangan, maka dilakukan analisis rasio keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya secara lebih tepat dan detail agar tahu keadaan keuangan di perusahaan dan bisa memprediksi kondisi financial distress.
Terdapat ketidakkonsistenan antara satu jurnal dengan yang lain, hal tersebut bisa dilihat dari hasil penelitian terdahulu. Terdapat faktor-faktor yang bisa mempengaruhi financial distress yaitu dengan menggunakan rasio keuangan. Terdapat beberapa rasio keuangan, yaitu seperti rasio profitabilitas, likuiditas dan leverage. Salah satu rasio keuangan adalah rasio profitabilitas, Menurut Rina Erayanti (2019) mendefinisikan rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur atau menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
karena profitabilitas menunjukkan tingkat ketersediaan modal kerja yang dibutuhkan dalam aktivitas operasional. Adanya modal kerja yang cukup, memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara maksimal dan tidak mengalami kesulitan akibat krisis keuangan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif pengelolaan keuangan dari perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan untuk perusahaan. Jika dilihat dari sisi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, semakin besar laba atau keuntungan perusahaan maka perusahaan tersebut bisa dikatakan aman atau terhindar dari kondisi financial distress. Artinya semakin besar profitabilitas suatu
distress adalah rasio profitabilitas. Penelitian yang dilakukan Andrew, Susanto (2020), Rina (2019), Ayumi (2020), Chintya, Maria (2019) menunjukkan bahwa rasio profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Financial distress. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Tirza, Julianti (2018) menunjukkan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Penelitian terdahulu tersebut semua menggunakan proksi Return On Assets (ROA)
Selain rasio profitabilitas, yang kedua adalah rasio likuiditas. Menurut Andi Hidayat dan Muhammad Nurhadi Nuhung (2020) Rasio likuiditas digunakan untuk mengambarkan seberapa likuidnya suatu perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Kewajiban financial jangka pendek yang harus segera dipenuhinya itu dapat berupa utang yang akan jatuh tempo dalam jangka dekat, upah tenaga kerja, utang bahan yang dibelinya, pembayaran rekening listrik, air minum yang diperlukan dalam proses produksi dan sebagainya. Berdasarkan teori hubungan rasio likuiditas dengan financial distress adalah negatif. Hal ini disebabkan semakin kecil nilai rasio likuiditas menandakan proporsi total aset yang berasal dari aset lancar semakin kecil sehingga probabilitas perusahaan terhadap financial distress akan semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan Widya, Ilwan, Linda (2019) menunjukkan bahwa rasio likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Financial distress. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Andi, Muhammad (2020), Daniel, Agustin (2019), Rina (2019) menunjukkan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial distress. Penelitian terdahulu tersebut semua menggunakan proksi Current Ratio.
Rasio yang ketiga yaitu rasio leverage. Menurut Andrew Jaya Saputra dan Susanto Salim (2020) Leverage merupakan suatu perangkat penting dalam
mengukur efektivitas penggunaan utang pada perusahaan. Leverage diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang (jangka pendek dan jangka panjang), Apabila suatu perusahaan pembiayaannya lebih banyak menggunakan utang, hal ini berisiko timbulnya kesulitan pembayaran di masa yang akan datang akibat utang lebih besar daripada aset yang dimiliki. Leverage keuangan akan mempengaruhi laba per saham yang diharapkan perusahaan, tingkat resiko dari laba tersebut dan karena itu juga harga saham perusahaan. Penggunaan leverage keuangan mempunyai efek yang baik dan buruk. Leverage yang lebih tinggi akan memperbesar laba per saham yang diharapkan tetapi juga resiko perusahaan.
Resiko keuangan timbul karena penggunaan hutang yang menyebabkan lebih besarnya variabilitas laba bersih sehingga berdampak terhadap financial distress. Penelitian yang dilakukan Aries, Aminullah, Alvy (2019), Ni Made, I Made (2019), Nurhayati, Muhammad (2020), Arsinda, Muniya (2020), Melsa, Vaya (2020), Eveline,
Sumani (2017), Rizky, Hasanudin (2019), Yola, Abel (2019) menunjukkan bahwa rasio Leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Financial distress. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Achmad, Dicky, Nawwaf (2020) yang menunjukkan bahwa rasio Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial distress. Rata-rata penelitian terdahulu menggunakan proksi Debt Ratio umtuk meneliti hubungan rasio leverage dengan financial distress.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh secara simultan antara profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap financial distress. Maka penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020”
1.2 Pembatasan Masalah
Masalah utama yang dikaji dan dianalisis dalam penelitian ini adalah menyangkut Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020?
2. Bagaimana likuiditas berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020?
3. Bagaimana leverage berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020?
4. Bagaimana profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020.
2. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020.
3. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020.
4. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi atau bahan wacana mengenai hubungan rasio keuangan dengan financial distress yang dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta pengetahuan dalam membuat kebijakan yang terkait dengan rasio keuangan dan financial distress.
2. Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya mengenai financial distress serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Bagi Manajemen
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan bahan evaluasi untuk mempertahankan dan mengembangkan kinerja keuangan yang meningkat serta memperbaiki kinerja keuangan apabila perusahaan tersebut berada dalam kondisi financial distress.
3. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori mengenai financial distress dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.